Analisis Performa Mekanisme Error Recovery Menggunakan Automatic Repeat Request (ARQ) dan Forward Error Correction (FEC) pada Multi Receiver File Transfer

  Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 793-802 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Analisis Performa Mekanisme Error Recovery Menggunakan Automatic

Repeat Request (ARQ) dan Forward Error Correction (FEC) pada Multi

1 Receiver File Transfer 2 3 Kusnul Aeni , Mahendra Data , Adhitya Bhawiyuga

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: [email protected], [email protected], [email protected]

  

Abstrak

  Pengiriman file dari satu ke banyak receiver memiliki kemungkinan packet loss yang lebih besar dibandingkan dengan pengiriman ke 1 receiver. Dibutuhkan sebuah mekanisme perbaikan kesalahan untuk mengatasi terjadinya packet loss. Mekanisme perbaikan kesalahan yang umum digunakan adalah ARQ (Automatic Repeat Request) dan FEC (Forward Error Correction). Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan performa perbaikan kesalahan pada mekanisme ARQ dan FEC. Contoh dari aplikasi ARQ yang berbasis pada pengiriman multicast yang reliabel adalah UFTP, dan contoh dari aplikasi FEC yang berbasis pada pengiriman multicast yang reliabel adalah UDPCast. Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan melakukan pengiriman file berupa teks menggunakan WANem (Wide Area Network Emulator) sebagai emulator jaringan. Terdapat 5 kategori file

  

redundant (dalam persen) yang ditambahkan pada mekanisme FEC yang akan mempengaruhi

  pengiriman file. Pada penelitian ini terdapat 30 skenario pengujian yang berdasarkan pada kategori

  

packet loss dan ukuran file yang dikirimkan. Seluruh file yang digunakan untuk pengujian berada pada

  rentang 20 MB sampai 100 MB. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada kondisi jaringan yang baik, secara umum penggunaan mekanisme perbaikan kesalahan ARQ memiliki performa lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode FEC. Sementara itu, pada kondisi jaringan yang buruk (dengan packet loss >25%), penggunaan mekanisme FEC menjadi pilihan yang lebih baik.

  Kata kunci: ARQ, FEC, UFTP, UDPCast

Abstract

File transmission from one to multi receiver has higher probability in packet loss compare with one to

one transmission. Error recovery mechanism is needed to overcome packet loss. Error recovery

mechanism that common use is ARQ (Automatic Repeat Request) and FEC (Forward Error

Correction). This research aim is to compare the error recovery performance of ARQ and FEC

mechanism. Example of ARQ application based reliable multicast transfer is UFTP, and the example

of FEC application mechanism based on reliable multicast transfer is UDPCast. In this research,

testing process was done with text files transmission using WANem (Wide Area Network Emulator) as

a network emulator. There are 5 file redundant categories (in percent) added in FEC mechanism that

will affect the file transmission. In this research, there are 30 scenarios for testing based on packet

loss category and file size to be sent. All file used for testing has the size in the range of 20 MB to 100

MB. The test result indicate that in a good network condition, in general the use of error recovery

mechanism, ARQ has better performance than FEC mechanism. Meanwhile, in a poor condition (with

25% packet loss), the used of FEC mechanism is better choice.

  Keywords: ARQ, FEC, UFTP, UDPCast 1.

  fungsi internet terus meningkat dari tahun ke

   PENDAHULUAN

  tahun, data tersebut berasal dari 239 negara di Pemanfaatan jaringan komputer seiring seluruh dunia. Data pengguna internet dunia dengan perkembangan teknologi saat ini mengalami peningkatan sejumlah 80% dalam semakin beragam dan kompleks. Berdasarkan waktu 5 tahun sejak adanya “Global Digital data dari situs “We are Social” pertumbuhan

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

793

  Report” yang pertama, yaitu pada Januari 2012. Peningkatan tersebut didukung dengan data yang menunjukkan peningkatan sebanyak 10% atau sejumlah 354 juta pengguna, terhitung sejak bulan Januari 2016 hingga bulan Januari 2017. Jumlah pengguna internet yang mencapai 3,773 milyar pada tahun 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Dari jumlah populasi dunia yang mencapai 7,476 milyar, saat ini sudah lebih dari separuh populasi dunia tercatat sebagai pengguna internet aktif (Kemp, 2017).

  sehingga paket yang hilang dapat ditemukan kembali. Teknik error recovery yang umum digunakan adalah ARQ (Automatic

  melakukan pemulihan paket data yang hilang (Hindman & Jain, 2005).

  Corection (FEC) yang dapat digunakan untuk

  Berbeda dengan aplikasi UFTP yang hanya menggunakan acknowledgement untuk mengetahui status dari file serta menggunakan metode ARQ dalam proses perbaikan kesalahannya, aplikasi UDPCast ini menambahkan pilihan paket Forward Error

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurikainen, et al. (2012) mengenai perbedaan pendekatan pengiriman image data dengan metode BitTorent dan Multicast. Pengujian pengiriman data secara multicast dilakukan menggunakan 2 aplikasi yang berbeda yaitu UDPCast dan UFTP. Kekurangan yang dimiliki penelitian tersebut adalah tidak dijelaskan mekanisme reliability dan pengaruhnya terhadap performa dari pengiriman data dari masing-masing aplikasi. Berdasarkan pada penelitian tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh mekanisme reliabilitas terhadap performa dari pengiriman data dengan menggunakan kedua aplikasi yang sama, yaitu UFTP dan UDPCast. Aplikasi UFTP dan UDPCast memiliki mekanisme reliability yang berbeda dalam melakukan error recovery.

  dengan kualitas yang rendah meskipun terdapat tambahan bit redundant yang dikirimkan bersama data asli pada sisi sender (Becvar & Mach, 2012).

  throughput dari pengiriman data pada jalur

  pengiriman data yang error atau permintaan pengiriman ulang data yang corrupt. Metode ini dapat meningkatkan delay dari paket karena permintaan pengiriman kembali dari paket yang belum terkirim. FEC dapat meningkatkan

  acknowledgment untuk melakukan konfirmasi

  berupa

  feedback

  ) dan FEC (Forward Error Correction ) (Rizzo & Vicisano, 1997). ARQ merupakan mekanisme yang menggunakan

  Repeat Request

  packet loss

  Keberagaman fungsi dari internet menjadi salah satu penyebab terjadinya kenaikan jumlah pengguna internet. Salah satu fungsi yang paling mendasar adalah komunikasi.

  perbaikan kesalahan untuk mengatasi adanya

  receiver . Diperlukan teknik error recovery atau

  jaringan pada pengiriman multi receiver lebih padat dibandingkan pada pengiriman ke 1

  one ), hal tersebut disebabkan karena kondisi

  Pada proses pengiriman data tidak dapat dihindari terjadinya packet loss. Packet loss disebabkan oleh terjadinya kegagalan dalam proses pengiriman paket menuju alamat tujuan. Kemungkinan terjadinya packet loss pada pengiriman data dari 1 sender ke multi receiver (one to many) lebih besar dibandingkan pengiriman dari 1 sender ke 1 receiver (one to

  to any dan one to many.

  penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe dari komunikasi terdiri dari one to one, one

  many )(Benslimane, 2007). Berdasarkan

  hanya akan mengirimkan data ke receiver yang termasuk dalam grup receiver yang menginginkan data tersebut (one to

  Multicast merupakan metode komunikasi yang

  metode komunikasi yang akan mengirimkan data ke seluruh host yang ada dalam jaringan (one to many). Anycast merupakan metode komunikasi yang akan mengirimkan data ke sebuah receiver atau apabila memungkinkan hanya satu, sebagai contoh receiver terdekat yang ada pada grup receiver (one to any).

  receiver (one to one). Broadcast merupakan

  Adanya teknologi internet telah mempermudah terjadinya komunikasi antar penggunanya. Secara umum, berdasarkan jumlah receiver terdapat beberapa tipe dari komunikasi, yaitu unicast, broadcast, anycast dan multicast. Unicast merupakan metode komunikasi point to point yang akan mengirimkan data dari sebuah sender ke sebuah

  UFTP (UDP-based File Transfer Protocol) sebagai salah satu aplikasi berbasis open source yang mendukung pengiriman data dalam ukuran besar ke beberapa receiver secara simultan menggunakan pendekatan multicast. Aplikasi ini mampu mendistribusikan data secara aman, reliabel dan efisien ke beberapa

  receiver

  ”. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan performa dari mekanisme error recovery ARQ dan FEC pada pengiriman file ke banyak

  kemampuan dari receiver untuk mendeteksi dan mengoreksi adanya error. Teknik tersebut biasa digunakan pada penyimpanan audio dan video. Pada pengaturan jaringan, teknik FEC dapat digunakan sendiri atau bersama dengan teknik ARQ. Teknik FEC dinilai baik karena mampu mengurangi terjadinya retransmisi atau pengiriman kembali file pada sisi sender. FEC mengizinkan koreksi error pada sisi receiver, sehingga hal tersebut dapat menghindari adanya

  2.1.2 Forward Error Correction (FEC) Forward Error Correction (FEC) adalah

  ARQ adalah mekanisme kontrol dari data link layer dimana receiver meminta sender untuk mengirim kembali block dari data ketika mendeteksi terjadi error. Mekanisme ARQ berdasarkan pada pesan ACK atau NACK yang dikirimkan oleh receiver kepada sender untuk menunjukkan penerimaan yg baik (ACK) atau buruk (NACK) dari frame sebelumnya (Shwetha, et al., 2011).

  disebut Automatic Repeat Query, adalah sebuah metode error-control untuk pengiriman data yang menggunakan ACK (pesan yang dikirim oleh receiver yang mengindikasikan bahwa data atau paket telah diterima dengan baik atau benar) dan timeouts (periode spesifik dari waktu yang diizinkan untuk lewat sebelum sebuah ACK diterima) untuk mencapai pengiriman data yang reliabel melalui sebuah servis yang tidak reliabel. Jika sender tidak menerima ACK sebelum timeout, biasanya sender melakukan pengiriman kembali paket sampai sender menerima sebuah ACK atau melebihi jumlah yang didefinisikan dari pengiriman kembali.

  2.1.1 Automatic Repeat Request (ARQ) Automatic Repeat Request (ARQ) juga

  Pada pengiriman paket ke alamat tujuan tidak dapat dihindari sering terdapat kongesti jaringan yang dapat mengakibatkan adanya paket yang hilang atau rusak. Sebuah mekanisme diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap paket yang hilang ataupun rusak tersebut. Mekanisme perbaikan kesalahan yang digunakan adalah kode deteksi kesalahan seperti checksum, sehingga protokol transport akan memeriksa apakah terdapat paket yang rusak atau tidak. Ketika sebuah kesalahan terdeteksi, mekanisme selanjutnya dibutuhkan untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan, yaitu dengan meminta pengiriman ulang atau menggunakan bit informasi tambahan yang telah dikirimkan bersama paket asli untuk mengoreksi kesalahan tanpa meminta pengiriman ulang.

  UDPCast. Parameter yang digunakan untuk membandingkan adalah packet loss, throughput dan waktu transfer.

  receiver dalam contoh aplikasi UFTP dan

  UDPCast memiliki keunggulan masing-masing dalam melakukan pengiriman data pada cakupan jaringan yang luas. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan kedua aplikasi dengan pendekatan multicast tersebut dengan penelitian yang berjudul “Analisis Performa Mekanisme Error Recovery Menggunakan Automatic Repeat Request (ARQ) Dan Forward Error Correction (FEC) Pada Multi Receiver File Transfer

  (Bush, 2015). Jika dibandingkan dengan FTP yang menggunakan protokol TCP, UFTP menggunakan protokol UDP sehingga menghindari adanya delay propagasi yang ada saat pengiriman data (Zhang & McLeod, 2003).

  error recovery dalam contoh aplikasi UFTP dan

  Berdasarkan penjelasan di atas, mekanisme

  reliabilitas harus tersedia dalam imaging system ini, karena sebuah file terdiri dari potongan slice yang apabila terdapat slice yang hilang akan mempengaruhi decode dari file tersebut (Juncu, 2010).

  image sistem operasi tersebut. Mekanisme

  kecepatannya dalam melakukan pengiriman data. Sistem image merupakan sebuah sistem yang memungkinkan untuk menyimpan atau melakukan back up sistem operasi dan hal yang lebih penting adalah menyediakan server yang selalu available dengan database dari hasil

  Network (LAN). Aplikasi ini digunakan karena

  merupakan solusi dari pendistribusian image secara simultan ke banyak host pada Local Area

  sender dan udp-receiver . Aplikasi ini

  UDPCast merupakan aplikasi yang digunakan untuk transfer file menggunakan pendekatan multicast, dimana setiap file yang akan dikirim dibagi menjadi beberapa paket yang dinamakan slice (Laurikainen, et al., 2012). Dalam proses pengirimannya, aplikasi ini menggunakan 2 file executeable, yaitu udp-

2. DASAR TEORI

2.1 Error Recovery

  proses wait (menunggu) pada delay propagasi.

  sebenarnya dari jaringan dalam melakukan pengiriman data. Throughput selalu dihubungkan dengan bandwidth karena

  switch. Pada receiver terpasang 4 buah virtual machine seperti terlihat pada Gambar 3.2. Penelitian menggunakan 30 skenario pengujian yang berdasarkan pada kategori packet loss, seperti terlihat pada Tabel 3.1.

  personal computer yang berperan sebagai sender , emulator dan receiver serta sebuah

Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan dalam sebuah pengujian yang menggunakan tiga buah

  Alur metode penelitian dapat dilihat pada

  3. METODOLOGI

  Waktu transfer adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman data dari sender menuju receiver. Satuan dari waktu transfer adalah detik atau second (s). Secara umum, semakin besar ukuran data yang dikirimkan maka waktu transfer yang dihasilkan juga akan semakin besar.

  antara saat bit pertama paket tiba dan keberangkatan dari source. Pengukuran yang lain adalah perbedaan waktu antara bit tiba dan keluaran dari bit pertama dari source.

  delay ini didefinisikan sebagai perbedaan waktu

  Dalam ilmu komputasi, waktu sering disamakan dengan delay. Biasanya waktu atau

  2.6 Waktu Transfer

  sebenarnya. Namun terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu bandwidth lebih bersifat fix sedangkan throughput bersifat dinamis tergantung lalu lintas yang sedang terjadi (Hidayat, 2014).

  throughput adalah kondisi bandwidth yang

  2.5 Throughput Throughput adalah kemampuan

  Delay propagasi merupakan waktu yang

  Sumber: ETSI (1999)

  Poor 25%

  Medium 15%

  Kategori Degradasi Packet loss Perfect 0% Good 3%

  2.1. Tabel 2. 1 Kategori Packet loss

  Secara umum packet loss terdiri dari 4 kategori degradasi seperti terdapat pada Tabel

  paket data dalam mencapai tujuannya. Packet loss ditunjukkan dalam ukuran persentase (%). Kegagalan pengiriman paket data dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut (Hidayat, 2014):

  2.4 Packet loss Packet loss adalah kegagalan pengiriman

  UDPCast merupakan salah satu tools berbasis open source yang digunakan untuk mengirim data secara simultan ke beberapa tujuan sekaligus pada local area network (LAN). Aplikasi ini terdiri dari 2 program file dengan format execute, yaitu udp-sender dan udp-receiver. Secara default, kedua program tersebut dapat digunakan untuk mengirim input pada sisi server ke semua client yang menerima data yang kemudian ditampilkan pada output standar (Juncu, 2010).

  2.3 UDPCast

  UFTP adalah sebuah aplikasi multicast reliabel yang dirilis pada tahun 2004 dan dapat dipertimbangkan sebagai pengganti dari Starbust Multicast FTP (MFTP). Aplikasi ini menyediakan pengiriman data multicast secara reliabel melalui protokol UDP (Bush, 2016).

  2.2 UFTP

  dibutuhkan untuk sender menerima NAK (Negative Acknowledgment) dan retransmisi ulang paket ke receiver (Rubenstein, et al., 1998).

Gambar 3.1 Alur metode penelitian Sender PC WANem PC IPv4=192.168.0.6 – Host PC – Virtual PC pengujian menghasilkan nilai performa yang IPv4=192.168.0.30 Host PC 2

  berbeda-beda. Nilai performa dapat dikatakan baik apabila memiliki nilai throughput yang tinggi dan nilai waktu transfer yang rendah. Pada pengujian tersebut dapat dilihat bahwa aplikasi UFTP dengan menggunakan metode

  ARQ memiliki nilai rata-rata Switch recovery throughput terbesar yaitu sebesar 5698,1 Kbps. Host PC Kondisi tersebut terjadi ketika aplikasi melakukan pengiriman data dengan ukuran 100 MB pada kondisi packet loss 0%. Nilai rata-rata Receiver1 PC – Virtual host – Virtual host Receiver3 PC Receiver2 PC IPv4=192.168.0.12 – Virtual host Receiver4 PC – Virtual host IPv4=192.168.0.14 throughput terendah terjadi ketika aplikasi IPv4=192.168.0.11 IPv4=192.168.0.13 UFTP dengan metode recovery ARQ berada pada kondisi packet loss 25% dan melakukan

Gambar 3.2 Lingkungan pengujian pengiriman data dengan ukuran 20 MB, yaitu

  sebesar 2479,2 Kbps. Kondisi packet loss pada

Tabel 3.1 Skenario Pengujian setiap kategori jaringan yang berada pada kategori buruk

  packet loss (poor) membuat banyak paket menjadi hilang

  20

  40

  60 80 100 dan receiver akan mengirimkan NACK kepada MB MB MB MB MB sender untuk melakukan pengiriman ulang

  FEC File

  terhadap paket yang hilang atau tidak diterima

  Redundant

  1

  2

  3

  4

  5

  oleh receiver. Jumlah pengiriman NACK yang

  100%

  meningkat tersebut membuat kondisi jaringan

  FEC File

  menurun dan lambat serta mengakibatkan nilai

  6

  7

  8

  9

  10 Redundant throughput menjadi menurun.

  50%

  Berdasarkan nilai waktu transfer, performa

  FEC File

  dari aplikasi UFTP memiliki nilai rata-rata

  Redundant

  11

  12

  13

  14

  15

  terkecil yaitu sebesar 4,4 detik. Kondisi tersebut

  25%

  terjadi ketika aplikasi melakukan pengiriman

  FEC File Redundant

  16

  17

  18

  19 20 data dengan ukuran 20 MB pada kondisi packet 12,5% loss 0%. Sedangkan performa aplikasi

  FEC File

  UDPCast dengan file redundant 100% memiliki

  Redundant

  21

  22

  23

  24

  25

  nilai waktu transfer terbesar yaitu sebesar 80,9

  6,25%

  detik. Kondisi tersebut terjadi ketika aplikasi

  26

  27

  28

  29

  30 UFTP (ARQ)

  melakukan pengiriman data dengan ukuran 100 MB dan nilai packet loss 25%.

  Grafik perbandingan performa throughput 4.

   HASIL DAN ANALISIS dengan nilai packet loss 0% dapat dilihat pada

Gambar 4.1. Dari grafik pada Gambar 4.1 dapat

  Hasil perbandingan performa dari aplikasi dilihat bahwa pengiriman data menggunakan UFTP dan UDPCast diperoleh berdasarkan aplikasi UFTP memiliki nilai throughput lebih percobaan yang dilakukan sesuai dengan tinggi daripada keseluruhan pengiriman data skenario pengujian sistem. Skenario pengujian menggunakan aplikasi UDPCast. Nilai terdiri dari beberapa variabel yang

  throughput terendah terjadi pada pengiriman

  mempengaruhi, yaitu ukuran data dan packet data menggunakan aplikasi UDPCast dengan

  loss serta variabel yang dipengaruhi yaitu metode recovery FEC dan file redundant 100%. throughput dan waktu transfer. Pengujian

  Pada Gambar 4.2 dapat dilihat dilakukan berdasarkan skenario pengujian yang perbandingan performa throughput dengan nilai telah ditentukan pada bab 3. Nilai throughput

  packet loss 3%. Nilai throughput pada

  dan waktu transfer merupakan hasil rata-rata pengiriman data menggunakan UDPCast dari 5 kali percobaan yang dilakukan pada cenderung stabil dan tidak terdapat peningkatan masing-masing skenario pengujian. atau penurunan nilai yang drastis. Namun pada pengiriman data menggunakan UFTP terjadi

  Hasil perbandingan performa aplikasi fluktuasi nilai throughput . Selisih nilai UFTP dan UDPCast pada seluruh skenario

  throughput yang cukup tinggi terjadi pada pengiriman data 20 MB dan 40 MB yaitu sebesar 1233,3 Kbps. Nilai throughput terendah terjadi pada pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast dengan metode recovery FEC dan file redundant 100%.

  Gambar 4. 2 Grafik perbandingan throughput dengan nilai packet loss 3% Gambar 4. 1 Grafik perbandingan throughput dengan nilai packet loss 0%

  Pada Gambar 4.3 dapat dilihat perbandingan performa throughput dengan nilai

  packet loss 15%. Dari grafik dapat dilihat

  bahwa tren nilai dari throughput tidak berbeda jauh dengan grafik pada Gambar 4.2. Pada grafik ini fluktuasi nilai juga terjadi pada pengiriman data menggunakan aplikasi UFTP. Sedangkan pada UDPCast tidak terjadi peningkatan maupun penurunan nilai

  throughput atau cenderung stabil. Nilai throughput terendah juga terjadi pada

  pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast dengan metode recovery FEC dan file

  Gambar 4. 3 Grafik perbandingan throughput

  redundant 100%. Pengiriman data

  dengan nilai packet loss 15% menggunakan aplikasi UDPCast dengan file

  redundant 6,25% memiliki throughput yang

  lebih tinggi daripada pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast lainnya. terendah, meskipun terdapat beberapa titik yang memiliki nilai rata-rata grafik yang cukup bagus, yaitu berada pada pertengahan nilai dari aplikasi UDPCast dengan

  throughput

  metode recovery FEC dan file redundant 25% dan 50%. Hal tersebut terjadi karena terdapat banyak paket yang hilang pada kondisi packet

  loss 25%, sehingga pada aplikasi UFTP yang

  menggunakan metode recovery ARQ terdapat banyak pengiriman NACK. Pengiriman NACK tersebut akan meminta retransmisi ulang paket dari sender terhadap paket yang hilang.

  Gambar 4. 4 Grafik perbandingan throughput dengan nilai packet loss 25% Pada Gambar 4.4 dapat dilihat perbandingan performa throughput dengan nilai

  packet loss 25%. Gambar grafik tersebut

  berdasarkan data pada Tabel 4.4. Dari grafik dapat dilihat bahwa tren nilai throughput telah berubah dibandingkan dengan grafik sebelumnya pada Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan

Gambar 4.3. Nilai throughput pada pengiriman

  Gambar 4. 5 Grafik perbandingan waktu data menggunakan aplikasi UFTP memiliki transfer dengan nilai packet loss 0% nilai yang lebih rendah daripada pengiriman menggunakan UDPCast. Meskipun terdapat peningkatan nilai pada beberapa titik, namun nilai throughput dari UFTP masih terdapat di bawah UDPCast.

  Dari hasil perbandingan performa

  throughput yang ditampilkan pada Gambar 4.1,

  Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa secara umum pengiriman data dengan menggunakan aplikasi UFTP memiliki nilai throughput yang lebih tinggi daripada aplikasi UDPCast. Meskipun nilai

  throughput dari aplikasi UDPCast memiliki

  rata-rata yang lebih rendah daripada aplikasi UFTP, namun nilai tersebut cenderung lebih stabil dibandingkan dengan aplikasi UFTP.

  Keadaan tersebut berbalik ketika packet loss berada pada angka 25%, nilai throughput tertinggi terjadi pada pengiriman data menggunakan UDPCast dengan metode

  Gambar 4. 6 Grafik perbandingan waktu

  recovery FEC dan file redundant 6,25%. Pada

  transfer dengan nilai packet loss 3% kondisi packet loss 25% ini, nilai throughput dari aplikasi UFTP berada pada nilai yang bertambah sehingga waktu transfer akan menjadi lebih tinggi pula.

  Gambar 4. 7 Grafik perbandingan waktu Gambar 4. 8 Grafik perbandingan waktu transfer dengan nilai packet loss 15% transfer dengan nilai packet loss 25%

  Pada Gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan performa waktu transfer dengan nilai packet loss 0%. Pada grafik dapat dilihat bahwa UFTP memiliki nilai waktu transfer terendah dan nilai waktu transfer tertinggi terjadi pada pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast dengan file redundant 100%. Grafik pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 juga menunjukkan tren yang sama dengan Gambar grafik 4.5 tersebut. Performa yang baik ditunjukkan oleh aplikasi UFTP yang memiliki waktu transfer terendah dibandingkan dengan pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast.

  Pada Gambar 4.8 dapat dilihat perbandingan performa waktu transfer dengan nilai packet loss 25%. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai waktu transfer terendah terjadi pada

  Gambar 4. 9 Perbandingan throughput pengiriman data menggunakan aplikasi berdasarkan kategori packet loss UDPCast dengan file redundant 6,25%.

  Sedangkan waktu transfer tertinggi terjadi pada

Gambar 4.9 menunjukkan perbandingan pengiriman data menggunakan aplikasi

  throughput berdasarkan kategori packet loss

  UDPCast dengan file redundant 100%. Nilai pada ukuran data 100 MB. Pada grafik dapat waktu transfer dari aplikasi UFTP yang pada dilihat bahwa nilai throughput dari UDPCast grafik sebelumnya menempati posisi terendah, cenderung stabil atau tidak terjadi peningkatan namun pada grafik 4.8 tidak demikian. Nilai maupun penurunan yang drastis. Sedangkan dari packet loss yang mencapai 25% pada pengiriman data menggunakan UFTP mempengaruhi performa dari pengiriman data terjadi fluktuasi nilai atau peningkatan dan menggunakan aplikasi UFTP ini. Hal ini penurunan nilai throughput. Penurunan drastis dikarenakan packet loss akan mempengaruhi terjadi ketika berada pada kondisi packet loss proses retransmisi dari metode recovery ARQ 25%, yaitu sebesar 3614,2 Kbps. pada UFTP. Semakin besar nilai dari packet

  loss , maka proses retransmisi dari paket akan

  Gambar 4. 10 Perbandingan waktu transfer berdasarkan kategori packet loss

  loss menunjukkan bahwa besar throughput

  Bush, 2016. Encrypted UDP Based FTP with

  Hincapie, penyunt. Advanced Transmission Techniques in WiMAX. Kroatia: InTech, pp. 147-164. Benslimane, A., 2007. Multimedia Multicast on the Internet. Great Britain: ISTE Ltd.

  Becvar, Z. & Mach, P., 2012. On Efficiency of ARQ and HARQ Entities Interaction in WiMAX Networks. Dalam: D. R.

  6. DAFTAR PUSTAKA

  2. Diperlukan penelitian yang menunjukkan pengaruh jumlah host yang berpartisipasi terhadap performa metode ARQ dan FEC. Pada penelitian ini jumlah host yang berpartisipasi jumlahnya tetap.

  Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan parameter-parameter QoS yang lain untuk membandingkan metode ARQ dan FEC ini.

  Saran yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pengembangan penelitian berikutnya adalah: 1.

  5.2 Saran

  kecil. Kondisi packet loss juga mempengaruhi waktu transfer, semakin besar nilai dari packet loss, maka nilai waktu transfer juga semakin besar. Berdasarkan parameter ukuran data, hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar nilai ukuran data maka waktu transfer juga semakin besar, begitu pula sebaliknya semakin kecil ukuran data maka waktu transfer juga semakin kecil. Namun, besarnya ukuran data yang dikirimkan tidak mempengaruhi nilai throughput karena kondisi throughput bergantung kepada kondisi lalu lintas jaringan yang sedang terjadi.

  packet loss . Semakin besar nilai dari packet loss , maka nilai throughput akan semakin

  jaringan sangat dipengaruhi oleh kondisi

  2. Hasil analisis berdasarkan parameter packet

Gambar 4.10 menunjukkan perbandingan waktu transfer berdasarkan kategori packet loss

  >25%), penggunaan metode FEC menjadi pilihan yang lebih baik.

  packet loss

  Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi jaringan yang normal, secara umum penggunaan mekanisme error recovery ARQ menjadi solusi yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode FEC. Namun pada kondisi jaringan yang buruk (dengan

  Dari hasil implementasi lingkungan pengujian sistem, pengambilan data dan analisis perbandingan performa aplikasi UFTP dan UDPCast dapat disimpulkan bahwa: 1.

  Pada kondisi jaringan yang bagus, metode error recovery ARQ dapat menjadi solusi yang terbaik. Namun ketika berada pada kondisi jaringan yang buruk, penggunaan metode fec dengan melakukan penyisipan file redundant pada pengiriman data menggunakan aplikasi UDPCast menjadi solusi yang baik dibandingkan dengan pengiriman menggunakan metode error recovery ARQ (retransmisi ulang).

  packet loss , maka nilai throughput akan semakin kecil.

  kondisi packet loss. Semakin besar nilai dari

  throughput jaringan sangat dipengaruhi oleh

  performa yang lebih baik dalam melakukan error recovery. Pada pengiriman data menggunakan aplikasi berbasis multicast, besar

  packet loss 25% aplikasi UDPCast memiliki

  Secara keseluruhan dari hasil analisis menunjukkan bahwa performa dari aplikasi UFTP lebih baik daripada UDPCast, namun pada kondisi jaringan yang buruk dengan

  pada ukuran data 100 MB. Pada grafik dapat dilihat bahwa sebagian besar peningkatan nilai waktu transfer terjadi pada kondisi packet loss 25%. Peningkatan nilai waktu transfer tidak hanya terjadi pada aplikasi UFTP, namun juga terjadi pada aplikasi UDPCast.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  [Online] Rizzo, L. & Vicisano, L., 1997. A Reliable Multicast. Tersedia di: http://uftp- Multicast Data Distribution Protocol multicast.sourceforge.net/ [Diakses 14 based on software FEC techniques. 15 Februari 2016]. Januari.

  Hindman, L. & Jain, A., 2005. Multicasting Rubenstein, D., Kurose, J. & Towsley, D.,

  Library Project Description, s.l.: Boise 1998. Real-Time Reliable Multicast

  State University. Using Proactive Forward Error Corection. Juncu, A., 2010. Operating Systems Imaging

  Solution With Centralised Archiving Shwetha, Thontadharya, Bhat, S. & Devaraju, and DItribution. Bucharest: University 2011. Performance Analysis of ARQ

  Politehnica of Bucharest. Mechanism in WIMAX Networks.

  International Journal of Computer

  Kemp, S., 2017. Digital in 2017: Global

  Science & Communication Networks, Overview. [Online] Tersedia di:

  I(2), pp. 123-127. http://wearesocial.com/uk/blog/2017/01 /digital-in-2017-global-overview Zhang, J. & McLeod, R. D., 2003. A UDP- [Diakses 24 January 2017]. Based File Transfer Protocol With

  Flow Control Using Fuzzy Logic Laurikainen, R., Laitinen, J., Lehtovuori, P. & Approach. IEEE, pp. 827-830.

  Nurminen, J. K., 2012. IMproving the Efficiency of Deploying Virtual Machines in a Cloud Environment.

  International Conference on Cloud Computing and Service Computing, pp.

  232-239.