Dea Triana Fauzi 2014 (KONTRIBUSI PERUSAHAAN MNCs SEKTOR PERMINYAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA)

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265 KONTRIBUSI PERUSAHAAN MNCs SEKTOR PERMINYAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh Dea Triana Fauzi dan Dewi Astuti Mudji

  Mahasiswa dan Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung Abstrak Sejak Perang Dunia I, minyak sebagai sumber energi yang sangat penting, dan telah menjadi semakin bertambah penting untuk industri dan perang. Bahkan minyak mentah pun telah menjadi salah satu sumber energi dan menjadi barang yang dapat mempengaruhi kebijakan domestik dan luar negeri suatu negara. Begitu pula perjalanannya hingga masa sekarang, minyak tetap menjadi instrumen penting dalam gejolak perekonomian suatu negara disertai dengan munculnya akor-aktor non-state yang ikut berpengaruh dalam peta perpolitikan suatu negara mengenai langkah kebijakan suatu Pemerintah. Di Indonesia, banyaknya perusahaan asing yang masuk, khususnya di sektor migas, menjadi dinamika tersendiri, dalam perekonomian Indonesia. Di satu sisi hal ini fenomena yang tidak dapat ditolak oleh negara-negara berkembang, namun di sisi lain, fenomena ini justru meperburuk perekenomian negara-negara berkembang tersebut.

  Kata kunci: minyak, sumber energi, perusahaan asing, perekonomian. Pendahuluan Minyak merupakan sumber energi yang sangat penting di dunia.

  Minyak mentah dapat digunakan sebagai alat yang dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara baik itu domestik maupun kebijakan luar negerinya. Sebagai contoh, berbagai kejadian-dunia seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, serta perang-perang yang terjadi di panggung internasional sangat membutuhkan minyak mentah (crude oil) sebagai sumber energi yang menggerakkan persenjataan militer negara-negara di dunia pada saat itu. Kemudian adanya Embargo negara-negara Arab kepada Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1970-an semakin membuktikan Sumber Daya Alam ini merupakan komoditas utama yang dapat menggerakkan politik luar

   negeri, keamanan, dan interaksi antar Negara.

  QysteinNoreng. MinyakDalamPolitik. (Jakarta: CV Rajawali,1983). Hlm. 1.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Minyak bumi juga merupakan sumber energi utama untuk industri, transportasi, rumah tangga dan merupakan sumber devisa bagi negara. Sebagai sumber energi, minyak bumi memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan terhadap bahan bakar ini tiap tahun mengalami peningkatan.

  Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, termasuk di sektor migas. Namun, potensi minyak yang dimiliki Indonesia untuk saat ini memang belum signifikan. Hal ini juga disertai dengan Jumlah ketersediaan energy bahan bakar Indonesia yang mengkhawatirkan, terutama ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini terkait ketersediaan cadangan sumber daya minyak Indonesia sejak tahun 1995 sudah semakin menipis. Data tahun 2002 menunjukkan cadangan minyak bumi sekitar 5 miliar barel dan dengan tingkat produksi minyak tahun 2007 sekitar 500 juta barel. Pada tahun 2009 secara keseluruhan sekitar 950.000 bph, dan cadangan sisa seluruh lapangan minyak di Indonesia tahun 2009 sekitar 5 Milyar barel.

   Hal ini kemudian diperparah

  dengan munculnya perusahan- perusahaan asing di sektor migas yang masuk ke Indonesia, dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Indonesia, namun nyatanya makin memperburuk cadangan minyak di Indonesia yang harusnya dimanfaatkan oleh pemerintah. Hal ini juga yang mempengaruhi kebijakan domestik dan luar negeri pemerintah indonesia dan berimplikasi terhadap perekonomian Indonesia.

  Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Pertumbuhan ekonomi yang stabil merupakan salah satu prasyarat keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama bagi negara berkembang. Suatu Negara ketika sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan primer dalam 47 Bataviase, Saudi Aramco

  diajakbangunkilang, dal iaksestanggal5Maret 2012.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Perusahaan-perusahaan multinasional dianggap sebagai ancaman bagi di negara tempat ia berada. Namun, meskipun demikian, pemerintah negara- negara tersebut tetap saja saling berlomba-lomba (bidding wars) untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di negara mereka dalam bentuk Foreign

  MNC untuk masuk ke dalam

  Ibid.

  Diakses pada tanggal 5 Maret 2012.

  

  serta pengaruhnya terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah

  MNC yang berada di Indonesia

  mencoba untuk menganalisis perusahan-perusahaan asing atau

   Oleh karena itu, penulis

  negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada mulanya diisukan sebagai keunggulan dari masuknya perusahaan multinasional di negara-negara berkembang ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih banyak lagi reaksi-reaksi negatif lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan multinasional di negara-negara dunia ketiga.

  kedaulatan nasioal juga tergadaikan dengan adanya upaya

  Direct Investment. Kehadiran

  negaranya, untuk keperluan penduduknya maka Negara tersebut harus memenuhi kebutuhannya dengan melakukan kerjasama dengan negara lain. Dan dalam perkembangannya pola hubungan tersebut menjadi pola hubungan antara state-non state, wlauapun unsur negara lain masih kental dibelakangnya.

  berkembang, adalah isu mengenai

  MNC, terutama di negara-negara

  Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam praktiknya membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan bagi negara mereka. Salah satu isu yang paling kontroversial mengenai kehadiran

   48 Anissa Mardiana, Pengaruh Kehadiran Perusahaan Multinasional Dunkin’Donuts di Indonesia, dalam

  bidang migas, terkadang memang membawa keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara pihak-pihak yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di negara mereka.

  MNC khususnya dalam hal pada

  Perusahaan Multi Nasional atau

  outsourcing. Selain itu, terkadang

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  

  Politik Bisnis Internasional Hand Out 3, Hubungan Internasional FISIPUniversitas Pasundan, Bandung. Hlm.2 Ibid. hlm. 3.

  Dalam perkembangannya, disamping memberikan manfaat bagi perekonomian suatu negara ternyata perusahaan multinasional juga turut berperan sebagai penghambat karena dampak negatif yang 51 Ade Priangani, Bahan Ajar Mata Kuliah

  d) Menempatkan afiliasi di negara-negara maju.

  c) Kecenderungan memilih jenis kegiatan bisnis tertentu.

  b) Visi dan strategi mendunia (global).

  a) Membentuk afiliasi di luar negeri.

  tersebut mempunyaibeberapa karakteristik, yaitu adalah:

  yang dalam hal ini berimplikasi terhadap perekonomian Indonesia.

  C

  tidak dua negara.Perusahaan ini sangat besar dan memiliki anggaran yang melebihi anggaran banyak negara.Mereka mampu memiliki pengaruh kuat dalam hubungan internasional, memiliki pengaruh ekonomi besar di distrik perwakilan para politisi, maupun sumber daya keuangan luas yang tersedia untuk hubungan masyarakat dan lobi politik.

  Diakses tanggal 5 maret 2012.

  Perusahaan Multinasional (MNC) Serta Penanggulangannya , dalam

  Perusahan Multinasional atau Multi National Corporation adalahperusahaan yang memenej pembangunan produksi atau meyampaikan layanan di paling 50 Adi Nugroho, Dampak-Dampak Negative

  globalisasi di bidang budaya atau di bidang ekonomi, atau di bidang informasi dan sebagainya. Dampak dari adanya globalisasi ini amat banyak dan beragam. MNC atau multinational corporationyang di dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai perusahaan multinasional adalah salah satunya.

  Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Sebenarnya, globalisasi belum memiliki definisi yang pasti karena mencakup banyak aspek dan kekomplekan sifatnya, sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya.

  Tinjauan Teoritis

50 Sebagai bukti, ada yang menyebut

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  ditimbulkannya.Indonesia sebagai salah satu negara yang berdaulat yang berusaha memakmurkan rakyatnya juga tidak bisa menutup mata terhadap adanya perusahaan multinasional ini. Apalagi di sektor migas, dimana minyak merupakan merupakan sumber energi yang penting, sehingga perusahaan- perusahaan asing tersebut datang ke Indonesia untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

  Bahwa minyak merupakan sumber dayaa lam yang sangat potensial menggerakkan politik suatu Negara dan menjadi sumber konflik. Lebih jauhd ijelaskan pula bahwa politik kontemporer yang dikarenakan oleh minyak bukan merupakan hal sederhana yang menunjukkan kepada actor Negara tetapi meluas pada ekonomi yaitu gabungan aktor non negara (perusahaan raksasa).

  oil politics tersebut mempengaruhi

  empat bidang secara luas yaitu : kebijakan politik luar negeri suatu negara, lingkungan hidup, pembangunan dan konflik.

   53 St. Anthony’s International Review Vol. 2 No. 1 May 2006. The International Politics of Oil. Dal

  Ibid.

  Kedudukan kritis minyak dalam keseimbangan energy dunia serta ketidak merataan distribusi sumber-sumbernya, membuat minyak tampil sebagai satu jenis komoditi yang baik secara ekonomis, politis bahkan stategis sedemikian pentingnya. Minyak dunia merupakan sesuatu hal yang kompleks karena selain tingkat kebutuhannya yang tinggi, para pemain di sektor ini termasuk skala besar baikd itingkat bisnis (perusahaan minyak raksasa) maupun kekuatan geopolitik suatu negara. Hal ini menimbulkan beberapa model analisa dengan melihat minyak sebagai dasar penggerak suatu perpolitikan.

  Qystein Noreng dalam

  bukunya“Minyak Dalam Politik” berpendapat: Didalamnya terdapat

  politik penentuan harga dan kendali pengadaannya (baca :minyak) sering kali menjadi sumber ketegangan internasional yang begitu eksplosif. Singkatnya, minyakmempunyai satu hubungan fungsional dengan berbagai issue penting dalam tertib kehidupan manusia. Sejak hamper semua negara di dunia menjadi pengimpo rminyak sekaligus menggantungkan sebagian besar

53 Sehingga

  ISSN 0853- 2265 konsumsi dan kebutuhan energi mereka pada minyak impor, tak dapat dihindarkan bahwa harga dan proses pengendaliannya telah mempengaruhi kemandirian ekonomi dan kebijaksanaan politik luar negeri semua Negara tersebut.

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

55 Faktor-faktor inilah yang

  menyebabkan banyaknya perusahaan asing khususnya di sektor perminyakan, sangat mempengaruhi kebijakan domestik maupun luar negeri suatu negara, dalam kasus ini adalah Indonesia, dan secara langsung berimplikasi terhadap perekonomian Indonesia.

  Pembahasan

  Pada era 1979, Indonesia disebut negara boom

  minyak,dimana pada saat itu

  Indonesia memiliki banyak minyak, dan juga ditandaidengan pecahnya revolusi Iran. Pada Januari 1981, harga minyak mencapai titik tertinggi pada masanya yakni di atas US$ 35/barel dan kemudian merosot. 1982 perekonomian global mulai mengalami stagnasi dan memasuki resesi memilukan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia QysteinNoreng. Op. Cit. Hlm. 33. terpukul oleh dua kekuatan, yakni penurunan konsumsi energi secara global yang berakibat turunnya permintaan akan minyak Indonesia dan menyusutnya pasar dunia bagi komoditas non- migasnya.

   Selama dekade boom minyak, Pertamina

  mengimplementasikan sistem pajak minyak yang efektif melalui sebuah sistem yang di kenal sebagai “pembagian produksi” yang menjamin bahwa sebagian besar keuntungan pendapatan dari harga tinggi masuk ke Indonesia. Perusahaan minyak diberi hak eksploitasi sebagai imbalan atas kontrak dimana pendapatan dibagi berdasarkan atas perjanjian sebelumnya, yakni 15 % untuk Pertamina dan selebihnya perusahaan asing.

  nilah yang

  menjadi awalnya masuknya orang- orang asing yang justru lebih menguntukan terhadap pihak perusahaan asing dibanding dengan pertamina yang beralasan tidak mampu mengelola kilang minyak yang ada di Indonesia. 56 Radius Pramiru, Pergulatan Indonesia

  Membangun Ekonomi. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004). Hlm. 324 57 Hal Hill, Ekonomi Indonesia Edisi ke 2, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002).

  Hlm. 227.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  British Petroleum. Keenam

  perusahan itu menguasai 90 persen total produksi minyak Indonesia. Perusahaan- perusahaan multinasional tersebut menguasi minyak Indonesia lewat skenario kontrak bagi hasil atau

  production sharing contract (PSC).

  Selama ini pemerintah mengklaim mendapat bagian yang lebih besar dalam kontrak bagi hasil migas, yaitu sebesar 85%, sementara perusahaan swasta (kontraktor kontrak kerja sama/KKKS) yang mayoritas perusahaan migas asing hanya mendapat 15%.

   Dalam hal ini, negara justru mendapat porsi lebih kecil.

  Contohnya pada produksi minyak tahun 2005. Sebelum dipotong

  Ada banyak hal yang perlu diperiksa terkait politik energi nasional, sebuah wilayah gelap yang menyimpan begitu banyak rahasia. Di dalamnya tersembunyi relasi-relasi kepentingan perusahaan-perusaahan migas asing, negara-negara kaya, lembaga-lembaga keuangan dunia, para broker minyak, dan pemerintah.Meskipun negeri kita kaya minyak, kenyataannya pemodal asing lah yang menguasai sumur-sumur minyak yang tersebar dinegeri ini. Sebanyak 85,4% konsesi pengelolaan migas nasional dikuasai perusahan asing. Yang terbesar dikuasai Exxon Mobil, Vico, Conoco Philips, Chevron dan

  mencatat angka lifting minyak 2005 adalah 364.376.000 barel. Dengan harga rata-rata minyak mentah di tahun itu 60 dollar AS per barel, total pendapatan dari lifting minyak 2005 sebesar 21,8 miliar dollar AS. Setelah dipotong

  cost recovery untuk KKKS sebesar

  4,19 miliar dollar AS, sisa pendapatan migas yang harus dibagi hasil 17,61 miliar dollar AS. Dari bagi hasil di tahun itu, pemerintah mendapat 10,6 miliar dollar AS dan KPS 7,04 miliar dollar AS. Dengan demikian, sistem bagi hasilnya pemerintah mendapat 48,62 persen, sementara KKKS mendapat 51,5 persen.

   Terdapat sejumlah

  kontraktor migas asing, seperti Total, Conoco Philips, ExxonMobil 58 George Hormat, 2008,

  KontraktorAsingMinyakBagiHasil, dal iakses 07 Maret 2012.

  Ibid .

  cost recovery, BP-MIGAS

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Oil, Cevron Pacific Indonesia, BP dan Cynox Oil Company, yang ditemukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), membuat negara merugi Rp 27 triliun. Kerugian dihasilkan oleh penggelembungan biaya produksi minyak yang ditagihkan sebagai Cost Recovery.

  satu kontraktor mengklaim biaya sewa mesin generator ke anak usahanya sendiri senilai 80 juta dollar AS per tahun. Dari situ negara rugi 30 juta dollar AS per tahun. Dari pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) di Depkeu, sejak 2005 hingga 2007, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan ada dana sebesar Rp 39,9 triliun yang tidak dibayarkan perusahaan asing kepada pemerintah dan diklaim sebagai

  cost recovery. Temuan lain berupa

  penerimaan migas yang tidak tercatat dan dibelanjakan tanpa melalui mekanisme APBN. Jumlahnya mencapai Rp 120,3 triliun.

   60 Cost Revovery adalah pembebanan biaya produksi yang dikeluarkan kontraktor migas kepada pemerintah. Jadi setelah produksi minyak mulai berjalan, sebagian hasilnya menjadi jatah kontraktor sebagai ganti biaya yang telah dikeluarkan selama eksplotiasi.

  Ibid .

  Melalui skenario bagi hasil dengan cost recovery-nya, para pemodal asing itu meraup keuntungan besar dari lonjakan harga minyak. Beberapa contohs eperti Chevron, Exxon Mobil,

  British Petroleum dan Total

  meraup keuntungan masing- masing 18,6 miliar dollar AS, 40,6 miliar dollar AS, 31,3 miliar dollar AS, dan 17,7 miliar dollar AS. Ironisnya, hal itu terjadi ketika pada saat yang sama, dan oleh sebab yang sama, APBN mengalami defisit, industry dalam negeri kembang-kempis dan rakyat harus berhadapan dengan kenaikan harga BBM dan kenaikan harga berbagai kebutuhan hidup sebagai dampakl anjutan.

60 Misalnya, salah

  Simpulan

  Masuknya perusahaan asing ke Indonesia khususnya di sektor perminyakan ternyata cukup memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang selama ini diterapkan justru memberikan keleluasaan bagi perusahaan asing tersebut di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan keuntungan yang sangat besar didapat oleh perusahaan-

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  perusahaan asing tersebut negatif yang ditimbulkan. Ada dibanding dengan pendapatan beberapa pendekatan yang dapat yang didapat oleh negara untuk dilakukan pemerintah dalam kesejahteraan rakyat. mengambil kebijakan yang tepat

  Disatu sisi Pemerintah juga tersebut. tidak dapat menutup mata dan menolak kehadiran perusahaan- perusahaan asing tersebut karena memang keadaan ini merupakan efek dari berkembangnya perekonomian dunia yang cenderung kapitalis. Adanya ancaman pengucilan dari dunia internasional apabila Indonesia melarang masuknya perusahaan- perusahaan asing ini masuk ke Indonesia juga menjadikan hal yang dilematis bagi Indonesia dalam mengambil kebijakan tersebut. Selain itu, Perusahaan asing juga memberikan dampak- dampak positif terhadap Indonesia walaupun tidak sebesar dampak negatif yang di timbulkan oleh perusahaan asing tersebut.

  Oleh karena itu, perlu diambil sebuah kebijakan yang terukur dan jelas serta tegas oleh Pemerintah dalam mengatur dominasi perusahaan asing atau

  MNC tersebut. Kebijakan-

  kebijakan tersebut harus dapat menanggulangi dan meminimalisasi dampak-dampak

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265 DAFTAR PUSTAKA

  Hill, Hal. 2002. Ekonomi

   Indonesia Edisi ke 2.

  Jakarta:PT Raja Grafindo

  

  Persada

   Diakses Noreng, Qystein. 1983.

  pada tanggal 5 Maret Minyak Dalam Politik. 2012 Jakarta: CV Rajawali.

  Nugroho, Adi. Dampak- Pramiru, Radius.

  Dampak Negative

  2004.Pergulatan Indonesia

  Perusahaan Membangun Ekonomi. Multinasional (MNC)

  Jakarta: Elex Media

  Serta Komputindo. Penanggulangannya,

  dalam Bataviase.Saudi Aramco

   diajak bangun kilang,

  dalam

  

  Diakses tanggal 5

  

  maret 2012 tanggal 5 Maret 2012 St. Anthony’s International Review

  Mardiana, Annisa.Pengaruh Vol. 2 No. 1 May 2006. The

  Kehadiran International Politics of Oil. Dalam Perusahaan

  Multinasional Dunkin’

  Donuts di Indonesia,

  dalam