MAKALAH PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN (1)

MAKALAH PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
Pengantar Manajemen dalam Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)

Disusun oleh: Kelompok 3
Anggota :
1. Mutia Wulandari (212017262)
2. Cyindi Nitami

(212017263)

3. Mika Yoshino

(212017264)

4. Bayu Wahyudi

(212017265)

5. Della Evita

(212017266)


6. Amita Bacan

(212017267)

7. Nadia Lestari

(212017268)

8. Febrina Try sakti (212017269)
9. Thenera Angelia

(212017270)

Dosen Pembimbing: Amrah Muslimin, SE,M.Si

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak

lupa pula kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Penghantar
Manajemen yang membahas tentang “Aliran Hubungan Manusiawi (Neoklasik)”. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak Amran Muslimin, SE,M.Si selaku dosen mata kuliah
Pengantar Manajemn di Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Adapun makalah Pengantar Manajemen ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Teori-teori perkembangan Manajemen khususnya Aliran Hubungan
Manusiawi di Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Palembang, November 2017


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa
bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya
sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang
bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di
satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak,
tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan,
buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya.
Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan
dihormati rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitupun guru atau orang
tua, ada yang dipatuhi dan dihormati, ada juga orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak
pula dihormati.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian hubungan manusiawi?
2. Bagaimana teknik hubungan manusiawi?

3. Bagaimana teknik pendekatan hubungan manusiawi?
4. Apa saja teori hubungan antar manusiawi?
5. Apa saja aliran hubungan antar manusiawi?

1.3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini dibatasi hanya pada materi yang bersesuaian dengan hubungan
manusiawi.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1.Untuk mengetahui pengertian hubungan manusiawi.
2.Untuk mengetahui teknik hubungan manusiawi.
3.Untuk mengetahui teknik pendekatan hubungan manusiawi.
4.Untuk mengetahui teori hubungan antar manusiawi.
5.Untuk mengetahui aliran hubungan antar manusiawi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hubungan Manusiawi
Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang
mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan

manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung
nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya
mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang.

Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi

hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis. Dikatakan bahwa hubunngan
manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan
hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a. Hubungan Manusiawi dalam arti Luas
Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam
segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana
saja: dirumah, di jalan, di dalam bis, dalam kereta api dan sebagainya.
Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat
manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.
Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa, secara
kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berfikir yang membedakannya dengan hewan

manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa

orang lain. Dan sebagai makhluk sosial ia harus berusaha menciptakan keserasian dan
keselarasan dengan lingkungannya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup dalam dua jenis pergaulan yang
sebagaimana telah diterangkan di bab terdahulu, oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft
dan gesellschaft. Dalam gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yan sangat
akrab, sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami orang lain
dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri. Kehidupan keluarga atau
kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam gemeinschaft.
Ciri lain dari gemeinschaft ialah bahwa seseorang anggota gemeinschaft tidak bisa keluar
masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah, misalnya, walau apapun yang
terjadi tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan diri dari status ayah itu. Sifat
pergaulan gemeinschaft ialah statis,pribadi, tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup
dalam masyarakat demikian tidak mengalami banyak perubahan. Interaksi yang terjadi dalam
suatu rumah tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika. Sifatnya
pribadi (personal) jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan segera. Tidak rasional maksudnya
tidak ada tata cara yang mengatur pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi
yang sifatnya dinamis, tidak pribadi, dan rasional. Dinamis artinya hubungannya dengan orang

banyak bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan psikologis,
tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan ketat yang mengikat. Dalam
gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan untung rugi. Seseorang baru memasuki
pergaulan hidup gesellschaft apabila diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk
dan keluar dari gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya.
Akan tetapi, pergaulan hidup seperti yang dikemukakan Ferdinand Tonnies itu
sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada kenyataanya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak
ada, yang ada hanyalah tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu.
Artinya: jika titik beratnya rasio,dinamakan gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, disebut
gemeinschaft. Dalam gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan;
dalam gemeinsgaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun dalam
gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang dengan sendirinya;
dalam gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam gemeinschaft

kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari dalam diri sendiri. Apapun sifat pergaulan itu,
apakah gemeinschaft atau gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati
masing-masing yang terlibat dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang terkenal,

The Democratic Way of Life,


mengatakan bahwa “ Hubungan manusiawi adalah komunikasi antarpersonal (interpersonal
Communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang akan
menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James, seorang ahli ilmu
jiwa dari Harvard University, AS, mengatakan bahwa ” tiap manusia dalam hati kecilnya ingin
dihargai dan dihormati”.
Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan
etika dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants
(keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlukan sebagai human
being (manusia) dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia dapat
menunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya
human relations itu.
b. Hubungan Manusiawi dalam Arti Sempit
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan
orang lain. Akan tetapi, interaksi disini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi
kekaryaan (work organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu
kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja
yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik

ekonomis, psikologis maupun sosial”. Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human
relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah
seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antar
personal yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan
rohani, yang berakal dan berbudi, yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk social,

maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan
segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung sebelumnya, dalam organisasi kekaryaan manusia merupakan
strategic component karena mempunyai peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan
dewasa ini cenderung menganut filsafat yang people centered, yakni bahwa dalam organisasi
kekaryaan manusia bukan pelaksana atau alat produksi belaka, melainkan merupakan faktor
pendorong dalam mencapai tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan inilah yang banyak dipelajari, diteliti,
dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh
pada usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan
hubungan manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam
situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan
menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.

Itulah hubungan manusiawi dalam arti luas dan arti sempit yang kedua-duanya perlu
dilaksanakan oleh seorang pemimpin organisasi dan kepala humas dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
2.2 Teknik Hubungan Manusiawi
“Hubungan manusiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan
komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat
manusia. “Demikian kata R.F. Mainer dalam bukunya, Principle of Human Relations.
Dalam derajat intensitas yang tinggi, hubungan manusiawi dilakukan untuk
menyembuhkan orang yang frutasi. Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah
yang tidak dapat dipecahkan olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa pun akan menjumpai
masalah : ada yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan tetapi, masalah bagaimana pun
akan diusahkan supaya hilang. Orang tidak akan membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan
masalah orang yang satu tidak sama dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran
pekerjaan tidak diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu
menyelesaikan tugas, permohonan tidak terima dan lain-lain itu semua bisa menyebabkan
seseorang frutasi.

Orang menderita frutasi dapat dilihat dari tingkah lakunya : ada yang merenung murung,
lunglai tak berdaya, putus asa, mengasikan diri, mencari dalih menutupi ketidakmampuannya,
mencari kompensasi, berfantasi, atau bertingkah laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah bagi

seseorang ialah apabila frutasi disertai agresi sehingga tingkah lakunya menjadi agresif. Ia
mengambinghitamkan orang lain, menyebarkan fitnah, merusak benda, bahkan menyerang
orang, baik dengan kata-kata yang menyakitkan maupun dengan tinju.
Apabila frutasi itu diderita oleh karyawan, apabila jika jumlah banyak ini akan
mengganggu jalannya organisasi akan menjadi rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh
organisasi. Tidaklah bijaksana jika seseorang pemimpin menagani pegawai yang frutasi dengan
tindakan kekerasan. Disilah pentingnya peranan kepada problem situasi kepada problem solving
behavior.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi ada cara untuk teknik yang bisa digunakan untuk
pembantu mereka yang menderita frutasi, yakni apa yang disebut counseling (karena tidak ada
perkataan bahsa Indonesia yang tepat, dapat diindonesiakan menjadi konseling). Yang bertindak
sebagai konselor (counselor) bisa pemimpin organisasi, kepala humas atau kepala-kepala lainnya
(kepala bagian, seksi dan lain-lain)
Tujuan konseling ialah membantu konseli, yakni karyawan yang menhadapi masalah atau
yang menderita frutasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau mengusahakan terciptanya
suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalahnya. Ini tidak berarti bahwa
koselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli. Konselor hanya memberikan
nasihat. Konseli sendiri yang harus mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan
yang dipilihnya sendiri. Jadi, konselor membatu konseli memperoleh pengertian tentang
masalahnya. Selama masalahnya belum di mengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan
jujur, tidak akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan.
Koselor akan berhasil apabila ia memahami benar-benar frame of refence konseli:
pengalamannya, taraf pengetahuannya, agamannya, pandangan hidupnya dan sebagainnya.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada
pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah directive
counseling, yakni konseling yang langsung terarah dan non-directive, yakni konseling yang
tidak langsung terarah.
a. Konseling Langsung

Konseling langsung kadang-kadang disebut juga counselor center approanch, yakni
konseling yang pendekatan terpusat pada konselor. Dalam teknik konseling seperti ini aktivitas
utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan akrab
sehingga konseli menaruh kepercayaan padanya. Selanjutnya ia mengajukan pertanyaanpertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang diperolehnya itu berusaha
memahami masalah yang memberati konseli.
Untuk mengetahui diagnosis yang tepat, konseli mengemukakan fakta yang berhubungan
dengan masalah itu. Jika konseli mengemukkan kesulitannya, konselor harus merasa pasti bahwa
itulah amsalah yang dihadapi oleh konseli, yang menyebabkan ia menderita frustasi. Konselor
harus mengerti benar-benar mengenai informasi yang diperolehnya itu sehingga ia dapat
melakukan interpretasi. Hanya bisa ia mengerti dan melakukan interpretasi, ia akan dapat
memberikan nasihat dan sugesti kepada konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan. Koseli akan
kena sugesti kalau ia menaruh kepercayaan kepada konselor, kalau konselor mempunyai
kelebihan pengalaman dan pengetahuan daripada konseli dan bila tingkah laku konselor tidak
tercelah.
b. Konseling Tidak Langsung
Non-directive counseling atau tidak langsung disebut juga counselee centered approach,
pendekatan yang terpusat kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh konselor yang tidak
memiliki pengetahuan mendalam mengenai psikologi.
Dibandingkan dengan counselor approach counseling yang tradisonal itu, counselor
approach counseling lebih ampu dalam membantu seseorang yang menderita frutasi. Dalam
konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada pihak konseli, sedangkan konselor hanya
berusaha agar koseli merasa mudah memimpin dirinya sendirinya sendiri. Konseli dibantu untuk
merasa dirinya bebas untuk menyatakan isi hatinya dan sebagainya. Dalam mengemukakan
semua itu ia tidak merasa dipaksa.
Meskipun dikatakan non-directive, maksud konselor tetap hendak membantu konseli
untuk mendiagnosis gangguan jiwanya dan berusaha menghilangkan motif-motif buruk yang
menyebebkan gangguan itu. Konselor beruhasa agar konseli menacri jalan keluar sendiri dari
kesukaran-kesukarannya. Untuk itu konselor mencipkan suasana psikologis yang memungkinkan
adanya saling mengerti, antusiasme dan sikap ramah-tamah, suasana yang memungkinkan
konseli menyatakan segala dan perasaanya. Dalam dialog dari hati ke hati itu konselor

mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih dalam. Dengan mencetuskan isi hatinya
konseli akan mengoreksi dirinya, mengingat-ingat hal-hal yang pernah dialaminya dan
memahami pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian, motif-motif yang konstruktif akan
lebih jenis baginya dan ia merasa kebutuhan akan motif-motif tersebut. Berdasarkan motif-motif
itu ia akan memilih dengan bebas cara bertingkah laku yang lebih baik dan meninggalkan caracara laku yang sebelumnya telah menggagunya.
Dalam tanya-jawab itu, tugas konselor memang tidak mudah. Ia harus menyingkirkan
sikap super atau perasaan diri berpangkat lebih tinggi, lebih pintar, lebih pengalaman dan
sebagainya.
Masalah yang sedang diperbincangkannya harus dinjau dari dasar pihak konseli yang
sedang dibantunya. Konselor harus bersikap empati, yakni turut merasakan yang sedang
dirasakan oleh konseli, ingin membebaskan dia dari ganjalan jiwanya. Hanya dengan bersikap
demikian pimpinan organinasi atau kepala humas yang berfungsi sebagai konselor itu akan
berhasil dalam tugasnya.
Demikian beberapa hal mengenai hubungan manusiawi sebagai kegiatan yang termasuk
kedalam hubungan masyarakat dalam rangka membina hubungan yang harmonis antara
organisasi yang diwakili pimpinannya sendiri atau kepala humas dengan khalayak, baik khayak
dalam maupun khayak luar. Dan itulah pula pembahasan sederhana mengenai hubungan
masyarakat sebagai objek studi ilmu komunikasi.
2.3 Teknik Pendekatan Hubungan Manusiawi
Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan
komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk
melakukan

hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu

pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur
approach).
A. Pendekatan Emosional (Emosional Approach)
Teknik penekatan yang biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya bersifat
icing (baca: aising), yaitu seni menata pesan dengan emotional appeal sedemikian rupa, sehingga
komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa dianalogikan dengan kue yang baru dikeluarkan

dari panggangan yang ditata dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue yang tadinya tidak
menarik menjadi indah dan memikat. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan
kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay
off atau reward, yaitu

bujukan atau rayuan

dengan cara “mengiming-imingi” komunikan

dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach
ini menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.

B. Pendekatan Sosial-Budaya (Sosio Culture Approach)
Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada
komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta
budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan,
lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator,
selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya. oleh
karena itu pesan akan lebih mudah diterima jika tidak menghilangkan aspek–aspek seni budaya
yang berada di sekitar komunikan berada. Jika komunikator tidak memperhatikan kerangka
budaya yang berkembang di tengah-tengah komunkan. maka tidak menutup kemungkinan pesan
yang disampaikan akan mendapatkan penolakan penolakan, pasalnya budaya yang digunakan
oleh masyarakat berasal dari falsafah hidupnya, serta menjadi suatu aturan yang secara tidak
langsung

digunakan

dalam

kehidupannya

sehari-hari

mengaplikasikan pesan–pesan yang disampaikan.

termasuk

ketika

seseorang

Jika pesan tersebut dapat selaras dengan

budaya komunikan maka pesan tersebut dapat menjadi suatu behavioral, yakni suatu dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.4 Teori Hubungan Antar Manusia
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar
manusia itu.
(Model Pertukaran Sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah
transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya

atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi
jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi
permusuhan. Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami-isteri, mantu-mertua, direktur-anak
buah, guru-murid, mereka berfikir, kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang
diperoleh atau malah rugi. Demikian juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu
entitas dengan entitas lain.
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun
oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.
Dalam skenario itu sudah "tertulis" seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus
bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis
peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan
seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni,
tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.
Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi scenario sehingga
sering didemo public.
Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa
dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak
segera dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek. Sedangkan orang dewasa, ia
lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat dan sadar resiko. Adapun orang tua, ia selalu
memaklumi kesalahan orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh
melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang
akan heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku
yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga hubungan
antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap
dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.
2.5 Aliran Hubungan manusiawi
A. Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)

Hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran timbul karena pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efieiensi dalam produksi dan keselarasan kerja. Para pakar mencoba
melengkapi organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi. . Oleh sebab itu para
manajer perlu dibantu dalam menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan
psikologi. Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu :
Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Sebutannya Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah berupa
pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan
teori-teori manajemen lainnya. Bukunya yaitu Psikology and Industrial Efficiensy, menguraikan
bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara pertama penemuan best
possible person, kedua penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best possible effect.
Elton Mayo (1880 -1949)
Gerakan yang memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang
memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi
mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang
memuaskan. Elton ini terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan
manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan
efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
William Ouchi (1981)
Memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas
perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam
organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan
Amerika -disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah perbedaan organisasi tipe Amerika
dan tipe Jepang.

B Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)

Dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi
(perilaku organisasi), dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen operasi.
Perilaku Organisasi
1.

Douglas McGregor, terkenal dengan Teori X dan Teori Y

2.

Frederick Herzberg, terkenal dengan Teori Motivasi Higenis atau Teori Dua Factor

3.

Chris Argiris, mengatakan bahwa organisasi sebagai system social atau system antar

hubungan budaya
4.
5.

Edgar Schein, dinamika kelompok dalam organisasi
Abraham Maslow, mengemukakan tentang hirarki kebutuhan, perilaku manusia, dan

dinamika proses.
6.

Robert Blak dan Jane Mouton, mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi

manajerial (managerial grid)
7.

Rensislikert, mengemukakan empat system manajemen dari system explotatif otoritatif

sampai system partisipatif kelompok.
8.

Fred Feidler, menerapkan pendekatan kontigensi pada studi kepemimpinan.

Prinsip Dasar Perilaku Organisasi
1.

Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan,prosedur dan

prinsip).
2.

Manajemen harus sistematis, pendekatannya harus dengan pertimbangan konservatif.

3.

Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan

harus sesuai dengan situasi.
4.

Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi

sangat dibutuhkan.

C. Aliran Kuantitatif
Perkembagannya dimulai dengan digunakannya kelompok-kelompok riset operasi dalam
memecahkan permasalahan dalam industri. Teknik riset operasi sangat penting sekali dengan
semakin berkembangnya teknologi saat ini dalam pembuatan dan pengambilan keputusan.

Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen
science.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :
1. Perumusan masalah dengan jelas dan terperinci
2. Penyusunan model matematika dalam pengambilan keputusan
3. Penyelesaian model
4. Pengujian model atas hasil penggunaan model
5. Penetapan pengawasan atas hasil
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

D. Pendekatan Sistem
Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi yang
tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal dalam pengertian luas.
Sebagai suatu pendekatan system manajemen meliputi sistem umum dan sistem khusus serta
analisis tertutup maupun terbuka.
Pendekatan sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofis
dan sosiopsikologis. Analis system manajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain
pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta pengawasan.
E. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori dan praktek
senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek, maka harus memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang
berbeda.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
·

Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan

hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a. Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain
dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.
b. Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang
lain.
·

Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada

pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah directive
counseling, yakni konseling yang langsung terarah dan non-directive, yakni konseling yang
tidak langsung terarah.
·

Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu

pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur
approach).
·

Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar

manusia itu, yaitu:
a. Teori Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
b. Teori Peran
c. Teori Permainan
·

Aliran hubungan manusiawi terdiri dari 5 yaitu :

a. Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
b. Aliran Hubungan Modern (Ilmu Pengetahuan)

c. Aliran Kuantitatif
d. Pendekatan Sistem
e. Pendekatan Kontingensi

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana.1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
http://centralmakalah.blogspot.com/2009/02/komunikasi
htmlhttp://denontarr.blogspot.com/2008/11/teori-hubungan-manusiawi.html
http://aditya.ngeblogs.com/2009/10/20/perkembangan-teori-manajemen/
http://hardiqaryo.ngeblogs.com/2009/10/07/teori-hubungan-manusiawi-neo-klasik-atau-pascaklasik/