MacroEconomics Pendapatan Disposable email da

MACROECONOMICS
PENDAPATAN DISPOSABLE, KONSUMSI & TABUNGAN
DAN
PEREKONOMIAN SEDERHANA (2-SEKTOR)

MACROECONOMICS
PENDAPATAN DISPOSABLE, KONSUMSI & TABUNGAN
DAN
PEREKONOMIAN SEDERHANA (2-SEKTOR)

Oleh:
Ir. Ginanjar Syamsuar, M.E.
https://UI.Academia.edu/ginanjarSyamsuar/Macro-Ec

Konsumsi dan Tabungan


Terdapat dua pilihan rumahtangga
pendapatan disposabelnya:
- untuk konsumsi (barang dan jasa)
- untuk tabungan


dalam

menggunakan



Konsumsi menjadi satu-satunya unsur GNP yang terbesar diantara
unsur lainnya (Samuelson)



Besarnya konsumsi sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan
(ada korelasi positif)



Angka statistik menunjukkan bahwa ada pola keteraturan umum
dalam cara orang mengalokasikan uang mereka untuk pembelian
makanan, pakaian dan barang-barang pokok lainnya.


Konsumsi dan Tabungan


Tabungan = adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi,
atau tabungan (S) = pendapatan (Y) - jumlah konsumsi (C).



Orang kaya menabung lebih banyak dari pada orang miskin bukan
saja lebih besar dalam jumlahnya tetapi juga proporsinya.



Pada masyarakat berpenghasilan sangat rendah tidak bisa
menabung karena pengeluaran konsumsi lebih besar dari
pendapatannya. Pada keadaan demikian dikatakan bahwa ada
tabungan negatif atau dissaving




Pengeluaran konsumsi dapat dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu:
1) fungsi konsumsi,
2) skala (tabel) konsumsi dan
3) kurva konsumsi.



Demikian pula dengan tabungan dapat dijelaskan dalam tiga
bentuk yaitu fungsi tabungan, (tabel) dan kurva tabungan

Fungsi Konsumsi dan Fungsi
Tabungan


Fungsi konsumsi (linier)

C = a + bY

dimana:

C = jumlah pengeluaran konsumsi
a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan = 0
b = hasrat konsumsi marjinal (marginal propensity to consume = MPC)
Y = pendapatan disposabel


Fungsi Tabungan S = - a + (1 – b) Y
dimana:
S
= jumlah tabungan
a
= konsumsi pada saat pendapatan = 0
(1 – b) = hasrat menabung marjinal (marginal propensity to save = MPS).
Y
= pendapatan disposabel.

Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga*.

Kasus
A

B
C
D
E
F
G
H
I

Pendapatan
disposabel (Yd)
O
100
200
300
400
500
600
700
800


Konsumsi
(C)
40
120
200
280
360
440
520
600
680

Tabungan
(S)
- 40
- 20
0
20
40

60
80
100
120

*) Fungsi Konsumsi C = 40 + 0,80Y



Pada saat pendapatan (Yd) < 200 tabungan negatif (dissaving)
Pada saat pendapatan (Yd) > 200 tabungan positif

Ilustrasi 7.2. Kurva Konsumsi dan Tabungan

Hubungan Pendapatan, Konsumsi
dan Tabungan
1)

Hasrat konsumsi rata-rata
(average propensity to consume = APC)

Yaitu perbandingan besarnya konsumsi pada tiap tingkat
pendapatan.

APC = C / Y
2)

Hasrat menabung rata-rata
(average propensity to save = APS).
Yaitu perbandingan besarnya tabungan pada tiap tingkat
pendapatan.

APS = S / Y

Hubungan Pendapatan, Konsumsi
dan Tabungan
3)

Hasrat Konsumsi Marjinal
(marginal propensity to consume = MPC)
yaitu besarnya tambahan konsumsi dari setiap tambahan

pendapatan disposabel.
MPC = ∆ C / ∆ Y

4)

Hasrat Menabung Marginal
(marginal propensity to save = MPS).
Yaitu besarnya tambahan tabungan dari setiap tambahan
pendapatan disposabel.
MPC = ∆ S / ∆ Y

Tabel 7.2. Hasrat Konsumsi dan Tabungan Rata-rata Serta Hasrat
Konsumsi dan Menabung Marjinal
Yd

C

S

APC


APS

MPC

MPS

0
100
200
300
400
500
600
700
800

40
120
200

280
360
440
520
600
680

- 40
- 20
0
20
40
60
80
100
120

0
1,20
1,00
0,93
0.90
0,88
0,87
0,86
0,85

0
- 0,2
0,00
0,07
0,10
0,12
0,13
0,14
0,15

0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80

0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20

Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan
antara pendapatan, MPC dan APC
Y
Y
Y=C

Y=C
C

C

(a)
Kenaikan pendapatan diikuti oleh
turunnya APC sedangkan MPC tetap.

(b)
Kenaikan pendapatan diikuti oleh
turunnya APC dan MPC.

Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan
antara pendapatan, MPC dan APC
Y
Y=C



MPC + MPS = 1

C



MPC dan MPS mempunyai
nilai 0 atau
(0 < MPC atau MPS < 1)

C

(c)
Kenaikan pendapatan diikuti oleh
APC dan MPC yang tetap.

Besarnya konsumsi dan tabungan  sangat
tergantung pada besarnya pendapatan disposabel,
Kesempatan dan besarnya investasi dipengaruhi oleh
• Tingkat bunga.
• Ramalan keadaan ekonomi di masa yang akan
datang.
• Kemajuan teknologi.
• Tingkat pendapatan nasional dan
perubahannya.
• Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Pengeluaran Agregat 2-Sektor
Pengeluaran agregat adalah jumlah pengeluaran untuk
konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan ekspor neto.
Dalam perekonomian sederhana (dua sektor) pengeluaran
agregat
AE = C + I.
Fungsi pengeluaran agregat menghubungkan antara tingkat
pengeluaran riil (AE) yang diinginkan dengan tingkat
pendapatan riil (Y).

Investasi
Investasi adalah penambahan atas barang-barang modal yang dilakukan
sektor perusahaan
Pengeluaran investasi adalah komponen GDP yang paling mudah berubah
dan berkaitan kuat dengan fluktuasi ekonomi.
Di dalam makro ekonomi investasi memegang dua peran, yaitu :
1) komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah yang
berpengaruh pada permintaan agregat dan tingkat output.
2) akumulasi modal (Misalnya pembelian mesin ,persediaan bahan
mentah, dan pembangunan pabrik pakan serta perumahan)
Investasi sebagai penghimpunan atas barang modal dibedakan atas:
3) investasi bruto yaitu investasi yang belum memperhitungkan
penyusutan
4) investasi neto yaitu investasi yang telah dikurangi oleh nilai
penyusutan

Investasi
Hubungan antara pendapatan dengan investasi dapat digambarkan
dalam bentuk : - fungsi investasi,
- skala (tabel) investasi dan
- kurva investasi.

dimana:

I

Fungsi investasi merupakan hubungan antara tingkat
pendapatan nasional dengan tingkat investasi. Yang
secara matematis dapat dituliskan
= Io + aY

I

=

Jumlah pengeluaran investasi

I0

=

Jumlah investasi pada saat pendapatan = 0

a

=

Hasrat investasi marjinal (marginal propensity to invest
=MPI) yaitu ∆I /∆Y
Pendapatan nasional

Y =

Berdasarkan fungsi investasi di atas maka apabila pendapatan
meningkat, maka investasi akan meningkat pula. Ada hubungan
linier antara investasi dan pendapatan

Dalam hubungannya dengan pendapatan nasional, investasi dibedakan
atas investasi otonom (autonomous investment) dan investasi
dorongan (induced investment).
I

I

Id
Io

Y
(a) Investasi dorongan (dipengaruhi
oleh pendapatan nasional

Y
(b) Investasi otonom( tidak
dipengaruhi oleh pendapatan
nasional

Pengaruh Tingkat bunga terhadap Investasi
Bunga (i)



Ada hubungan negatif antara
tingkat bunga dan investasi
i2

B

i1
A

I2
Ilustrasi 7.5.

I1

I

Pengaruh Ramalan Ekonomi di Masa
Mendatang terhadap Investasi


i
I

i0

I’

A

i1

A’

B

I0
Ilustrasi 7.6.

I 1 I 0’

B’

I 1’

I

Apabila ramalan ekonomi di
masa
mendatang
baik
maka
investasi
akan
meningkat pada berbagai
tingkat bunga sehingga
kurva
investasi
akan
bergeser ke kanan



Pengaruh Kemajuan Teknologi terhadap
Investasi
Perbaikan teknologi  kegiatan menjadi lebih efisien.
Pada setiap tingkat bunga akan ada pertambahan
investasi sehingga kurva investasi akan bergeser ke
kanan (Ilustrasi 7.6)



Pengaruh
Pendapatan
Nasional
dan
Perubahannya terhadap Investasi
Apabila Y meningkat  Yd meningkat  C akan
meningkat  perlu
tambahan investasi.
Oleh karena itu peningkatan pendapatan nasional
akan meningkatkan investasi pada berbagai tingkat
bunga sehingga kurva investasi akan bergeser ke
kanan

Masalah investasi baik dalam menentukan jumlahnya maupun
kesempatan melakukannya tergantung pada konsep efisiensi
investasi marjinal (marginal efficiency of investment = MEI).

i



Motivasi pokok dari investasi 
keuntungan max, (waktu sekarang
– akan datang)



Faktor ekonomi pokok yang
menentukan investasi adalah
- biaya investasi (tingkat bunga),
- harapan keuntungan di masa
yang akan datang.



Investasi akan dilakukan bila
MEI > i

Ia

MEI
ib
I
Ia
Ilustrasi 7.7.

IB

Pendapatan Nasional Seimbang
(Ekuilibrium)


Dikatakan seimbang antara pengeluaran konsumen untuk barang
dan jasa dengan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa.



Kegiatan konsumen adalah membelanjakan pendapatannya dan
sisanya di tabungkan ( Y = C + S).



Dari sisi produsen, pendapatannya adalah barang yang dihasilkan
terdiri dari barang konsumsi dan investasi (Y = C + I)



Pendapatan nasional dikatakan seimbang apabila C + S = C + I
atau pada saat S = I.

Penghitungan Pendapatan Nasional yang
Seimbang
 Pendekatan Tabungan Investasi (S , I)
Pendapan nasional yang seimbang akan terjadi apabila S = I.
Apabila
S = Y – C maka: Y – C = I
Y – (a + bY) = I
Y – a – bY = I
Y – bY = a + I
( 1 – b ) Y = a + I maka
Y 

1
a  I 
1  b 

Penghitungan Pendapatan Nasional yang
Seimbang
 Pendekatan Konsumsi dan Investasi (C + I)
Dengan cara yang sama melalui pendekatan Y = C + I maka akan
diperoleh persamaan pendapatan nasional yang seimbang yaitu
pada saat

1
a  I 
Y
1  b 


dimana 1 / (1 – b) merupakan angka pelipat (koefisien multiplier)
atau k. Karena b = MPC maka:
k = 1 / MPS.

•  
Y

Multiplier (Perlipatan)





Pendapatan masyarakat (y) digunakan untuk konsumsi (C) dan
tabungan (S)  Y=C+S
Bila pendapatan meningkat  konsumsi meningkat pula
ΔY  ΔC + ΔS dimana ΔY = ΔC + ΔS
Bila konsumsi meningkat  akan ada
pendapatan yang meningkat
1
k
ΔC  ΔY
Demikian seterusnya sampai efeknya makin lama makin kecil

Multiplier adalah suatu proses yang menunjukkan berapa besar
perubahan pendapatan nasional yang terjadi sebagai akibat
adanya perubahan investasi.
Koefisien Multiplier =
1
1
k
atau
1  MPC 
MPS

Proses multiplier akan berlangsung sempurna
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
• Penerima tambahan pendapatan akan
membelanjakan kembali uangnya sebesar MPC nya
• Tambahan pendapatan yang diterima dibelanjakan
hanya untuk membeli barang-barang buatan dalam
negeri. Bila dibelanjakan untuk barang luar negeri
maka akan terjadi kebocoran (leakage)
• Besarnya hasrat konsumsi masyarakat (MPC) tidak
berubah.

Bagaimana proses terjadinya efek multiplier yang diakibatkan oleh
adanya tambahan investasi dapat dijelaskan sebagaimana tampak
pada Tabel 7.3.
Tabel 7.3. Proses Multiplier dalam Angka
ΔI
100

Jumlah

ΔY
100
(0,60) x 100
(0,60)2 x 100
(0,60)3 x 100
(0,60)nx 100
1/(1 – 0,60) x
100

ΔC
0,60
(0,60)2
(0,60)3
(0,60)4
(0,60)n+1
1/(1-0,60) x
0,60(100)

ΔS
x
x
x
x

100
100
100
100
x 100

0,40
(0,40)2
(0,40)3
(0,40)4
(0,40)n+1

x
x
x
x

100
100
100
100
x 100

1/
(1060)x0,40(100)

Bila efek multiplier telah terhenti maka berarti pendapatan nasional
berada pada keseimbangan yang baru. Dengan demikian konsumsi
dan tabungan pun ada pada keseimbangan yang baru pula.
Pada tingkat keseimbangan pendapatan nasional yang baru terdapat
fungsi konsumsi dan tabungan yang baru:


Untuk konsumsi:
C1 = C o + C
C = MPC x Y maka C1 = Co + MPC x Y



Untuk tabungan:
S1 = So + S
S = MPS x Y maka



S1 = So + MPS x Y

Untuk pendapatan nasional:
Y1 = Yo + k. I
Yo =

1
a  I 
1  b 

Proses Perlipatan (Efek Multiplier) melalui
Kurva
I, S



S
E1

I1, S1



I1
E0

ΔI

I0, S0
0

Ilustrasi 7.8.

Y0

Y1

Y

Keseimbangan awal = Y0
(saat S = I)
Karena ada tambahan
Investasi sebesar ΔI maka
kurva I bergeser I  I
Keseimbangan pendapatan
nasional bergeser dari Y0 
Y1 ; ada kenaikan Y
sebesar ΔY dimana
ΔY > ΔI
Hal ini disebabkan ada
proses perlipatan
(multiplier) akibat
perubahan investasi (ΔI)

Yang Perlu Diingat dalam Perhitungan
Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional seimbang bukanlah berarti pendapatan
nasional yang baik



Pendapatan nasional seimbang berarti tidak ada lagi efek multiplier
yang berpengaruh terhadap jumlah pendapatan nasional perubahan
salah satu komponen pendapatan nasional



Pendapatan national dipandang baik bila pendapatan nasional
tinggi, tidak ada pengangguran (underemployment)



Apabila ada pengangguran berarti aktifitas produksi belum
beroperasi secara optimal (fullemployment)

SEKIAN