RAK Dit. Bina Oblik dan Perbekkes 2015 2019

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik.
RAK ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
Kementerian

Kesehatan

(RPJMN)
Republik

tahun

2015-2019,


Indonesia

Tahun

Rencana

Strategis

2015-2019,

(Renstra)

Rencana

Kerja

Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Tahun Anggaran 2016, serta Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 dan perubahannya dalam Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan. RAK ini dibuat sebagai bentuk upaya dalam menjabarkan rencana
pengembangan program dan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan.
RAK ini berguna sebagai panduan dan acuan dalam manajemen Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, mulai dari perencanaan program dan kegiatan,
pelaksanaan dan pengendalian, pengorganisasian, pembiayaan, serta monitoring dan
evaluasi pencapaian program dan kegiatan. RAK merupakan salah satu komponen dalam
penilaian akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah. Selain itu, RAK juga dapat digunakan
sebagai sumber informasi mengenai kontribusi dan dukungan Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan pada program-program Kementerian Kesehatan dalam
mewujudkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia, yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.
Kami menyadari RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ini
belum sempurna. Untuk itu masukan berupa saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya penyusunan RAK ini di masa yang akan datang.
Jakarta, 30 Januari 2015

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

2


DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……………………………………………………………….…….…….

1

Kata Pengantar ……………………………………………………………………..…….…

2

Daftar Isi ………………………………………….…………………………………………

3

Daftar Tabel ………………………………………………………………………..……….

4

Daftar Gambar …..……………………………………………………..……………………


5

Daftar Lampiran ……………………………………………………………..……………...

6

BAB I :

PENDAHULUAN ……………..……………………………………...…………

7

A. Latar Belakang ………….……………………………………………….…

7

B. Tujuan………………………….………………………………………...…..

8


C. Sistematika Penyajian ……………………………………………….…...

8

PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN ………………………….

10

A. Kondisi Umum, Potensi dan Permasalahan ……………….…………

10

B. Keadaan Yang Ingin Dicapai …………………………………………….

17

BAB III :

KEBIJAKAN DAN STRATEGI ………………………………………..……...


18

BAB IV :

RENCANA AKSI KEGIATAN ………………………………………..…...….

19

BAB II :

A. Pencapaian Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2010-2014 ………………………..

19

B. Indikator Kinerja Kegiatan dan Target Tahun 2015-2019 ………..…

19


C. Tata Laksana Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2015-2019 ……….

19

D. Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2015BAB V :

2019…………………………………………………………………………..

23

PENUTUP ……………………………………………………………………….

24

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

3

DAFTAR TABEL


Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4

Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi Tahun
2011-2014 …………………………………………………………………….……
Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan ……………………………….……….…….
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan ……………..
Daftar Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan
Vaksin di Puskesmas ...................................................................................

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

15
20
20
21


4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4

Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Berdasarkan Pendidikan …………………………………..……
Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan ..................................................................................................
Realisasi e-Purchasing Tahun 2013-2014 .................................................
Desain Penyempurnaan e-Logistik ………………………………………….

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

11

12
13
16

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Contoh Perhitungan dan Format Pelaporan Indikator Persentase
Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas .......................................... 26
Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan Indikator
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan
Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar …………….... 27

Formulir Rekapitulasi Indikator Persentase Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar Untuk Provinsi ………..…………….……………… 29
Matriks Rencana Kegiatan dan Kerangka Pendanaan Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 …….…
30

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

6

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28.
Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan
memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan perundangundangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam
perencanaan program dan kegiatan. Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan
misi Presiden Republik Indonesia yang keempat, yaitu “Mewujudkan kualitas hidup
manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera”, karena hanya manusia yang
sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat.
Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tercantum di
dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan
berbasis bukti ilmiah. Subsistem tersebut merupakan tatanan yang menghimpun
berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan
perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan dan
meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial
merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga penyediaan obat esensial
merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 merupakan
acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun
waktu lima tahun bagi seluruh stakeholders jajaran kesehatan baik di Pusat maupun
Daerah, termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha. Di dalam Renstra

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

7

Kementerian Kesehatan terdapat 12 sasaran strategis yang akan dicapai dalam periode
2015-2019. Sasaran yang terkait dengan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
adalah sasaran keempat, yaitu meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan
farmasi dan alat kesehatan dengan sasaran yang akan dicapai pada tahun 2019 adalah:
1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%;
2. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di
dalam negeri sebanyak 35 jenis, dan
3. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
sebesar 83%.
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah
peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, dengan keluaran
tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah. Adapun indikator pencapaian keluaran
tersebut pada tahun 2019 adalah:
a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%;
b. Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melaksanakan manajemen
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar sebesar 75%.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusun Rencana Aksi Kegiatan (RAK)
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019 yang
merupakan suatu proses penyiapan infrastruktur di bidang pengendalian harga obat,
penyediaan, pengelolaan, dan pemantauan serta evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan.
B. TUJUAN
RAK ini disusun dengan tujuan agar tersedianya dokumen perencanaan yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 20152019, sehingga tercapai kinerja yang lebih baik sesuai dengan indikator kinerja yang
sudah ditetapkan dengan target capaian yang diukur setiap tahun hingga akhir periode
Renstra Kementerian Kesehatan.
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN
RAK Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019
disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

8



BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, tujuan, serta sistematika
penyajian.



BAB II. PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN, menguraikan kondisi
umum, potensi dan permasalahan serta keadaan yang ingin dicapai.



BAB III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI, membahas kebijakan yang dipakai untuk
melaksanakan kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
selama lima tahun dan strategi yang digunakan dalam pencapaian indikator kinerja
kegiatan.



BAB IV. RENCANA AKSI KEGIATAN, terdiri dari pencapaian RAK periode tahun
2010-2014, indikator kinerja kegiatan dan target 2015-2019 berikut tata laksananya,
serta kegiatan pendukung indikator kinerja kegiatan.



BAB V. PENUTUP, yang berisi rekomendasi pencapaian indikator kinerja kegiatan
sesuai target.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

9

BAB II
PERKEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN
1. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi
Berdasarkan

Peraturan

1144/MENKES/PER/VIII/2010

dan

Menteri
perubahannya

Kesehatan
dalam

Peraturan

Nomor:
Menteri

Kesehatan nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan RI, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan;
4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Bagan struktur organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan dapat dilihat pada gambar 2.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan hingga akhir tahun 2015 berjumlah 39 orang dengan rincian
sebagai berikut:

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

10

a. Menurut Jabatan:


Jabatan Struktural

= 14 orang



Jabatan Fungsional Umum

= 25 orang

b. Menurut Golongan:


Golongan II

=



Golongan III

= 26 orang



Golongan IV

= 10 orang

3 orang

c. Menurut Pendidikan:


S2 non apoteker

= 2 orang



S2 dan Apoteker

= 6 orang



Apoteker

= 18 orang



Dokter gigi

= 1 orang



Sarjana Farmasi

= 1 orang



Sarjana Ekonomi

= 2 orang



Sarjana Sosial

= 1 orang



Sarjana Komputer

= 1 orang



D3 Farmasi

= 4 orang



D3 Manajemen Informatika

= 1 orang



SMA

= 2 orang

Gambar 1. Komposisi Pegawai Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Pendidikan

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

11

DIREKTUR BINA OBAT
PUBLIK DAN PERBEKALAN
KESEHATAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIT ANALISIS DAN
STANDARDISASI HARGA
OBAT

SUBDIT PENYEDIAAN
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN
KESEHATAN

SUBDIT PENGELOLAAN
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKKES

SUBDIT PEMANTAUAN
DAN EVALUASI PROGRAM
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKKES

SEKSI ANALISIS HARGA
OBAT

SEKSI PERENCANAAN
PENYEDIAAN OBAT
PUBLIK DAN PERBEKKES

SEKSI STANDARDISASI
PENGELOLAAN OBAT
PUBLIK DAN PERBEKKES

SEKSI PEMANTAUAN
PROGRAM OBAT PUBLIK
DAN PERBEKKES

SEKSI STANDARDISASI
HARGA OBAT

SEKSI PEMANTAUAN
KETERSEDIAAN OBAT
PUBLIK DAN PERBEKKES

SEKSI BIMBINGAN DAN
PENGENDALIAN OBAT
PUBLIK DAN PERBEKKES

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

12

SEKSI EVALUASI
PROGRAM OBAT PUBLIK
DAN PERBEKKES

3. Kondisi umum, potensi dan permasalahan yang terjadi di Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan pada akhir Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
a.

Penerapan e-Katalog Obat
Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, sejak tahun 2013 penetapan harga obat untuk pengadaan
pemerintah dilaksanakan melalui lelang harga satuan (e-katalog), dengan harapan agar
pengadaan obat lebih transparan, efektif, efisien dan akuntabel dalam rangka menjamin
tersedianya obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. Obat-obat yang masuk ke dalam
e-katalog adalah obat-obat yang terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).
Dengan telah terbangunnya sistem e-katalog obat, maka Kementerian / Lembaga
/ Dinas / Instansi (K/L/D/I) dapat langsung memanfaatkan sistem e-katalog obat dalam
pengadaan obat dengan prosedur e-purchasing. Pengadaan obat berdasarkan ekatalog telah dilaksanakan sejak tahun 2013 untuk 196 item obat dalam 327 sediaan
generik, dan melibatkan kurang lebih 29 industri farmasi.
Tahun 2014, Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, pelayanan obat
untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum
dalam Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Oleh karena itu, ekatalog obat terus dikembangkan menyesuaikan dengan Fornas. Sampai dengan
Oktober 2014, sejumlah 724 sediaan obat telah ditayangkan dalam e-katalog obat dan
melibatkan 77 industri farmasi.

Gambar 3. Realisasi e-Purchasing Tahun 2013-2014

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

13

b. Pengelolaan Obat di Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan membutuhkan dukungan
berbagai pihak, baik diselenggarakan oleh Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Wujud dari dukungan tersebut dapat berupa kegiatan, anggaran dan komitmen.
Anggaran yang diperlukan dapat berasal dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota,
APBN dan Dana DAK sub bidang pelayanan kefarmasian.
Kebijakan

Obat

Nasional

(KONAS)

Tahun

2006

menyebutkan

bahwa

keberadaan gudang farmasi Kabupaten/Kota diubah namanya menjadi Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK). Kebijakan tersebut bersinergi dan mendukung langsung terhadap
peningkatan kapasitas institusi pengelola obat di Kabupaten/Kota. Selain itu, terbitnya
kebijakan mengenai pengelolaan obat terpadu (one gate policy) memberikan stimulasi
kepada para pengelola program dan pengelola obat, untuk melakukan manajemen
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang baik dan benar.
Pencapaian kinerja bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan
tahun 2010-2014 diukur dengan indikator persentase IFK sesuai standar. Penilaian
terhadap indikator tersebut mencakup unsur Sumber Daya Manusia (Porsi 40%), Sarana
dan

Prasarana

(Porsi

40%),

dan

Anggaran

Operasional

(Porsi

20%)

yang

dioperasionalkan menjadi subkomponen dan pembobotan. Pengertian IFK yang sesuai
standar adalah IFK yang mempunyai skor minimal 60% (passing grade) berdasarkan
penilaian terhadap semua unsur di atas. Peningkatan kapasitas IFK menjadi salah satu
tolak ukur kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengingat
pentingnya pemenuhan infrastruktur penyimpanan dan manajemen pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan.
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan
penting dalam memberikan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan.
Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan bermutu di sarana
pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga kefarmasian pengelola
obat di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan
wujud dari kinerja tenaga kefarmasian pengelola obat, disamping ketersediaan sarana
dan prasarana serta dukungan anggaran operasional. Selain itu, ditentukan dari
kemampuan melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan.
Untuk meningkatkan kinerja pengelola obat dan perbekalan kesehatan di
Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu diberikan penghargaan (reward)
atas prestasi kerjanya. Dalam memberikan penghargaan tersebut, maka dilakukan
penilaian yang meliputi beberapa aspek antara lain penguasaan kompetensi termasuk

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

14

kepribadian, kemampuan pengelolaan obat, kesiapan institusi dan pengembangan diri
pengelola obat. Pemberian penghargaan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2011 dan
dilakukan saat acara puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN). Data
pemenang tenaga kefarmasian pengelola obat berprestasi dari tahun 2011–2014 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tahun

Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi
Nama

Daerah Asal

Nama

Daerah Asal

IF Provinsi
Sulawesi
Tenggara
IF Provinsi
Papua

Endang
Wisrowowati,
S.Si, Apt
Sri Winarni,
S.Si, Apt, M.Kes

IF Kabupaten
Lampung
Utara
IF Kabupaten
Sleman

Dra. Helmi
Rahayu, Apt

IF Kota
Semarang

Drs.
Hamonangan,
Apt, M.Kes
Arwis, S.Si,
M.M.Kes, Apt
Hj. Renny
Haslinda, S.Si.,
Apt.

Kurnia
Yuliawati, S.Si.,
Apt

IF Kab.
Kapuas Hulu

Suhelmi, S.Si.,
Apt, M.Kes

2011

Gita Fitrahwati,
SKM, M.Kes

2012

Dra. Lusia Ang,
Apt

2013

Decky
Ferdiansyah,
S.Si., Apt

IF Provinsi
Lampung

Dra. Hj. Ida
Widyani,
SpFRS, Apt

IF Provinsi
Kalimantan
Selatan

2014

Nama

Daerah Asal
IF Kabupaten
Simalungun
IF Kabupaten
Bulukumba
IF Kabupaten
Tapin

IF Kab. Luwu
Timur

Tabel 1. Data Pemenang Tenaga Kefarmasian Pengelola Obat Berprestasi
Tahun 2011-2014

c. Pelayanan dan Pengelolaan Obat Untuk Kesehatan Haji
Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan setiap tahun. Berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji, salah satu kewajiban pemerintah adalah melakukan pelayanan kesehatan yang
diperlukan oleh Jemaah Haji. Pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik
pada saat persiapan maupun pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan.
Pengelolaan obat dan alat kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji
dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan, khususnya oleh Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yang
diilaksanakan dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
penggunaan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi. Petugas yang
melaksanakan pengelolaan obat dan alat kesehatan haji yaitu tenaga farmasi yang
bertugas sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pada musim haji, baik yang
bertugas di Depo Pusat, Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Daker Mekkah, Daker Madinah,
Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), maupun sektor. Sedangkan di kloter dikelola
oleh tenaga kesehatan yang bertugas pada masing-masing kloter.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

15

Dalam persiapan dan pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebagai unit teknis Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan turut berperan aktif memberikan pelatihan bagi
petugas haji yang mengelola obat dan alat kesehatan haji, mengadakan vaksin haji dan
umrah, obat dan perbekalan kesehatan, menerima obat dan perbekalan kesehatan di
Arab Saudi, mengisi dan mendistribusikan tas kloter, mengkoordinir pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan di Arab Saudi, serta melaksanakan stock opname obat dan
perbekalan kesehatan di Arab Saudi.
d. Perkembangan e-Logistik
Informasi ketersediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan
aspek yang penting dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan baik di tingkat
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Informasi yang tersedia hendaknya merupakan
informasi yang akurat, tepat dan cepat sehingga dapat digunakan untuk semua pihak
yang membutuhkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan telah mengembangkan aplikasi ketersediaan obat di tingkat
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang dinamakan Sistem e-Logistik yang digunakan
dalam manajemen pengelolaan dan pemantauan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi.
Sistem e-Logistik adalah aplikasi pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi
Farmasi Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaporan, pencatatan,
dan pengelolaan obat dan BMHP. Tujuan dari sistem e-Logistik yaitu :
a. Memastikan ketersediaan obat dan BMHP di daerah
b. Meningkatkan efektifitas pemantauan ketersedian obat dan BMHP di daerah
c. Mempermudah realokasi obat dari daerah yang berlebih ke daerah yang kekurangan
sehingga obat dan BMHP dapat diserap dengan optimal.

Gambar 4. Desain Penyempurnaan e-Logistik

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

16

Modul e-Logistik terdiri dari :
1) Manajemen Profil Kabupaten/Kota
2) Manajemen Logistik
3) Laporan Rutin
Pada tahun 2014 telah dilakukan upaya untuk perbaikan dan pengembangan sistem
e-Logistik antara lain:
1) Updating master data obat dan perbekalan kesehatan.
Updating master data obat dan perbekalan kesehatan diperlukan untuk
menjadi fondasi dalam pengembangan e-Logistik. Sumber data obat dan perbekalan
kesehatan dapat berasal dari beberapa sumber dengan variasi yang berbeda.
2) Penguatan Tim Pengelola e-Logistik Pusat.
Dalam tim pengelola e-Logistik di pusat, dibutuhkan tim yang solid. Oleh
karena itu penguatan level di pusat harus diutamakan terlebih dahulu agar sosialisasi
di daerah dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dibutuhkan administrator e-Logistik
yang mempunyai tugas untuk memantau data yang masuk ke bank data, serta help
desk untuk membantu keluhan dan permasalahan yang terjadi di daerah.
3) Uji coba software baru e-Logistik sistem di beberapa Provinsi..
Dengan melaksanakan uji coba, masukan dan diskusi terkait fungsi, manfaat
dan kemudahan penggunaan dapat dilihat dan segera di follow up untuk
penyempurnaan aplikasi e-Logistik.
B. KEADAAN YANG INGIN DICAPAI
Tahun 2019 adalah tahun akhir periode Renstra 2015-2019. Keadaan yang ingin dicapai
dari pelaksanaan kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan
adalah:
1. Tersedianya obat dan vaksin di Puskesmas mencapai minimal 90%.
2. Instalasi Farmasi Kabupaten Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar yang ditetapkan mencapai minimal 75%.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

17

BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Kebijakan, strategi serta upaya yang akan dilakukan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan untuk mencapai target indikator kinerja kegiatan antara lain:
1. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk meningkatkan
alokasi anggaran obat, vaksin dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah.
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan dan
penyedia obat (produsen dan distributor) mengenai kebijakan penyediaan obat dengan
menggunakan e-katalog obat, sehingga proses pengadaan dapat berjalan dengan lancar.
3. Pengendalian harga obat, regulasi terkait jaminan ketersediaan dan keterjangkauan obat,
pengadaan buffer stok serta obat dan vaksin program, penerapan kebijakan pengelolaan obat
satu pintu, peningkatan kapasitas SDM Farmasi di Pusat dan Daerah, penerapan wilayah bebas
korupsi, pengalokasian anggaran distribusi dan dekonsentrasi, pembekalan manajemen
pengelolaan obat dan vaksin, penyusunan pedoman pengelolaan obat khusus untuk DTPK,
pemberian bantuan pembangunan dan renovasi IFK dari DAK untuk meningkatkan mutu
penyimpanan obat, serta peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
4. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kefarmasian dan melakukan Training Of Trainer (TOT) tentang manajemen
pengelolaan obat kepada tenaga pengelola obat di Provinsi.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

18

BAB IV
RENCANA AKSI KEGIATAN

A. PENCAPAIAN RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN
PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN 2010 – 2014
Pada periode tahun 2010-2014, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
telah meraih kemajuan dalam manajemen logistik obat dan perbekkes. Ketersediaan obat dan
vaksin telah mencapai 100,51% di tahun 2014 dari semula 82% di tahun 2010. Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang memenuhi standar juga telah meningkat menjadi 87,53% di tahun 2014
dari semula 32,8% di tahun 2010. Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah mencapai 85,90% di tahun 2014 dari semula 81,59% di tahun 2011. Hal
ini menjadi pendukung bagi pelayanan kesehatan, untuk menjamin tersedianya obat, vaksin,
dan perbekalan kesehatan dalam jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.
Tantangan yang harus diantisipasi dalam periode tahun 2015-2019 adalah disparitas
ketersediaan obat antar wilayah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Salah satu penyebab terjadinya
hal ini adalah belum optimalnya pemanfaatan sistem informasi terkait manajemen logistik, misal.
e-logistik, pemantauan e-purchasing, sampai dengan pengendalian harga obat. Ketersediaan
obat dan vaksin akan dipantau sampai ke tingkat Puskesmas. Selain itu, kualitas manajemen
logistik obat dan perbekalan kesehatan juga menjadi perhatian, mengingat semakin banyak
pihak yang menyadari arti penting pengelolaan obat satu pintu (one gate policy). Dengan
demikian, menjadi hal yang prioritas untuk meningkatkan manajemen logistik obat dan
perbekalan kesehatan, terutama di sektor publik.
B. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DAN TARGET TAHUN 2015-2019
Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menjelaskan bahwa sasaran dari
kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya
obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan
kesehatan pemerintah. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut secara terarah maka
ditetapkan indikator kinerja kegiatan (IKK) dan target yang dapat dilihat pada tabel dua.
C. TATALAKSANA INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015-2019
1. Definisi Operasional (DO)
Untuk menyamakan persepsi dalam operasionalisasi pencapaian indikator kinerja
kegiatan, maka dirumuskan Definisi Operasional (DO) dari masing-masing indikator yang
dapat dilihat pada tabel tiga.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

19

TARGET
KEGIATAN

SASARAN

Peningkatan
Ketersediaa
n Obat
Publik dan
Perbekalan
Kesehatan

Tersedianya
obat, vaksin,
dan
perbekalan
kesehatan
yang bermutu,
merata, dan
terjangkau di
pelayanan
kesehatan
pemerintah.

IKK
Persentase
ketersediaan obat
dan vaksin di
Puskesmas
Persentase
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
yang melakukan
manajemen
pengelolaan obat
dan vaksin sesuai
standar

2015

2016

2017

2018

2019

77%

80%

83%

86%

90%

55%

60%

65%

70%

75%

Tabel 2. Sasaran dan Target Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
NO

INDIKATOR KINERJA

URAIAN

1

Persentase ketersediaan
obat dan vaksin di
Puskesmas

Definisi Operasional :
Tersedianya obat dan vaksin indikator di Puskesmas
untuk program pelayanan kesehatan dasar.
Pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat
indikator.
Perhitungan :
Menghitung persentase ketersediaan obat/ vaksin
Puskesmas dengan menggunakan rumus berikut:
Jumlah kumulatif item obat indikator
yang tersedia di (n) Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
X
Jumlah total item obat indikator

2

Persentase instalasi
farmasi Kabupaten/ Kota
yang melakukan
manajemen pengelolaan
obat dan vaksin sesuai
standar

x 100%

Definisi Operasional :
Instalasi Farmasi Kab/Kota (IFK) yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin atau
manajemen pengelolaan obat sesuai standar dengan
skor minimal 70.
Perhitungan :
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota yang
melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin
atau manajemen pengelolaan obat sesuai standar (S)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah IF Kab/Kota yang melakukan
manajemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar

x 100%

Jumlah IF Kab/Kota seluruh Indonesia

Tabel 3. Definisi Operasional dan Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

20

2. Batasan dan Ketentuan
a. Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
1) Dasar Pemilihan Puskesmas dan Kabupaten/Kota
Puskesmas yang terpilih sebagai sampel berjumlah 1.328 Puskesmas dan
tersebar di 34 Provinsi di Indonesia. Puskesmas tersebut ditetapkan berdasarkan
metode proportional random sampling berbasis Provinsi sesuai jumlah dan rasio
Puskesmas perawatan dan non perawatan.
2) Dasar Pemilihan Item Obat dan Vaksin Indikator
Obat dan vaksin yang dipilih sebagai obat dan vaksin indikator merupakan
obat

dan

vaksin

pendukung

program

kesehatan

ibu,

kesehatan

anak,

penanggulangan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar yang banyak
digunakan dan terdapat di dalam Formularium Nasional. Item obat dan vaksin
indikator dapat dilihat pada tabel 4.
NO

NAMA OBAT

BENTUK SEDIAAN

1

Albendazol

Tablet

2

Amoxicillin 500 mg

Tablet

3

Amoxicillin

Syrup

4

Deksametason

Tablet

5

Diazepam 5 mg/mL

Injeksi

6

Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL)

Injeksi

7

Fitomenadion (Vitamin K)

Injeksi

8

Furosemid 40 mg

Tablet

9

Garam oralit

Serbuk

10

Glibenklamid

Tablet

11

Kaptopril

Tablet

12

Magnesium Sulfat 20 %

injeksi

13

Metilergometrin Maleat 0,200 mg-1 ml

injeksi

14

Obat Anti Tuberculosis dewasa

Tablet

15

Oksitosin

injeksi

16

Parasetamol 500 mg

Tablet

17

Tablet Tambah Darah

Tablet

18

Vaksin BCG

injeksi

19

Vaksin TT
Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib

injeksi

20

injeksi

Tabel 4. Daftar Item Obat dan Vaksin Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
di Puskesmas

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

21

3) Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan
Contoh perhitungan dan format pelaporan dapat dilihat pada lampiran satu.
4) Mekanisme Pelaporan


Periode pencatatan data di Puskesmas dilakukan pada tanggal 25 setiap
bulannya. Jika tanggal 25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada
hari kerja berikutnya.



Puskesmas melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin indikator ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal satu bulan berikutnya.



Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
paling lambat tanggal lima bulan berjalan.



Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan paling lambat tanggal sepuluh bulan berjalan melalui
email obat.publik@kemkes.go.id atau fax ke 021-521 4872 atau melalui surat.
Pelaporan selain melalui email/fax/surat, dapat disampaikan melalui media
komunikasi lainnya.

b. Indikator

Persentase

Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota

yang

Melakukan

Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar
1) Kriteria
Skor total minimal yang digunakan sebagai standar adalah 70. Penilaian
meliputi porsi sumber daya (60%) dan porsi manajemen pengelolaan (40%).
2) Bobot Penilaian, Contoh Perhitungan dan Formulir Pelaporan
Bobot penilaian, contoh perhitungan dan formulir pelaporan dapat dilihat pada
lampiran dua.
3) Mekanisme Pelaporan


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
berupa hasil perhitungan Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang
Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar paling
lambat tanggal 1 Mei atau 1 Oktober setiap tahun. Sedangkan Dinas Kesehatan
Provinsi melaporkan ke Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
berupa data rekapitulasi IFK yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan
Vaksin Sesuai Standar di wilayahnya paling lambat tanggal 1 Juni atau 1
November setiap tahun melalui email obat.publik@kemkes.go.id atau melalui fax
ke 021-5214872 atau melalui surat, dengan menggunakan formulir pada
lampiran tiga.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

22



Apabila ada perubahan data Instalasi Farmasi, maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengirimkan laporan untuk periode berikutnya dan apabila tidak
ada perubahan data Instalasi Farmasi maka Kabupaten/Kota tidak perlu
mengirimkan laporan untuk periode berikutnya.



Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan verifikasi atas penilaian dan skor
yang diberikan oleh Kabupaten/Kota.

D. KEGIATAN PENDUKUNG INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015-2019
Kegiatan peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan didukung
dengan lima keluaran yang dituangkan dalam dokumen Kertas Kerja Tahunan dan Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga sebagai berikut :
1. NSPK Bidang Obat Publik dan Perbekalan kesehatan
2. Paket Penyediaan Obat dan Vaksin Program Kesehatan
3. Tata Kelola Obat dan Perbekalan Kesehatan
4. Data dan Informasi Publik Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Layanan Umum
Masing-masing keluaran tersebut memiliki komponen kegiatan beserta anggaran yang
disusun untuk periode lima tahun ke depan yang dapat dilihat pada lampiran empat.

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

23

BAB V
PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
periode 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk periode lima tahun. Dokumen perencanaan ini mengacu
pada rencana strategis dan sasaran yang telah ditetapkan pada tingkat Kementerian Kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan RAK ini sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,
ketatalaksanaan, sumber daya manusia dan ketersediaan anggaran, serta komitmen semua
pimpinan dan staf Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Tidak kalah pentingnya
bahwa keterlibatan para pemangku kepentingan utama baik dalam bentuk koordinasi, partisipasi
maupun pemberdayaan juga sangat besar peranannya dalam keberhasilan pelaksanaan RAK ini.
Selanjutnya untuk menjaga keselarasan dan konsistensi dalam pelaksanaannya, akan
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Apabila diperlukan, dapat dilakukan
perbaikan/revisi penyesuaian muatan pada RAK ini, termasuk indikator kinerjanya yang
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah peran dan fungsi yang
optimal dalam pencapaian pelayanan kesehatan yang prima, merata dan terjangkau dengan
mengacu kepada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

***

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

24

LAMPIRAN 1
CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMAT PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
DI PUSKESMAS
Ketersediaan Ada / Tidak
Provinsi Aceh
Kab Aceh Timur
No.

Nama Obat

Albendazol tab
Amoxicillin 500 mg tab
Amoxicillin syrup
Deksametason tab
Diazepam injeksi 5 mg/mL
Epinefrin (Adrenalin) injeksi
0,1% (sebagai HCL)

Tablet
Tablet
Botol
Tablet
Ampul

7

Fitomenadion (Vitamin K) injeksi

Ampul

8
9
10
11
12

Furosemid tablet 40 mg
Garam oralit
Glibenklamid
Kaptopril tab
Magnesium Sulfat injeksi 20 %
Metilergometrin Maleat inj
0,200 mg-1 ml
Obat Anti Tuberculosis dewasa
Oksitosin injeksi
Parasetamol 500 mg tab
Tablet Tambah Darah
Vaksin BCG
Vaksin TT

6

13
14
15
16
17
18
19

Kota Banda Aceh
Pksms
Pksms
Baiturrahman Kuta Alam

Pksms
Sukajaya

Pksms
Salissingan

Pksms
Dungkait

Satuan
Pksms
Puskesmas
Simpang
Madat
Ulim

1
2
3
4
5

Provinsi Sulawesi Barat
Kota
Sabang

Pksms
Keude
Gerobak

Kab Mamuju

Provinsi Kalimantan Timur

Kab Mamasa

Kab
Majene

Pksms
Pksms
Pksms
Messawa Tawalian Malunda

Kab Berau

Kota
Bontang

Pksms
Teluk
Bayur

Pksms
Gunung
Tabur

Pksms
Bontang
Barat

1
1
1
1
1

1
0
0
1
1

0
1
1
0
1

0
1
1
0
1

1
1
1
0
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
0
1

1
1
0
1
1

1
1
1
0
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
0
1
1
1
0

0
1
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

0
1
1
1
1
1

0
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
0
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
1
1

1
1
0
1
1
1
1

0
1
1
0
1
1
0

1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
0
1

0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1

0
1
0
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
0
1
0
1

1
0
1
1
1
1
1

1
1
0
1
1
1
1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

1

1

1

1

Jumlah item obat indikator yang
tersedia di Puskesmas

20

16

15

13

18

19

17

18

20

15

18

16

19

17

Jumlah Puskesmas yang melapor

14

Ampul

Tablet
Kantong
Tablet
Tablet
Vial
Ampul
Paket
Ampul
Tablet
Tablet
Vial
Vial

20 Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib

Vial

Jumlah kumulatif item obat
indikator yang tersedia di
Puskesmas
Persentase Ketersediaan
Obat/Vaksin di Puskesmas

241

=
=

(241/(14*20))*100%
86.07%

RAK Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes Tahun 2015-2019

26

LAMPIRAN 2
BOBOT PENILAIAN, CONTOH PERHITUNGAN DAN FORMULIR PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE
INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DAN VAKSIN
SESUAI STANDAR
KABUPATEN/KOTA : ………………………………………….

Komponen

No

Subskor

Perhitungan Skor

Skor

Skor = subtotal skor x 7,5
5

=(3X7.5)/5
=4,5

Skor = subtotal skor x 7,5
5

=(5X7.5)/5=
7,5

Skor = subtotal skor x 7,5
4

=(3X7.5)/4
=5,63

Skor = subtotal skor x 7,5
5

=(5X7.5)/5=
7,5

Skor = Jumlah subtotal skor x 30
35

=(26X30)/35=2
2,29

Sumber Daya (A)
1

Struktur Organisasi (Bobot = 7,5)
a.
b.
c.

2

2.2.

3

5

5

Penanggung Jawab Instalasi Farmasi (Bobot = 7,5)
Apoteker
Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi)
Tenaga Lainnya

2
1

Jumlah Sumber Daya Manusia (Bobot = 7,5)
>7
Orang
4-7
Orang