816637 6 buku pedoman akademik ok cetak

UIN SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2016/2017

TIM PENYUSUN

Penanggungjawab: Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag

Ketua Tim: Dr. Muhammad Yafiz, M. Ag

Sekretaris: Drs. Syihabuddin Nurhani, SE Asriani, S.Ag

Anggota: Dr. Chuzaimah Batubara,MA

Dr. M. Ridwan, MA Dr. Isnaini Harahap, MA Nurlaila Harahap, MA Sugianto, MA Yusrizal, M.Si

Zuhrinal. M. Nawawi, MA Marliyah, MA Hendra Harmain, M.Pd Aliyuddin Abd. Rasyid, MA Tuti Anggraini, MA Dr. Yenni Samri J. Nasution, MA

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganuger ahkan nikmat dan r ahmat-Nya, sehingga kita dapat menjalankan aktifitas kita sesuai dengan per an dan fungsi kita masing- masing dengan sebaik-baiknya. Shalaw at dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswat un hasanah dalam kehidupan kesehar ian kita, khususnya dalam memer ankan tugas kita sebagai dosen.

Buku Pedoman Akademik tahun 2016/ 2017 ini sesugguhnya ber isi ber agam

infor masi tentang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, khususnya yang ber kaitan dengan penyelenggar aan akademik, pendidikan dan pengajar an di FEBI UIN Sumater a Utar a. Tentu saja buku ini nantinya akan dijadikan pedoman, baik bagi pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasi sw a pada umumnya. Buku ini juga dimaksudkan untuk member ikan infor masi secar a lebih r inci ber kaiat an dengan jur usan/ pr ogr am studi ter kait sehingga dapat dijadikan acuan untuk melihat apa yang menjadi kompetensi dan sekaligus menjadi pencir i jur usan/ pr ogr am studi ter tentu dar i jur usan/ pr ogr am studi lainnya.

Buku Pedoman Akademik ini tentunya masih memiliki kekur angan dan sangat memungkinkan untuk ter us diper baiki dan disempur nakan pada masa mendatang. Saya mengucapkan ter ima kasih atas ker jasama selur uh civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumater a Utar a at as ker ja ker asnya untuk membangun fakultas yang kita cintai ini. Semoga ini semua menjadi amal saleh dan mendapat per kenan Allah SWT. Amin.

Dekan,

Dr . Azhar i Akmal Tar igan, M.Ag NIP. 197212041998031002

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAGIAN I SEJARAH BERDIRINYA FAKULTAS EKONOM I

DAN BISNIS ISLAM UIN SUM ATERA UTARA

1. Priode 1993-2000

2. Priode 2000-2013

3. Priode 2013- Sekarang

BAGIAN II DESAIN KEILM UAN FAKULTAS EKONOM I DAN

BISNIS ISLAM UIN SUM ATERA UTARA

1. Tauhid Sebagai Basis Keilmuan Ekonomi Islam

2. Aspek Ontologi, Epistemologi dan Axiologi Ekonomi

22 Islam

23 SU

3. Model Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam FEBI IAIN

BAGIAN III STRUKTUR ORGANISASI

BAGIAN IV VISI, M ISI, PROFIL LULUSAN, FILOSOFI DASAR DAN

NILAI-NILAI UTAM A ORGANISASI

4. Profil Lulusan

32

5. Filosofi Dasar

32

6. Nilai-Nilai Utama

33

34

BAGIAN V

JURUSAN/PROGRAM STUDI

34

1. Jurusan/ Program Studi Ekonomi Syariah

35

2. Jurusan/ Program Studi Akuntansi Syariah

36

3. Jurusan/ Program Studi Perbankan Syariah

37

4. Jurusan/ Program Studi Asuransi Syariah

38

5. Jurusan/ Program Studi D3 Perbankan Syariah

BAGIAN VI DESAIN KURIKULUM FEBI

39

BAGIAN I SEJARAH BERDIRINYA FAKULTAS EKONOM I DAN BISNIS ISLAM UIN SUM ATERA UTARA

Lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumatera Utara tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan gerakan dan pemikiran ekonomi Islam di Sumatera Utara. Sejak tahun 1993, IAIN Sumatera Utara (saat ini telah menjadi UIN Sumatera Utara) menjadi salah satu, untuk tidak menyebut satu-satunya IAIN, lembaga pendidikan tinggi agama Islam pertama yang secara serius mengembangkan kajian ekonomi Islam. Tidak saja dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, tetapi juga IAIN Sumatera Utara masuk pada wilayah gerakan sosialisasi ekonomi syari’ah di masyarakat.

Keterlibatan IAIN Sumatera Utara secara langsung dalam pengembangan ekonomi Islam di Sumatera Utara membuat lembaga ini menjadi dipercaya pemerintah dalam hal ini kementerian agama RI untuk menjadi penyelenggara pendidikan tinggi ekonomi Islam. Sampai saat ini, IAIN.SU telah menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam, mulai dari tingkat diploma, strata S1 (sarjana) sampai program strata tiga (S3). Tidak itu saja, dalam rangka transformasi atau alih status IAIN Sumatera Utara menuju UIN Sumatera Utara kementerian agama juga menetapkan keunggulan dan distingsi UIN Sumatera Utara pada ekonomi Islam.

Satu hal yang harus disadari, apa yang dicapai oleh IAIN Sumatera Utara saat ini dalam bentuk kepercayaan yang tinggi baik dari masyarakat dan juga pemerintah, merupakan hasil dari perjalanan sejarah panjang keterlibatan IAIN Sumatera Utara dalam mengembangkan ekonomi Islam. Pemahaman yang utuh tentang

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Sejarah lahirnya FEBI IAIN Sumatera Utara setidaknya dapat dibagi ke dalam tiga priode. Periode pertama adalah priode awal yang memuat sejarah lahirnya gerakan dan pemikiran ekonomi Islam di Sumatera Utara. Priode Kedua adalah institusionalisasi pendidikan Tinggi Ekonomi Islam. Priode Ketiga adalah Pengukuhan dan penguatan posisi ekonomi Islam ke dalam Fakultas. Untuk lebih jelasnya priodesasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1 . Priode 1993-2000 Setidaknya ada dua faktor yang mendasari lahirnya gerakan

ekonomi syari’ah di Sumatera Utara. Pertama, faktor internal dalam negeri yang berimbas ke Sumatera Utara khususnya kota Medan.

Kedua, faktor eksternal luar negeri, khususnya dinamika perkembangan pendidikan dan peraktik ekonomi Islam di Malaysia. Respon dari kedua persitiwa ini melahirkan apa yang disebut dengan gerakan ekonomi syari’ah.

Pada tahun 1990-an muncul isu lemak babi di dalam penyedap

makanan ajinomoto. Peristiwa ini menimbulkan keprihatian dikalangan pemikir-pemikir ekonomi Sumatera Utara, sebut saja misalnya Prof. H.S. Hadibroto, Prof. Bahauddin Darus (Keduanya dari FE.USU) dan H.S Pulungan Dirut PTPN. Ada keinginan dari tokoh-tokoh tersebut untuk membuat lembaga kajian atau setidaknya media untuk berdiskusi dan membicarakan beragam persoalan umat Islam. Sebagai pemikir yang peduli, mereka menyadari betul dampak dari penggunaan lemak babi dalam makanan tertentu.

Perkumpulan “ tokoh-tokoh senior” yang peduli itu terwujud. Mereka kerap berkumpul dan melaksanakan pengajian- pengajian. Beberapa ulama di undang untuk memberikan tausiah atau mengkaji beberapa persoalan kegamaan, khususnya isu-isu aktual. Namun sayangnya, seringkali pengajian-pengajian itu tidak sepenuhnya bisa memberi jawaban yang memuaskan. Sebagai ilmuan umum mereka tentu memerlukan penjelasan keagamaan yang

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Kendatipun saat itu mereka mendapatkan ceramah agama dari kalangan ustaz-ustaz yang ada di kota Medan, namun penjelasan para ustaz dan ulama tersebut tidak memuaskan dahaga intelektual mereka. Bisa jadi hal ini disebabkan karena metode para ulama yang masih menggunakan cara-cara pesantren atau maktab, untuk tidak menyebutnya secara tradisional, bagi mereka tidak sepenuhnya bisa menjawab persoalan ril yang mereka hadapi. Mereka sesungguhnya membutuhkan ahli agama yang tidak saja dapat menjelaskan Islam secara rasional tetapi juga kontekstual. Sehingga Islam benar-benar membumi dan dapat merespon persoalan ril yang dihadapi masyarakat.

Keresahan ini terjawab ketika dua orang cendikiawan Islam Sumatera Utara yang berkiprah di IAIN.SU kembali setelah meyelesaikan studi S3 di UIN Jakarta (dahulu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Dr. M. Yasir Nasution ahli Filsafat Islam dan Hukum Islam serta Dr. M. Ridwan Lubis, ahli dalam bidang pemikiran Islam. keduanya diundang ke dalam berbagai pengajian untuk memberikan pencerahan terhadap senior dan tokoh-tokoh yang haus akan ilmu agama. Kedatangan dua orang Doktor baru IAIN.Su tersebut berhasil menjawab kegelisahan mereka selama ini. Kajian- kajian yang dikembangkan tidak lagi bercorak normatif-doktrinal, tetapi juga rasional-kontekstual. Tidak berlebihan jika dikatakan mereka seakan menemukan “ penjelasan baru tentang agama” .

Di dalam pengajian tersebut isu-isu kemasyarakatan terus berkembang. Termasuk problema makanan yang dihadapi oleh umat Islam. Gagasan ini terus digulirkan dan semakin meluas ke beberapa lembaga perguruan tinggi lainnya, termasuklah UMSU, UISU, IKIP (sebelum menjadi UNIMED) dan tentu saja IAIN.SU. Dari beberapa kali perbincangan ada kesepakatan di antara para pakar untuk membentuk lembaga atau forum kajian yang di dalamnya isu-isu ekonomi ditela’ah dan diperbincangkan. Tentu saja pada saat itu belum terbayangkan apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam atau ekonomi syari’ah. Diskursus yang berkembang baru pada wacana Islam dan ekonomi. kalaupun ada yang lebih maju dari itu paling- paling istilah yang dipakai adalah isu ekonomi tertentu lalu

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Setelah terjadi kebulatan tekad untuk melahirkan forum kajian itu, muncullah masalah baru. Pertanyaan besar saat itu adalah, di mana “ markas” atau “ lembaga” kajian ekonomi itu ditempatkan. Kendatipun mereka mewakili perguruan tinggi masing-masing namun tidak ada yang siap untuk menjadi “ tuan rumah” atau “ markas” kajian itu. Sampailah akhirnya, IAIN.SU yang saat itu dipimpin oleh Drs. H. Nazri Adlani selaku Rektor, bersedia menjadi tempat berkumpul tokoh-tokoh untuk mendiskusikan persoalan umat khususnya yang berkenaan dengan masalah ekonomi.

Dr. M. Yasir Nasution didaulat untuk memimpin lembaga yang kemudian diberi nama Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam di singkat FKEBI. Pilihan terhadap Dr. M. Yasir sebenarnya sangat sederhana saja. Bukan karena beliau ahli dalam ekonomi Islam. Bahkan dalam pengakuannya, pada mulanya Yasir sendiri adalah orang yang skeptis terhadap ekonomi Islam. Satu-satunya alasan mengapa harus M.Yasir, itu hanya karena beliau orang dalam atau orang IAIN. Saat itu Dr. Yasir menjabat sebagai Dekan Fakultas Syari’ah untuk priode 1991-1996. Tentu saja rektor pada waktu itu ingin agar lembaga yang baru ini tetap dalam kendalinya. Jika FKEBI dipimpin oleh orang luar, pastilah Rektor akan kesulitan untuk memantau dan mengarahkan lembaga tersebut.

Pada saat yang sama, di Malaysia wacana ekonomi Islam sedang menemukan momentumnya. Di saat kajian ekonomi Islam masih asing di Indonesia, di negeri jiran itu berbagai jenis seminar, workshop ekonomi Islam kerap digelar. Bahkan mereka sudah mempraktikkan ekonomi Islam dalam bentuk industri keuangan syari’ah seperti lembaga perbankan Islam. Demikian juga halnya dalam bentuk pendidikan tinggi ekonomi Islam. Beberapa perguruan tinggi di Malaysia seperti IIUM dan Kolej Insaniyyah kerap melaksanakan konfrensi dan seminar-seminar ekonomi Islam. Mereka juga telah menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam dengan menggunakan model Islamisasi Ilmu yang digagas oleh Isma’il Raji’ Al-Faruqi dan Syed Naquib Al-Attas. Tidak jarang, kegiatan seminar dan workshop ekonomi Islam di Malaysia juga mengundang pakar-pakar ekonomi konvensional dari Indonesia. Dalam satu kegiatan ekonomi Islam, Dr. H.M. Yasir Nasution melalui

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Prof. Bahauddin Darus diundang untuk mengikuti kegiatan Seminar ekonomi Islam di Malaysia. Sejak saat itulah Dr. Yasir mulai bersentuhan dengan isu-isu ekonomi Islam.

Dalam pengakuannya, DR. Yasir mulai mengenal ekonomi Islam sejak mengikuti kegiatan di negeri jiran itu. Beliau bertemu dengan pakar-pakar ekonomi Islam dunia seperti Fahim Khan, Umer Chafra dan dialog-dialog konstruktifpun berlangsung. Perlahan namun pasti Dr. Yasir mulai melihat titik terang ekonomi Islam dan perbedaannya dengan sistem ekonomi lainnya. Sebagai orang yang terdidik dalam ilmu-ilmu keislaman, tidak sulit bagi Yasir untuk memahami prinsif-prinsif ekonomi Islam. Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan, Malaysia telah memperkenalkan kepada Dr. Yasir ekonomi Islam kendati dalam bentuknya yang amat sederhana.

Kondisi ini tentu berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Entah mengapa gaung ekonomi Islam tidak terlalu berkembang. Walaupun secara apologetik kita bisa saja berkata, wacana atau diskursus ekonomi yang dikaitkan dengan Islam telah lama berlangsung di nusantara. Dimulai era yang paling awal dari perjalanan bangsa ini. Gagasan-gagasan para tokoh besar seperti Muhammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Cokro Aminoto, dan tokoh lainnya menjadi bukti bahwa wacana ekonomi Islam telah lama muncul di Indonesia.

Kendati kita terlambat, namun beberapa pakar Islam Indonesia berkesempatan untuk mengikuti secara dekat dinamika intelektual kajian ekonomi Islam di Malaysia. Sebut saja misalnya, Syafi’i Antonio yang memang sedang studi di IIUM. Sedangkan dari Medan terdapat sosok Prof. Bahauddin Darus yang tidak saja membawa “ orang IAIN.SU” untuk ikut dalam wacana besar ekonomi Islam dunia tetapi memperkenalkan kepada mereka tentang keberadaan Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI).

Pilihan Rektor IAIN Sumatera Utara terhadap Dr. H.M. Yasir Nasution ternyata tidak salah. Di samping Dr. Yasir adalah sarjana Syari’ah yang mumpuni tenryata juga memiliki minat terhadap kajian ekonomi syari’ah. Setelah mengikuti sebuah kegiatan ekonomi Islam di Malaysia, Dr. Yasir pun segera membangun jaringan dengan perguruan tinggi Malaysia yang saat itu telah lebih dahulu menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam. Demikianlah,

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Agaknya pakar-pakar Malaysia melihat Medan adalah wilayah yang sangat potensial untuk berkembangnya ekonomi Islam. seakan membawa misi “ Islamisasi ekonomi Indonesia,” beberapa universitas di Malaysia seperti IIUM dan Kolej Insaniyah bermaksud melaksanakan seminar bersama ekonomi Islam. Tawaran untuk melaksanakan workshop ekonomi Islam bersama diajukan kepada Dr. Yasir sebagai perwakilan orang Indonesia yang saat itu berada di Malaysia. Atas izin Rektor, Dr. Yasir menjawab tantangan Malaysia untuk melaksanakan seminar bersama.

Sepulangnya Dr. Yasir dari Malaysia, kepanitianpun disusun. Tidak ada cara lain bagi Dr. Yasir kecuali menggunakan orang-orang syari’ah. Pilihan jatuh kepada Amiur Nuruddin, Dosen Syari’ah yang sangat energik dan memiliki pemikiran yang futuristik untuk didapuk sebagai ketua panitia. Beberapa dosen Fakultas Syari’ah sebut saja Drs. Palit Muda Harahap, Drs. Syu’aibun, ikut terlibat secara aktif dalam menyukseskan acara tersebut. Sepertinya memang sudah ditakdirkan Allah SWT, Dr.Amiur Nuruddin yang pada saat itu juga belum berkenalan secara intesnif dengan ekonomi Islam, akhirnya menjadi tokoh nasional dalam pengembangan ekonomi Islam. Beliau menjadi as-sabiquna al-awwalun sebagai guru besar ekonomi Islam di Indonesia. Demikianlah, panitia bekerja siang malam untuk mensukseskan acara seminar ekonomi Islam pertama di Indonesia, setidak-tidaknya di luar Jawa. Penting dicatat, seminar itu berlangsung pada era orde baru. Di saat Islam phobia masing menguat.

Tepat tanggal 25-28 Oktober 1993, Seminar dan Workshop Ekonomi Islam bekerjasama dengan Universitas Islam Antar Bangsa (IIUM) dan Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM) dapat digelar. Ketua Panitia Seminar tersebut dijabat Amiur Nuruddin (Prof. Dr). Hadir sebagai nara sumber pada saat itu adalah, Zakaria Man (UIA), Syed Omar Bin Syed Agil, Aidit bin Haji Ghazali, Syed Abdul Hamid Al-Junaid, Syed Othman Alhabsi (IKIM), Dziyauddin bin Haji Ahmad (UIA). Sedangkan dari Indonesia sebagai nara sumber hadir pula, Muhammad Syafi’i Antonio.

Seminar dan Workshop itu menjadi sejarah baru bagi perkembangan gerakan dan pemikiran ekonomi Islam tidak saja di

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Sumatera Utara tetapi juga di Indonesia dengan melahirkan tiga kesimpulan

perumusan kurikulum dan Pemasyarakatan Ilmu Ekonomi Islam dalam rangka pembukaan Fakultas Ekonomi Islam. Kedua, Perlunya pendirian lembaga-lembaga keuangan syari’ah. Ketiga, Perlunya membangun kerjasama antar

penting.

Pertama,

lembaga. 1 Di luar tiga kesimpulan dan rekomendasi yang telah dicapai,

Seminar yang pada mulanya dicurigai pemerintah Orde Baru dan dikhawatirkan sebagai bagian gerakan negara Islam, ternyata menjadi spirit bagi FKEBI untuk terus bekerja dan melakukan terobosan- terobosan dalam rangka pengembangan kajian ekonomi Islam. FKEBI saat itu ingin membuktikan Seminar dan Workshop bukanlah sebatas mengumpulkan bahan-bahan atau makalah Seminar. Lebih dari itu, FKEBI ingin seminar yang penuh resiko itu dapat melahirkan sesuatu yang bermakna bagi bangsa dan agama. Tegasnya, bagaimana menindaklanjuti hasil-hasil seminar tersebut menjadi sesuatu yang nyata.

Tindak lanjut yang sangat konkrit adalah terlaksananya Diklat (Pendidikan dan Latihan) bagi calon pengelola Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) yang saat ini telah berganti nama menjadi, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah. Kegiatan tersebut dikatakan sukses karena berhasil melahirkan beberapa BPRS. Sebut saja BPRS Kafalatul Ummah (1994) di Medan, BPRS Amanah Bangsa (1994) di Pematang Siantar, BPR Al-Washliyyah (1994) di Tanjung Morawa Deli Serdang, BPRS Gebu Prima (1996) di Deli Serdang, dan BPRS Puduarta Insani (1996) di Tembung Deli Serdang.

Penting dicatat, seminar yang bersejarah tersebut diselenggarakan setelah MUI berhasil melahirkan bank Syari’ah pertama di Indonesia. Menurut Adiwarman Karim, upaya MUI untuk mendorong lahirnya Bank Syari’ah sudah berlangsung sejak tahun 1990. Bahkan pendirian Bank Syari’ah tersebut telah pula ditandatangani pada 1 November 1991, tetapi belum dapat beroperasi karena undang-undang perbankan belum memungkinkan. Ketika UU

1 Amiur Nuruddin (Direktur FKEBI) “FKEBI-IAIN Sumatera Utara : Merajut Potensi Ekonomi Membangun Kekuatan Umat” dalam Pengantar

untuk buku, Ekonomi dan Bank Syari’ah Pada Milenium Ketiga, Medan, IAIN. Press dan FKEBI, 2002, h. xii-xiii.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

No 7 Tahun 1992 diterbitkan pada 1 April 1992, tepat satu bulan kemudia 1 Mei 1992, bank Syari’ah pertamapun beroperasi. 2

Pada tahun 1998, FKEBI bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Kota Medan menyelenggarakan Seminar Bank Islam dengan menghadirkan pakar ekonomi Syari’ah -sebelumnya bekerja di IDB- Karnaen Perwataatmaja. Seminar tersebut berlangsung di Hotel Garuda Plaza Medan. Tidak saja mengandalkan pemikir dan ahli ekonomi Islam Indonesia, FKEBI bekerjasama dengan pemerintah Propinsi berhasil mendatangkan pakar-pakar ekonomi Islam Internasional. Sebut saja misalnya, Prof. Dr. M.A. Mannan, Prof. Dr. Masudul Alam Choudry, Monzer Khaf, Prof. Dr. Azmi Omar, dll.

Tentu tidak pada tempatnya untuk menyebutkan semua seminar yang dilaksanakan FKEBI ataupun IAIN.SU di lembaran ini. Namun yang jelas, FKEBI sangat menyadari, yang diperlukan saat itu adalah memberikan pemahaman dan kesadaran kepada umat Islam akan arti penting ekonomi Islam. Kendati secara normatif, ajaran ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam, namun dalam sejarahnya dimensi ekonomi ini jauh tertinggal. Tidaklah mengherankan jika umat Islam lebih memahami aspek- aspek akidah, ibadah dengan segala cabangnya, politik Islam (siyasah) dibanding dengan ajaran ekonomi Islam. Pada gilirannya, tragedi sejarah ini membentuk cara berpikir dikotomik dikalangan umat. Ekonomi diyakini bukan bagian dari ajaran Islam. Ekonomi adalah sesuatu yang bersifat dari luar yang diinjeksikan ke dalam Islam.

Cara berpikir yang keliru ini tentu saja perlu dibongkar dan diluruskan. Sarana yang cepat dan efektif adalah lewat Seminar, diskusi dan pertemuan-pertemuan resmi lainnya. Kendatipun tetap disadari, seminar juga tidak menjamin umat akan memiliki pemahaman yang utuh tentang ekonomi Islam. Setidaknya, lewat acara tersebut, diskursus ekonomi Islam cepat berkembang dan menjadi wacana di tengah-tengah masyarakat.

Sedangkan untuk jangka panjang, sosialisasi dan pengintegrasian ajaran ekonomi Islam ke dalam diri umat Islam sekaligus dalam rangka menyiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang tangguh untuk mengisi kebutuhan industri keuangan syari’ah, tentu

2 Adiwarman A Karim, “Silent Giant from the East” dalam Gatra, No.48 Tahun XIII, h. 12

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Tonggak sejarah yang cukup penting setelah tahun 1998 di IAIN.SU adalah berdirinya rogram Diploma DII Manajemen Perbankan dan Keuangan Syari’ah (DIII MPKS). Saat itu Dr. Amiur Nuruddin menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Syari’ah. ia sangat bersungguh untuk membuka program baru tersebut. Sebelumnya telah lebih dahulu didirikan Program Diploma II Perbankan Syari’ah pada tahun 1998. Kemudian ditingkatkan mejadi Program Diploma III. Tidak terlalu terang bagaimana proses berdiri dan beralihnya Pogram Diploma II ke Diploma III. Izin yang mereka kantongipun hanyalah dalam bentuk izin prinsif dan bersifat lisan. Demikianlah, bukan Dr. Amiur Nuruddin -saat itu menjadi pembantu Dekan- namanya jika tidak berani melakukan terobosan-terobosan akademik. Keyakinan adalah modalnya bahwa ekonomi Syari’ah harus diwujudkan ke dalam sebuah proses pendidikan yang tersistem dan berkesinambungan.

Kehadiran Diploma III MPKS yang berada di Fakultas Syari’ah kala itu mendapat sambutan yang sangat hangat dari masyarakat. Program Diploma ini menjadi idola baru di tengah- tengah calon-calon mahasiswa. Di Program ini seakan mereka melihat masa depannya dengan sangat jelas. Hal ini terlihat dari partisipasi pelamar atau calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke PT. Kendatipun programnya adalah Diploma – bukan strata S1- tidak menghalangi peminat untuk memilihnya.

Tidak jelas benar kapan mulainya, yang pasti di FKEBI IAIN Sumatera Utara terbentuk satu tim yang sangat solid. Seakan-akan membentuk generasi ekonomi Islam di IAIN Sumatera Utara setelah dua tokoh utama tersebut, muncullah nama-nama Drs. Syu’aibun, M, Hum, Drs. Agustianto, Sugianto, Abdi Rahmat, Dani Budianto dan Ibrahim Siregar. Mereka adalah generasi muda setelah Dr. M. Yasir dan Dr. Amiur Nuruddin, sebagai generasi yang pertama. Pada perkembangan berikutnya, lahir pula tenaga-tenaga baru, sebut saja misalnya, Saidurrahman, Muhammad Ramadhan, Azhari Akmal Tarigan, Muhammad Yafiz, Muhammad Ridwan. Generasi

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Masuknya alumni-alumni luar, semisal USU yang selanjutnya menjadi dosen di Fakultas Syari’ah IAIN.SU menambah kekuatan dalam gerakan ekonomi Islam. Sebut saja misalnya Saparuddin Siregar (alumni akuntansi USU). Beliau akhirnya ditugaskan Rektor IAIN Sumatera Utara untuk memimpin BPRS Puduarta Insani yang merupakan milik IAIN Sumatera Utara.

Sampai saat ini lapisan generasi ekonomi Islam di Sumatera Utara ini memiliki ikatan yang kuat. Mereka sangat mednyadari, tanggung jawab mujahid al-iqtishad bukan sebatas mengembangkan ilmu ekonomi Islam tetapi juga mensosialisasikan ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat.

2. Priode 2000-2013

IAIN Sumatera Utara dalam hal ini FKEBI memandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya masif. Melibatkan seluruh komponen masyarakat Islam Sumatera Utara. Menggeser ekonomi Islam dari ranah wacana menjadi aksi nyata. Dukungan yang diberikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara T. Rizal Nurdin selaku Gubernur Sumatera Utara, diwujudkan dalam bentuk Gerakan Pencanangan Ekonomi Syari’ah yang momentumnya bersamaan dengan kegiatan 1 Muharram pesan yang ingin disampaikan lewat kegiatan tersebuta adalah, semangat Muharram menjadi energi bagi umat Islam untuk hijrah dari ekonomi konvensional (kapitalisme) menuju ekonomi Islam.

Keterlibatan orang nomor satu di Sumut itu memberikan efek yang luar biasa. Ekonomi Islam tidak lagi menjadi gerakan pinggiran. Diselenggarakan oleh hanya sekelompok orang-orang yang peduli. Akan tetapi gerakan ekonomi Islam menjadi gerakan yang terbuka dengan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah propins. Adalah H. Kasim Siyo yang saat itu menjabat sebagai asisten Gubernur menjadi media atau penghubung efektif FKEBI - IAIN Sumatera Utara dengan Gubernur. Sangat disyukuri saat itu, Gubernur Sumatera Utara sangat mendukung segala kegiatan FKEBI apakah seminar dan workshop ekonomi Islam sampai pada kegiatan massal-kolosal seperti pencanangan ekonomi syari’ah.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

H. Rizal Nurdin (alm) memiliki komitmen yang tinggi buat ekonomi Islam. Hampir semua kegiatan FEBI beliau hadir, mencurahkan

pemikiran-pemikirannya untuk pengembangan ekonomi Islam di Sumatera Utara. Jika ditelusuri lebih jauh apa yang membuat gubernur yang lembut itu setuju dengan ekonomi Islam, ternyata dalam pemikirannya ekonomi Islam adalah ekonomi yang pro terhadap kesejahteraan rakyat lebih-lebih rakyat kecil. Kata kuncinya, ekonomi Islam adalah ekonomi kerakyatan. Pada saat yang sama, pendidikan tinggi ekonomi Islam yang dikelola IAIN Sumatera Utara lewat Program Studi Ekonomi Islam di Fakultas Syari’ah, terus mengalami perkembangan yang signifikan. Program Studi Diploma kendati masih diminati mahasiswa namun dipandang belum cukup. Jika Diploma menghasilkan tenaga-tenaga vokasi yang terampil dalam mengelola industri keuangan syari’ah, maka Program Strata S1 diharapkan dapat menghasilkan tenaga terdidik dan menguasai teori ekonomi Islam dan dalam tingkat tertentu menguasai peraktiknya.

gagasan

dan

Momentum pentingnya adalah pada tahun 2002, Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara berdiri. Prodi Ekonomi Islam ini ternyata mendapat sambutan yang sangat baik, terutama dari Departemen Agama. Respon positif itu dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Nomor DJ.II/ 158/ 2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1) Pada Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara Medan. Agaknya prodi ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara adalah program studi yang tertua di Indonesia. Artinya, belum banyak IAIN di Indonesia yang membuka prodi baru ini.

Satu hal yang menarik untuk kasus pendidikan tinggi ekonomi Islam di IAIN.SU adalah, program pasca sarjana (PPS) strata

2 prodi Ekonomi Islam ternyata lebih dahulu lahir ketimbang program S1 nya. Program S2 IAIN Sumatera Utara lahir pada tahun 2000 dengan jumlah mahasiswa angkatan pertama sebanyak 20

orang. 3 Program S1 Ekonomi Islam lahir dua tahun setelah lahirnya

3 Di dalam SK Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam No. E/ 293/ 1997, tanggal 26 Des 1997 disebutkan nama programnya Program

Studi Islam dan Ekonomi. Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

S2, tepatnya tahun 2002 dengan jumlah mahasiswa pertama sebanyak

39 orang. Pada priode ini, diskursus ekonomi Islam tidak lagi sebatas

pada gerakan sosialisasi ke masyarakat. tetapi mulai bergerak ke arah pengembangan studi ekonomi Islam. Muncullah pertanyaan- pertanyaan baru yang tentu saja membutuhkan jawaban serius dari para ahli. Apa sesungguhnya hakikat ekonomi Islam tersebut ? bagaimana bentuknya ? Apa perbedaannya dengan ekonomi konvensional ? Selanjutnya muncul pula pertanyaan bagaimana mengajarkannya kepada mahasiswa?

Kendatipun pada saat itu formulasi integrasi keilmuan ekonomi Islam belum jelas untuk tidak mengatakan belum tanpak sama sekali, namun yang jelas pada masa itu teori-teori ekonomi sudah mulai dimuati dengan prinsip-prinsip keislaman. Setidaknya dimensi etik Islam mulai mendapat tempat dalam kajian ekonomi. ayat-ayat ekonomi mulai dikaitkan dengan kajian-kajian ekonomi pada umumnya. Sebut saja misalnya, kaitan ayat-ayat konsumsi dengan larangan untuk israf atau berlebih-lebihan. Studi tentang riba tidak lagi dikaji dalam dimensi hukumnya saja tetapi mulai dihubungkan dengan masalah-masalah ekonomi kontemporer.

Prodi Ekonomi Islam dalam hal ini Dekan Fak. Syari’ah yang saat itu dijabat oleh Dr. Amiur Nuruddin beserta tim ekonomi fak. Syari’ah yang selama ini cukup aktif mulai menyadari bahwa persoalan kurikulum ekonomi Islam tidak bisa dipandang sederhana. Perlu upaya-upaya serius untuk perumusannya. Jujur diakui, pada saat itu SDM fakultas Syari’ah sangat kurang sekali. Diperlukan tenaga-tenaga luar yang benar-benar dapat membantu fakultas syari’ah dalam memperkuat proses pendidikan dan pengajaran ekonomi Islam. Demikianlah, prodi Ekonomi Islam yang sejak awal pendiriannya menggunakan jasa konsultan ahli terus membangun jaringan dan komunikasi dengan para ahli. Beberapa pakar yang diminta pemikirannya dalam perumusan ekonomi Islam sejak awal berdirinya adalah, Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP dari Karim Business Consulting yang berkedudukan di Jl. K. H. Mas Mansyur, Batavia Tower, Lt 14 Kav. 126 Jakarta. Selanjutnya Prof. Dr. Mohd. Azmi Omar dari Islamic International University Malaysia (IIUM) di Malaysia dan Prof. Sofyan Syafri Harahap, SE.Ak, MASc, Phd, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Direktur Islamic Economic

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Keterlibatan para pakar ekonomi Islam yang berkaliber internasional menambah percaya diri IAIN.SU untuk terus mengembangkan ekonomi Syari’ah. Beberapa pakar ekonomi Islam secara berkesinambungan turut serta memberikan kontribusi pemikirannya kepada IAIN. Sumatera Utara. Seiring dengan itu, pertumbuhan bank-bank syari’ah di kota Medan juga turut menambah semaraknya diskursus ekonomi Islam di kota Medan.

Menyadari ketersedian sumber daya ekonomi Islam menjadi keniscayaan, pimpinan Fakultas terus mendorong dosen-dosennya untuk segera melanjutkan studi S3 ekonomi Islam baik di luar negeri ataupun di dalam negeri. Pimpinan Fakultas menyadari bahwa untuk masa mendatang, program studi ekonomi Islam tentu tidak bias bersandar dengan tenaga-tenaga luar. IAIN Sumatera Utara harus segera menyiapkan sumber daya manusianya sendiri untuk menyongsong perkembangan studi ekonomi syari’ah yang diyakini akan berkembang pesat.

3. Priode 2013- Sekarang Seiring dengan komitmen IAIN Sumatera Utara untuk

melakukan alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, maka IAIN Sumatera Utara mulai mempersiapkan pembentukan dan pembukaan fakultas-fakultas baru. Sebagai yang yang tertera di dalam UU Pendidikan Tinggi No 12 tahun 2012, pasal

59 ayat 2 tentang Universitas dinyatakan, Universitas merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu Pengetahuan dan/atau Tekhnologi dan jika memenuhi syarat, universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Sedangkan yang dimaksud dengan institute adalah, Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu pengetahuan dan/atau tekhnologi tertentu dan jika memenuhi syarat, institus dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Penegasan UU Pendidikan Tinggi tentang Universitas sesungguhnya

memberikan

peluang

bagi UIN.SU untuk

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Dari sekian Fakultas baru tersebut, FEBI merupakan satu- satunya Fakultas yang paling mungkin proses pembukaannya lebih cepat direalisasikan. Beberapa alasannya adalah IAIN.SU telah memiliki program studi ekonomi Islam untuk tingkat Strata satu dan Program Diploma tiga manajemen dan perbankan syari’ah. Dengan kata lain, untuk FEBI yang belum ada hanyalah wadah yang lebih luas. Tentu saja maksudnya adalah Fakultasnya. Sedangkan mahasiswa, dosen dan kurikulumnya telah terformat dan terstruktur dengan baik. Bahkan lebih dari itu, jurusan ekonomi Islam dan Program Diploma tiga juga telah memiliki tradisi akademik yang relative mapan. Sebut saja misalnya, tata pamong, tata pelaksanaan ujian komprehensif, munaqasyah, magang dan sebagainya. Yang dibutuhkan jurusan dan Program Diploma tiga hanya payung yang lebih besar dan itu adalah fakultas ekonomi dan bisnis Islam.

Proses terus berlanjut dan berita baiknya adalah ternyata kelahiran FEBI ternyata tidak bersangkut paut dengan perubahan status IAIN Sumatera Utara menjadi IAIN Sumatera Utara. Artinya, tanpa perlu menunggu UIN, FEBI dapat direalisasikan. Ini disebabkan karena ekonomi Islam sebagaimana halnya Syari’ah, Tarbiyyah, Dakwah, Ushuluddin dan Adab berada dalam rumpun ilmu agama yang sesungguhnya menjadi kewenangan kementerian agama. Tegasnya bukan menjadi kewenangan kementerian pendidikan dan kebudayaan. Berbeda halnya jika UIN.SU bermaksud untuk membuka Fakultas-fakultas rumpun ilmu non agama. Sebut saja misalnya Fakultas Sains dan Tekhnologi atau Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

IAIN Sumatera Utara segera mempersiapkan diri untuk menyongsong lahirnya Fakultas Baru. Sebenarnya pimpinan Fakultas Syari’ah khususnya sejak masa Prof. Dr. Nur A Fadhil Lubis, dilanjutkan Dr. M. Jamil dan puncaknya pada masa Dr. Saidurrahman, MA, keinginan untuk menyapih Jurusan Ekonomi Islam sudah mulai menguat. Beberapa diskusi terbatas dengan mengkaji maslahat dan mudharatnya banyak dilakukan. Sayangnya, keinginan itu belum menemukan momentumnya yang tepat.

Sampailah pada satu waktu, Wakil Rektor I Prof. Dr. Hasan Asari, MA meminta Dekan Fakultas Syari’ah Dr. Saidurrahman, M.Ag dan Dr. Azhari Akmal Tarigan, MA selaku ketua jurusan ekonomi Islam untuk mempersiapkan proposal alih status FEBI. Maka sejak saat itu, perangkat jurusan mulai bekerja keras untuk menyiapkan proposal tersebut. Waktu yang diberikan kepada jurusan tidak lebih satu minggu. Tim penyusun proposal atas nama Isnaini Harahap, MA, Yusrizal, M.Si, Ahmad Syakir, Zuhrinal M. Nawawi, Hotbin Hasugian bahu membahu untuk mempersiapkan proposal tersebut. Akhirnya pada waktu yang telah ditetapkan, proposal tersebut selesai dan segera diserahkan kepada Pembantu Rektor I Prof. Dr. Hasan Asari.

Tidak lama berselang, Dekan Fakultas Syari’ah dan Ketua Jurusan Ekonomi Islam didampingi Sekretaris Jurusan, Isnanini Harahap, MA diminta untuk mempresentasekan Proposal tersebut dihadapan Kepala Biro Ortala Kemenag RI, Drs. Muhammad Syahman Sitompul, SE, Ak dan tim. Ketua Jurusan mendapat giliran

setelah Rektor dan Pembantu Rektor I mempresentasekan perkembangan alih staus IAIN Sumatera Utara menuju UIN Sumatera Utara.

Pertemuan itu penting bagi perkembangan alih status FEBI. Dikatakan penting karena pertemuan itulah yang menjadi perkenalan awal Ketua Jurusan dengan Drs. M. Syahman Sitompul yang memegang peran penting dibalik proses lahirnya FEBI. Setelah itu pekerjaan besarnya adalah bagaimana memastikan perjalanan FEBI IAIN Sumatera Utara bersama FEBI di UIN dan IAIN lainnya dapat mulus dan akhirnya disahkan oleh menteri Agama. Dalam hal ini yang paling bertanggungjawab mengawalnya di pusat adalah Drs. M. Syahman Sitompul yang saat itu masih aktif menjabat sebagai Kepala Biro Ortala Kemenag RI.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Revisi proposal menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan. Ketua Jurusan bersama Ahmad Syakir harus bermalam di Kemenag Gedung Ortala lantai IV untuk menuntaskan Proposal FEBI. Lagi-lagi peran Drs. M. Syahman Sitompul, SE, Ak, menjadi signifikan. Beliau tidak saja mengawal perjalanan proposal tersebut tetapi juga membantu agar proposal yang dihasilkan menjadi kuat dan meyakinkan pihak kementerian terkait.

Satu hal yang penting dicatat dan menjadi bagian dari sejarah Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam yang indah, proses alih status FEBI berjalan dengan sangat mulus. Pelepasan jurusan Ekonomi Islam dan Diploma III Perbankan Syari’ah ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tidak menimbulkan masalah sedikitpun. Tidak ada perdebatan dan tidak pula konflik. Fakultas induk dalam hal ini Dekan Fakultas Syari’ah dengan penuh jiwa besar melepas mahasiswa/ I Jurusan dan Prodi Diploma III beserta dosen-dosen jurusan yang jumlahnya 37 orang. Hal ini tentu berbeda dengan beberapa UIN, yang proses perpindahan dan pelepasannya menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak bias dipandang sederhana.

Demikianlah setelah menunggu beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal 19 November 2013, PMA No 81 Tahun 2013 tentang Organisasi Tata Kerja IAIN Sumatera Utara ditanda-tangani Menteri Agama. PMA itu sesungguhnya menjadi penanda bahwa FEBI telah resmi berdiri. Pada pasal dinyatakan bahwa Fakultas yang ada dilingkungan IAIN. SU salah satunya adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Selanjutnya, pada tanggal 14 Desember 2013, FEBI IAIN Sumatera Utara bersama dua UIN, Alauddin Makasar dan Sunan Kalijaga Jogjakarta dan tiga IAIN, Raden Fatah Palembang, Walisongo Semarang dan Surakarta FEBI sebagai fakultas baru diresmikan berdirinya oleh Bapak Surya Dharma Ali selaku Menteri Agama. Delegasi dari IAIN.SU yang hadir pada saat itu adalah Prof. Dr. Hasan Asari, MA, Dr. Saidurrahman, MA dan Dr. Azhari Akmal Tarigan, MA.

Sejak diresmikannya FEBI IAIN.SU di Makasar, pimpinan IAIN.SU segera merespon dan melakukan persiapan-persiapan dengan pembukaan Fakultas Baru tersebut baik dalam hal penyiapan perangkat keras ataupun perangkat lunaknya. Tidak kalah pentingnya, Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara juga melakukan

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Perkembangan pemikiran yang begitu cepat ditingkat pusat, ternyata membawa berkah tersendiri bagi IAIN Sumatera Utara. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) diyakini menjadi bagian dari ilmu-ilmu agama. Karena itu, pengelolaan FEBI dengan segala hal yang berkaitan dengannya, berada di Kementerian Agama.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

BAGIAN II DESAIN KEILMUAN FAKULTAS EKONOM I DAN BISNIS ISLAM UIN SUM ATERA UTARA

Ada perdebatan dikalangan ilmuwan atau pemikir ekonomi Islam berkenaan dengan rumah keilmuan ekonomi Islam. Pertanyaannya adalah apakah ekonomi Islam itu menjadi bagian dari ilmu-ilmu syari’ah atau lebih luas dari itu bagian dari ilmu agama? Ataukah rumah ilmu ekonomi Islam itu adalah ilmu ekonomi konvensional,

“ diislamkan” atau diintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalamnya.

Perdebatan ini terus berlangsung sampai detik ini. Oleh sebab itu mendudukkan rumah ekonomi Islam pada tempatnya yang tepat menjadi sebuah keniscayaan. Bahwa ada sudut pandang lain yang berbeda, tentu saja dibenarkan sepanjang memiliki argumentasi yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pada saat yang sama, diskursus yang berkembang tentang penamaan ilmu ini tidak kalah menariknya. Apakah nama yang tepat itu ; Ekonomi Islami (dengan i kecil) atau Ekonomi Islam (tanpa i). Ataukah yang lebih tepat itu adalah Ekonomi Syari’ah dan bukan Ekonomi Islam.

Jika disebut ekonomi Islami secara sederhana istilah tersebut dipahamai sebagai ilmu ekonomi konvensional yang diislamkan. Bisa juga disebut, ekonomi Islam itu adalah hasil dar i pr oses Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang digagas oleh Isma’il Raji Al - Far uqi. Belakangan ide ini ter us dikembangkankan Syed Naquib Al-Attas dan dikenal dengan ger akan Islamisasi Sains. Islamisasi ini bisa dilakukan melalui justifikasi (pembenar an). Ada juga yang menyebutnya dengan injeksi (penyuntikan). Pembenar aan ter hadap segala teor i ekonomi dengan memasukkan ayat -ayat

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017 Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Pilihan ini disebut dengan pilihan pragmatis. Kerja keilmuan yang kita lakukan tidaklah berat. Bangunan ilmunya (body of knowledge) lebih mudah dirumuskan. Kelemahannya, bangunan ilmu ekonomi Islami itu tidak akan kokoh, karena berdiri di landasan epistemologi yang rapuh. Sedangkan metode kedua, disebut metode idealistik, merupakan sebuah upaya untuk merumuskan ilmu ekonomi yang berbasis Islam. jika cara ini yang ditempuh, kerja-kerja ilmiah yang kita lakukan sangat berat. Ibarat membangun sebuah rumah kita harus memulainya dengan meletakkan asas, dasar atau basis keilmuan. Merumuskan metodologinya dan selanjutnya mengkonstruksi ilmu itu, terlepas apakah dengan menggunakan metode istiqra’ i (induktif) atau istinbati (deduktif). Dua metode ini absah digunakan di dalam ekonomi Islam.

Penyebutan ekonomi syari’ah secara substansial sebenarnya tidak ada masalah. Lebih-lebih jika syari’ah dipahami dalam makna generiknya sebagai jalan ke sumber mata air. Ekonomi syari’ah sama dan sebangun maknanya dengan ekonomi yang bersumber dari Al- Qur’an dan Hadis. Hanya saja, penyebutan ekonomi syari’ah terkesan lebih sempit dan lebih berorientasi fikih. Seakan-akan, ekonomi syari’ah hanya bicara halal dan haram.

Kembali ke pokok persoalan di atas, FEBI IAIN Sumatera Utara memilih untuk menggunakan istilah Ekonomi Islam ketimbang ekonomi syari’ah. Penyebutan Islam sesungguhnya lebih mengacu pada nilai-nilai universal ketimbang forma atau bentuk. Adalah lebih penting dan merupakan esensi ajaran Islam itu, jika di dalam ekonomi dan bisnis, nilai-nilai Islam menyatu dengan bangunan ilmu (teori) dan peraktiknya.

Sedangkan berkaitan dengan metode perumusan ilmu sebagaimana telah disebut di awal, FEBI IAIN Sumatera Utara memilih jalan tengah sebagai jalan yang lebih maslahat dibanding

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

1. Tauhid Sebagai Basis Keilmuan Ekonomi Islam

Bangunan ilmu ekonomi Islam sesungguhnya bersumber dari pemahaman tentang tauhid. Tauhid yang bukan sebatas percaya kepada Tuhan yang satu, menyembahnya sebagaimana yang terangkum dalam aturan ibadah Islam tetapi lebih dari itu, tauhid merupakan pandangan hidup manusia.

Sudah menjadi doktrin Islam yang baku bahwa alam semesta ini dengan segala isinya diciptakan oleh sang maha pencipta (khaliq). Kemudian ia menjadikan (fathir) ciptaannya memiliki ukuran, takaran dan sunnatullah (taqdir) tertentu yang bersifat tetap. Adalah wajib bagi manusia untuk mengetahui dan memahami sunnatullah secara tepat agar ia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik.

Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang memiliki tugas untuk memakmurkan semesta, telah diberikan Allah beragam potensi yang mendukung tugas-tugas kekhalifahannya. Di samping itu ia juga harus menjalankan kewajibannya sebagai ‘ abdun (hamba) Allah yang selalu tunduk dan patuh kepadaNya (islam). Potensi itu inherent di dalam diri manusia seperti ‘aql, qalbu, syahwah dan juga jasad. Bersamaan dengan itu Allah juga memberikan bimbingan bagaimana potensi itu didayakan sesuai dengan keinginan Allah.

Selanjutnya Allah turunkan kepada manusia seorang Rasulnya yang bersamanya ada Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk (hudan) , penjelas (bayyinat) dan pembeda yang hak dengan yang batil (al-furqan) . Lebih dari itu, Rasul yang mulia, Nabi Muhammad SAW berfungsi sebagai mufassir, menjelaskan makna, maksud dan hakikat dari segala perintah-perintah Allah. ada kalanya Nabi menguatkan apa yang telah digariskan Allah di dalam Al-Qur’an dan pada saat- saat tertentu, Rasul juga menjadi Syari’ (pembuat syari’at) kendati bukan syari’ yang mandiri sebagaimana halnya Allah SWT.

Nabi Muhaammad sesungguhnya adalah manusia terpilih yang akhlaknya terjaga dan terpelihara dari segala macam dosa. Atas dasar itu pula, nabi ditetapkan Allah SWT sebagai uswat hasanah (contoh teladan yang baik) bagi manusia. Tidak saja umat Islam, namun seluruh manusia di alam ini sejatinya harus menempatkan

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017

Nabi Muhammad sebagai teladan, contoh dan model dalam menjalani kehidupan.

Sejatinya dengan beragam potensi dan bimbingan Allah SWT, manusia mampu menggunakan semesta ini untuk kemajuan dan kemakmuran dunia. Bayangan dunia Al-Qur’an yang diungkap dengan kata baldatun thayyibatun wa rabb ghafur itu akan segera dapat terwujud.

Dalam kenyataannya, alam realita tidak menunjukkan kondisi ideal yang digagas Al-Qur’an. Kehidupan yang berkeadilan, berkemakmuran dan berperadaban itu tampaknya masih jauh. Walaupun dalam sejarah panjang dunia ini, kita pernah berada pada fase-fase kejayaan (falah) . Bukti-bukti itu menegaskan bahwa kehidupan yang ideal itu bukanlah sesuatu yang utofia. Bukan pula khayalan. Kehidupan yang falah itu ril. Karena itulah kita bisa menjadikannya contoh atau setidaknya menginspirasi kita dalam menata dunia hari ini.

Saat ini dunia sedang berada dalam fase yang sesungguhnya amat sangat menakutkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pada mulanya diharapkan dapat memudahkan kehidupan manusia sekaligus membantunya untuk mencapai kehidupan yang ideal itu, ternyata jauh dari kenyataan. Kemajuan Ilmu dan Tekhnologi berimplikasi –terlepas antara sadar dan tidak- pada kehidupan manusia itu sendiri. Disparitas antara yang kaya dan miskin semakin tajam dan dalam. Kesenjangan sosial semakin menganga. Kekayaan alam tidak lagi digunakan untuk kemakmuran bersama melainkan dipakai untuk menopang kekayaan pribadi. Alam dieksploitasi untuk kepentingan pribadi dan golongan. Alih-alih rakyat hidup sejahtera yang terjadi adalah rakyat semakin menderita.

Dalam konteks ekonomi, kehadiran ideologi dan sistem kapitalis dan anti tesisnya - dalam bentuk sosialisme - setali tiga uang. Pada mulanya kedua ideologi dan sistem pengetahuan ekonomi itu dimaksudkan untuk membawa kebaikan dan kemakmuran bagi hidup manusia. Namun karena kedua sistem ini tidak dibangun pada fondasi filsafat yang kokoh, keduanya semakin mudah untuk didistorsi. Basis filsafat kapitalisme dan sosialisme tetaplah pada rasionalisme (idealisme) dan empirisme. Dimensi ketuhanan atau tauhid tentu saja absen dalam sistem pengetahuan mereka.

Buku Pedom an Akadem ik Fakult as Ekonom i dan Bisnis Islam UIN SU T.A. 2016/ 2017