BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja dalam
bahasa Inggris manage yang dalam bahasa Indonesia
berarti mengelola. Dari pengertian ini manajemen
dapat dipahami sebagai pengelolaan. Apabila pengertian tersebut diterapkan dalam pendidikan, maka
pengertiannya menjadi mengelola pendidikan. Sejalan
dengan pengertian ini, Mulyasa (2003: 20) mengartikan “manajemen sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan baik tujuan jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.”
Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia
(2008), diartikan “sebagai penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran.” Sementara
itu,
para
pakar
administrasi
pendidikan
seperti
sergiovanni, Coombs, dan Thurson mendefinisikan
manajemen sebagai “process of working with and
trough
others
to
accomplish
organizational
goals
efficiently” Ibrahim Bafadal (2003: 39). Pengertian
manajemen ini dapat dimaknai sebagai proses kerja
dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
15
Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah
untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan
dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan
proses
pencapaian
tindakan-tindakan
tujuan
yang
tersebut
mengacu
yaitu
berupa
kepada
fungsi
manajemen. Fungsi-fungsi manajemen ini menurut
G.R. Terry, yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86)
sebagai suatu proses yang terdiri dari tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran
yang
telah
ditetapkan
melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat,
dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan
tugas. Dipandang sebagai profesi karena “manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh
suatu kode etik.” Slameto (2009: 1)
16
Dari
beberapa
definisi
yang
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha
yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
2.1.2. Fungsi Manajemen
Dalam
proses
pelaksanaannya,
manajemen
mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas itulah yang biasa disebut sebagai
fungsi-fungsi manajemen. Menurut George R. Terry
yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86) terdapat 4
fungsi manajemen, yang dalam dunia manajemen
dikenal sebagai POAC, yaitu: planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan)
dan controlling (pengendalian).
1) Planning (perencanaan)
Perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan
di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan.
Menurut Koontz-O’Donell, dalam “Principles of Management, planning is the most basic of all management
functions
since
it
involvesselection
from
among
alternative courses of action.” Perencanaan adalah
fungsi
manajemen
yang
paling
dasar
karena
manajemen meliputi penyeleksian di antara bagian
pilihan dari tindakan.
17
Empat tujuan yang penting dari perencanaan: a) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan yang akan
datang. b) Memusatkan perhatian kepada sasaran. c) Menjamin atau mendapatkan proses
pencapaian tujuan terlaksana secara efisien
dan efektif. d) Memudahkan pengendalian.
Jadi perencanaan dalam manajemen kesiswaan
perlu
dilakukan,
yaitu
sebagai
patokan
dalam
melaksanakan kegiatan.
2) Organizing (pengorganisasian)
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian
umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan.
Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan
diatur dan dialokasikan di antara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan
sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
Dalam
sistem
kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa,
siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi,
dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.
18
Jadi setelah melaksanakan perencanaan langkah
selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini
harus jelas
siapa yang menjalankan dan apa yang
dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar.
3) Actuating (penggerakan)
Penggerakan
terpenting
dan
adalah
fungsi
manajemen
paling
dominan
dalam
yang
proses
manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah
rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini
diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi
tujuan dimulai.
Penerapan fungsi ini sangat sulit,
rumit, dan kompleks, karena karyawan-karyawan
tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran,
perasaan, harga diri, cita-cita, dan lainnya.
Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan alat-alat
bagaimanapun canggihnya baru dapat dilakukan jika
karyawan (manusia) ikut berperan aktif melaksanakannya. Fungsi pengarahan ini adalah ibarat starter
mobil, artinya mobil barudapat berjalan jika kunci
starternya telah melaksanakan fungsinya.Demikian
juga proses manajemen, baru terlaksana setelah
fungsi pengarahan diterapkan.
Definisi
pengarahan
ini
dikemukakan
oleh
Hasibuan (2008: 32) sebagai berikut:
Pengarahan adalah mengarahkan semua
bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja
efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena
itu pengarahan perlu dijalankan dengan
sebaik- baiknya, dan perlu adanya kerjasama
19
yang baik pula di antara semua pihak baik
dari pihak atasan maupun bawahan.
4) Controlling (pengawasan)
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan, langkah selanjutnya adalah
pengawasan.
Menurut Chuck Williams dalam buku
Management, Controlling is monitoring progress toward
goal achievement and taking corrective action when
progress
isn’t
being
made.
“Pengawasan
adalah
peninjauan kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir
dan
pengambilan
tindakan
pembetulan
ketika
kemajuan tersebut tidak terwujud.”
Pengawasan/pengendalian adalah fungsi yang
harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa
anggota melakukan aktivitas yang akan membawa
organisasi
ke
arah
tujuan
yang
ditetapkan.
Pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita
untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut
berlangsung sesuai dengan rencana.
Pengawasan/pengendalian
ini
berkaitan
erat
sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling mengisi, karena: a)
Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan. b)
Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.
c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian
dilakukan dengan baik. d) Tujuan baru dapat diketahui
tercapai
dengan
baik
atau
pengendalian atau penilaian dilakukan.
20
tidak
setelah
Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:
(1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
rencana. (2) Melakukan tindakan perbaikan
(corrective), jika terdapat penyimpanganpenyimpangan (deviasi). (3) Supaya tujuan
yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Maka inti dari pengawasan adalah untuk
mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut berlangsung sesuai rencana atau
tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana
maka perlu adanya perbaikan.
Oleh karena itu manajemen kurikulum harus
dikelola
sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen di
atas, agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan potensi
kinerja guru dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.
2.2 Manajemen Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata,
yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa
(etimologi) manajemen berasal dari kata kerja
manage”
istilah
yang berarti mengatur. Adapun
(terminologi)
terdapat
banyak
mengenai pengertian manajemen
menurut
“to
menurut
pendapat
salah satunya
George R. Terry dalam Melayu (2007: 2)
mengemukakan bahwa:
Manajemen adalah suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan-tindakan perncanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai
21
tujuan melalui pemanfaatan
sumber daya lainnya.
SDM
dan
Sedangkan menurut Hanry L. Sisk (2002: 10)
mendefinisikan Management is the coordination of all
resources through the processes of planning, organizing,
directing and controlling in order to attain stted
objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk semua sumber-sumber melalui prosesproses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari
kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber
belajar, dan anak dengan pendidik. Menurut Undangundang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran merupakan
suatu
proses
pengelolaan
pembelajaran
melalui
kerjasama sekelompok orang dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang berupaya untuk mencapai
tujuan
pembelajaran.
pembelajaran
manajemen
Dalam
tersebut
pembelajaran
pencapaian
diperlukan
yang
tujuan
fungsi-fungsi
meliputi
tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
22
proses pendidikan sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai.
2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Pembelajaran
Dalam proses pelaksanaan manajemen pembelajaran terdapat fungsi-fungsi manajemen pembelajaran
diantaranya:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pemanfaatan
adalah
sumber
proses
daya
secara
penetapan
dan
terpadu
yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan
upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam konteks
pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan
media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau
metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 20 menjelaskan bahwa; ”Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran,
sumber
belajar,
dan
penilaian
hasil
belajar”.
23
Sebagai
perencana,
guru
hendaknya
dapat
mendiaknosa kebutuhan para siswa sebagai subyek
belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang
ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah
dirumuskan. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi
guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat
memperbaiki cara pengajarannya.
Agar dalam pelaksanaan
pembelajaran berjalan
dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:
a) Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif
Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah
menetukan minggu efektif dalam setiap semester
pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu
berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu
efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran dalam satu tahun ajaran. Hal
ini
diperlukan
untuk
menyesuaikan
dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal
yang
harus
dicapai
sesuai
dengan
rumusan
standard isi yang ditetapkan.
b) Menyusun Program Tahunan (Prota)
Program
tahunan
(Prota)
merupakan
rencana
program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas,
yang
pelajaran
dikembangkan
yang
oleh
bersangkutan,
guru
yakni
menetapkan alokasi dalam waktu satu
24
mata
dengan
tahun
ajaran
untuk
mencapai
tujuan
(standar
kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah
ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran,
karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya.
c) Menyusun Program Semesteran (Promes)
Program semester (Promes) merupakan penjabaran
dari program tahunan. Kalau Program tahunan
disusun untuk menentukan jumlah jam yang
diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar,
maka dalam program semester diarahkan untuk
menjawab
minggu
keberapa
atau
kapan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
itu dilakukan.
d) Menyusun Silabus Pembelajaran
Silabus adalah bentuk pengembangan dan penjabaran kurikulum menjadi rencana pembelajaran
atau susunan materi pembelajaran yang teratur
pada mata pelajaran tertentu pada kelas tertentu.
Komponen
dalam
menyusun
silabus
memuat
antara lain identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, standard kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
25
e)
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun
untuk setiap Kompetensi dasar (KD) yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Komponen-komponen dalam menyusun RPP
meliputi: a) Identitas Mata Pelajaran; b) Standar
Kompetensi; c) Kompetensi Dasar; d) Indikator
Tujuan Pembelajaran; e) Materi Ajar; f) Metode
Pembelajaran; g) Langkah-langkah Pembelajaran;
h) Sarana dan Sumber
Belajar; i) Penilaian dan
Tindak Lanjut.
Selain
itu dalam fungsi perencanaan
tugas
kepala sekolah sebagai manajer yakni mengawasi dan
mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai
dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui
perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat
mempersiapkan
segala
sesuatu
yang
dibutuhkan
siswa dalam belajar.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
proses
berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan
pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa
dan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan
pengelolaan
26
dan kepemimpinan
pembelajaran yang
dilakukan
guru di kelas
didik. Selain itu
dan pengelolaan peserta
juga memuat kegiatan pengor-
ganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti
pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus
yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsifungsi manajemen lainnya.
Pelaksanaan
pembelajaran
dalam
hal
ini
mencakup dua jenis yaitu, pengelolaan kelas dan
peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis
pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan
sebagai berikut:
a) Pengelolaan kelas dan peserta didik
Pengelolaan
kelas adalah satu upaya memper-
dayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin
untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai
tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan pengelolaan
kelas sedikitnya terdapat tujuh hal
yang harus
diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana
belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk,
penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke
materi
yang
akan
dipelajari
(pembentukan
dan
pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam
pembelajaran.
Guru dapat mengatur dan merekayasa segala
sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Menurut Nana Sudjana yang
27
dikutip oleh Suryobroto (2009: 39) pelaksanaan proses
belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
(1) Tahap pra instruksional
Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai
sesuatu proses belajar mengajar: Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang
tidak hadir;
Bertanya kepada siswa sampai
dimana pembahasan sebelumnya;
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari
pelajaran yang sudah disampaikan;
Mengulang
bahan pelajaran yang lain secara singkat.
(2) Tahap instruksional.
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang
dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai
berikut: Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa;
pokok
materi yang akan dibahas;
Menjelaskan
Membahas
pokok materi yang sudah dituliskan; Pada setiap
pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan
contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan, tugas;
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi pelajaran;
Menyimpulkan
hasil
pembahasan
dari
semua
pokok materi.
(3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, kegiatan yang dilaku28
kan pada tahap ini yaitu: Mengajukan pertanyaan
kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas
pada tahap instruksional; Apabila pertanyaan yang
diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang
dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran;
Untuk
memperkaya
pengetahuan
siswa
mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR;
Akhiri pelajaran dengan
menjelaskan atau memberitahukan pokok materi
yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
b. Pengelolaan guru
Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan
oleh
kepala
sekolah
bersama
guru
dalam
pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala
sekolah memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya
sebagai manajer di dalam kelas.
Guru adalah orang yang bertugas membantu
murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru
sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru
ialah
merancang,
mengevaluasi
mengelola,
pembelajaran.
melaksanakan
Guru
harus
dan
dapat
menempatkan diri dan menciptakan suasana kondu29
sif, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara tersirat Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat
1 mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar yang dimaksud dalam hal
ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan
ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber,
prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan
kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan
yang dikehendaki.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan
kualitas
guru
yang
sebenarnya,
kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan
profesional
pengetahuan
dalam
dari
menjalankan
perbuatan
secara
tugasnya
sebagai
guru.Secara operasional, ketika proses pelaksanaan
juga menyangkut beberapa fungsi manajemen lainnya
diantaranya yaitu:
a. Fungsi Pengorganisasian (organizing) pembelajaran
Selain fungsi perencanaan, terdapat pula fungsi
pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran yang
dimaksudkan untuk menentukan pelaksana tugas
dengan jelas kepada setiap personil sekolah sesuai
30
bidang, wewenang, mata pelajaran, dan tanggung
jawabnya.
Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab
masing-masing unsur dan komponen pembelajaran
sehingga kegiatan pembelajaran baik proses maupun
kualitas
yang
dipersyaratkan
dapat
berlangsung
sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian
pembelajaran menurut Syaiful Sagala
(2010: 243)
meliputi beberapa aspek:
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan
personel yang diperlukan untuk penyusunan
kerangka yang efisien dalam melaksanakan
rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. 2)
Mengelompokkan komponen pembelajaran
dalam struktur sekolah secara teratur. 3)
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran. 4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur
pembelajaran. 5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan jabatan guru dilengkapi dengan
sumber-sumber lain yang diperlukan.
Penerapan
fungsi
pengorganisasian
dalam
manajemen pembelajaran yakni kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatankegiatan sekolah yang menjadi tujuan sekolah dapat
berjalan
dengan
lancar.
Kepala
sekolah
perlu
mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guruguru yang menjadi anak buahnya. Dengan pembagian
kerja
yang
baik,
pelimpahan
wewenang
dan
tanggungjawab yang tepat, serta mengingat prinsip-
31
prinsip pengorganisasian, kiranya kegiatan sekolah
akan berjalan dan tujuan dapat tecapai.
Pengorganisasian pembelajaran ini memberikan
gambaran
bahwa
kegiatan
belajar
dan
mengajar
mempunyai arah dan penanggungjawab yang jelas.
Artinya dilihat dari komponen
yang terkait dengan
pembelajaran pada institusi sekolah memberi gambaran bahwa jelas kedudukan kepala sekolah dalam
memberikan fasilitas dan kelengkapan pembela-jaran,
dan
kedudukan
guru
untuk
mendesain pembelajaran
alokasi
waktu,
menentukan
dan
dengan mengorganisasikan
desain
kurikulum,
media
dan
kelengkapan pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan
dengan
suksesnya
penyelenggaraan
kegiatan
belajar.
Kemudian
jelas
kedudukan
siswa
dalam
mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun
belajar di rumah, dibawah koordinasi guru dan juga
orang tua siswa yang berkaitan dengan belajar.
Pengorganisasian pembelajaran ini dimaksudkan agar
materi dan bahan ajaran yang sudah direncanakan
dapat disampaikan secara maksimal.
b. Fungsi Pemotivasian (motivating) Pembelajaran
Motivating
atau pemotivasian
adalah proses
menumbuhkan semangat (motivation) pada karyawan
agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing
mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.
32
Dalam konteks pembelajaran di
pemotivasian
dilakukan
kepala
sekolah tugas
sekolah
bersama
pendidik dalam pembelajaran agar siswa melakukan
aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu,
peran kepala sekolah memegang peranan penting
untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.
Selain itu, pemotivasian dalam proses pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan suasana
edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar
dengan
penuh
antusias
dan
mengoptimalkan
kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru
sangat penting dalam menggerakkan dan memotivasi
para siswanya melakukan aktivitas belajar baik yang
dilakukan di kelas, laboratorium, perpusta-kaan dan
tempat lain yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar. Guru tidak hanya berusaha menarik
perhatian siswa, tetapi juga harus meningkatkan
aktivitas siswanya melalui pendekatan dan metode
yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan
guru.
c. Fungsi Facilitating Pembelajaran
Fungsi Facilitating meliputi pemberian fasilitas
dalam arti luas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah
bawahan
agar
diakomodir
dikembangkan
dan
dapat berkembang ide-ide dari
dan
diberi
kalau
ruang
memungkinkan
untuk
dapat
dilaksanakan.
33
Dalam pembelajaran pemberian fasilitas meliputi
perlengkapan, sarana prasarana dan alat peraga yang
menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai akan membantu
proses hafalan para siswa, terutama media yang cocok
bagi anak-anak.
d. Fungsi Pengawasan (controling) Pembelajaran.
Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang
dapat diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan
anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi serta memanfaatkannya untuk
mengendalikan organisasi.
Pengawasan
dalam
konteks
pembelajaran
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan
pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk mengawasi
pihak-pihak
terkait
sehubungan
dengan
pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran secara
sungguh-sungguh. Untuk keperluan pengawasan ini,
guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi kegiatan belajar, serta memanfaatkannya
untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai
tujuan belajar yang telah direncanakan.
3. Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu
“evaluation”.
Menurut
Wand dan Gerald W. Brown
dalam Suyobroto (2009: 56) mengemukakan bahwa:
34
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi merupakan suatu upaya untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah
dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah
diajarkan oleh guru.
Evaluasi
merupakan
suatu
upaya
untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki
oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.
Evaluasi pembelajaranmencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar
menekankan
pada
diperolehnya
informasi
tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan
evaluasi
pembelajaran
merupakan
proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang
keefektifan proses pembelajaran dalam membantu
siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik
buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
a) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
peniliaian dan atau pengukuran hasil belajar hasil
belajar, tujuan utama evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti
suatu
kegiatan
pembelajaran,
dimana
tingkat keberhasilan yang tersebut kemudian ditandai
35
dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau
simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil
belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat
difungsikan untuk berbagai keperluan tertentu.
Adapun
langkah-langkah
evaluasi
hasil
pembelajaran menurut Oemar (2008: 156) meliputi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi
formatif
seringkali
diartikan
sebagai
kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir
pembahasan
setiap
akhir
pembahasan
suatu
pokok bahasan. Evaluasi ini yakni diselenggarakan
pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
yang
diselenggarakan
secara
periodik,
isinya
mencakup semua unit pengajaran yang telah
diajarkan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu
pada akhir semesteran. Penilaian sumatif berguna
untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan
belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan
utama
untuk
menentukan
nilai
rapor
akhir
semester.
b) Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi
proses
pembelajaran
yakni
untuk
menentukan kualitas dari suatu program pembelajaran secara keseluruhan yakni dari mulai tahap
36
proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
hasil pembelajaran. Evaluasi ini memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Evaluasi
proses
pembelajaran
sesuai
dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses diselenggarakan dengan cara:
1) Membandingkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan standard proses.
2) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi
guru.
Sebagai
pembelajaran
implikasi
dari
evaluasi
proses
yang dilakukan guru maupun kepala
sekolah dapat dijadikan umpan balik untuk program
pembelajaran selanjutnya. Jadi evaluasi pada program pembelajaran meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibanding
dengan rencana.
b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi
dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun
standar-standar
pembelajaran
dan
sasaran-
melakukan
tindakan
sasaran.
c.
Menilai
terhadap
pekerjaan
dan
penyimpangan-penyimpangan
baik
institusional satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran.
37
2.4. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.4.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan
ekstrakurikuler
merupakan
kegiatan
pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini
dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang
memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui
bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan
yang diikuti oleh para siswa.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: 4), kegiatan
ekstrakurikuler
merupakan
salah
satu
jalur
pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat
memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini
dapat
dilakukan
dengan
memperluas
wawasan
pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan
nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002: 291) yaitu suatu kegiatan
yang berada di luar program yang tertulis didalam
kurikulum
seperti
latihan
kepemimpinan
dan
pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar
jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberikan kelelua38
saan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai
dengan bakat dan minat mereka.
Berdasarkan penjelasan tentang ekstrakurikuler
tersebut,
maka
dapat
diartikan
bahwa
ekstra-
kurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang
dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah
yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya
pengatahuan
siswa,
mengenal
hubungan
antar
berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan
minat.
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dijelaskan
oleh Mumuh Sumarna (2006:10) yaitu: “Kegiatan
ekstrakurikuler
yang dimaksudkan
untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam
program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan”.
dapat
adalah
Berdasarkan
disimpulkan
sebagai
uraian
bahwa
sarana
fungsi
tersebut,
maka
ekstrakurikuler
penunjang
bagi
proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang
berguna untuk mengaplikasikan teori dan praktik
yang telah diperoleh sebagai hasil nyata proses
pembelajaran.
Semua
kegiatan
yang
dilakukan
memiliki tujuan, karena tanpa tujuan yang jelas,
kegiatan tersebut akan sia-sia.
Begitu
pula
dengan
kegiatan
ekstrakurikuler
tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan
39
dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin
(2010: 12) berikut:
Kegiatan
ekstrakurikuler
memiliki
tujuan
sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1) Siswa
dapat
memperdalam
dan
memeperluas
pengetahuanketerampilan mengenai hubungan
antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan
bakat dan minat, serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya yang: a)
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa b) Berbudi pekerti luhur c) Memiliki
pengetahuan dan keterampilan d) Sehat rohani
dan jasmani e) Berkepribadian yang mantap
dan mandiri f) Memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan 2)
Siswa
mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian
serta
mengaitkan
pengetahuan
yang
diperolehnya dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang pembinaan kesiswaan (2008: 4), pembinaan
kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan
berikut ini.
1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal
dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas. 2) Memantapkan kepribadian siswa
untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan
dengantujuan pendidikan. 3) Mengaktualisasi
potensi siswa dalam pencapaian potensi
unggulan sesuai bakat dan minat. 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang
berakhlak mulia, demokratis, menghormati hakhak asasi manusia dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri (civil society).
Penjelasan diatas pada hakekatnya menjelaskan
tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai
40
adalah untuk kepentingan siswa, dengan kata lain
kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia
seutuhnya.
2.4.3 Keterlibatan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam suatu
organisasi atau kegiatan yang diikutinya merupakan
gambaran perkembangan sosial siswa tersebut. Roni
Nasrudin (2010: 18), menjelaskan bahwa karakteristik
siswa remaja yang mengikuti kelompok/karakteristik
siswa aktifis sekurang-kurangnya memiliki hal-hal
berikut ini.
1) Keikutsertaan atau keterlibatan pada salah
satu organisasi dalam hal ini adalah salah satu
unit kegiatan ekstrakurikuler. 2) Adanya
peranan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler,
meliputi posisi mereka dalam struktur berorganisasi dan tanggung jawab serta loyalitas
terhadap kegiatan. 3) Adanya tujuan yang jelas
dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik tujuan
yang bersifat kepentingan pribadi, sosial
maupun akademis. 4) Adanya manfaat yang
mereka rasakan dari kegiatan yang mereka
ikuti, baik manfaat yang bersifat pribadi, sosial
maupun akademis. 5) Adanya dukungan dalam
keikutsertaan siswa pada kegiatan yang mereka
dikuti, baik itu dukungan diri sendiri, guru,
maupun teman. 6) Adanya prestasi yang pernah
diraih.
Kegiatan ekstrakurikuler berbeda-beda sifatnya,
ada
yang
bersifat
sesaat
dan
ada
pula
yang
berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti
41
karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan
pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas
sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya
berkelanjutan maksudnya kegiatan itu tidak hanya
untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah
diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti
terus sampai selesai kegiatan sekolah.
2.5 Prestasi Non Akademik
Prestasi non-akademik menurut Sugiarti (2007:
43) adalah prestasi yang dicapai oleh siswa sewaktu
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
di
sekolah.
Sedangkan menurut Ruslani (2012: 43) prestasi non
akademik adalah “sesuatu tentang banyak hal yang
telah diraih.”
Prestasi
non
akademik
menurut
Suryabrata
dalam Sri Maslihah (2011: 54) adalah “seluruh hasil
yang telah dicapai dan diperoleh melalui proses
belajar.” Hal ini Sejalan dengan Yuniah (2008: 36)
yang menyatakan bahwa “prestasi non akademik
adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar di
luar
sekolah
yang
bersifat
ekstrakurikuler”.
Sedangkan Ernawati (2009: 29) menyatakan bahwa
“prestasi non akademik adalah hasil dari kegiatan di
luar
sekolah
untuk
mengetahui
sejauh
mana
seseorang menguasai kegiatan yang diajarkan serta
mengungkapkan keberhasilan yang telah dicapai oleh
peserta didik.”
42
Dari beberapa uraian tersebut, diartikan bahwa
prestasi non akademik adalah hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan di luar sekolah untuk
mengetahui
sejauh
mana
peserta
didik
telah
menguasai kegiatan yang telah disampaikan.
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran telah berlangsung cukup efektif. Hal ini
diindikasikan dengan berbagai prestasi siswa bisa
diraih
khususnya
yang
bersifat
non
akademik.
Efektifitas program ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran Timur karena memperoleh prioritas perhatian dari guru yang menanganinya. Program ekstrakurikuler diplanning sejak awal semester secara
matang sehingga sudah mendapat perhatian dari
siswa baik waktu dan juga anggaran dari sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler juga dilaksanakan secara intensif oleh pemandu ekstra yang ahli
dibidangnya baik pelatih dari dalam maupun dari luar.
Pengelola ekstrakurikuler juga memperhatikan
berbagai hambatan yang menjadi kendala pelaksanaan, terutama perhatiannya pada fasilitas yang tersedia
oleh pihak sekolah sehingga segera mencari solusinya.
Demikian pula faktor pendukung dari berbagai elemen
ditingkatkan
untuk
menguatkan
program
ekstra43
kurikuler. Tahap terakhir, pengelola pembelajaran
ekstrakurikuler
melakukan
control
pada
berbagai
tahap baik perencanaan, pelaksanaan maupun faktor
penghambatnya sehingga bisa menemukan solusi
untuk mengatasinya. Sehingga memperoleh hasil pembelajaran ekstrakurikuler secara maksimal.
Uraian kerangka berpikir penelitian tersebut bisa
Perencanaan
Pengorganisa
sian
Actuating
Controling
Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler
dilihat sebagaimana skema gambar 2.1 berikut ini:
Prestasi Non
akademik
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
2.7 Penelitian Yang Relevan
Penelitian
terdahulu
yang
relevan
dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Abdurrahman (2011) Pengelolaan pembelajaran
ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjarnegara Tahun ajaran
44
2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan pembelajaran ekstrakurikuler yang baik
dan efektif berdampak positif pada prestasi belajar
(kompetensi) siswa dalam kegiatan marchingband.
Pengelolaan pembelajaran ini berorientasi pada pengelolaan SDM pembelajaran marchingband, pengelolaan
materi pembelajaran marchingband dan pengelolaan
pelaksanaan marchingband di sekolah.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Abdurrahman (2011) dengan penelitian yang sekarang
adalah persamaannya bahwa prestasi yang diraih
dengan adanya pembelajaran ekstrakulikuler yang
baik dan efektif ini akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam bidang akademik juga
atau non kulikuler.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
dalam
penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2011)
dan
penelitian
sekarang.
Persamaannya
bahwa
memang terbukti pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler yang baik akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Namun perbedaan penelitian
sekarang
dan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Abdurrahman (2011) adalah jika penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrahman (2011) pembelajaran
ekstrakulikuler yang dilakukan terfokus pada pengelolaan SDM pembelajaran ektrakulikuler marchingband saja, sedangkan penelitian sekarang terfokus
pada pengelolaan semua pembelajaran ekstrakulikuler
45
yang ada di SDN Sidomulyo 03 Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Ahmad Fajri (2009) Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler di TK Bina Mutiara Hati Semarang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelancaran ke-giatan
marchingband di sekolah karena dikelola secara
maksimal dan mendapat dukungan dari masyarakat.
Penelitian ini focus pada pengelolaan SDM dan waktu
kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Fajri (2009) dan penelitian sekarang adalah
bahwa keberhasilan atau prestasi yang yang diraih
dari kegiatan ekstrakurikuler karena adanya pengelolaan ekstrakurikuler yang baik.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
dalam
penelitian sekarang dan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) persamaannya adalah bahwa
kelancaran kegiatan ekstrakurikuler adalah karena
pengelolaan
pembelajaran
ektrakurikuler
dikelola
secara maksimal dan mendapat dukungan dari warga
sekitar serta orangtua siswa. Namun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) yaitu jika pada penelitian
sekarang
pembelajaran
ekstrakurikuler
dilakukan
pada anak SD dan pada pembelajan ektrakurikuler
yang luas tidak hanya focus pada ekstrakurikuler
marchingband
saja,
sedangkan
penelitian
yang
dilakukan Ahmad Fajri (2009) pembelajaran ektra-
46
kurikuler dilakukan pada anak TK dam fokus pada
pengelolaan SDM dan waktu kegiatan ekstrakurikuler.
Nirmawaty S. Sayiu (2013) Pengelolaan Kegiatan
Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Asparaga Kabupaten
Gorontalo. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa 1)
Perencanaan kegiatan ektrakurikuler melalui rapat
dewan
guru
dengan perencanaan program, waktu,
tujuan dan jadwal. Akan tetapi waktu program kegiatan disesuaikan dengan kesedian guru di sekolah.
Kepala sekolah juga menyiapkan
anggaran dan
mengamankan dana untuk kepentingan sekolah, 2)
Pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga terdiri dari penyusunan struktur
pengelola kegiatan,
guru mengembangkan prosedur
yang berlaku tidak terdapat persyaratan tertentu bagi
guru untuk menjadi instruktur kegiatan namun pihak
sekolah hanya perlu kesediaan waktu guru di sekolah,
3) Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler di SMP Negeri
1 Asparaga kepala sekolah dapat mengatur dan
memberikan pembagian kerja yang efektif dan efesien
sesuai
dengan kemampuan guru, pembagian kerja
disesuaikan dengan waktu dan kesediaan guru untuk
menjadi instruktur, kepala sekolah juga memberikan
arahan atau petunjuk teknis
terkait pelaksanaan
ekstrakurikuler dan memotivasi guru
melalui bonus
bila pelaksanaan ekstrakurikuler berjalan
dengan
baik, 4) Pengawasan kegiatan ektrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga dilakukan oleh kepala sekolah
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hamba-
47
tan yang dihadapi para instruktur atau staf dan
tidak semata-mata mencari kesalahan, bantuan dan
bimbingan diberikan secara tidak langsung dalam
bentuk saran yang efektif yang dilakukan secara
berkala pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Nirmawaty S. Sayiu (2013) dengan penelitian sekarang
adalah bahwa prestasi yang diraih dengan kegiatan
ekstrakulikuler ini tidak lepas dari campur tangan
kepala sekolah dan guru pembina yang bersangkutan.
Yang ditandai dengan kegiatan perencanaan yang
matang yang telah dilakukan pihak sekolah yaitu
Kepala Sekolah dan guru Pembina.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Nirmawaty S. Sayiu (2013) persamaannya adalah
bahwa pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler ini
dapat terlaksana dengan baik juga karena berkat
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
yang
bersangkutan.
Perbedaannya
jika
penelitian
sekarang perencanaan yang matang tidak hanya
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina saja
tapi juga persetujuan orangtua wali murid. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu
(2013)
perencanaan
yang
matang
diperoleh
dari
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
ekstrakulikuler yang bersangkutan.
Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) dalam Extracurricular
48
Design-Based Learning: Preparing Students For Careers
In Innovation. Tulisan ini membahas inovasi pendidikan dalam bentuk desain pembelajaran berbasis
ekstrakurikuler.
Model
ini
memungkinkan
untuk berlatih berinovasi, mencari
siswa
solusi secara
otentik, tantangan pro sosial, dan lokal dalam pengaturan ekstrakurikuler. Penelitian ini memberikan
gambaran tentang model dan implementasi dalam
Desain
untuk
University.
siswa
Temuan
Amerika
dari
di
survei,
Northwestern
catatan
harian,
wawancara, dan pengamatan menunjukkan bahwa
siswa
membangun
inovasi
diri
sendiri
melalui
penyelesaian tugas, persuasi sosial, dan belajar di
komunitas
praktek
dengan
klien,
rekan-rekan,
profesional industri, dan fakultas. Selanjutnya, siswa
melaporkan
prestasi
hasil
belajar
tersebut
yang
digariskan oleh Dewan Akreditasi untuk Engineering
dan Teknologi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth
M.
Gerber,
Jeanne
Marie
Olson,
Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) dengan penelitian
sekarang adalah bahwa kegatan ekstrakulikuler akan
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
antara
penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
49
Rebecca L. D. Komarek (2012) persamaannya adalah
tujuan awal dari pembelajaran ekstrakulikuler ini
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang. Namun perbedaannya adalah jika penelitian
sekarang memang murni pembelajaran ekstrakulikuler
yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan
bakat siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) merupakan inovasi
pendidikan
dalam
bentuk
desain
pembelajaran
berbasis ekstrakurikuler.
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans (tt)
dalam Adding a Community University Educational
Summit
(CUES)
to
enhance
service
learning
in
management education. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
acara
KKN
ini
meningkat
lima
tujuan
pembelajaran khusus bagi siswa manajemen; (a)
aplikasi praktis dari konsep saja, (b) meningkatkan
pengetahuan tentang konsep saja, (c) komitmen untuk
mendukung organisasi nirlaba, (d) motivasi untuk
berpartisipasi
dalam
kesukarelaan
dan,
(e)
kesempatan untuk berpartisipasi dalam magang.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans dengan
penelitian sekarang adalah bahwa kegiatan KKN siswa
akan
mampu
membantu
siswa
dalam
kegiatan
ekstrakulikuler sehingga mampu mencapai prestasi
50
yang diharapkan sehingga mampu membuat bangga
nama Instansi sekolah yang dinaunginya.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans. Persamaannya bahwa pengawasan pembelajaran ektrakulikuler
tidak hanya dilakukan pada guru Pembina atau kepala
sekolah
saja
namun
juga
orang
luar
misalnya
mahasiswa yang sedang KKN atau PKL. Namun
perbedaannya adalah jika penelitian yang dilakukan
oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans pem-
belajaran
ekstrakulikuler
difokuskan
pada
siswa
manajemen saja sehingga pengawasan yang dilakukan
berkisar akan penilaian untuk kegiatan KKN mereka,
sedangkan penelitian sekarang murni dilakukan oleh
kepala sekolah, guru Pembina ekstrakulikuler dan
guru yang diambil dari luar yang tujuannya untuk
meningkatkan prestasi, bakat dan minat siswa dalam
berekspresi dengan pemilihan bakat yang peserta
didik senangi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan di
SDN
Sidomulyo
3
Ungaran
Timur
Kabupaten
Semarang adalah bahwa dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler
akan
mampu
memberikan
siswa
motivasi dan mendorong siswa untuk berkreatif atau
berimajinasi sehingga akan mampu meningkatkan
daya berpikirnya secara matang.
51
52
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja dalam
bahasa Inggris manage yang dalam bahasa Indonesia
berarti mengelola. Dari pengertian ini manajemen
dapat dipahami sebagai pengelolaan. Apabila pengertian tersebut diterapkan dalam pendidikan, maka
pengertiannya menjadi mengelola pendidikan. Sejalan
dengan pengertian ini, Mulyasa (2003: 20) mengartikan “manajemen sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan baik tujuan jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.”
Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia
(2008), diartikan “sebagai penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran.” Sementara
itu,
para
pakar
administrasi
pendidikan
seperti
sergiovanni, Coombs, dan Thurson mendefinisikan
manajemen sebagai “process of working with and
trough
others
to
accomplish
organizational
goals
efficiently” Ibrahim Bafadal (2003: 39). Pengertian
manajemen ini dapat dimaknai sebagai proses kerja
dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
15
Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah
untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan
dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan
proses
pencapaian
tindakan-tindakan
tujuan
yang
tersebut
mengacu
yaitu
berupa
kepada
fungsi
manajemen. Fungsi-fungsi manajemen ini menurut
G.R. Terry, yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86)
sebagai suatu proses yang terdiri dari tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran
yang
telah
ditetapkan
melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat,
dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan
tugas. Dipandang sebagai profesi karena “manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh
suatu kode etik.” Slameto (2009: 1)
16
Dari
beberapa
definisi
yang
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha
yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
2.1.2. Fungsi Manajemen
Dalam
proses
pelaksanaannya,
manajemen
mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas itulah yang biasa disebut sebagai
fungsi-fungsi manajemen. Menurut George R. Terry
yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86) terdapat 4
fungsi manajemen, yang dalam dunia manajemen
dikenal sebagai POAC, yaitu: planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan)
dan controlling (pengendalian).
1) Planning (perencanaan)
Perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan
di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan.
Menurut Koontz-O’Donell, dalam “Principles of Management, planning is the most basic of all management
functions
since
it
involvesselection
from
among
alternative courses of action.” Perencanaan adalah
fungsi
manajemen
yang
paling
dasar
karena
manajemen meliputi penyeleksian di antara bagian
pilihan dari tindakan.
17
Empat tujuan yang penting dari perencanaan: a) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan yang akan
datang. b) Memusatkan perhatian kepada sasaran. c) Menjamin atau mendapatkan proses
pencapaian tujuan terlaksana secara efisien
dan efektif. d) Memudahkan pengendalian.
Jadi perencanaan dalam manajemen kesiswaan
perlu
dilakukan,
yaitu
sebagai
patokan
dalam
melaksanakan kegiatan.
2) Organizing (pengorganisasian)
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian
umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan.
Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan
diatur dan dialokasikan di antara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan
sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
Dalam
sistem
kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa,
siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi,
dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.
18
Jadi setelah melaksanakan perencanaan langkah
selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini
harus jelas
siapa yang menjalankan dan apa yang
dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar.
3) Actuating (penggerakan)
Penggerakan
terpenting
dan
adalah
fungsi
manajemen
paling
dominan
dalam
yang
proses
manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah
rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini
diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi
tujuan dimulai.
Penerapan fungsi ini sangat sulit,
rumit, dan kompleks, karena karyawan-karyawan
tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran,
perasaan, harga diri, cita-cita, dan lainnya.
Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan alat-alat
bagaimanapun canggihnya baru dapat dilakukan jika
karyawan (manusia) ikut berperan aktif melaksanakannya. Fungsi pengarahan ini adalah ibarat starter
mobil, artinya mobil barudapat berjalan jika kunci
starternya telah melaksanakan fungsinya.Demikian
juga proses manajemen, baru terlaksana setelah
fungsi pengarahan diterapkan.
Definisi
pengarahan
ini
dikemukakan
oleh
Hasibuan (2008: 32) sebagai berikut:
Pengarahan adalah mengarahkan semua
bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja
efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena
itu pengarahan perlu dijalankan dengan
sebaik- baiknya, dan perlu adanya kerjasama
19
yang baik pula di antara semua pihak baik
dari pihak atasan maupun bawahan.
4) Controlling (pengawasan)
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan, langkah selanjutnya adalah
pengawasan.
Menurut Chuck Williams dalam buku
Management, Controlling is monitoring progress toward
goal achievement and taking corrective action when
progress
isn’t
being
made.
“Pengawasan
adalah
peninjauan kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir
dan
pengambilan
tindakan
pembetulan
ketika
kemajuan tersebut tidak terwujud.”
Pengawasan/pengendalian adalah fungsi yang
harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa
anggota melakukan aktivitas yang akan membawa
organisasi
ke
arah
tujuan
yang
ditetapkan.
Pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita
untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut
berlangsung sesuai dengan rencana.
Pengawasan/pengendalian
ini
berkaitan
erat
sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling mengisi, karena: a)
Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan. b)
Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.
c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian
dilakukan dengan baik. d) Tujuan baru dapat diketahui
tercapai
dengan
baik
atau
pengendalian atau penilaian dilakukan.
20
tidak
setelah
Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:
(1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
rencana. (2) Melakukan tindakan perbaikan
(corrective), jika terdapat penyimpanganpenyimpangan (deviasi). (3) Supaya tujuan
yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Maka inti dari pengawasan adalah untuk
mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut berlangsung sesuai rencana atau
tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana
maka perlu adanya perbaikan.
Oleh karena itu manajemen kurikulum harus
dikelola
sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen di
atas, agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan potensi
kinerja guru dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.
2.2 Manajemen Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata,
yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa
(etimologi) manajemen berasal dari kata kerja
manage”
istilah
yang berarti mengatur. Adapun
(terminologi)
terdapat
banyak
mengenai pengertian manajemen
menurut
“to
menurut
pendapat
salah satunya
George R. Terry dalam Melayu (2007: 2)
mengemukakan bahwa:
Manajemen adalah suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan-tindakan perncanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai
21
tujuan melalui pemanfaatan
sumber daya lainnya.
SDM
dan
Sedangkan menurut Hanry L. Sisk (2002: 10)
mendefinisikan Management is the coordination of all
resources through the processes of planning, organizing,
directing and controlling in order to attain stted
objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk semua sumber-sumber melalui prosesproses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari
kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber
belajar, dan anak dengan pendidik. Menurut Undangundang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran merupakan
suatu
proses
pengelolaan
pembelajaran
melalui
kerjasama sekelompok orang dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang berupaya untuk mencapai
tujuan
pembelajaran.
pembelajaran
manajemen
Dalam
tersebut
pembelajaran
pencapaian
diperlukan
yang
tujuan
fungsi-fungsi
meliputi
tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
22
proses pendidikan sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai.
2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Pembelajaran
Dalam proses pelaksanaan manajemen pembelajaran terdapat fungsi-fungsi manajemen pembelajaran
diantaranya:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pemanfaatan
adalah
sumber
proses
daya
secara
penetapan
dan
terpadu
yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan
upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam konteks
pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan
media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau
metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 20 menjelaskan bahwa; ”Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran,
sumber
belajar,
dan
penilaian
hasil
belajar”.
23
Sebagai
perencana,
guru
hendaknya
dapat
mendiaknosa kebutuhan para siswa sebagai subyek
belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang
ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah
dirumuskan. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi
guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat
memperbaiki cara pengajarannya.
Agar dalam pelaksanaan
pembelajaran berjalan
dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:
a) Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif
Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah
menetukan minggu efektif dalam setiap semester
pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu
berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu
efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran dalam satu tahun ajaran. Hal
ini
diperlukan
untuk
menyesuaikan
dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal
yang
harus
dicapai
sesuai
dengan
rumusan
standard isi yang ditetapkan.
b) Menyusun Program Tahunan (Prota)
Program
tahunan
(Prota)
merupakan
rencana
program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas,
yang
pelajaran
dikembangkan
yang
oleh
bersangkutan,
guru
yakni
menetapkan alokasi dalam waktu satu
24
mata
dengan
tahun
ajaran
untuk
mencapai
tujuan
(standar
kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah
ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran,
karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya.
c) Menyusun Program Semesteran (Promes)
Program semester (Promes) merupakan penjabaran
dari program tahunan. Kalau Program tahunan
disusun untuk menentukan jumlah jam yang
diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar,
maka dalam program semester diarahkan untuk
menjawab
minggu
keberapa
atau
kapan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
itu dilakukan.
d) Menyusun Silabus Pembelajaran
Silabus adalah bentuk pengembangan dan penjabaran kurikulum menjadi rencana pembelajaran
atau susunan materi pembelajaran yang teratur
pada mata pelajaran tertentu pada kelas tertentu.
Komponen
dalam
menyusun
silabus
memuat
antara lain identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, standard kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
25
e)
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun
untuk setiap Kompetensi dasar (KD) yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Komponen-komponen dalam menyusun RPP
meliputi: a) Identitas Mata Pelajaran; b) Standar
Kompetensi; c) Kompetensi Dasar; d) Indikator
Tujuan Pembelajaran; e) Materi Ajar; f) Metode
Pembelajaran; g) Langkah-langkah Pembelajaran;
h) Sarana dan Sumber
Belajar; i) Penilaian dan
Tindak Lanjut.
Selain
itu dalam fungsi perencanaan
tugas
kepala sekolah sebagai manajer yakni mengawasi dan
mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai
dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui
perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat
mempersiapkan
segala
sesuatu
yang
dibutuhkan
siswa dalam belajar.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
proses
berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan
pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa
dan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan
pengelolaan
26
dan kepemimpinan
pembelajaran yang
dilakukan
guru di kelas
didik. Selain itu
dan pengelolaan peserta
juga memuat kegiatan pengor-
ganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti
pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus
yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsifungsi manajemen lainnya.
Pelaksanaan
pembelajaran
dalam
hal
ini
mencakup dua jenis yaitu, pengelolaan kelas dan
peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis
pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan
sebagai berikut:
a) Pengelolaan kelas dan peserta didik
Pengelolaan
kelas adalah satu upaya memper-
dayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin
untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai
tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan pengelolaan
kelas sedikitnya terdapat tujuh hal
yang harus
diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana
belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk,
penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke
materi
yang
akan
dipelajari
(pembentukan
dan
pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam
pembelajaran.
Guru dapat mengatur dan merekayasa segala
sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Menurut Nana Sudjana yang
27
dikutip oleh Suryobroto (2009: 39) pelaksanaan proses
belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
(1) Tahap pra instruksional
Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai
sesuatu proses belajar mengajar: Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang
tidak hadir;
Bertanya kepada siswa sampai
dimana pembahasan sebelumnya;
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari
pelajaran yang sudah disampaikan;
Mengulang
bahan pelajaran yang lain secara singkat.
(2) Tahap instruksional.
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang
dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai
berikut: Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa;
pokok
materi yang akan dibahas;
Menjelaskan
Membahas
pokok materi yang sudah dituliskan; Pada setiap
pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan
contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan, tugas;
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi pelajaran;
Menyimpulkan
hasil
pembahasan
dari
semua
pokok materi.
(3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, kegiatan yang dilaku28
kan pada tahap ini yaitu: Mengajukan pertanyaan
kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas
pada tahap instruksional; Apabila pertanyaan yang
diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang
dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran;
Untuk
memperkaya
pengetahuan
siswa
mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR;
Akhiri pelajaran dengan
menjelaskan atau memberitahukan pokok materi
yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
b. Pengelolaan guru
Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan
oleh
kepala
sekolah
bersama
guru
dalam
pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala
sekolah memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya
sebagai manajer di dalam kelas.
Guru adalah orang yang bertugas membantu
murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru
sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru
ialah
merancang,
mengevaluasi
mengelola,
pembelajaran.
melaksanakan
Guru
harus
dan
dapat
menempatkan diri dan menciptakan suasana kondu29
sif, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara tersirat Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat
1 mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar yang dimaksud dalam hal
ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan
ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber,
prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan
kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan
yang dikehendaki.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan
kualitas
guru
yang
sebenarnya,
kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan
profesional
pengetahuan
dalam
dari
menjalankan
perbuatan
secara
tugasnya
sebagai
guru.Secara operasional, ketika proses pelaksanaan
juga menyangkut beberapa fungsi manajemen lainnya
diantaranya yaitu:
a. Fungsi Pengorganisasian (organizing) pembelajaran
Selain fungsi perencanaan, terdapat pula fungsi
pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran yang
dimaksudkan untuk menentukan pelaksana tugas
dengan jelas kepada setiap personil sekolah sesuai
30
bidang, wewenang, mata pelajaran, dan tanggung
jawabnya.
Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab
masing-masing unsur dan komponen pembelajaran
sehingga kegiatan pembelajaran baik proses maupun
kualitas
yang
dipersyaratkan
dapat
berlangsung
sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian
pembelajaran menurut Syaiful Sagala
(2010: 243)
meliputi beberapa aspek:
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan
personel yang diperlukan untuk penyusunan
kerangka yang efisien dalam melaksanakan
rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. 2)
Mengelompokkan komponen pembelajaran
dalam struktur sekolah secara teratur. 3)
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran. 4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur
pembelajaran. 5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan jabatan guru dilengkapi dengan
sumber-sumber lain yang diperlukan.
Penerapan
fungsi
pengorganisasian
dalam
manajemen pembelajaran yakni kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatankegiatan sekolah yang menjadi tujuan sekolah dapat
berjalan
dengan
lancar.
Kepala
sekolah
perlu
mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guruguru yang menjadi anak buahnya. Dengan pembagian
kerja
yang
baik,
pelimpahan
wewenang
dan
tanggungjawab yang tepat, serta mengingat prinsip-
31
prinsip pengorganisasian, kiranya kegiatan sekolah
akan berjalan dan tujuan dapat tecapai.
Pengorganisasian pembelajaran ini memberikan
gambaran
bahwa
kegiatan
belajar
dan
mengajar
mempunyai arah dan penanggungjawab yang jelas.
Artinya dilihat dari komponen
yang terkait dengan
pembelajaran pada institusi sekolah memberi gambaran bahwa jelas kedudukan kepala sekolah dalam
memberikan fasilitas dan kelengkapan pembela-jaran,
dan
kedudukan
guru
untuk
mendesain pembelajaran
alokasi
waktu,
menentukan
dan
dengan mengorganisasikan
desain
kurikulum,
media
dan
kelengkapan pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan
dengan
suksesnya
penyelenggaraan
kegiatan
belajar.
Kemudian
jelas
kedudukan
siswa
dalam
mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun
belajar di rumah, dibawah koordinasi guru dan juga
orang tua siswa yang berkaitan dengan belajar.
Pengorganisasian pembelajaran ini dimaksudkan agar
materi dan bahan ajaran yang sudah direncanakan
dapat disampaikan secara maksimal.
b. Fungsi Pemotivasian (motivating) Pembelajaran
Motivating
atau pemotivasian
adalah proses
menumbuhkan semangat (motivation) pada karyawan
agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing
mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.
32
Dalam konteks pembelajaran di
pemotivasian
dilakukan
kepala
sekolah tugas
sekolah
bersama
pendidik dalam pembelajaran agar siswa melakukan
aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu,
peran kepala sekolah memegang peranan penting
untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.
Selain itu, pemotivasian dalam proses pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan suasana
edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar
dengan
penuh
antusias
dan
mengoptimalkan
kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru
sangat penting dalam menggerakkan dan memotivasi
para siswanya melakukan aktivitas belajar baik yang
dilakukan di kelas, laboratorium, perpusta-kaan dan
tempat lain yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar. Guru tidak hanya berusaha menarik
perhatian siswa, tetapi juga harus meningkatkan
aktivitas siswanya melalui pendekatan dan metode
yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan
guru.
c. Fungsi Facilitating Pembelajaran
Fungsi Facilitating meliputi pemberian fasilitas
dalam arti luas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah
bawahan
agar
diakomodir
dikembangkan
dan
dapat berkembang ide-ide dari
dan
diberi
kalau
ruang
memungkinkan
untuk
dapat
dilaksanakan.
33
Dalam pembelajaran pemberian fasilitas meliputi
perlengkapan, sarana prasarana dan alat peraga yang
menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai akan membantu
proses hafalan para siswa, terutama media yang cocok
bagi anak-anak.
d. Fungsi Pengawasan (controling) Pembelajaran.
Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang
dapat diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan
anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi serta memanfaatkannya untuk
mengendalikan organisasi.
Pengawasan
dalam
konteks
pembelajaran
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan
pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk mengawasi
pihak-pihak
terkait
sehubungan
dengan
pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran secara
sungguh-sungguh. Untuk keperluan pengawasan ini,
guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi kegiatan belajar, serta memanfaatkannya
untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai
tujuan belajar yang telah direncanakan.
3. Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu
“evaluation”.
Menurut
Wand dan Gerald W. Brown
dalam Suyobroto (2009: 56) mengemukakan bahwa:
34
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi merupakan suatu upaya untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah
dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah
diajarkan oleh guru.
Evaluasi
merupakan
suatu
upaya
untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki
oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.
Evaluasi pembelajaranmencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar
menekankan
pada
diperolehnya
informasi
tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan
evaluasi
pembelajaran
merupakan
proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang
keefektifan proses pembelajaran dalam membantu
siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik
buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
a) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
peniliaian dan atau pengukuran hasil belajar hasil
belajar, tujuan utama evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti
suatu
kegiatan
pembelajaran,
dimana
tingkat keberhasilan yang tersebut kemudian ditandai
35
dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau
simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil
belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat
difungsikan untuk berbagai keperluan tertentu.
Adapun
langkah-langkah
evaluasi
hasil
pembelajaran menurut Oemar (2008: 156) meliputi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi
formatif
seringkali
diartikan
sebagai
kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir
pembahasan
setiap
akhir
pembahasan
suatu
pokok bahasan. Evaluasi ini yakni diselenggarakan
pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
yang
diselenggarakan
secara
periodik,
isinya
mencakup semua unit pengajaran yang telah
diajarkan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu
pada akhir semesteran. Penilaian sumatif berguna
untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan
belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan
utama
untuk
menentukan
nilai
rapor
akhir
semester.
b) Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi
proses
pembelajaran
yakni
untuk
menentukan kualitas dari suatu program pembelajaran secara keseluruhan yakni dari mulai tahap
36
proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
hasil pembelajaran. Evaluasi ini memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Evaluasi
proses
pembelajaran
sesuai
dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses diselenggarakan dengan cara:
1) Membandingkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan standard proses.
2) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi
guru.
Sebagai
pembelajaran
implikasi
dari
evaluasi
proses
yang dilakukan guru maupun kepala
sekolah dapat dijadikan umpan balik untuk program
pembelajaran selanjutnya. Jadi evaluasi pada program pembelajaran meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibanding
dengan rencana.
b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi
dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun
standar-standar
pembelajaran
dan
sasaran-
melakukan
tindakan
sasaran.
c.
Menilai
terhadap
pekerjaan
dan
penyimpangan-penyimpangan
baik
institusional satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran.
37
2.4. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.4.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan
ekstrakurikuler
merupakan
kegiatan
pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini
dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang
memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui
bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan
yang diikuti oleh para siswa.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: 4), kegiatan
ekstrakurikuler
merupakan
salah
satu
jalur
pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat
memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini
dapat
dilakukan
dengan
memperluas
wawasan
pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan
nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002: 291) yaitu suatu kegiatan
yang berada di luar program yang tertulis didalam
kurikulum
seperti
latihan
kepemimpinan
dan
pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar
jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberikan kelelua38
saan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai
dengan bakat dan minat mereka.
Berdasarkan penjelasan tentang ekstrakurikuler
tersebut,
maka
dapat
diartikan
bahwa
ekstra-
kurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang
dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah
yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya
pengatahuan
siswa,
mengenal
hubungan
antar
berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan
minat.
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dijelaskan
oleh Mumuh Sumarna (2006:10) yaitu: “Kegiatan
ekstrakurikuler
yang dimaksudkan
untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam
program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan”.
dapat
adalah
Berdasarkan
disimpulkan
sebagai
uraian
bahwa
sarana
fungsi
tersebut,
maka
ekstrakurikuler
penunjang
bagi
proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang
berguna untuk mengaplikasikan teori dan praktik
yang telah diperoleh sebagai hasil nyata proses
pembelajaran.
Semua
kegiatan
yang
dilakukan
memiliki tujuan, karena tanpa tujuan yang jelas,
kegiatan tersebut akan sia-sia.
Begitu
pula
dengan
kegiatan
ekstrakurikuler
tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan
39
dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin
(2010: 12) berikut:
Kegiatan
ekstrakurikuler
memiliki
tujuan
sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1) Siswa
dapat
memperdalam
dan
memeperluas
pengetahuanketerampilan mengenai hubungan
antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan
bakat dan minat, serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya yang: a)
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa b) Berbudi pekerti luhur c) Memiliki
pengetahuan dan keterampilan d) Sehat rohani
dan jasmani e) Berkepribadian yang mantap
dan mandiri f) Memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan 2)
Siswa
mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian
serta
mengaitkan
pengetahuan
yang
diperolehnya dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang pembinaan kesiswaan (2008: 4), pembinaan
kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan
berikut ini.
1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal
dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas. 2) Memantapkan kepribadian siswa
untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan
dengantujuan pendidikan. 3) Mengaktualisasi
potensi siswa dalam pencapaian potensi
unggulan sesuai bakat dan minat. 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang
berakhlak mulia, demokratis, menghormati hakhak asasi manusia dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri (civil society).
Penjelasan diatas pada hakekatnya menjelaskan
tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai
40
adalah untuk kepentingan siswa, dengan kata lain
kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia
seutuhnya.
2.4.3 Keterlibatan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam suatu
organisasi atau kegiatan yang diikutinya merupakan
gambaran perkembangan sosial siswa tersebut. Roni
Nasrudin (2010: 18), menjelaskan bahwa karakteristik
siswa remaja yang mengikuti kelompok/karakteristik
siswa aktifis sekurang-kurangnya memiliki hal-hal
berikut ini.
1) Keikutsertaan atau keterlibatan pada salah
satu organisasi dalam hal ini adalah salah satu
unit kegiatan ekstrakurikuler. 2) Adanya
peranan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler,
meliputi posisi mereka dalam struktur berorganisasi dan tanggung jawab serta loyalitas
terhadap kegiatan. 3) Adanya tujuan yang jelas
dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik tujuan
yang bersifat kepentingan pribadi, sosial
maupun akademis. 4) Adanya manfaat yang
mereka rasakan dari kegiatan yang mereka
ikuti, baik manfaat yang bersifat pribadi, sosial
maupun akademis. 5) Adanya dukungan dalam
keikutsertaan siswa pada kegiatan yang mereka
dikuti, baik itu dukungan diri sendiri, guru,
maupun teman. 6) Adanya prestasi yang pernah
diraih.
Kegiatan ekstrakurikuler berbeda-beda sifatnya,
ada
yang
bersifat
sesaat
dan
ada
pula
yang
berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti
41
karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan
pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas
sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya
berkelanjutan maksudnya kegiatan itu tidak hanya
untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah
diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti
terus sampai selesai kegiatan sekolah.
2.5 Prestasi Non Akademik
Prestasi non-akademik menurut Sugiarti (2007:
43) adalah prestasi yang dicapai oleh siswa sewaktu
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
di
sekolah.
Sedangkan menurut Ruslani (2012: 43) prestasi non
akademik adalah “sesuatu tentang banyak hal yang
telah diraih.”
Prestasi
non
akademik
menurut
Suryabrata
dalam Sri Maslihah (2011: 54) adalah “seluruh hasil
yang telah dicapai dan diperoleh melalui proses
belajar.” Hal ini Sejalan dengan Yuniah (2008: 36)
yang menyatakan bahwa “prestasi non akademik
adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar di
luar
sekolah
yang
bersifat
ekstrakurikuler”.
Sedangkan Ernawati (2009: 29) menyatakan bahwa
“prestasi non akademik adalah hasil dari kegiatan di
luar
sekolah
untuk
mengetahui
sejauh
mana
seseorang menguasai kegiatan yang diajarkan serta
mengungkapkan keberhasilan yang telah dicapai oleh
peserta didik.”
42
Dari beberapa uraian tersebut, diartikan bahwa
prestasi non akademik adalah hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan di luar sekolah untuk
mengetahui
sejauh
mana
peserta
didik
telah
menguasai kegiatan yang telah disampaikan.
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran telah berlangsung cukup efektif. Hal ini
diindikasikan dengan berbagai prestasi siswa bisa
diraih
khususnya
yang
bersifat
non
akademik.
Efektifitas program ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran Timur karena memperoleh prioritas perhatian dari guru yang menanganinya. Program ekstrakurikuler diplanning sejak awal semester secara
matang sehingga sudah mendapat perhatian dari
siswa baik waktu dan juga anggaran dari sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler juga dilaksanakan secara intensif oleh pemandu ekstra yang ahli
dibidangnya baik pelatih dari dalam maupun dari luar.
Pengelola ekstrakurikuler juga memperhatikan
berbagai hambatan yang menjadi kendala pelaksanaan, terutama perhatiannya pada fasilitas yang tersedia
oleh pihak sekolah sehingga segera mencari solusinya.
Demikian pula faktor pendukung dari berbagai elemen
ditingkatkan
untuk
menguatkan
program
ekstra43
kurikuler. Tahap terakhir, pengelola pembelajaran
ekstrakurikuler
melakukan
control
pada
berbagai
tahap baik perencanaan, pelaksanaan maupun faktor
penghambatnya sehingga bisa menemukan solusi
untuk mengatasinya. Sehingga memperoleh hasil pembelajaran ekstrakurikuler secara maksimal.
Uraian kerangka berpikir penelitian tersebut bisa
Perencanaan
Pengorganisa
sian
Actuating
Controling
Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler
dilihat sebagaimana skema gambar 2.1 berikut ini:
Prestasi Non
akademik
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
2.7 Penelitian Yang Relevan
Penelitian
terdahulu
yang
relevan
dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Abdurrahman (2011) Pengelolaan pembelajaran
ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjarnegara Tahun ajaran
44
2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan pembelajaran ekstrakurikuler yang baik
dan efektif berdampak positif pada prestasi belajar
(kompetensi) siswa dalam kegiatan marchingband.
Pengelolaan pembelajaran ini berorientasi pada pengelolaan SDM pembelajaran marchingband, pengelolaan
materi pembelajaran marchingband dan pengelolaan
pelaksanaan marchingband di sekolah.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Abdurrahman (2011) dengan penelitian yang sekarang
adalah persamaannya bahwa prestasi yang diraih
dengan adanya pembelajaran ekstrakulikuler yang
baik dan efektif ini akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam bidang akademik juga
atau non kulikuler.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
dalam
penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2011)
dan
penelitian
sekarang.
Persamaannya
bahwa
memang terbukti pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler yang baik akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Namun perbedaan penelitian
sekarang
dan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Abdurrahman (2011) adalah jika penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrahman (2011) pembelajaran
ekstrakulikuler yang dilakukan terfokus pada pengelolaan SDM pembelajaran ektrakulikuler marchingband saja, sedangkan penelitian sekarang terfokus
pada pengelolaan semua pembelajaran ekstrakulikuler
45
yang ada di SDN Sidomulyo 03 Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Ahmad Fajri (2009) Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler di TK Bina Mutiara Hati Semarang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelancaran ke-giatan
marchingband di sekolah karena dikelola secara
maksimal dan mendapat dukungan dari masyarakat.
Penelitian ini focus pada pengelolaan SDM dan waktu
kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Fajri (2009) dan penelitian sekarang adalah
bahwa keberhasilan atau prestasi yang yang diraih
dari kegiatan ekstrakurikuler karena adanya pengelolaan ekstrakurikuler yang baik.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
dalam
penelitian sekarang dan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) persamaannya adalah bahwa
kelancaran kegiatan ekstrakurikuler adalah karena
pengelolaan
pembelajaran
ektrakurikuler
dikelola
secara maksimal dan mendapat dukungan dari warga
sekitar serta orangtua siswa. Namun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) yaitu jika pada penelitian
sekarang
pembelajaran
ekstrakurikuler
dilakukan
pada anak SD dan pada pembelajan ektrakurikuler
yang luas tidak hanya focus pada ekstrakurikuler
marchingband
saja,
sedangkan
penelitian
yang
dilakukan Ahmad Fajri (2009) pembelajaran ektra-
46
kurikuler dilakukan pada anak TK dam fokus pada
pengelolaan SDM dan waktu kegiatan ekstrakurikuler.
Nirmawaty S. Sayiu (2013) Pengelolaan Kegiatan
Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Asparaga Kabupaten
Gorontalo. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa 1)
Perencanaan kegiatan ektrakurikuler melalui rapat
dewan
guru
dengan perencanaan program, waktu,
tujuan dan jadwal. Akan tetapi waktu program kegiatan disesuaikan dengan kesedian guru di sekolah.
Kepala sekolah juga menyiapkan
anggaran dan
mengamankan dana untuk kepentingan sekolah, 2)
Pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga terdiri dari penyusunan struktur
pengelola kegiatan,
guru mengembangkan prosedur
yang berlaku tidak terdapat persyaratan tertentu bagi
guru untuk menjadi instruktur kegiatan namun pihak
sekolah hanya perlu kesediaan waktu guru di sekolah,
3) Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler di SMP Negeri
1 Asparaga kepala sekolah dapat mengatur dan
memberikan pembagian kerja yang efektif dan efesien
sesuai
dengan kemampuan guru, pembagian kerja
disesuaikan dengan waktu dan kesediaan guru untuk
menjadi instruktur, kepala sekolah juga memberikan
arahan atau petunjuk teknis
terkait pelaksanaan
ekstrakurikuler dan memotivasi guru
melalui bonus
bila pelaksanaan ekstrakurikuler berjalan
dengan
baik, 4) Pengawasan kegiatan ektrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga dilakukan oleh kepala sekolah
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hamba-
47
tan yang dihadapi para instruktur atau staf dan
tidak semata-mata mencari kesalahan, bantuan dan
bimbingan diberikan secara tidak langsung dalam
bentuk saran yang efektif yang dilakukan secara
berkala pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Nirmawaty S. Sayiu (2013) dengan penelitian sekarang
adalah bahwa prestasi yang diraih dengan kegiatan
ekstrakulikuler ini tidak lepas dari campur tangan
kepala sekolah dan guru pembina yang bersangkutan.
Yang ditandai dengan kegiatan perencanaan yang
matang yang telah dilakukan pihak sekolah yaitu
Kepala Sekolah dan guru Pembina.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Nirmawaty S. Sayiu (2013) persamaannya adalah
bahwa pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler ini
dapat terlaksana dengan baik juga karena berkat
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
yang
bersangkutan.
Perbedaannya
jika
penelitian
sekarang perencanaan yang matang tidak hanya
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina saja
tapi juga persetujuan orangtua wali murid. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu
(2013)
perencanaan
yang
matang
diperoleh
dari
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
ekstrakulikuler yang bersangkutan.
Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) dalam Extracurricular
48
Design-Based Learning: Preparing Students For Careers
In Innovation. Tulisan ini membahas inovasi pendidikan dalam bentuk desain pembelajaran berbasis
ekstrakurikuler.
Model
ini
memungkinkan
untuk berlatih berinovasi, mencari
siswa
solusi secara
otentik, tantangan pro sosial, dan lokal dalam pengaturan ekstrakurikuler. Penelitian ini memberikan
gambaran tentang model dan implementasi dalam
Desain
untuk
University.
siswa
Temuan
Amerika
dari
di
survei,
Northwestern
catatan
harian,
wawancara, dan pengamatan menunjukkan bahwa
siswa
membangun
inovasi
diri
sendiri
melalui
penyelesaian tugas, persuasi sosial, dan belajar di
komunitas
praktek
dengan
klien,
rekan-rekan,
profesional industri, dan fakultas. Selanjutnya, siswa
melaporkan
prestasi
hasil
belajar
tersebut
yang
digariskan oleh Dewan Akreditasi untuk Engineering
dan Teknologi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth
M.
Gerber,
Jeanne
Marie
Olson,
Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) dengan penelitian
sekarang adalah bahwa kegatan ekstrakulikuler akan
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang.
Terdapat
persamaan
dan
perbedaan
antara
penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
49
Rebecca L. D. Komarek (2012) persamaannya adalah
tujuan awal dari pembelajaran ekstrakulikuler ini
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang. Namun perbedaannya adalah jika penelitian
sekarang memang murni pembelajaran ekstrakulikuler
yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan
bakat siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) merupakan inovasi
pendidikan
dalam
bentuk
desain
pembelajaran
berbasis ekstrakurikuler.
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans (tt)
dalam Adding a Community University Educational
Summit
(CUES)
to
enhance
service
learning
in
management education. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
acara
KKN
ini
meningkat
lima
tujuan
pembelajaran khusus bagi siswa manajemen; (a)
aplikasi praktis dari konsep saja, (b) meningkatkan
pengetahuan tentang konsep saja, (c) komitmen untuk
mendukung organisasi nirlaba, (d) motivasi untuk
berpartisipasi
dalam
kesukarelaan
dan,
(e)
kesempatan untuk berpartisipasi dalam magang.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans dengan
penelitian sekarang adalah bahwa kegiatan KKN siswa
akan
mampu
membantu
siswa
dalam
kegiatan
ekstrakulikuler sehingga mampu mencapai prestasi
50
yang diharapkan sehingga mampu membuat bangga
nama Instansi sekolah yang dinaunginya.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans. Persamaannya bahwa pengawasan pembelajaran ektrakulikuler
tidak hanya dilakukan pada guru Pembina atau kepala
sekolah
saja
namun
juga
orang
luar
misalnya
mahasiswa yang sedang KKN atau PKL. Namun
perbedaannya adalah jika penelitian yang dilakukan
oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans pem-
belajaran
ekstrakulikuler
difokuskan
pada
siswa
manajemen saja sehingga pengawasan yang dilakukan
berkisar akan penilaian untuk kegiatan KKN mereka,
sedangkan penelitian sekarang murni dilakukan oleh
kepala sekolah, guru Pembina ekstrakulikuler dan
guru yang diambil dari luar yang tujuannya untuk
meningkatkan prestasi, bakat dan minat siswa dalam
berekspresi dengan pemilihan bakat yang peserta
didik senangi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan di
SDN
Sidomulyo
3
Ungaran
Timur
Kabupaten
Semarang adalah bahwa dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler
akan
mampu
memberikan
siswa
motivasi dan mendorong siswa untuk berkreatif atau
berimajinasi sehingga akan mampu meningkatkan
daya berpikirnya secara matang.
51
52