BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Prestasi Nonakademik Di SDN Sidomulyo 3 Ungaran Timur Kabupaten Semarang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja dalam
bahasa Inggris manage yang dalam bahasa Indonesia
berarti mengelola. Dari pengertian ini manajemen
dapat dipahami sebagai pengelolaan. Apabila pengertian tersebut diterapkan dalam pendidikan, maka
pengertiannya menjadi mengelola pendidikan. Sejalan
dengan pengertian ini, Mulyasa (2003: 20) mengartikan “manajemen sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan baik tujuan jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.”
Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia
(2008), diartikan “sebagai penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran.” Sementara
itu,

para

pakar


administrasi

pendidikan

seperti

sergiovanni, Coombs, dan Thurson mendefinisikan
manajemen sebagai “process of working with and
trough

others

to

accomplish

organizational

goals


efficiently” Ibrahim Bafadal (2003: 39). Pengertian
manajemen ini dapat dimaknai sebagai proses kerja
dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
15

Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah
untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan
dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan
proses

pencapaian

tindakan-tindakan

tujuan
yang

tersebut


mengacu

yaitu

berupa

kepada

fungsi

manajemen. Fungsi-fungsi manajemen ini menurut
G.R. Terry, yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86)
sebagai suatu proses yang terdiri dari tindakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran

yang


telah

ditetapkan

melalui

pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa
dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan
perencanaan,

pengorganisasian,

pelaksanaan,

dan

pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat,
dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan
tugas. Dipandang sebagai profesi karena “manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu
prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh
suatu kode etik.” Slameto (2009: 1)

16

Dari

beberapa

definisi

yang


tersebut,

dapat

disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha
yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).

2.1.2. Fungsi Manajemen
Dalam

proses

pelaksanaannya,

manajemen

mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas itulah yang biasa disebut sebagai
fungsi-fungsi manajemen. Menurut George R. Terry

yang dikutip dari Engkoswara (2010: 86) terdapat 4
fungsi manajemen, yang dalam dunia manajemen
dikenal sebagai POAC, yaitu: planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan)
dan controlling (pengendalian).
1) Planning (perencanaan)
Perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan
di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan.
Menurut Koontz-O’Donell, dalam “Principles of Management, planning is the most basic of all management
functions

since

it

involvesselection

from

among


alternative courses of action.” Perencanaan adalah
fungsi

manajemen

yang

paling

dasar

karena

manajemen meliputi penyeleksian di antara bagian
pilihan dari tindakan.
17

Empat tujuan yang penting dari perencanaan: a) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan yang akan
datang. b) Memusatkan perhatian kepada sasaran. c) Menjamin atau mendapatkan proses

pencapaian tujuan terlaksana secara efisien
dan efektif. d) Memudahkan pengendalian.

Jadi perencanaan dalam manajemen kesiswaan
perlu

dilakukan,

yaitu

sebagai

patokan

dalam

melaksanakan kegiatan.
2) Organizing (pengorganisasian)
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian
umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu

lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan.

Kedua, merujuk pada

proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan
diatur dan dialokasikan di antara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan
sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk

mencapai

tujuan

bersama.

Dalam


sistem

kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa,
siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi,
dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Pengorganisasian sebagai proses membagi
kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.

18

Jadi setelah melaksanakan perencanaan langkah
selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini
harus jelas

siapa yang menjalankan dan apa yang

dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar.
3) Actuating (penggerakan)
Penggerakan
terpenting

dan

adalah

fungsi

manajemen

paling

dominan

dalam

yang
proses

manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah
rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini
diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi
tujuan dimulai.

Penerapan fungsi ini sangat sulit,

rumit, dan kompleks, karena karyawan-karyawan
tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran,
perasaan, harga diri, cita-cita, dan lainnya.
Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan alat-alat
bagaimanapun canggihnya baru dapat dilakukan jika
karyawan (manusia) ikut berperan aktif melaksanakannya. Fungsi pengarahan ini adalah ibarat starter
mobil, artinya mobil barudapat berjalan jika kunci
starternya telah melaksanakan fungsinya.Demikian
juga proses manajemen, baru terlaksana setelah
fungsi pengarahan diterapkan.
Definisi

pengarahan

ini

dikemukakan

oleh

Hasibuan (2008: 32) sebagai berikut:
Pengarahan adalah mengarahkan semua
bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja
efektif dalam mencapai tujuan. Oleh karena
itu pengarahan perlu dijalankan dengan
sebaik- baiknya, dan perlu adanya kerjasama

19

yang baik pula di antara semua pihak baik
dari pihak atasan maupun bawahan.

4) Controlling (pengawasan)
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan, langkah selanjutnya adalah
pengawasan.

Menurut Chuck Williams dalam buku

Management, Controlling is monitoring progress toward
goal achievement and taking corrective action when
progress

isn’t

being

made.

“Pengawasan

adalah

peninjauan kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir
dan

pengambilan

tindakan

pembetulan

ketika

kemajuan tersebut tidak terwujud.”
Pengawasan/pengendalian adalah fungsi yang
harus dilakukan manajer untuk memastikan bahwa
anggota melakukan aktivitas yang akan membawa
organisasi

ke

arah

tujuan

yang

ditetapkan.

Pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita
untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut
berlangsung sesuai dengan rencana.
Pengawasan/pengendalian

ini

berkaitan

erat

sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling mengisi, karena: a)
Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan. b)
Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.
c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian
dilakukan dengan baik. d) Tujuan baru dapat diketahui

tercapai

dengan

baik

atau

pengendalian atau penilaian dilakukan.
20

tidak

setelah

Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:
(1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
rencana. (2) Melakukan tindakan perbaikan
(corrective), jika terdapat penyimpanganpenyimpangan (deviasi). (3) Supaya tujuan
yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Maka inti dari pengawasan adalah untuk
mengatur pekerjaan yang direncanakan dan
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut berlangsung sesuai rencana atau
tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana
maka perlu adanya perbaikan.

Oleh karena itu manajemen kurikulum harus
dikelola

sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen di

atas, agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Khususnya dalam hal ini untuk meningkatkan potensi
kinerja guru dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

2.2 Manajemen Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata,
yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa
(etimologi) manajemen berasal dari kata kerja
manage”
istilah

yang berarti mengatur. Adapun
(terminologi)

terdapat

banyak

mengenai pengertian manajemen
menurut

“to

menurut
pendapat

salah satunya

George R. Terry dalam Melayu (2007: 2)

mengemukakan bahwa:
Manajemen adalah suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan-tindakan perncanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai

21

tujuan melalui pemanfaatan
sumber daya lainnya.

SDM

dan

Sedangkan menurut Hanry L. Sisk (2002: 10)
mendefinisikan Management is the coordination of all
resources through the processes of planning, organizing,
directing and controlling in order to attain stted
objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk semua sumber-sumber melalui prosesproses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari
kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber
belajar, dan anak dengan pendidik. Menurut Undangundang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran merupakan
suatu

proses

pengelolaan

pembelajaran

melalui

kerjasama sekelompok orang dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang berupaya untuk mencapai
tujuan

pembelajaran.

pembelajaran
manajemen

Dalam

tersebut
pembelajaran

pencapaian

diperlukan
yang

tujuan

fungsi-fungsi

meliputi

tindakan

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling)
22

proses pendidikan sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai.

2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Pembelajaran
Dalam proses pelaksanaan manajemen pembelajaran terdapat fungsi-fungsi manajemen pembelajaran
diantaranya:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pemanfaatan

adalah

sumber

proses

daya

secara

penetapan

dan

terpadu

yang

diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan
upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam konteks
pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan
media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau
metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 20 menjelaskan bahwa; ”Perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus, perencanaan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran,

sumber

belajar,

dan

penilaian

hasil

belajar”.

23

Sebagai

perencana,

guru

hendaknya

dapat

mendiaknosa kebutuhan para siswa sebagai subyek
belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang
ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah
dirumuskan. Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi
guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat
memperbaiki cara pengajarannya.
Agar dalam pelaksanaan

pembelajaran berjalan

dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran antara lain:
a) Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif
Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah
menetukan minggu efektif dalam setiap semester
pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu
berfungsi untuk mengetahui berapa jam waktu
efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran dalam satu tahun ajaran. Hal
ini

diperlukan

untuk

menyesuaikan

dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal
yang

harus

dicapai

sesuai

dengan

rumusan

standard isi yang ditetapkan.
b) Menyusun Program Tahunan (Prota)
Program

tahunan

(Prota)

merupakan

rencana

program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas,

yang

pelajaran

dikembangkan

yang

oleh

bersangkutan,

guru

yakni

menetapkan alokasi dalam waktu satu
24

mata
dengan
tahun

ajaran

untuk

mencapai

tujuan

(standar

kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah
ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran,
karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya.
c) Menyusun Program Semesteran (Promes)
Program semester (Promes) merupakan penjabaran
dari program tahunan. Kalau Program tahunan
disusun untuk menentukan jumlah jam yang
diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar,
maka dalam program semester diarahkan untuk
menjawab

minggu

keberapa

atau

kapan

pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
itu dilakukan.
d) Menyusun Silabus Pembelajaran
Silabus adalah bentuk pengembangan dan penjabaran kurikulum menjadi rencana pembelajaran
atau susunan materi pembelajaran yang teratur
pada mata pelajaran tertentu pada kelas tertentu.
Komponen

dalam

menyusun

silabus

memuat

antara lain identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, standard kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

pencapaian kompetensi, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber belajar.

25

e)

Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun
untuk setiap Kompetensi dasar (KD) yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Komponen-komponen dalam menyusun RPP
meliputi: a) Identitas Mata Pelajaran; b) Standar
Kompetensi; c) Kompetensi Dasar; d) Indikator
Tujuan Pembelajaran; e) Materi Ajar; f) Metode
Pembelajaran; g) Langkah-langkah Pembelajaran;
h) Sarana dan Sumber

Belajar; i) Penilaian dan

Tindak Lanjut.
Selain

itu dalam fungsi perencanaan

tugas

kepala sekolah sebagai manajer yakni mengawasi dan
mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai
dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui
perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat
mempersiapkan

segala

sesuatu

yang

dibutuhkan

siswa dalam belajar.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan

pembelajaran

merupakan

proses

berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan
pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa
dan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dalam fungsi pelaksanaan ini memuat kegiatan
pengelolaan
26

dan kepemimpinan

pembelajaran yang

dilakukan

guru di kelas

didik. Selain itu

dan pengelolaan peserta

juga memuat kegiatan pengor-

ganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti
pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus
yang harus dilakukan guru, juga menyangkut fungsifungsi manajemen lainnya.
Pelaksanaan

pembelajaran

dalam

hal

ini

mencakup dua jenis yaitu, pengelolaan kelas dan
peserta didik serta pengelolaan guru. Dua jenis
pengelolaan tersebut secara rinci akan diuraikan
sebagai berikut:
a) Pengelolaan kelas dan peserta didik
Pengelolaan

kelas adalah satu upaya memper-

dayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin
untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai
tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan pengelolaan
kelas sedikitnya terdapat tujuh hal

yang harus

diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana
belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk,
penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke
materi

yang

akan

dipelajari

(pembentukan

dan

pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam
pembelajaran.
Guru dapat mengatur dan merekayasa segala
sesuatunya, situasi yang ada ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Menurut Nana Sudjana yang

27

dikutip oleh Suryobroto (2009: 39) pelaksanaan proses
belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
(1) Tahap pra instruksional
Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai
sesuatu proses belajar mengajar: Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang
tidak hadir;

Bertanya kepada siswa sampai

dimana pembahasan sebelumnya;

Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari
pelajaran yang sudah disampaikan;

Mengulang

bahan pelajaran yang lain secara singkat.
(2) Tahap instruksional.
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang
dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai
berikut: Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa;
pokok

materi yang akan dibahas;

Menjelaskan
Membahas

pokok materi yang sudah dituliskan; Pada setiap
pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan
contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan, tugas;
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi pelajaran;
Menyimpulkan

hasil

pembahasan

dari

semua

pokok materi.
(3) Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, kegiatan yang dilaku28

kan pada tahap ini yaitu: Mengajukan pertanyaan
kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas
pada tahap instruksional; Apabila pertanyaan yang
diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang
dari 70%), maka guru harus mengulang pengajaran;

Untuk

memperkaya

pengetahuan

siswa

mengenai materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR;

Akhiri pelajaran dengan

menjelaskan atau memberitahukan pokok materi
yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
b. Pengelolaan guru
Pelaksanaan sebagai fungsi manajemen diterapkan

oleh

kepala

sekolah

bersama

guru

dalam

pembelajaran agar siswa melakukan aktivitas belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Sehubungan dengan itu, peran kepala
sekolah memegang peranan penting untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya
sebagai manajer di dalam kelas.
Guru adalah orang yang bertugas membantu
murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru
sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru
ialah

merancang,

mengevaluasi

mengelola,

pembelajaran.

melaksanakan
Guru

harus

dan
dapat

menempatkan diri dan menciptakan suasana kondu29

sif, yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara tersirat Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat
1 mencantumkan standar nasional pendidikan meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar yang dimaksud dalam hal
ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan
ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber,
prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan
kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan
yang dikehendaki.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan

kualitas

guru

yang

sebenarnya,

kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan
profesional

pengetahuan
dalam

dari

menjalankan

perbuatan

secara

tugasnya

sebagai

guru.Secara operasional, ketika proses pelaksanaan
juga menyangkut beberapa fungsi manajemen lainnya
diantaranya yaitu:
a. Fungsi Pengorganisasian (organizing) pembelajaran
Selain fungsi perencanaan, terdapat pula fungsi
pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran yang
dimaksudkan untuk menentukan pelaksana tugas
dengan jelas kepada setiap personil sekolah sesuai

30

bidang, wewenang, mata pelajaran, dan tanggung
jawabnya.
Dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab
masing-masing unsur dan komponen pembelajaran
sehingga kegiatan pembelajaran baik proses maupun
kualitas

yang

dipersyaratkan

dapat

berlangsung

sesuai dengan yang direncanakan. Pengorganisasian
pembelajaran menurut Syaiful Sagala

(2010: 243)

meliputi beberapa aspek:
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan
personel yang diperlukan untuk penyusunan
kerangka yang efisien dalam melaksanakan
rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. 2)
Mengelompokkan komponen pembelajaran
dalam struktur sekolah secara teratur. 3)
Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran. 4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur
pembelajaran. 5) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan dalam upaya pertumbuhan jabatan guru dilengkapi dengan
sumber-sumber lain yang diperlukan.

Penerapan

fungsi

pengorganisasian

dalam

manajemen pembelajaran yakni kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatankegiatan sekolah yang menjadi tujuan sekolah dapat
berjalan

dengan

lancar.

Kepala

sekolah

perlu

mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guruguru yang menjadi anak buahnya. Dengan pembagian
kerja

yang

baik,

pelimpahan

wewenang

dan

tanggungjawab yang tepat, serta mengingat prinsip-

31

prinsip pengorganisasian, kiranya kegiatan sekolah
akan berjalan dan tujuan dapat tecapai.
Pengorganisasian pembelajaran ini memberikan
gambaran

bahwa

kegiatan

belajar

dan

mengajar

mempunyai arah dan penanggungjawab yang jelas.
Artinya dilihat dari komponen

yang terkait dengan

pembelajaran pada institusi sekolah memberi gambaran bahwa jelas kedudukan kepala sekolah dalam
memberikan fasilitas dan kelengkapan pembela-jaran,
dan

kedudukan

guru

untuk

mendesain pembelajaran
alokasi

waktu,

menentukan

dan

dengan mengorganisasikan

desain

kurikulum,

media

dan

kelengkapan pembelajaran, dan lainnya yang berkaitan

dengan

suksesnya

penyelenggaraan

kegiatan

belajar.
Kemudian

jelas

kedudukan

siswa

dalam

mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun
belajar di rumah, dibawah koordinasi guru dan juga
orang tua siswa yang berkaitan dengan belajar.
Pengorganisasian pembelajaran ini dimaksudkan agar
materi dan bahan ajaran yang sudah direncanakan
dapat disampaikan secara maksimal.
b. Fungsi Pemotivasian (motivating) Pembelajaran
Motivating

atau pemotivasian

adalah proses

menumbuhkan semangat (motivation) pada karyawan
agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing
mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.

32

Dalam konteks pembelajaran di
pemotivasian

dilakukan

kepala

sekolah tugas

sekolah

bersama

pendidik dalam pembelajaran agar siswa melakukan
aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu,
peran kepala sekolah memegang peranan penting
untuk menggerakkan para guru dalam mengoptimalkan fungsinya sebagai manajer di dalam kelas.
Selain itu, pemotivasian dalam proses pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan suasana
edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar
dengan

penuh

antusias

dan

mengoptimalkan

kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru
sangat penting dalam menggerakkan dan memotivasi
para siswanya melakukan aktivitas belajar baik yang
dilakukan di kelas, laboratorium, perpusta-kaan dan
tempat lain yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar. Guru tidak hanya berusaha menarik
perhatian siswa, tetapi juga harus meningkatkan
aktivitas siswanya melalui pendekatan dan metode
yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan
guru.
c. Fungsi Facilitating Pembelajaran
Fungsi Facilitating meliputi pemberian fasilitas
dalam arti luas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah
bawahan

agar

diakomodir

dikembangkan

dan

dapat berkembang ide-ide dari
dan
diberi

kalau
ruang

memungkinkan
untuk

dapat

dilaksanakan.
33

Dalam pembelajaran pemberian fasilitas meliputi
perlengkapan, sarana prasarana dan alat peraga yang
menunjang dan membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai akan membantu
proses hafalan para siswa, terutama media yang cocok
bagi anak-anak.
d. Fungsi Pengawasan (controling) Pembelajaran.
Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang
dapat diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan
anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi serta memanfaatkannya untuk
mengendalikan organisasi.
Pengawasan

dalam

konteks

pembelajaran

dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan
pembelajaran pada seluruh kelas, termasuk mengawasi

pihak-pihak

terkait

sehubungan

dengan

pemberian pelayanan kebutuhan pembelajaran secara
sungguh-sungguh. Untuk keperluan pengawasan ini,
guru mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi kegiatan belajar, serta memanfaatkannya
untuk mengendalikan pembelajaran sehingga tercapai
tujuan belajar yang telah direncanakan.
3. Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu
“evaluation”.

Menurut

Wand dan Gerald W. Brown

dalam Suyobroto (2009: 56) mengemukakan bahwa:
34

evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi merupakan suatu upaya untuk
mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah
dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah
diajarkan oleh guru.

Evaluasi

merupakan

suatu

upaya

untuk

mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki
oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru.
Evaluasi pembelajaranmencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar

menekankan

pada

diperolehnya

informasi

tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan

evaluasi

pembelajaran

merupakan

proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang
keefektifan proses pembelajaran dalam membantu
siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik
buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
a) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
peniliaian dan atau pengukuran hasil belajar hasil
belajar, tujuan utama evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti

suatu

kegiatan

pembelajaran,

dimana

tingkat keberhasilan yang tersebut kemudian ditandai

35

dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau
simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil
belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat
difungsikan untuk berbagai keperluan tertentu.
Adapun

langkah-langkah

evaluasi

hasil

pembelajaran menurut Oemar (2008: 156) meliputi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi

formatif

seringkali

diartikan

sebagai

kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir
pembahasan

setiap

akhir

pembahasan

suatu

pokok bahasan. Evaluasi ini yakni diselenggarakan
pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
yang

diselenggarakan

secara

periodik,

isinya

mencakup semua unit pengajaran yang telah
diajarkan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu
pada akhir semesteran. Penilaian sumatif berguna
untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan
belajar pada siswa, yang dipakai sebagai masukan
utama

untuk

menentukan

nilai

rapor

akhir

semester.
b) Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi

proses

pembelajaran

yakni

untuk

menentukan kualitas dari suatu program pembelajaran secara keseluruhan yakni dari mulai tahap

36

proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
hasil pembelajaran. Evaluasi ini memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Evaluasi

proses

pembelajaran

sesuai

dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses diselenggarakan dengan cara:
1) Membandingkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan standard proses.
2) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi
guru.

Sebagai
pembelajaran

implikasi

dari

evaluasi

proses

yang dilakukan guru maupun kepala

sekolah dapat dijadikan umpan balik untuk program
pembelajaran selanjutnya. Jadi evaluasi pada program pembelajaran meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibanding
dengan rencana.
b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi
dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun
standar-standar

pembelajaran

dan

sasaran-

melakukan

tindakan

sasaran.
c.

Menilai
terhadap

pekerjaan

dan

penyimpangan-penyimpangan

baik

institusional satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran.

37

2.4. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.4.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan

ekstrakurikuler

merupakan

kegiatan

pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini
dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang
memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui
bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan
yang diikuti oleh para siswa.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: 4), kegiatan
ekstrakurikuler

merupakan

salah

satu

jalur

pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat
memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini
dapat

dilakukan

dengan

memperluas

wawasan

pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan
nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002: 291) yaitu suatu kegiatan
yang berada di luar program yang tertulis didalam
kurikulum

seperti

latihan

kepemimpinan

dan

pembinaan siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar
jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberikan kelelua38

saan kepada siswa untuk menentukan kegiatan sesuai
dengan bakat dan minat mereka.
Berdasarkan penjelasan tentang ekstrakurikuler
tersebut,

maka

dapat

diartikan

bahwa

ekstra-

kurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang
dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah
yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya
pengatahuan

siswa,

mengenal

hubungan

antar

berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan
minat.

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dijelaskan
oleh Mumuh Sumarna (2006:10) yaitu: “Kegiatan
ekstrakurikuler

yang dimaksudkan

untuk lebih

mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam
program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan”.
dapat
adalah

Berdasarkan

disimpulkan
sebagai

uraian

bahwa

sarana

fungsi

tersebut,

maka

ekstrakurikuler

penunjang

bagi

proses

pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang
berguna untuk mengaplikasikan teori dan praktik
yang telah diperoleh sebagai hasil nyata proses
pembelajaran.

Semua

kegiatan

yang

dilakukan

memiliki tujuan, karena tanpa tujuan yang jelas,
kegiatan tersebut akan sia-sia.
Begitu

pula

dengan

kegiatan

ekstrakurikuler

tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan
39

dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin
(2010: 12) berikut:
Kegiatan
ekstrakurikuler
memiliki
tujuan
sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1) Siswa
dapat
memperdalam
dan
memeperluas
pengetahuanketerampilan mengenai hubungan
antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan
bakat dan minat, serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya yang: a)
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa b) Berbudi pekerti luhur c) Memiliki
pengetahuan dan keterampilan d) Sehat rohani
dan jasmani e) Berkepribadian yang mantap
dan mandiri f) Memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan 2)
Siswa
mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian
serta
mengaitkan
pengetahuan
yang
diperolehnya dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan.

Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang pembinaan kesiswaan (2008: 4), pembinaan
kesiswaan memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan
berikut ini.
1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal
dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas. 2) Memantapkan kepribadian siswa
untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan
dengantujuan pendidikan. 3) Mengaktualisasi
potensi siswa dalam pencapaian potensi
unggulan sesuai bakat dan minat. 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang
berakhlak mulia, demokratis, menghormati hakhak asasi manusia dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri (civil society).

Penjelasan diatas pada hakekatnya menjelaskan
tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai
40

adalah untuk kepentingan siswa, dengan kata lain
kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan manusia
seutuhnya.

2.4.3 Keterlibatan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam suatu
organisasi atau kegiatan yang diikutinya merupakan
gambaran perkembangan sosial siswa tersebut. Roni
Nasrudin (2010: 18), menjelaskan bahwa karakteristik
siswa remaja yang mengikuti kelompok/karakteristik
siswa aktifis sekurang-kurangnya memiliki hal-hal
berikut ini.
1) Keikutsertaan atau keterlibatan pada salah
satu organisasi dalam hal ini adalah salah satu
unit kegiatan ekstrakurikuler. 2) Adanya
peranan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler,
meliputi posisi mereka dalam struktur berorganisasi dan tanggung jawab serta loyalitas
terhadap kegiatan. 3) Adanya tujuan yang jelas
dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik tujuan
yang bersifat kepentingan pribadi, sosial
maupun akademis. 4) Adanya manfaat yang
mereka rasakan dari kegiatan yang mereka
ikuti, baik manfaat yang bersifat pribadi, sosial
maupun akademis. 5) Adanya dukungan dalam
keikutsertaan siswa pada kegiatan yang mereka
dikuti, baik itu dukungan diri sendiri, guru,
maupun teman. 6) Adanya prestasi yang pernah
diraih.

Kegiatan ekstrakurikuler berbeda-beda sifatnya,
ada

yang

bersifat

sesaat

dan

ada

pula

yang

berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti
41

karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan
pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas
sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya
berkelanjutan maksudnya kegiatan itu tidak hanya
untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah
diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti
terus sampai selesai kegiatan sekolah.

2.5 Prestasi Non Akademik
Prestasi non-akademik menurut Sugiarti (2007:
43) adalah prestasi yang dicapai oleh siswa sewaktu
mengikuti

kegiatan

ekstrakurikuler

di

sekolah.

Sedangkan menurut Ruslani (2012: 43) prestasi non
akademik adalah “sesuatu tentang banyak hal yang
telah diraih.”
Prestasi

non

akademik

menurut

Suryabrata

dalam Sri Maslihah (2011: 54) adalah “seluruh hasil
yang telah dicapai dan diperoleh melalui proses
belajar.” Hal ini Sejalan dengan Yuniah (2008: 36)
yang menyatakan bahwa “prestasi non akademik
adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar di
luar

sekolah

yang

bersifat

ekstrakurikuler”.

Sedangkan Ernawati (2009: 29) menyatakan bahwa
“prestasi non akademik adalah hasil dari kegiatan di
luar

sekolah

untuk

mengetahui

sejauh

mana

seseorang menguasai kegiatan yang diajarkan serta
mengungkapkan keberhasilan yang telah dicapai oleh
peserta didik.”
42

Dari beberapa uraian tersebut, diartikan bahwa
prestasi non akademik adalah hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan di luar sekolah untuk
mengetahui

sejauh

mana

peserta

didik

telah

menguasai kegiatan yang telah disampaikan.

2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran telah berlangsung cukup efektif. Hal ini
diindikasikan dengan berbagai prestasi siswa bisa
diraih

khususnya

yang

bersifat

non

akademik.

Efektifitas program ekstrakurikuler di SDN Sidomulyo
3 Ungaran Timur karena memperoleh prioritas perhatian dari guru yang menanganinya. Program ekstrakurikuler diplanning sejak awal semester secara
matang sehingga sudah mendapat perhatian dari
siswa baik waktu dan juga anggaran dari sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler juga dilaksanakan secara intensif oleh pemandu ekstra yang ahli
dibidangnya baik pelatih dari dalam maupun dari luar.
Pengelola ekstrakurikuler juga memperhatikan
berbagai hambatan yang menjadi kendala pelaksanaan, terutama perhatiannya pada fasilitas yang tersedia
oleh pihak sekolah sehingga segera mencari solusinya.
Demikian pula faktor pendukung dari berbagai elemen
ditingkatkan

untuk

menguatkan

program

ekstra43

kurikuler. Tahap terakhir, pengelola pembelajaran
ekstrakurikuler

melakukan

control

pada

berbagai

tahap baik perencanaan, pelaksanaan maupun faktor
penghambatnya sehingga bisa menemukan solusi
untuk mengatasinya. Sehingga memperoleh hasil pembelajaran ekstrakurikuler secara maksimal.
Uraian kerangka berpikir penelitian tersebut bisa

Perencanaan

Pengorganisa
sian

Actuating

Controling

Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler

dilihat sebagaimana skema gambar 2.1 berikut ini:

Prestasi Non
akademik

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

2.7 Penelitian Yang Relevan
Penelitian

terdahulu

yang

relevan

dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:
Abdurrahman (2011) Pengelolaan pembelajaran
ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjarnegara Tahun ajaran
44

2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan pembelajaran ekstrakurikuler yang baik
dan efektif berdampak positif pada prestasi belajar
(kompetensi) siswa dalam kegiatan marchingband.
Pengelolaan pembelajaran ini berorientasi pada pengelolaan SDM pembelajaran marchingband, pengelolaan
materi pembelajaran marchingband dan pengelolaan
pelaksanaan marchingband di sekolah.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Abdurrahman (2011) dengan penelitian yang sekarang
adalah persamaannya bahwa prestasi yang diraih
dengan adanya pembelajaran ekstrakulikuler yang
baik dan efektif ini akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam bidang akademik juga
atau non kulikuler.
Terdapat

persamaan

dan

perbedaan

dalam

penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2011)
dan

penelitian

sekarang.

Persamaannya

bahwa

memang terbukti pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler yang baik akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Namun perbedaan penelitian
sekarang

dan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Abdurrahman (2011) adalah jika penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrahman (2011) pembelajaran
ekstrakulikuler yang dilakukan terfokus pada pengelolaan SDM pembelajaran ektrakulikuler marchingband saja, sedangkan penelitian sekarang terfokus
pada pengelolaan semua pembelajaran ekstrakulikuler

45

yang ada di SDN Sidomulyo 03 Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Ahmad Fajri (2009) Pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler di TK Bina Mutiara Hati Semarang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelancaran ke-giatan
marchingband di sekolah karena dikelola secara
maksimal dan mendapat dukungan dari masyarakat.
Penelitian ini focus pada pengelolaan SDM dan waktu
kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Fajri (2009) dan penelitian sekarang adalah
bahwa keberhasilan atau prestasi yang yang diraih
dari kegiatan ekstrakurikuler karena adanya pengelolaan ekstrakurikuler yang baik.
Terdapat

persamaan

dan

perbedaan

dalam

penelitian sekarang dan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) persamaannya adalah bahwa
kelancaran kegiatan ekstrakurikuler adalah karena
pengelolaan

pembelajaran

ektrakurikuler

dikelola

secara maksimal dan mendapat dukungan dari warga
sekitar serta orangtua siswa. Namun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Fajri (2009) yaitu jika pada penelitian
sekarang

pembelajaran

ekstrakurikuler

dilakukan

pada anak SD dan pada pembelajan ektrakurikuler
yang luas tidak hanya focus pada ekstrakurikuler
marchingband

saja,

sedangkan

penelitian

yang

dilakukan Ahmad Fajri (2009) pembelajaran ektra-

46

kurikuler dilakukan pada anak TK dam fokus pada
pengelolaan SDM dan waktu kegiatan ekstrakurikuler.
Nirmawaty S. Sayiu (2013) Pengelolaan Kegiatan
Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Asparaga Kabupaten
Gorontalo. Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa 1)

Perencanaan kegiatan ektrakurikuler melalui rapat
dewan

guru

dengan perencanaan program, waktu,

tujuan dan jadwal. Akan tetapi waktu program kegiatan disesuaikan dengan kesedian guru di sekolah.
Kepala sekolah juga menyiapkan

anggaran dan

mengamankan dana untuk kepentingan sekolah, 2)
Pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga terdiri dari penyusunan struktur
pengelola kegiatan,

guru mengembangkan prosedur

yang berlaku tidak terdapat persyaratan tertentu bagi
guru untuk menjadi instruktur kegiatan namun pihak
sekolah hanya perlu kesediaan waktu guru di sekolah,
3) Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler di SMP Negeri
1 Asparaga kepala sekolah dapat mengatur dan
memberikan pembagian kerja yang efektif dan efesien
sesuai

dengan kemampuan guru, pembagian kerja

disesuaikan dengan waktu dan kesediaan guru untuk
menjadi instruktur, kepala sekolah juga memberikan
arahan atau petunjuk teknis

terkait pelaksanaan

ekstrakurikuler dan memotivasi guru

melalui bonus

bila pelaksanaan ekstrakurikuler berjalan

dengan

baik, 4) Pengawasan kegiatan ektrakurikuler di SMP
Negeri 1 Asparaga dilakukan oleh kepala sekolah
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hamba-

47

tan yang dihadapi para instruktur atau staf dan
tidak semata-mata mencari kesalahan, bantuan dan
bimbingan diberikan secara tidak langsung dalam
bentuk saran yang efektif yang dilakukan secara
berkala pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Nirmawaty S. Sayiu (2013) dengan penelitian sekarang
adalah bahwa prestasi yang diraih dengan kegiatan
ekstrakulikuler ini tidak lepas dari campur tangan
kepala sekolah dan guru pembina yang bersangkutan.
Yang ditandai dengan kegiatan perencanaan yang
matang yang telah dilakukan pihak sekolah yaitu
Kepala Sekolah dan guru Pembina.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan

oleh

Nirmawaty S. Sayiu (2013) persamaannya adalah
bahwa pengelolaan pembelajaran ekstrakulikuler ini
dapat terlaksana dengan baik juga karena berkat
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
yang

bersangkutan.

Perbedaannya

jika

penelitian

sekarang perencanaan yang matang tidak hanya
campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina saja
tapi juga persetujuan orangtua wali murid. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Nirmawaty S. Sayiu
(2013)

perencanaan

yang

matang

diperoleh

dari

campur tangan kepala sekolah dan guru Pembina
ekstrakulikuler yang bersangkutan.
Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) dalam Extracurricular
48

Design-Based Learning: Preparing Students For Careers
In Innovation. Tulisan ini membahas inovasi pendidikan dalam bentuk desain pembelajaran berbasis
ekstrakurikuler.

Model

ini

memungkinkan

untuk berlatih berinovasi, mencari

siswa

solusi secara

otentik, tantangan pro sosial, dan lokal dalam pengaturan ekstrakurikuler. Penelitian ini memberikan
gambaran tentang model dan implementasi dalam
Desain

untuk

University.

siswa

Temuan

Amerika

dari

di

survei,

Northwestern

catatan

harian,

wawancara, dan pengamatan menunjukkan bahwa
siswa

membangun

inovasi

diri

sendiri

melalui

penyelesaian tugas, persuasi sosial, dan belajar di
komunitas

praktek

dengan

klien,

rekan-rekan,

profesional industri, dan fakultas. Selanjutnya, siswa
melaporkan

prestasi

hasil

belajar

tersebut

yang

digariskan oleh Dewan Akreditasi untuk Engineering
dan Teknologi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth

M.

Gerber,

Jeanne

Marie

Olson,

Dan

Rebecca L. D. Komarek (2012) dengan penelitian
sekarang adalah bahwa kegatan ekstrakulikuler akan
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang.
Terdapat

persamaan

dan

perbedaan

antara

penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
49

Rebecca L. D. Komarek (2012) persamaannya adalah
tujuan awal dari pembelajaran ekstrakulikuler ini
mampu memberikan siswa motivasi dan mendorong
siswa untuk berkreatif atau berimajinasi sehingga
akan mampu meningkatkan daya berpikirnya secara
matang. Namun perbedaannya adalah jika penelitian
sekarang memang murni pembelajaran ekstrakulikuler
yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan
bakat siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Elizabeth M. Gerber, Jeanne Marie Olson, Dan
Rebecca L. D. Komarek (2012) merupakan inovasi
pendidikan

dalam

bentuk

desain

pembelajaran

berbasis ekstrakurikuler.
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans (tt)
dalam Adding a Community University Educational
Summit

(CUES)

to

enhance

service

learning

in

management education. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa

acara

KKN

ini

meningkat

lima

tujuan

pembelajaran khusus bagi siswa manajemen; (a)
aplikasi praktis dari konsep saja, (b) meningkatkan
pengetahuan tentang konsep saja, (c) komitmen untuk
mendukung organisasi nirlaba, (d) motivasi untuk
berpartisipasi

dalam

kesukarelaan

dan,

(e)

kesempatan untuk berpartisipasi dalam magang.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans dengan
penelitian sekarang adalah bahwa kegiatan KKN siswa
akan

mampu

membantu

siswa

dalam

kegiatan

ekstrakulikuler sehingga mampu mencapai prestasi
50

yang diharapkan sehingga mampu membuat bangga
nama Instansi sekolah yang dinaunginya.
Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans. Persamaannya bahwa pengawasan pembelajaran ektrakulikuler
tidak hanya dilakukan pada guru Pembina atau kepala
sekolah

saja

namun

juga

orang

luar

misalnya

mahasiswa yang sedang KKN atau PKL. Namun
perbedaannya adalah jika penelitian yang dilakukan
oleh

Catherine Levitt dan Cynthia Schriehans pem-

belajaran

ekstrakulikuler

difokuskan

pada

siswa

manajemen saja sehingga pengawasan yang dilakukan
berkisar akan penilaian untuk kegiatan KKN mereka,
sedangkan penelitian sekarang murni dilakukan oleh
kepala sekolah, guru Pembina ekstrakulikuler dan
guru yang diambil dari luar yang tujuannya untuk
meningkatkan prestasi, bakat dan minat siswa dalam
berekspresi dengan pemilihan bakat yang peserta
didik senangi.
Keunggulan dari penelitian yang dilakukan di
SDN

Sidomulyo

3

Ungaran

Timur

Kabupaten

Semarang adalah bahwa dengan adanya kegiatan
ekstrakulikuler

akan

mampu

memberikan

siswa

motivasi dan mendorong siswa untuk berkreatif atau
berimajinasi sehingga akan mampu meningkatkan
daya berpikirnya secara matang.

51

52