PENGARUH EARNINGS VOLATILITY TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT PADA SAAT KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA

  

PENGARUH EARNINGS VOLATILITY TERHADAP EARNINGS

RESPONSE COEFFICIENT PADA SAAT KONVERGENSI IFRS DI

  

INDONESIA

Ari Ningrum Subiyakti

  Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

  

ABSTRACT

  This research aims to examine the effect of IFRS Convergence, Earnings

Volatility to Earnings Response Coefficient on LQ45 Company in Indonesia. This

research used quantitative approach with the secondary data. The sample of this study

consisted of 180 samples from LQ45 companies listed on the Indonesia Stock Exchange

during 2008-2011. Variable used in study such as : Earnings Response Coefficient as

dependent variable thus Earnings Volatility as independent variable. This analysis

technique used is simple regression, which describe the influence of one independent

variable on a dependent variable. The result showed that independent variable has

positive result with dependent variable.

  Keyword: IFRS Convergence, Earnings Volatility, Earnings Response Coefficient.

  PENDAHULUAN

  Pada 2015 ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menargetkan tercapainya bentuk integrasi ekonomi regional. Tercapainya hal tersebut, ASEAN diharapkan untuk mampu mengembangkan tenaga terampil lintas negara, pergerakan bebas barang, jasa-jasa dan investasi. Perusahaan di Indonesia diharapkan untuk mampu berkompetisi dengan negara yang berada di ASEAN untuk mendapatkan investor dan memajukan nilai perusahaan.Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemampuan perusahaan atau nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya agar dapat mencapai kesejahteraan bagi pemegang saham (Sudana, 2011:7). Semakin tinggi nilai atau kinerja perusahaan semakin tinggi juga laba yang akan dihasilkan. Para investor dan kreditur mengerti suatu kondisi perusahaan tersebut melalui laporan keuangan. Laporan laba rugi merupakan salah satu dari laporan keuangan yang memiliki unsur yang paling diperhatikan, karena di dalam laporan laba rugi memberikan informasi mengenai laba (earnings) perusahaan dalam suatu periode (Indra, Zahron, dan Rosianawati, 2011).

  Para investor atau kreditur dalam mengambil keputusan mempertimbangkan berapa jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan, karena dalam informasi laba yang diumumkan dapat menjadi suatu ukuran bagaimana kinerja perusahaan tersebut dalam berproduksi selama periode tertentu. Semakin besar laba yang diumumkan semakin menarik minat investor untuk berinvestasi karena semakin besar juga kesempatan investor untuk mendapatkan dividen yang besar. Begitu juga dengan kreditur, semakin besar laba yang didapatkan oleh perusahaan, semakin besar kesempatan kreditur mendapatkan bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

  Harga saham terbentuk dari kandungan informasi yang dimiliki oleh laba. Terjadi perubahan positif pada harga saham apabila perusahaan memberikan pengumuman bahwa terjadi peningkatan laba, terjadi perubahan negatif pada harga saham apabila perusahaan memberikan pengumuman bahwa terjadi penurunan laba (Setiati & Wijaya, 2004). Perubahan harga saham akan direspon oleh pasar. Investor akan cepat menanggapi informasi ekonomi yang sedang berkembang. Informasi laba merupakan salah satu hal yang akan mendapatkan reaksi dari investor. Perubahan informasi laba yang diumumkan oleh suatu perusahaan terhadap respon pasar dapat diukur dengan Earnings response coefficient (ERC). Investor tidak akan membuat suatu keputusan apabila laba dinilai kurang informatif (Indra, Zahron, & Rosianawati, 2011).

  Pada awal 2012 Indonesia menerapkan sistem pelaporan keuangan yang baru, yaitu International Financial Reporting Standards (IFRS). Pada tahun 2008 Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia melakukan konvergensi yang berdasarkan IFRS yang diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan (Suprihatin & Tresnaningsih, 2013). Informasi yang ada dalam laporan keuangan setelah pengadopsian IFRS dinilai lebih baik dan berkualitas daripada informasi sebelum penerapan IFRS, sehingga membuat para investor dan kreditur lebih mudah mengerti kondisi perusahaan tersebut dan memengaruhi apakah akan berinvestasi atau tidak. Hal ini sejalan dengan penelitian Darmawan (2012) yang mengatakan bahwa adopsi IFRS berpengaruh positif terhadap ERC, karena semakin tinggi kualitas informasi dalam laporan keuangan, akan semakin direspon baik oleh investor.

  Informasi yang ditunggu dari laporan keuangan adalah informasi laba. Informasi laba dalam laporan keuangan dipandang sebagai elemen yang cukup kaya untuk menunjukkan kinerja suatu perusahaan sehingga menjadi perhatian investor dalam mengambil keputusan. Laba adalah suatu hal yang tidak dapat diprediksi. Informasi ekonomi yang sedang berkembang sangat memengaruhi jumlah laba yang akan didapat oleh perusahaan. Naik turun suatu laba sering disebut juga sebagai earnings volatility (Dichev, Ross, Tang, 2008).

  Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh earnings volatility terhadap earnings response coefficient pada saat terjadinya konvergensi di Indonesia. Dari hasil penelitian terdahulu adanya kebijakan baru tentang standar akuntansi di Indonesia akan membawa banyak perubahan. Terdapat perubahan positif dan negatif dalam penerapan standar akuntansi yang baru. Standar akuntansi berbasis IFRS bersifat lebih transparan, sehingga para investor dan calon investor dapat mengerti kondisi perusahaan dengan sangat baik. Informasi yang paling ditunggu dan menarik minta investor merupakan informasi laba. Semakin tinggi laba menunjukan perusahaan memiliki kinerja dan sistem operasional yang baik, tetapi apabila laba mengalami perubahan atau volatilitas laba akan membuat nilai perusahaan di mata investor dan calon investor turun. Volatilitas laba yang tinggi mencerminkan informasi yang tidak pasti dalam pengukuran laba, hal ini dapat mengurangi kemampuan laba dalam memberikan informasi mengenai nilai perusahaan.

  KAJIAN PUSTAKA Teori Signalling

  menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan

  Signalling theory

  oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.

  Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat di perlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Jogiyanto (2000: 392), informasi yang di publikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik atau sinyal jelek. Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

  Birgham dan Houston (2001:36) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori ini mengemukakan bah wa “actions convey information”, yang mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi (Sudana, 2011:12). Transparansi merupakan suatu hal yang harus diterapkan dan disajikan dalam laporan keuangan. Diterapkannya standar akuntansi kauangan yang baru yaitu standar akuntansi berdasarkan IFRS, maka laporan keuangan dapat menjadi lebih berguna dan menciptakan transparasi bagi perusahaan. Pembentukan satu standar akuntansi yang sama dan digunakan oleh seluruh negara akan semakin mendorong investor untuk masuk dalam pasar modal seluruh dunia, hal ini dikarenakan mutu dari laporan keuangan yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi, pengungkapan yang lebih luas, informasi keuangan yang relevan dan akurat serta dapat diperbandingkan dan satu lagi yang sangat penting adalah dapat berterima secara internasional dan mudah untuk dipahami.

  Manfaat penerapan Standar Akuntansi Keuangan berbasis IFRS salah satunya adalah meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Dengan adanya suatu transparansi dari pelaporan Standar Akuntansi Keuangan akan meningkatkan laba/pendapatan perusahaan,investor dapat menilai sendiri tentang bagaimana kondisi suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Salah satu unsur dalam laporan keuangan yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai laba yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode adalah laporan laba rugi. Informasi laba dalam laporan keuangan dipandang sebagai elemen yang cukup kaya (comprehensive) untuk menunjukkan kinerja suatu perusahaan sehingga menjadi perhatian investor dalam mengambil keputusan.

  Laba akuntansi merupakan salah satu elemen laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian dari pengguna laporan keuangan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Laba memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku return saham. Informasi laba dapat membantu investor untuk membuat prediksi mengenai kekuatan laba di masa depan sehingga informasi laba menjadi informasi yang sangat dipertimbangkan oleh investor untuk membuat keputusan suatu investasi. Tetapi didalam kandungan laba terdapat pergerakan laba. Laba atau pendapatan bukan suatu hal yang dapat diprediksi kedepannya. Karena laba merupakan sesuatu yang paling mudah mengalami fluktuasi. Volatilitas laba yang tinggi mencerminkan informasi yang tidak pasti dalam pengukuran laba, hal ini dapat mempengaruhi efektifitas laba dalam memberikan informasi mengenai nilai perusahaan. Eksekutif perusahaan cenderung lebih menyukai laba yang stabil, tidak bergejolak, karena pada umumnya tingkat fluktuasi yang tinggi akan meningkatkan biaya modal.

  International Financial Reporting Standart (IFRS) International Financial Reporting Standart merupakan sebuah standar akuntansi

  yang merupakan produk dari International Accounting Standars Board (IASB). Sampai saat ini IFRS masih menjadi topic utama yang sering di bicarakan dan di perdebatkan baik oleh kalangan akademisi maupun kalangan praktisi. IFRS di susun sebagai suatu aturan yang secara ideal akan di aplikasikan dan di terapkan sama bagi seluruh perusahaan di dunia. Antara tahun 1973-2000 standar internasional di terbitkan oleh pendahulu IASB, yaitu international accounting standards committee (IASC). IASC membuat sebuah aturan disebut international accounting standards (IAS). Pada april 2001, fungsi dari pembuat aturan di ambil alih oleh IASB, dan IASB mendeskripsikan aturan tersebut dengan nama baru, yaitu international financial reporting standart (IFRS).

  Earnings Volatility

  Dalam menilai suatu investasi, earnings mencerminkan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Earnings juga dapat digunakan sebagai dasar dalam analisis fundamental untuk memprediksi nilai intrinsik suatu perusahaan. Para investor berharap dapat memprediksi dividen dan perubahan pasar saham dengan melihat perubahan laba perusahaan di masa lalu. Laba perusahaan di masa lalu dianggap sebagai pertimbangan logis dalam memprediksi earnings perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, earnings atau laba merupakan informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan jika ingin mengetahui informasi mengenai indikator kinerja sebuah perusahaan.

  Informasi laba sangat bermanfaat bagi para investor di pasar modal, karena laba menunjukkan kinerja perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan terutama profitabilitas dibutuhkan untuk mengambil keputusan mengenai sumber ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan di masa depan. Informasi kinerja juga bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas (IAI, 2007, paragraf: 17 dan 18). Nidar, (2010) mengatakan volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu. Ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan peningkatan harga dalam periode yang pendek dan tidak mengukur tingkat harga, namun derajat variasinya dari satu periode ke periode berikutnya. Perusahaan pada umumnya akan cemas akan adanya fluktuasi laba yang timbul karena dapat menyebabkan investor mencabut investasi mereka di perusahaan. Adanya kemungkinan perusahaan tidak membagikan dividen akibat fluktuasi laba mereka atau mereka tidak mampu membayarkan barang yang mereka beli atau membayar pokok pinjaman yang diberikan kepada perusahaan membuat pihak- pihak eksternal seperti investor, kreditur maupun supplier menghindari perusahaan dengan fluktuasi laba yang tinggi.

   Earnings Response Coefficients

  Laba akuntansi merupkan salah satu elemen laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian dari pengguna laporan keuangan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Laba memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku return saham. Informasi laba dapat membantu investor untuk membuat prediksi mengenai kekuatan laba di masa depan sehingga informasi laba menjadi informasi yang sangat dipertimbangkan oleh investor untuk membuat keputusan investasinya, apakah hendak menjual atau membeli. Keputusan menjual dan membeli berpengaruh pada pergerakan harga saham di pasar modal.

  Earnings memiliki keterbatasan yang mungkin di pengaruhi oleh asumsi

  perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang di lakukan oleh manajemen perusahaan, sehingga di butuhkan informasi lain selain laba untuk melakukan prediksi saham perusahaan (Sayekti & Wondabio, 2007). Earnings response coefficient

  return

  merupakan slope koefisien yang mengukur hubungan laba perusahaan penerbit sekuritas terhadap return sahamnya.

  

Pengaruh earnings volatility terhadap earnings response coefficient pada saat

konvergensi IFRS di Indonesia

  Pergerakan pendapatan atau fluktuasi laba merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keputusan investor. Volatilitas laba yang tinggi mencerminkan informasi yang tidak pasti dalam pengukuran laba, hal ini dapat mengurangi efektivitas laba dalam memberikan informasi mengenai nilai perusahaan. Apabila volatilitas laba yang tinggi dapat membuat informasi menjadi tidak pasti dalam pengukuran laba, maka itu akan dapat berpengaruh terhadap pasar. Earnings response coefficient dapat menilai atau mengukur bagaimana laba dapat berpengaruh terhadap pasar. Indahsari (2013) melakukan penelitian terhadap 50 bank yang berada di Eropa yang terdaftar dalam

  compustat global services financial pada periode 2001-2007.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1 H : Earnings volatility berpengaruh positif terhadap Earnings Response Coefficient pada saat konvergensi IFRS di Indonesia METODE PENELITIAN

  Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif untuk menguji hipotesis atau dalam menjawab rumusan masalah. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2011. Pemilihan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memiliki data lengkap yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Kriteria tersebut digunakan agar total sampel perusahaan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Perusahaan yang mengalami delisting dihapus karena sudah tidak tercatat lagi dalam BEI. Laporan keuangan perusahaan LQ45, mulai dari kelengkapan isi atau data-data laporan keuangan tahunan yang telah di audit dan ketersediaan laporan keuangan tahunan selama periode penelitian 2008-2011. Perusahaan yang mengalami kerugian akan di hapuskan karena hanya perusahaan yang mengalami keuntungan yang dapat melakukan manajemen laba.

  VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Dependen

  Variabel dependen merupakan variabel yang dapat di pengaruhi akibat variabel dependen (Sugiyono, 2012:40). Penelitian ini menggunakan variabel independen

  

earning response coefficient . Bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba

  disebut dengan Earnings respon coefficient (ERC). Apabila earnings response

  

coefficient (ERC) rendah, maka memberikan petunjuk bahwa laba kurang informatif

  bagi investor guna membuat sebuah keputusan ekonomi. Namun, jika Earnings Respon

Coefficient tinggi menunjukan bahwa laba dapat mempengaruhi keputusan investor.

Ada beberapa tahap dalam menghitung koefisien respon laba, yaitu: 1.

  Cumulaive Abnormal Return (CAR) Menghitung nilai return saham harian individu, rumus yang digunakan adalah: t 5 CARAR it

   t5 Keterangan :

  CAR = cumulative abnormal return perusahaan i selama periode jendela

  AR = Abnormal return perusahaan i pada hari t it

  Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model market adjusted

  model ARRE R it it   it

  Keterangan :

  AR = abnormal return saham i pada waktu ke-t it R = return saham perusahaan i pada waktu ke-t it E R = return ekspektasi saham i pada waktu ke-t   it

  Untuk memperoleh data abnormal return terlebih dahulu harus menghitung return saham harian dan return pasar harian. Return saham harian dihitung dengan rumus:

  PP it it 1

  Rit P it 1

  Keterangan :

  R = return saham perusahaan i pada waktu ke-t it

  P

  = harga penutupan saham i pada waktu ke-t

  it P = harga penutupan saham i pada waktu ke-t-1 it

1 Return pasar harian dihitung dengan rumus:

  R = mt Keterangan :

  R = return pasar harian mt

  IHSG = indeks harga saham gabungan pada waktu ke-t t

  IHSG = indeks harga saham gabungan pada waktu ke-t-1 t 1  2.

  Unexpected earnings (UE)

  Unexpected earnings atau laba kejutan adalah selisih antara laba sesungguhnya

  dengan laba ekspektasi. Dalam penelitian Darmawan (2012) unexpected earnings diukur menggunakan pengukuran: it it 1 EE  =

  UE it E it 1

  Keterangan:

  UE = Unexpected earnings perusahaan i pada tahun ke t it E = Laba akuntansi perusahaan I pada periode tahun ke t it E it 1

  =Laba akuntansi perusahaan I pada periode tahun sebelumnya (t-1)

  Variabel Independen Earnings Volatility

  Variabel independen merupakan variabel bebas penyebab perubahan pada variabel dependen (Sugiyono, 2012:39). Terdapat satu variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, earnings volatility. Earnings volatility merupakan pergerakan perubahan pendapatan. Jika suatu volatilitas dalam perusahaan tinggi, maka tingkat kecenderungan laba atau pendapatan pada perusahaan dapat hilang dengan mudah. Dan jika volatilitas pendapatan dari suatu perusahaan kecil, maka perusahaan cenderung konstan dan tidak memiliki perubahan dalam produksi. Earnings volatility memiliki pengaruh terhadap respon pasar. Apabila fluktuasi laba dari suatu perusahaan tinggi dapat mengurungkan niat investor untuk menanamkan modalnya. Dan apabila fluktuasi laba dari suatu perusahaan rendah maka akan membuat investor percaya bahwa perusahaan mampu mengelola laba yang dimiliki dengan baik dan mampu mempertahankan kualitas perusahaan. Earnings volatility diukur dengan cara menggunakan perhitungan koefisien variasi dengan rumus:

  HASIL

  Tahapan analisis telah dilakukan pada bagian sebelumnya sehingga didapatkan hasil olah persamaan regresi sebagai berikut;

  Statistik deskriptif Tabel 1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

  Minimu N m Maximum Mean Std. Deviation

  ERC 155 -9.4790 3689.0000 23.800532 296.3109241 SQRTEV 155 .08 526.04 3.9991 42.20504 Valid N

  155 (listwise) ERC 155 -9.4790 3689.0000 23.800532 296.3109241 ERC 155 -9.4790 3689.0000 23.800532 296.3109241

  Sumber: Output SPSS (2017) Uji Normalitas

  Berikut adalah hasil uji normalitas:

  Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Unstandardi zed Residual N 155 Kolmogorov-Smirnov Z 1.212 Asymp. Sig. (2-tailed) .106

  Sumber: Peneliti (2017)

  Berdasarkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dari nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.

a. Median

  1.800 .152 11.865 .000 SQRTE

  .24054 Cases < Test Value

  a

  Unstandardiz ed Residual Test Value

  Tabel 3 Runs Test

  71 Z -1.208 Asymp. Sig. (2- tailed)

  .227

  Uji Autokorelasi

  B Std. Error (Consta n)

  78 Total Cases 155 Number of Runs

  Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Tabel 4 Coefficients a

  Berikut adalah hasil uji heterokedasitas:

  Uji Heterokedasitas

  Berdasarkan nilai Durbin-Watson (dW) dan nilai dU yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson pada tingkat signifikasi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak mengalami gejala autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai Durbin- Watson terletak pada rentang dU ≤ dW ≤ 4 – dU.

  Sumber: Peneliti (2017)

  Berikut adalah hasil uji autokorelasi:

  77 Cases >= Test Value

  • .003 .004 -.818 .415

  Berdasarkan nilai Signifikan hitung (Sig) untuk seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak mengalami gejala heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai Signifikasi hitung (Sig) untuk seluruh variabel bebas > 0,05.

  Sumber: Peneliti (2017)

  V

  Uji Hipotesis Tabel 5

  

2

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R ) Model Adjusted R Square 1 .067

  2 Hasil koefisien determinasi pada Tabel 5 menunjukan nilai adjusted R sebesar

  0.067. Hal ini berarti 6.7% reaksi pasar dapat diprediksi oleh adanya earnings volatility, sementara sisanya 93.3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

  Tabel 6

  a Coefficients Model Unstandardi Standardi T Sig. Collinearity zed zed Statistics

  Coefficients Coefficien ts B Std. Beta Toler

  VIF Error ance

  • (Constant) .210 -20.334 .000 4.275 SQRTEV 7.020 .005 1.000 1411.101 0,839 1.000 1.000 a.

  Dependent Variable: ERC

  Berdasarkan hasil uji statistik t yang disajikan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa variabel Earning Volatility mempunyai nilai signifikansi jauh diatas 0,05. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel earnings volatility tidak berpengaruh terhadap Earnings Response pada saat konvergensi IFRS, sehingga H 1 dalam penelitian ini ditolak.

  PEMBAHASAN Pengaruh Earnings Volatility terhadap Earnings Response Coefficient

  Hipotesis menyatakan bahwa earnings volatility berpengaruh terhadap earning

  

response coefficient . Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning volatility tidak

  berpengaruh terhadap earning response coefficient. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikasi hitung (0,839) > 0,05.

  Earnings volatility merupakan fluktuasi laba yang dihasilkan perusahaan selama

  beberapa periode. Perusahaan dengan laba yang cenderung berfluktuasi akan memberikan suatu gambaran ketidak konsistenan manajemen dalam melakukan pengelolaan perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan seharusnya mengalami peningkatan sepanjang tahun dengan konsisten. Peningkatan laba secara konsisten menunjukkan kesungguhan manajemen dalam mengelola aset perusahaan secara benar untuk menghasilkan keuntungan.

  Fluktuasi laba yang dihasilkan perusahaan tidak memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi investor dalam memandang kandungan informasi laba yang disajikan perusahaan. Investor lebih memperhatikan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba untuk setiap periode. Laba yang dihasilkan untuk setiap periode merupakan hasil dari kemampuan manajemen dalam mengelola asset serta membaca peluang-peluang yang terdapat pada maasa kini. Besar kecilnya fluktuasi laba yang terjadi untuk setiap periode tidak cukup kuat untuk memberikan informasi mengenai kandungan informasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal ini disebabkan fluktuasi laba investor yang ada lebih bersifat jangka pendek, dimana investor akan memindahkan investasi mereka apabila dalam satu periode perusahaan tidak cukup untuk memberikan keuntungan bagi mereka.

  Berdasarkan konsep mengenai stakeholders theory, perusahaan membutuhkan dukungan pihak-pihak lain yang terkait demi keberlangsungan perusahaan. Dukungan pihak lain tersebut merupakan kekuatan bagi perusahaan untuk selalu memberikan keuntungan bagi investor. Dukungan yang dimaksud dapat berupa monitoring yang dilakukan oleh investor agar manajemen dapat memperbaiki kinerja secara berkelanjutan, sehingga laba yang dihasilkan dapat meningkat sepanjang waktu. Peningkatan laba yang secara konsisten akan memberikan dampak baik pula kepada investor sebagai keuntungan dari investasi yang mereka tanamkan.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian Naimah dan Utama (2006) yang memberikan bukti empiris bahwa fluktuasi laba yang dihasilkan perusahaan sepanjang waktu tidak memberikan dampak yang cukup kuat kepada relevansi informasi laba yang dihasilkan perusahaan.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa earnings volatility berpengaruh terhadap

  

earnings response coefficient . Hal ini menunjukan fluktuasi laba yang di hasilkan

  perusahaan memberikan pengaruh bagi investor dalam memandang kandungan informasi laba yang disajikan perusahaan. Investor lebih memperhatikan kemampuan perusahaan yang menghasilkan laba yang tidak berfluktuatif. Semakin fluktuatif laba membuat kepercayaan investor semakin berkurang untuk menanamkan modal. Hal ini disebabkan fluktuasi laba investor yang ada lebih bersifat jangka pendek, dimana investor akan memindahkan investasi mereka apabila dalam satu periode perusahaan tidak cukup untuk memberikan keuntungan bagi mereka.

  SARAN

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti hanya menggunakan sampel LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk semua jenis perusahaan. Di Indonesia terdapat ratusan perusahaan yang beroperasi,maka sebaiknya penelitian selanjutnya lebih baik memperluas sampel yang meliputi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia agar hasil penelitian dapat di generalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

  Aprilicia, V. (2014). Road Map International Financial Implementasinya di Indonesia Reporting Standard (IFRS), 8(1), 60 –64. Brigham, E. F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan buku

  I. Jakarta:Erlangga Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2011). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi

  Akuntansi, 105 –115. Clarkson, P., Hanna, J. D., Richardson, G. D., & Thompson, R. (2011). The Impact of

  IFRS Adoption on the Value Relevance of Book Value and Earnings The Impact of IFRS Adoption on the Value Relevance of Book Value and Earnings. Journal

  of Contemporary Accounting & Economics ,7(1),1 –17.

Dokumen yang terkait

PENGARUH VARIABEL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2016

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN UTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 2 26

PENGARUH EARNING PER SHARE DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013-2015

0 0 15

PERANAN AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI FUNGSI PEMASARAN PADA PT MERATUS LINE SURABAYA

0 1 18

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2016

0 0 12

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015

0 0 15

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERN PADA DEALER TOYOTA ASRI MOTOR DI SIDOARJO

0 1 19

PENERAPAN AUDIT MANAJEMEN DALAM MENGUKUR EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI FUNGSI PERSEDIAAN PADA BROTHER CUSTOMER CARE CENTRE SURABAYA

0 3 15

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK PERUSAHAAN IPO YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL BINER

0 2 16

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, UMUR PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

2 5 22