TM dan laporan praktikum kimdas materi a

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Firman Ichsan
155100207111012
K
K4

BAB III
ASIDI-ALKALIMETRI
TUJUAN





Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4
Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M

Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat cuka
perdagangan

A. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana pengukuran volume
adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan diambil dalam bentuk larutan dan
volume larutan standar (larutan yang diketahui konsentrasinya) yang diperlukan untuk
bereaksi sepenuhnya, dengan volume larutan yang tidak diketahui (larutan yang
konsentrasinya akan ditentukan). Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus
Normalitas (Pahari, 2006).
2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunaka larutan baku asam
dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku
basa (Muchtaridi, 2006).
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?
Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai
berikut : - mempunyai kemurnian yang tinggi - mempunyai rumus molekul yang pasti - tidak
bersifat higroskopis dan mudah ditimbang - larutannya harus bersifat stabil - mempunyai berat
ekivalen (BE) yang tinggi Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut

larutan standar primer (Wiryawan, 2007).
4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi
harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer (Wiryawan, 2007).
5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan

konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Senyawa
yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku (Rohman, 2007).
1. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH? Tuliskan persamaan reaksinya!
Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:
1.

Asam Oksalat. Reaksinya:
C2H4.2H2O(aq) +

2NaOH(aq)




Na2C2O4(aq)



CH3COOH(aq)

+

4H2O(l)

2. Asam asetat. Reaksinya:
CH3COOH(aq) +

NaOH(aq)

+

H2O(aq)

(Sumardjo, 2009).

2. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!
Untuk menstandarisasi larutan HCl menggunakan boraks (Na 2B4O7.10 H2O), indikator yang
digunakan adalah metil orange.
Persamaan reaksinya :
Na2B4O7.10 H2O + 2H2O
Pembakuan/standarisasi

larutan

4B(OH)3 + 2NaCl + 5H2O
NaOH

dapat

menggunakan

Boraks.

Reaksinya


(Na2B4O710H2O):
Na2B4O710H2O + 2HCl  2NaCl + 4H3BO3 +5H2O
(Sumardjo, 2009).
3. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan persamaan
reaksinya dengan NaOH!
Jenis asam yang paling dominan pada asam cuka adalah asam asetat (asam etanoat). Asam
asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan
Persaman reaksi NaOH (aq) + CH3COOH (aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Watson, 2005).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dasar titrasi

Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat
dan banyak digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan
(Wiryawan, 2007).
Pengertian asidi-alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku

asam (Sukarti, 2008).
Pengertian larutan standar primer dan sekunder beserta contohnya
Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai
berikut : - mempunyai kemurnian yang tinggi - mempunyai rumus molekul yang pasti - tidak
bersifat higroskopis dan mudah ditimbang - larutannya harus bersifat stabil - mempunyai berat
ekivalen (BE) yang tinggi Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut
larutan standar primer (Wiryawan, 2007).
Contoh : Kalium Hidrogen Flatat, KBrO3, K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk
standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer (Wiryawan, 2007).
Contoh : NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Fungsi Bahan Dalam Praktikum
1. Fungsi asam cuka komersial berfungsi sebagai larutan yang diuji atau penirat.
2. Fungsi NaOH sebagai pemberi suasana basa
3. Fungsi HCl sebagai larutan sampel keadaan normal
4. Indikator fenolftalein ( PP ) sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika tidak
ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti keadaan basa dengan pH 8
– 10
5. Indikator metal orange atau jingga sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika
warna kuning berarti keadan netral dengan pH 3,1 - 4,4.

6. Borak berfungsi larutan yang diuji atau penitrat
7. Asam Oksalat sebagai larutan yang di uji atau penitrat.
8. Aquades berfungsi sebagai pelarut Kristal (Widihati, 2008).
Aplikasi Titrasi Asam-Basa dalam Bidang Teknologi Pertanian

Titrasi asam basa yang melalui asidi alkalimetri sangat banyak aplikasinya di dunia
industri . Contoh penggunaannya dalam bidang teknologi pertanian dan pertanian yaitu untuk
pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung
kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi (Syamsuni, 2006).
Penentuan keasamaan buah yang menggunakan metode titrasi asam – basa dan juga
dalam membuat air yang akan di jadikan basa untuk penderita maag ( Franks, 2008).

C. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M

HCl Pekat

Dihitung konsentrasinya
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditambahkan aquades

Dihomogenkan
Hasil

2. Standarisasi larutan HCl

Na2B4O.10H2O

Ditimbang sebanyak 1,9 gram
Diletakan dalam gelas beker
Ditambahkan aquades secukupnya
Dilarutkan
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Dihomogenkan
Diambil 10 mL
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Indikator metil
Ditambahkan 1-2 tetes metil orange
Dititrasi dengan HCl
Diamati hingga perubahan warna

Dilakukan duplo
Dihitung M HCl
Hasil

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M

Kristal NaOH
Kristal NaOH
Ditimbang sebanyak 0,4 gram dengan timbangan analitik

Dimasukkan ke dalam gelas beker
Ditambahkan aquades secukupnya
Dilarutkan
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Dihomogenkan
Hasil

4. Standarisasi larutan NaOH


Asam Oksalat 0,05 M
Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer
Indikator PP
Ditambahkan 1-2 tetes

Dititrasi dengan NaOH
Diamati hingga terjadi perubahan warna
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil

5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada
cuka

Asam Cuka
Diambil sebanyak 10 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditambahkan aquades hingga tanda batas
Dihomogenkan


Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Indikator PP
Ditambahkan 2-3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret
Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer
Dihitung kadar asam asetat
Dilakukan duplo
Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia
Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Jatinangor : Widya Padjadjaran
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC
Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC
Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited

Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley & Sons
Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan Tersalut
Wiryawan, Ahmad., Rarini, Retnowati,. Akhmad, Sabarudin. 2007. Kimia Analitik. Malang

D. PEMBAHASAN
ANALISA PROSEDUR
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Pertama yang dilakukan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M adalah
menghitung volume HCl pekat yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus
pengenceran. Setelah menghitung, membutuhkan 0,96 mL HCl pekat untuk diencerkan.
Mengambil 0,96 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet volume dan memasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Menutup
labu ukur dengan penutup dan menghomogenkan larutan HCl 0,1 M. Didapatkan hasil
berupa larutan standar HCl 0,1 M. Memasukkan larutan standar HCl 0,1 M ke dalam
buret.
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)

Mula–mula menimbang massa boraks yang akan digunakan untuk reaksi
standarisasi dengan menggunakan rumus Molaritas. Didapatkan nilai 1,9 gram.
Mengambil 10 mL larutan boraks dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan
indikator metil orange sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi larutan boraks dengan menggunakan
HCl 0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari
orange menjadi ungu. Mencatat volume HCl yang digunakan untuk menitrasi larutan
boraks. Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk mendapatkan
volume rata–rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi larutan boraks. Menghitung
konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa larutan HCl yang telah terstandarisasi.
3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M
Pertama menghitung berat kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan
standar NaOH 0,1 M. Menimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 gram dengan menggunakan
timbangan analitik. Memasukkan kristal NaOH ke dalam gelas beker dengan cara
membilas gelas arloji dan selanjutnya menambahkan aquades secukupnya. Melarutkan
kristal NaOH. Memindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan
aquades hingga mencapai tanda batas. Menghomogenkan larutan NaOH dan didapatkan
hasil berupa larutan standar NaOH sebesar 0,1 M. Memasukkan larutan standar NaOH 0,1
M ke dalam buret yang selanjutnya digunakan untuk menitrasi asam okasalat.
4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Mula – mula mengambil 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator pp sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi asam oksalat dengan
menggunakan NaOH. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi
ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi asam oksalat. Melakukan
duplo atau mengulangi percobaan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan volume rata–rata
NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Menghitung M NaOH. Didapatkan hasil
berupa larutan NaOH yang telah di standarisasi.
5. Penggunaan larutan standar basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada cuka
Pertama mengambil cuka sebanyak 10 mL, lalu memasukkan ke dalam labu ukur 100
mL, selanjutnya menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas. Menghomogenkan
larutan cuka. Mengambil sebanyak 10 mL larutan cuka dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 2–3 tetes. Menitrasi larutan cuka dengan
menggunakan larutan NaOH yang berada di dalam

buret. Mengamati hingga terjadi

perubahan warna larutan dari jernih menjadi ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan

untuk menitrasi larutan cuka dan menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam
cuka. Melakukan duplo.

ANALISA HASIL

1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Proses pembuatan larutan standar HCl 0,1 M :
Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 32% yang akan diencerkan dalam
percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dengan
menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.
% x 10 x ƿ
M1 =
Mr
32% x 10 x 1,19
M1 =
36,5
M1 = 10,43

Selanjut nya, setelah di ketahui molaritas nya, melakukan pengenceran dengan
menggunakan rumus :
M1V1 = M2V2
10,43*V1 = 0,1*100
V1 =

0,1 x 100
10,43 = 0,96 ml

Sehingga di dapatkan hasil yang kita butuhkan yaitu 0,96 ml larutan HCl (Chang, 2005).
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
Standarisasi larutan HCl dilakukan dengan melakukan titrasi antara larutan HCl 0,1 M
sebagai larutan sekunder dengan boraks (Na2B4O7.10H2O) sebagai larutan primer.
Massa boraks yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi dihitung dengan menggunakan
rumus :
n
Mboraks = v
n
0,05 = 0,1
n = 5x10-3
gr
n = Mr
gr
5x10-3 = 381
gr = 1,9 gram (Chang, 2005)
Titrasi dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 11,8 ml HCl.
Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan 9,9 ml HCl. Sehingga rata rata volume yang di
butuhkan adalah 10,58 ml larutan HCl. Dan juga perlu di tambahkan indicator metil orange
pada boraks sebelum melakukan penstandarisasi larutan HCl. Perbedaan volume HCl yang
di butuhkan untuk proses titrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Salah satunya adalah
banyak nya tetesan indicator dalam proses titrasi.
Setelah diketahui volume HCl yang dibutuhkan untuk proses titrasi, dilakukan perhitungan
untuk mengetahui konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus molaritas. Yaitu dengan
perhitungan berikut :
MHCl =
=

2. MBoraks .VBoraks
VHCl
2. 0,05 . 10
10,85

MHCl = 0,092 M
Sehingga diketahui konsentrasi/molaritas larutan HCl hasil standarisasi adalah 0,092
M (Khopkar, 2008).
3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M
Larutan standar NaOH 0,1 M didapatkan dengan cara melarutkan Kristal padat
NaOH dengan aquadest. Untuk membuat larutan standar NaOH, massa Kristal
gr 1000
NaOH yang dibutuhkan dihitung dengan rumus : M ¿ Mr x V (Chang,2005).
Sehingga didapat massa yang dibutuhkan adalah 0,4 gram. Perhitungan massa Kristal
NaOH adalah:
gr 1000
NaOH = Mr x V
MNaOH . Mr . V
gr =
1000
0,1. 40. 100
=
1000

M

= 0,4 gram
Setelah itu dilakukan pelarutan 0,4 gram kristal NaOH dengan 100 ml aquadest agar
didapat 100ml larutan NaOH 0,1 M.
4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan melakukan titrasi antara larutan NaOH 0,1 M
sebagai larutan sekunder dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) sebagai larutan primer. Titrasi
dilakukan secara duplo. Yaitu pada percobaan pertama membutuhkan 13,5 ml NaOH. Dan
pada percobaan ke dua dibutuhkan 13,3 ml NaOH. Sehingga rata rata volume yang di
butuhkan adalah 13,4 ml larutan NaOH. Dan juga perlu di tambahkan indicator fenolftalein
(pp) pada asam oksalat sebelum melakukan penstandarisasi larutan NaOH.
Pada percobaan ini sebelum melakukan standarisasi , terlebih dahulu harus mengetahui
molaritas NaOH, dengan perhitungan sebagai berikut :
MNaOH . VNaOH
nNaOH
=
MAsamOksalat .VAsam Oksalat nAsamOksalat (Chang, 2005)
nNaOH . MAsam Oksalat . VAsam Oksalat
M NaOH =
VNaOH . nAsam Oksalat
2. 0,05 . 10
=
13,4

= 0,074 M
Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan percobaan antara lain, kebersihan alat,
perhitungan yang akurat dan teliti, dan pengukuran larutan yang tepat. Teliti dalam melihat
perubahan warna pada saat titrasi, kurang nya ketelitian dalam melihatvolume NaOH dalam
buret, dan adanya tambahan skala buret yang tidak konstan (Untoro, 2010).

5.

Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Dalam penetapan kadar asam cuka percobaan dilakukan secara duplo. Yaitu pada
percobaan pertama membutuhkan 1 ml NaOH. Dan pada percobaan ke dua dibutuhkan
0,4 ml NaOH. Sehingga rata rata volume yang di butuhkan adalah 0,7 ml larutan NaOH.
Dengan volume yang telah diketahui, konsentrasi asam cuka dapat dicari dengan
menggunakan rumus : MCH3COOH =

M NaOH .V NaOH . FP
(Khopkar, 2008) dengan
V CH 3 COOH

FP = 10000. Perhitungan nya sebagai berikut :
M NaOH .V NaOH . FP
=
MCH3COOH
V CH 3 COOH
=

0,074 . 0,7 .10000
10

= 51,8 M
Setelah konsentrasi di ketahui , selanjutnya adalah di cari massa dari asam asetat
dengan menggunakan rumus :

gr 1000
CH3COOH = Mr x V

M

(Chang, 2005). Dengan

gr 1000
perhitungan : MCH3COOH = Mr x V
gr 1000
51,8 = 60 x 10
gr = 31,08 gram
Dari rumus tersebut didapatkan bahwa berat larutan asam asetat adalah 31,08 gram.
Sehingga kadar larutan asam cuka dapat kita ketahui dengan perhitungan :
gr
Kadar total asam ( % b/v) = ml x 100 % (Chang, 2005)
31,08
= 10 x 100 %
= 310,8 %

E. DATA HASIL PRAKTIKUM dan PEMBAHASAN
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl
Kadar HCl
Volume HCl yang dibutuhkan
Perhitungan:
ρ x % x 10
M=
Mr

1,19
32%
0,96 mL

=

1,19 x 32 x 10
36,5

= 10,43 M
HCl pekat . VHCl pekat = MHCl . VHCl

M

10,43 . V = 0,1 . 100
V = 0,96 mL
Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?
Karena dalam HCl berat jenis sangat mempengaruhi konsentrasi molaritas dalam penentuan HCl
pekat yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan standar HCl (Khopkar, 2008).
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)
Volume HCl
Molaritas HCl
Berat boraks
BM boraks
Molaritas larutan HCl hasil

10,58 mL (V1 = 11,8 ml
0,092 M
1,9 gram
381
0,092 M

V2 = 9,9 ml)

standarisasi
Perhitungan : Na2B4O7.10H2O + 2HCl → NaCl + 4H3BO3 + 5H2
n
2. MBoraks .VBoraks
Mboraks = v
MHCl =
VHCl
n
2. 0,05 . 10
0,05 = 0,1
= 10,85
n = 5x10-3
gr
n = Mr
gr
5x10-3 = 381

MHCl = 0,092 M

gr = 1,9 gram
Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?
Karena antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi dengan
boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.
Reaksi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O
Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan larutan standar
sekunder. Hal ini disebabkan kerena :

-. Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi,
boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif.
Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.
-. HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali
berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi
konsentrasinya.
-. HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan konsentrasi
HCl yang didapat tidak tepat. Indikator yang paling tepat digunakan untuk titrasi ini adalah
indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang dihasilkan
mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat digunakan pada
reaksi ini adalah MO (Tim Asisten, 2011).
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Berat NaOH
Volume larutan NaOH
Molaritas larutan NaOH
Perhitungan:
gr 1000
x
MNaOH =
Mr
V
MNaOH . Mr . V
gr =
1000
0,1. 40. 100
=
1000

0,4 gram
100
0,1

= 0,4 gram

Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?
Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang nantinya akan
digunakan sebagai larutan standar, dan untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat
bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat (Khopkar, 2008).
4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Volume Na-oksalat
BM Na-oksalat
Volume aquades
Volume larutan NaOH 0,1 M
Molaritas larutan NaOH

10 ml
126
90 ml
13,4 ml (V1 = 13,3 ml
0,074 M

V2 = 13,5 ml)

Perhitungan: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
MNaOH . VNaOH
nNaOH
=
MAsamOksalat .VAsam Oksalat nAsamOksalat
nNaOH . MAsam Oksalat . VAsam Oksalat
M NaOH =
VNaOH . nAsamOksalat
2. 0,05 . 10
=
13,4
= 0,074 M
Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?
Karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH ( basa kuat ) akan bereaksi
dengan asam oksalat (asam lemah ) membentuk garam yang bersifat basa.
Reaksi :
2NaOH + H2C2O4

===>

Na2C2O4 + 2H2O

Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH merupakan
larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
-. Asam oksalat adalah suatu asam lemah, sifatnya yang tidak mudah menguap, asam oksalat
cenderung stabil, selain itu juga asam oksalat ditemukan dalam keadaan murni. Mr asam oksalat
tinggi, yaitu 90
-. NaOH memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H2O atau CO2 sehingga mudah
dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah. Mr dari NaOH hanya 40 (Tim Asisten,
2011).

Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?
Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati
range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir
titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna (Tim Asisten, 2011).
5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Volume larutan asam cuka
Volume NaOH (titrasi)
Molaritas NaOH
BM asam organik dominan
Persamaan reaksi
Kadar total asam (% b/v)

10 ml
0,7 (V1 = 1 ml
V2 = 0,4 ml)
0,074
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
310,8 %

Perhitungan:
M NaOH .V NaOH . FP
V CH 3 COOH
0,074 . 0,7 .10000
=
10

 MCH3COOH =

= 51,8 M

gr 1000
x
Mr
V
gr 1000
51,8 = 60 x 10

 MCH3COOH =

gr = 31,08 gram

gr
x 100 %
ml
31,08
= 10 x 100 %

 Kadar total asam ( % b/v) =

= 310,8 %
Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk
pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!
Prinsip analisis kadar total asam dapat digunakan untuk menentukan keasaman produk pangan,
contoh nya adalah dalam proses pembuatan yoghurt (Irawati, 2008). Nilai total asam yang diperoleh
dari produk yogurt yang dianalisis harus memiliki persyaratan standar mutu yogurt Indonesia yang
harus dipenuhi seperti dalam SNI 01-2981-1992 yaitu 0.5-2.0% (b/b) (BSN, 2009).

Kesimpulan
Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan larutan 0,1 M HCl diperlukan 0,96 ml HCl.
2. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi yang dilakukan dengan
cara titrasi.
3. Untuk membuat NaOH 0,1 M ditimbang 0,4 gram NaOH padat dalam 100 ml aquades dan
untuk membuat HCl 0,1 M dipipet 0,96 ml dalam 99,04 ml aquadest.
4. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk menstandarisasi larutan HCl 0,1
M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O) di butuhkan 10,58 ml HCl dengan 1,9 gr boraks.
5. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan
prinsip 100 ml larutan NaOH 0,1 M dibutuhkan 0,4 gr NaOH.

6. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk menstandarisasi larutan NaOH
0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) di butuhkan 13,4 ml NaOH.

DAFTAR PUSTAKA
Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia
Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Jatinangor : Widya Padjadjaran
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC
Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC
Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited

Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley & Sons
Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan Tersalut
Wiryawan, Ahmad., Rarini, Retnowati,. Akhmad, Sabarudin. 2007. Kimia Analitik. Malang

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.
SNI7387:2009. Jakarta : BSN
S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press, 2008
Tim Asisten. Penuntun Kimia Dasar. STIFA Kebangsaan. Makassar. 2011

Tanggal

Nilai

Paraf Asisten