FFECTIVENESS OF LOCAL RULE NUMBER 6 OF 2011 ON SPATIAL PASAMAN CASE STUDY AREA COMMUNITY LIVING AROUND FOREST NATURE RESERVE ALAHAN PANJANG Yuli Adwar
FFECTIVENESS OF LOCAL RULE NUMBER 6 OF 2011 ON
SPATIAL PASAMAN CASE STUDY AREA COMMUNITY LIVING
AROUND FOREST NATURE RESERVE ALAHAN PANJANG
1
1
1 Yuli Adwar ,Darmini Roza , Uning Pratimaratri
1 Program Studi Ilmu Hukum, Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta
Email: [email protected]
ABSTRACT
To preserve Alahan Panjang Forest Nature Reserve of Natural hazards caused by forest communities require Effectiveness Action Reviews Regional Regulation No. 6 of 2011 on Spatial Planning Pasaman. In this case I categorize three issues, namely the implementation of forest communities Alahan Panjang Nature Reserve not yet effective, obstacles encountered and step a step in the enforcement of local regulation. The method used in solving the problem is juridical sociological method. For its implementation are not yet effective because of the high sense of public interest to control nature reserve Alahan Panjang for the necessary allocation of new land for settlement and plantations. In this case it can be concluded that the effectiveness of implementation of the Regional Regulation No. 6 of 2014 on Spatial Planning Pasaman on surrounding communities Alahan Panjang Nature Reserve not yet effective due to lack of socialization, lack of enforcement and the high public interest to open residential land and plantation forests Alahan Panjang Nature Reserve for the government should take action and open up a new field site to the surrounding community Alahan Panjang Nature Reserve.
Keywords : Nature Reserves, community Pasaman, Regulation No. 6 Year 20011. pemerintahan harus berdasarkan
Pendahuluan
aturan hukum dan konstitusi, yaitu
Pasal 1 Ayat (3) perubahan apapun konteks penyelenggaraan keempat Undang-Undang Dasar negara harus didasarkan atas Negara Republik Indonesia Tahun aturan hukum yang disebut dengan 1945 menegaskan bahwa: “Negara “Rule of law” . Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dalam penegakan suatu Konsep negara hukum dapat negara hukum, maka negara diartikan sebagai suatu negara tersebut harus memiliki suatu yang memiliki legalitas atau konstitusi, dimana konstitusi berdasarkan kepada aturan hukum. merupakan hukum dasar yang
Artinya, penyelenggaraan penyelenggaraan suatu negara. Konstusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau undang-undang dasar.
Kerajaan Inggris biasa disebut negara konstitusional, namun tidak memiliki naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis.
1 Pasal 18 ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Dalam rangka melaksanakan amanat Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan berbagai Undang- undang.Pasal 1 angka 2 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 1 Jimly Assyiddiqie, 2006, Konstitusi
Konstitusionalisme Indonesia, Sekretriat Jenderal
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945”. Propinsi di samping memiliki status sebagai daerah otonom, juga berkedudukan sebagai wilayah administratif, sedangkan daerah kabupaten dan daerah kota berkedudukan sebagai daerah otonom, dimana menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 daerah otonom diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan setempat prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Kabupaten Pasaman adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat, memiliki
12 Kecamatan yaitu: Kecamatan
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstutusi RI, Alahan Mati, Kecamatan Tigo Nagari, Lubuk Sikaping, Kecamatan Dua Koto, Kecamatan Panti, Kecamatan Gelugur.
Kecamatan Rao, Kecamatan Mapat Tunggul, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kecamatan Rao Selatan, Kecamatan Rao Utara, dengan jumlah penduduk 259.097 jiwa.
2 Kabupaten Pasaman sering
disinggahi oleh orang-orang dari berbagai daerah, baik daerah- daerah yang ada di pulau Sumatera sendiri maupun daerah luar Sumatera. Hal tersebut dapat disebabkan antara lain:
1. Di Kabupaten Pasaman terdapat beberapa objek wisata seperti Taman wisata alam Rimbo Panti dan Taman Wisata Equator dan Museum Imam Bonjol.
2. Kabupaten Pasaman merupakan penghubung antara Propinsi Sumatera Utara, Riau dan beberapa Kabupaten, Kota lainnya di Sumatera Barat.
Kabupaten Pasaman yang terletak di daerah perbatasan Sumatera Barat dengan Sumatera Utara dan Riau, di atas 2 Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pasaman, 2013, Pasaman dalam Angka, BPS hlm. 81
fisik berbukit dan berlembah dan berudara sejuk. Di Kabupaten Pasaman ini terdapat beberapa kawasan hutan cagar alam diantaranya Cagar Alam Alahan Panjang dengan lokasi 17.664 ha yang berlokasi di Kecamatan Bonjol dan Lubuk Sikaping. Cagar Alam Alahan Panjang merupakan warisan alam yang sangat berharga bagi masyarakat kabupaten Pasaman karena bisa menjaga kelestarian ekosistem dan sumber air terutama masyarakat Kecamatan Bonjol. Sebagai Anugerah Allah yang sangat berharga sudah sepantasnya masyarakat Kabupaten Pasaman untuk senantiasa menjaga kelestarian alamnya sehingga manfaat dari cagaralam ini tidak hanya dapat dinikmati oleh generasi pada saat ini saja, akan tetapi dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang.
Secara geologis Cagar Alam Alahan Panjang terdapat tebing terjal hampir Vertikal (tegak Lurus) dan intensitas gempa yang tinggi serta letak Hutan Cagar Alam Alahan Panjang yang bertepatan berada pada zona Sesar Besar Semangka yang sangat aktif, sehingga wilayah ini termasuk dalam waspada gempa bumi. Undang Republik Indonesia Menteri Dalam Negeri Republik Nomor 26 Tahun 2007 tentang Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 PenataanRuang, berbunyi: tentang Penataan Ruang terbuka “Wewenang Pemerintah Daerah Hijau Kawasan Perkotaan “Fungsi Kabupaten/Kota dalam RTHKP”adalah pengamanan penyelenggaraan penataan ruang keberadaan kawasan lindung meliputi: perkotaan.
a. Pengaturan Pembinaan dan Untuk melindungi kawasan Pengawasan terhadap pelaksanaan Hutan CagarAlam Alahan Panjang penataan ruang wilayah dari berbagai ancaman yang dapat Kabupaten/Kota dan kawasan merusak keutuhan isi yang strategis Kabupaten/Kota. terkandung di dalamnya maka b. Pelaksanaan penataan ruang Pemerintah Daerah Kabupaten wilayah Kabupaten/Kota. Pasaman telah menetapkan c. Pelaksanaan penataanruang Peraturan Daerah Kabupaten kawasan strategis Pasaman Nomor 6 Tahun 2011
Kabupaten/Kota, dan tentang Rencana Tata Ruang d. Kerjasama penataan antar Wilayah. Kabupaten Pasaman. Kabupaten/Kota.” Penetapan Peraturan Daerah ini
Pasal
38 Peraturan dimaksudkan untuk mengatur Pemerintah Republik Indonesia pemanfaatan tata ruang kabupaten Nomor 47 Tahun 1997 tentang yang disusun menjaga keserasian Rencana Tata Ruang Wilayah pembangunan antar sektor dalam Nasional, menyatakan: “Kriteria rangka pelaksanaan program- kawasan lindung untuk kawasan program pembangunan kabupaten rawan bencana alam sebagaimana Pasaman dan untuk menjaga dan dalam Pasal 10 ayat (7) yaitu menghindari agar anggota kawasan yang diidentifikasi sering masyarakat tidak menjadi korban berpotensi tinggi mengalami bencana alam akibat longsor yang bencana alam seperti letusan diakibatkan gempa dan curah gunung berapi, gempa bumi dan hujan yang tinggi serta akses lain tanah longsor serta gelombang yang timbul akibat tidak pasang dan banjir”. dipatuhinya Peraturan Daerah ditetapkannya Peraturan daerah dimaksud, maka penjabaran dalam pengisian tata ruang Kabupaten harus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersebut dan diberlakukan di tengah-tengah masyarakat secara faktual.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman belum memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ditemui masyarakat yang membuka lahan perkebunan dan pembangunan pemukiman penduduk di sekitar lokasi hutan Cagar Alam Alahan Panjang, yang artinya terdapat suatu perbedaan antara konsep peraturan yang telah ditetapkan dengan penerapan yang terjadi di masyarakat (das sein dan das sollen )”.
Suatu Produk Peraturan Daerah belum dapat dikatakan efektif dan bermanfaat, walaupun telah dinyatakan sah dan diberlakukan, kecuali apabila dia telah sungguh-sungguh berlaku efektif di tengah-tengah kehidupan nyata masyarakat, karena untuk pembuatan suatu Peraturan
Daerah, tidaklah semudah dibayangkan, walaupun proses pembentukan Peraturan Daerah itu telah sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan lain-lain. Akan tetapi, permasalahannya akan menjadi dilematis, bila Pemerintah daerah dalam hal ini Pemda dan DPRD- nya bisa membuat Peraturan Daerah, akan tetapi kurang memaksimalkan fungsinya di dalam mengawal dan mengawasi penegakan Peraturan daerah tersebut di tengah-tengah kehidupan nyata masyarakatnya.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Peraturan daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman, dikarenakan Peraturan Daerah Rencana Umum Tata Ruang merupakan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur pemanfaatan tata ruang Kabupaten yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor, dan pelaksanaan program-program pembangunan, masyarakat tidak menjadi korban bencana alam yang diakibatkan oleh gempa bumi, curah hujan yang tinggi dan sebagainya. Di sisi lain, tegaknya Peraturan Daerah ini di tengah-tengah kehidupan faktual masyarakat sangat menentukan tercapainya tujuan dan hakekat ditetapkannya Peraturan Daerah tersebut, karena Peraturan Daerah ini dapat menjamin perlindungan dan kepastian hukum masyarakat Kabupaten Pasaman.
Dari latar belakang masalah diatas, penulis mencoba menuangkan masalah ini ke dalam sebuah karya ilmiah, dengan judul: “Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman, Studi Kasus Masyarakat yang Tinggal Di Sekitar Cagar Alam Alahan Panjang”.
Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Peraturan Daerah
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman. Maka penelitian Hukum Sosiologis atau emperis (socio
legal research). Dalam perspektif
sosiologis, menurut Sarjono Soekanto, hukum dipandang berlaku apabila hukum itu telah berjalan efektif. Untuk mengetahui apakah hukum akan bekerja efektif, atau lebih efektif, sekalian data hukum yang berhasil ditemukan, dianalisis dengan menggunakan setidaknya
4 (empat) tolak ukur, yaitu peraturan perundang-undangan, aparatur terkait, sarana dan prasarana pendukung tersedia, sosial budaya masyarakat dimana hukum dimaksud diberlakukan.
Dilihat dari tipe penelitian ini dapat disebut penelitian kualitatif deskriptif, maksudnya penelitian ini diusahakan untuk menghimpun data selengkap mungkin tentang suatu kenyataan (faktual). Dengan kata lain, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kenyataan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada.
1. Pendekatan
Penelitian dilaksanakan di Sekitar dalam menentukan sampel yang Hutan Cagar Alam Alahan Panjang akan diteliti penulis mengambil dengan pertimbangan masih banyak sampel penelitian secara acak masyarakat yang membangun pemukiman (Random sampling). Kriteria dan pembukaan lahan baru di sekitar sampel yang penulis tetapkan Hutan Cagar Alam lahan Panjang. adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Cagar Alam Alahan
3. Populasi dan sampel a. Populasi Panjang.
Populasi adalah individu Dalam mengumpulkan data, yang menjadi sumber pengambilan penulis menghubungi subjek sampel sekumpulan kasus yang (sampel) yang memenuhi memenuhi syarat tertentu yang persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa
3
berkaitan masalah penelitian. Oleh menghiraukan dari mana asal karena itu, populasi bersifat subjek tersebut; namun masih
universum, dimana dengan dalam wilayah penelitian (quota universum tersebut dapat berupa sample atau sampel quota). Teknik
orang, benda, atau wilayah yang sampel ini juga dilakukan tidak
4
ingin diketahui oleh peneliti. berdasarkan daripada strata atau Maka yang menjadi populasi daerah dalam wilayah populasi, dalam penelitian penulis menjadi tetapi berdasarkan dari pada populasi adalah masyarakat jumlah yang sudah ditentukan. Kabupaten Pasaman. Lebih Adapun jumlah sampel masing- spesifik, ialah masyarakat di masing kategori atau kriteria sekitar Cagar Alam Alahan tersebut terkosentrasi pada Panjang yang menjadi lokasi masyarakat yang tinggal di sekitar penelitian. Cagar Alam Alahan Panjang
Kabupaten Pasaman.
b. Sampel
Sampel merupakan
4. Teknik Pengumpulan Data dan
sebagian atau wakil populasi yang Sumber Data dipandang representatif dan Teknik dan alat yang digunakan 3 dalam pengumpulan data adalah:
Mardalis, 1993, Metode Penelitian suatu pendekatan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 53 4 Sarjono Soekanto dan Sri Mamuji,
Angket, yaitu suatu cara Kabupaten Pasaman sebagai mengumpulkan data dengan bahan pertimbangan/kajian untuk mengedarkan daftar pertanyaan mengambil kesimpulan. berupa formulir-formulir,
c. Studi Dokumentasi
diajukan secara tertulis kepada Dokumentasi dari asal sejumlah subjek untuk katanya yaitu bahan-bahan tertulis mendapatkan tanggapan informasi . Di dalam melaksanakan metode jawaban dan sebagainya. dokumentasi menyelidiki bahan- Pertanyaan yang diajukan berkisar bahan tertulis. minat efektivitas pelaksanaan
d. Analisis Data
Perda Kabupaten Pasaman Nomor Setelah data terkumpul,
6 Tahun 2011. Dalam hal ini maka penulis melakukan proses angket yang digunakan adalah penganalisaan data menggunakan angket tertutup, yaitu responden metode berfikir yaitu berangkat (dalam hal ini masyarakat dari fakta yang bersifat khusus Kabupaten Pasaman yang tinggal untuk mengambil suatu kesimpulan di sekitar Cagar Alam Alahan yang bersifat umum. Panjang) tidak mempunyai Sebelum dilakukan kesempatan lain dalam penganalisaan, data yang memberikan jawaban yang telah terkumpul dibagi kepada dua disediakan pertanyaannya. bentuk yakni data yang bersifat
b. Wawancara kualitatifyang diperoleh melalui
Menurut Koencaraningrat, wawancara dan data yang bersifat wawancara adalah cara untuk kuantitatif yang diperoleh melalui mengumpulkan data dalam angket .Analisa kualitatif, penelitian masyarakat dengan dilakukan yang dapat dari langsung menyampaikan wawancara dengan menggunakan pertanyaan lisan kepada warga teknik analisa deskriptif kualitatif. masyarakat yang diteliti Hasil dan Pembahasan Wawancara ini diajukan pada
Pasal 15 Bab V Peraturan beberapa masyarakat yang tinggal Daerah Kabupaten Pasaman di sekitar Hutan Cagar Alahan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Panjang, aparat pemerintah serta Rencana Tata Ruang Wilayah mengatur pemanfaatan ruang dijelaskan kawasan yang dilindungi terdiri dari: 1) Kawasan Hutan Lindung
Rencana pola ruang untuk kawasan hutan lindung di Kabupaten Pasaman seluas kurang lebih 180.726 (seratus delapan puluh ribu tujuh ratus dua puluh enam) hektar, yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pasaman. 2) Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahnya
Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahnya adalah kawasan resapan air yang tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten Pasaman. 3) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan aliran sungai yang tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Pasaman. 4) Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering labil dan sering terjadinya bencana alam. cagar budaya
Kawasan Cagar Alam adalah kawasan hutan yang dilindungi karena mempunyai karakteristik hayati yang berguna sebagai sumber air bagi masyarakat sekitarnya. Kawasan Cagar Budaya adalah suatu kawasan yang dilindungi karena mempunyai nilai sejarah yang bernilai tinggi)
Kawasan Hutan Cagar Alam Alahan Panjang adalah kawasan yang harus steril dari kegiatan pemanfaatan ruang. Pada kawasan Hutan Cagar Alam Alahan Panjang tidak dimungkinkan lagi dilakukan upaya pemanfaatan ruang karena dapat merusak ekosistim dan sumber mata air.
Fakta yang ada di lapangan menunjukkan banyaknya pengembangan budidaya yang tidak sesuai dengan karakteristik kawasan antara lain: a. Masih adanya upaya penebangan liar di Hutan Cagar alam untuk dijadikan lahan perkebunan.
b. Masih adanya pembangunan pemukiman di sekitar areal Cagar Alam Alahan Panjang.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, baik dari hasil penelitian maupun dalam bahasan fokus masalah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Daerah Kabupaten Pasaman 2011 adalah tingginya alih fungsi lahan tentang Rencana Tata Ruang menjadi tempat pemukiman dan Wilayah Kabupaten Pasaman areal perkebunan mengakibatkan bagimasyarakat yang tinggal di kualitas lingkungan hidupyang sekitar Hutan Cagar Alam belum banyaknya pengembangan efektif pelaksanaannya. Hal ini kegiatan yang tidak sesuai dengan terlihat bahwa sejak dikeluarkan karakteristik kawasan baik dilihat Perda ini, masyarakat kurang dari jenis maupun intensitasnya mengetahui akan kehadiran dikarenakan rendahnya peraturan ini dan aparat terkaitpun pengetahuan dan kesadaran tidak ada mensosialisasikan masyarakat terhadap Perda Nomor peraturan secara komprehensif. Di
6 Tahun 2011 serta bahaya sisi lain, ketidak efektif Perda ini bencana alam yang setiap saat bisa juga dikarenakan tidak menimpa mereka. terlaksananya pengawasan dan Langkah-langkah untuk penindakan oleh aparat pengawas mengantisipasi kendala yang dan penindakan Perda. Hal ini dihadapi dalam penegakan Perda dapat dibuktikan dari hasil Nomor 6 Tahun 2011 khususnya bagi penelitian dan pengamatan di masyarakat yang tinggal di sekitar lapangan, dimana pemukiman Cagar Alam Alahan Panjang adalah masyarakat dan pembukaan lahan dengan menganalisa kembali tahap perkebunan di sekitar Hutan perencanaan tata ruang serta tahap Alahan Panjang tetap saja pemanfaatan ruang dan selanjutnya bertambah baik sebelum Perda tahap pengendalian dan penindakan Nomor 6 Tahun 2011dilahirkan secara kontiniu dan konsisten bagi maupun sesudahnya. setiap pelanggaran yang terjadi
2. Kendala yang dihadapi terhadap Perda Nomor 6 Tahun 2011 dalampenegakan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 DAFTAR PUSTAKA Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Asshiddiqie, Jimly, 2006, Konstitusi dan Ruang Wilayah Kabupaten
Konstitusionalisme Indonesia,
Pasaman, khususnya bagi Sekretaris Jenderal dan masyarakat yang tinggal di sekitar
Konstitusi RI, . Arikkunto, Suharsimi, 1998, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Sunggono, Bambang,2006,Metodologi
Widodo dan Joko, 2001, Good
di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Widjaja, 2005, Penyelenggaraan Otonomi
Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.
Yogyakarta, Cet. Ke-1 Tarigan, Robinson, 2006, Perencanaan
Perundang-Undangan, BPEE,
Jakarta. Soehino, 2006, Hukum Tata Teknik
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press,
Tarsito, Soekanto, Sarjono dan Sri Mamuji, 2003.
Penelitian Ilmiah, Bandung:
Surachmad, Winarno, 1990. Pengantar
Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang.
J.J.H Bruggink, 1999, Refleksi Hukum, alih bahasa B.Sidharta, Citra Aditya, Bandung. Kushandayani, Good Governance dalam
Penelitian Hukum Sosiologis dan Normatif, Fakultas Hukum dan
Saptono, Ade, 2006, Metodologi
Dokter Universitas Indonesia, Jakarta.
Keputusan Republik Indonsia dalam Penyelenggaraan Negara (Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden), Disertasi
S. Attamimi A. Hamid, 1999, Peranan
dalamMasyarakat, Rajawali Press, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 1987, Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, Soekidjo, 1999, Metodologi
Pendekatan Profesional, Jakarta: Bumi .
Mardalis, 1993, Metode Penelitian Suatu
Otonomi Daerah, Pustaka Utama, Yogyakarta.
Governance, Insan Cendikia, Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pasaman, 2013, Pasaman Dalam Angka, Pasaman.
Jurnal Analisa Politik Volume 2 Nomor 2,
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya Raya No. 13/1970, Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1996
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8 Desember 2004, Laboratorium Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Amandemen I, II,III,IV Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR)
Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia 1945.
Pemerintah Kabupaten Pasaman,2013, Pasaman Dalamangka, Pasaman.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Tahun 2010- 2030