BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Akar Gigi - Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Akar Gigi

  Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi sel epitel enamel luar dan dalam (inner and outer enamel epithelia) pada cervical

  

loop dan membentuk hertwig’s epithelial root sheath (HERS). Fungsi dari HERS ini

adalah untuk membentuk akar dan menginduksi pembentukan dentin pada akar gigi.

  Proliferasi dan diferensiasi sel pada HERS ditentukan polanya secara genetik dan akan mengatur apakah akar akan menjadi panjang atau pendek, tunggal atau jamak. Pada pembentukan akar tunggal, HERS akan berdiferensiasi membentuk odontoblas yang akan membentuk dentin akar dan kemudian membentuk satu akar. Pada pembentukan akar jamak, terjadi perbedaan arah pertumbuhan HERS pada root trunk (bagian mulai dari servikal hingga furkasi gigi). HERS berdiferensiasi membentuk

  13 odontoblas kearah horizontal dan apikal sehingga membentuk dua atau tiga akar.

  Selama proses pembentukan akar gigi berlangsung HERS terus berproliferasi ke arah apikal dan mulai membungkus papila dentis. Papila dentis inilah yang kemudian akan berkembang menjadi pulpa. Pada pembentukan dentin akar, sel odontoblas akar akan mensintesis matriks organik dentin dan menseksresikannya keluar dari sel-sel odontoblas dan akan mengalami kalsifikasi membentuk dentin pada akar. Sebelum proses pembentukan akar selesai, aktivitas proliferasi sel pada HERS akan berkurang sehingga akar yang terbentuk akan meruncing pada bagian apikal. Setelah dentin akar selesai terbentuk, sel mesenkim yang berasal dari dental

  

sac akan berkontak dengan dentin yang baru saja terbentuk dan merangsang sel-sel

  mesenkim tersebut berdiferensiasi membentuk sementoblas yang nantinya akan

  13,14 membentuk sementum.

2.2 Morfologi Eksternal Akar Gigi

  Akar gigi adalah bagian yang ditutupi sementum dan tertanam dalam tulang

  15

  alveolar. Akar gigi dapat berupa akar tunggal dengan satu apeks pada gigi anterior atau akar ganda pada gigi premolar dan molar. Pada gigi anterior maksila dan mandibula hanya terdapat satu akar. Gigi premolar satu maksila memiliki dua akar, yaitu pada bagian bukal dan palatal sedangkan gigi premolar dua maksila memiliki akar tunggal. Gigi molar maksila memiliki tiga akar yaitu pada bagian mesiobukal, distobukal dan palatal. Gigi premolar mandibula memiliki satu akar sedangkan gigi

  11,16 molar mandibula memiliki dua akar yaitu pada bagian mesial dan distal.

  Berdasarkan jumlah akar, Loh HS (1998) mengklasifikasikan gigi kedalam empat

  5

  tipe. : i.

  Tipe 1 : Satu akar ii. Tipe 2 : Dua akar yang terpisah iii. Tipe 3 : Dua akar yang bersatu (Fused-root) iv. Tipe 4 : Tiga akar

  Gambar 1. Gigi premolar satu maksila. Tipe 1 (a), 5 Tipe 2 (b), tipe 3 (c) dan tipe 4 (c).

  Gigi premolar satu maksila permanen memiliki dua cups yaitu cups bukal dan palatal. Cups bukal biasanya lebih tinggi 1 mm dibandingkan cups palatal. Bagian

  11

  mesial dari premolar satu maksila permanen lebih konkaf dari sisi distalnya. Dalam beberapa literatur, premolar satu maksila dideskripsikan sebagai gigi yang memiliki dua akar dan dua saluran akar, namun pada kenyataannya premolar satu maksila

  15

  permanen dapat memiliki satu akar, dua akar bahkan tiga akar. Insiden gigi premolar satu maksila berakar satu adalah sekitar 22%-55,8%, berakar dua 50,6%-

  3

  72% dan berakar tiga 0%-6%. Jumlah akar gigi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan ras. Blaine M (2007) dalam penelitiannya terhadap gigi premolar menyimpulkan bahwa insiden premolar pertama mempunyai dua akar lebih tinggi

  17

  pada laki-laki dibandingkan perempuan. Perbedaan variasi bentuk akar pada laki- laki dan perempuan seperti yang telah dikemukakan di atas dipengaruhi oleh kromosom sex yaitu kromosom X dan Y. Kromosom Y diketahui mempengaruhi pembentukan enamel dan dentin, sedangkan kromosom X berpengaruh terhadap

  18,19

  pembentukan enamel. Menurut Alvesalo dan Lahdesmaki kromosom Y lebih

  19

  berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan akar. Penelitian yang dilakukan antara populasi Asia dan non-Asia pada 6241 gigi menyimpulkan bahwa pada populasi Asia ditemukan 31,2% premolar satu maksila memiliki satu akar, 66,6% memiliki dua akar dan 2,1% memiliki tiga akar, sedangkan pada populasi non- Asia diperoleh sekitar 61,9% memiliki satu akar, 37,5% memiliki dua akar dan 0,6% memiliki tiga akar. Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi Asia premolar satu maksila cenderung memiliki dua akar sedangkan pada populasi non-Asia cenderung

  15 memiliki satu akar.

2.3 Morfologi Internal Akar Gigi

  Morfologi saluran akar merupakan suatu morfologi yang sangat

  1,8,20

  kompleks. Pada saluran akar sering terdapat suatu penyempitan, percabangan dan pembengkokan saluran akar. Pada kebanyakan kasus jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sering juga ditemukan bahwa dalam satu akar terdapat dua

  8

  atau lebih saluran akar. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi morfologi

  2-5

  saluran akar yaitu ras, jenis kelamin dan umur. Penelitian tentang morfologi saluran akar berdasarkan jenis kelamin di Turki juga telah dilakukan oleh Sert dan Bayirli. Sert dan Bayirli (2004) menemukan insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih pada perempuan adalah 44% sedangan pada laki-laki sebesar 35% pada semua gigi

  1,15

  permanen. Insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih pada ras Afrika

  Amerika adalah sebesar 32%, sedangkan insiden gigi dengan dua saluran akar atau

  17

  lebih pada ras Caucasoid adalah sebesar 13,7%. Penelitian lain tentang morfologi saluran akar juga telah dilakukan antara berbagai etnik seperti pada etnik Asia dan non-Asia. Penelitian dengan menggunakan gigi premolar satu maksila tersebut juga

  15 menunjukkan adanya perbedaan morfologi saluran akar yang signifikan (tabel 1).

  Tabel 1.VARIASI SALURAN AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA

  15 PERMANEN PADA POPULASI ASIA DAN NON-ASIA

  Jumlah Satu Dua saluran Tiga Konfigurasi Satu Dua Gigi saluran saluran saluran saluran saluran akar yang pada pada lain apeks apeks

  Populasi 2664 11,6% 84,5% (2250) 1,9% 2% (55) 25,9% 71,4% Asia (308) (51) (386) (1062) Populasi 1057 46%

  • 54% (571) non- (486) Asia Jumlah 3721 21,3% 75,8% (2821) 1,4% 1,5% (55) 25,9% 71,4%

  (794) (51) (386) (1062) Ruangan berisi pulpa yang terdapat didalam dentin disebut ruang pulpa.

  Bentuk ruang pulpa ini dipengaruhi oleh bentuk eksternal gigi. Meskipun demikian, faktor penuaan, keadaan patologis, pembentukan dentin sekunder dan tersier juga turut mempengaruhi bentuk dari ruang pulpa tersebut. Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian yaitu kamar pulpa yang terletak didalam dentin pada bagian mahkota dan

  1,7,8,20

  saluran pulpa yang terdapat didalam akar (gambar 2). Kamar pulpa terdiri dari beberapa bagian yaitu atap pulpa, tanduk pulpa, dasar kamar pulpa dan orifisi saluran. Atap pulpa terdiri dari dentin yang menutup kamar pulpa sebelah insisal atau oklusal. Orifisi saluran adalah lubang pada dasar kamar pulpa yang berhubungan dengan

  21 saluran akar dan memiliki beberapa bentuk (gambar 3). Gambar 2. Komponen morfologi saluran akar pada gigi premolar

  7 satu maksila.

  21 Gambar 3. Bentuk orifisi premolar satu maksila

  Saluran pulpa dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu sepertiga koronal, sepertiga tengah dan sepertiga apikal. Saluran pulpa terdiri dari saluran pulpa lateral/aksesori, foramen apikal dan foramen aksesori. Saluran pulpa lateral/aksesori adalah saluran kecil atau percabangan saluran ke lateral, horizontal maupun vertikal. Saluran pulpa lateral atau aksesori ini bisa terdapat pada daerah sepertiga apikal, sepertiga tengah atau sepertiga servikal. Dilaporkan bahwa saluran pulpa lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga apikal adalah sebesar 75%, saluran pulpa lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga tengah adalah sebesar 11% dan yang terletak pada sepertiga servikal adalah sebesar 15%. Foramen apikal adalah suatu lubang atau celah pada atau dekat apeks akar dimana pembuluh darah dan saraf pulpa masuk dan keluar meninggalkan kavitas pulpa. Foramen aksesori adalah lubang-

  1,7,8,20 lubang saluran aksesori/ lateral pada permukaan akar.

2.4 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar

  Ada beberapa klasifikasi bentuk saluran akar yaitu kasifikasi Weine, Gulabivala dan Vertucci. Dari beberapa klasifikasi tersebut, Klasifikasi Vertucci merupakan klasifikasi yang paling standart dan paling sering digunakan dalam penelitian. Salah satu dari penelitian tentang variasi saluran akar yang dilakukan oleh

  1,20 Vertucci ditunjukkan pada tabel 2 dan 3.

  A. Klasifikasi Vertucci Vertucci (1974) dengan menggunakan teknik pewarnaan saluran akar

  1,19

  mengkategorikan saluran akar kedalam delapan tipe (gambar 4) : i.

  Tipe I : Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1). ii.

  Tipe II : Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1). iii.

  Tipe III : Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1). iv.

  Tipe IV : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). v.

  Tipe V : Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2). vi.

  Tipe VI : Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2). vii.

  Tipe VII : Satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2). viii.

  Tipe VIII : Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (3).

  19 Gambar 4. Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci.

  B. Klasifikasi Weine Wiene (1999) mengkategorikan saluran akar kedalam empat tipe dasar

  21

  (gambar 5) : Tipe I : Satu saluran mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).

  Tipe II : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu pada apeks (2-1). Tipe III : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). Tipe IV : satu saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa dan terpisah pada apeks (3).

  Gambar 5.Tipe saluran akar menurut Weine (1999). Tipe I,

  21 tipe II, tipe III, tipe IV (dari kiri-kanan).

  C. Klasifikasi Gulabivala Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan

  7

  mengklasifikasikan tipe saluran akar kedalam tujuh tipe (gambar 6): i. : Tiga saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa kemudian

  Tipe I bersatu membentuk satu saluran pada apeks (3-1). ii. : Tiga saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian

  Tipe II bergabung membentuk dua saluran pada apeks (3-2). iii. : Dua saluran yang terpisah dari kamar pula kemudian berpisah

  Tipe III membentuk tiga saluran pada apeks (2-3). iv. : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa, bersatu pada

  Tipe IV bagian tengah akar, kemudian berpisah dan bersatu kembali membentuk satu saluran pada apeks (2-1-2-1). v. : Empat saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu

  Tipe V membentuk dua saluran pada apeks (4-2). vi. : Empat saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga

  Tipe VI apeks (4). vii. : Lima saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa tetapi

  Tipe VII bersatu membentuk empat saluran yang berbeda pada apeks (5-4). Gambar 6. Klasifikasi saluran akar menurut Gulabivala.

  7

  1 Tabel 2: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG ATAS (%).

  GIGI Jumlah Tipe I Tipe II Tipe III Jumlah Tipe IV Tipe Tipe VI Tipe VII Jumlah Tipe Jumlah Gigi Saluran

   V Saluran

  VIII Saluran Dengan Dengan Dengan Satu

  Dua Tiga Saluran Saluran Saluran 1 2-1 1-2-1 2 1-2 2-1-2 1-2-1-2

  3 Pada Pada Pada Saluran Saluran saluran Saluran saluran saluran saluran saluran Apeks

  Apeks Apeks Insisivus 100 100 100 Sentral Insisivus 100 100 100 Lateral Kaninus 100 100 100 Premolar 400

  8

  18

  26

  62

  7

  69

  5

  5 Satu Premolar Dua 200

  48

  22

  5

  75

  11

  6

  5

  2

  24

  1

  1 Molar Satu

  1. Mesiobukal 100

  45

  37

  82

  18

  18

  2. Distobukal 100 100 100 100 100 100

  3.Palatal Molar Dua 100

  71

  17

  88

  12

  12

  1. Mesiobukal

  2. Distobukal 100 100 100

  3.Palatal 100 100 100 Universitas Sumatera Utara

  1 Tabel 3: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG BAWAH (%).

  

GIGI Jumlah Tipe I Tipe II Tipe Jumlah Tipe IV Tipe V Tipe VI Tipe Jumlah Tipe VIII Jumlah

Gigi

  III Saluran

  VII Saluran Saluran Dengan Dengan Dua Dengan Satu

  Saluran Tiga Saluran Pada Apeks Saluran Pada Apeks

  Pada Apeks 1 2-1 1-2-1 2 1-2 2-1-2 1-2-1-2 3 saluran Saluran Saluran saluran Saluran saluran saluran saluran 100

  70

  5

  22

  97

  3

  3 Insisivus Sentral Insisivus 100

  75

  5

  18

  98

  2

  2 Lateral 100

  78

  14

  2

  94

  6

  6 Kaninus Premolar 400

  70

  4

  74

  1.5

  24

  25.5

  0.5

  0.5 Satu Premolar 400 97,5

  97.5

  2.5

  2.5 Dua Molar Satu

  1. Mesial 100

  12

  28

  40

  43

  8

  10

  59

  1

  1

  2. Distal 100

  70

  15

  85

  5

  8

  2

  15 Molar Dua

  1. Mesial 100

  27

  38

  65

  26

  9

  35

  2. Distal 100

  92

  3

  95

  4

  1

  5 Universitas Sumatera Utara

2.5 Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar

  Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi, cone-beam computed tomografi (CBCT) serta metode dekalsifikasi dan

  2,9,10 pewarnaan.

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar

  Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar. Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran

  23,24

  akar. Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan mengunakan proses fisika dan kimia. Langkah pertama dari metode ini adalah mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra, asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification. Dari berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan gigi. Setelah dilakukan proses demeneralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses dehidrasi menggunakan alkohol untuk membersihkan lemak, air dan udara pada gigi. Tahap selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Tahap terakhir dari metode ini adalah merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi

  4,10,24

  akan menjadi transparan. Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya methylsalicylate, chloroform,

  

benzene, xylene, toluene, carbon tetrachoride, cedar wood oil dan silicon 710 . Dari

  beberapa larutan tersebut, methylsalicylate merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah dibandingkan

  24

  larutan lain. Untuk melihat morfologi saluran akar dengan lebih akurat, gigi yang

  4 sudah menjadi transparan dapat dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop. Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan teknik

  23 Dekalsifikasi dan pewarnaan.

2.5.2 Radiografi

  Radiografi konvensional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengobservasi bentuk saluran akar dan dapat digunakan baik secara in vitro dan in vivo. Radiografi merupakan alat yang paling umum dan mudah digunakan, walaupun demikian, radiografi memiliki kekurangan dalam hal menampilkan bentuk saluran akar secara baik karena hanya menampilkan gambaran dua dimensi. Penelitian menunjukkan bahwa radiografi tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi

  2,25 saluran akar ganda, saluran akar lateral dan letak foramen apikal.

  26 Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan radiografi.

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT)

  mulai diperkenalkan di bidang

  Cone-beam computed tomography (CBCT)

  endodontik pada tahun 1990. CBCT merupakan teknik non-invasif dan memiliki pencitraan tiga dimensi. Beberapa penelitian tentang variasi morfologi saluran akar gigi menggunakan CBCT telah dilakukan dan dilaporkan bahwa penerapan CBCT

  2

  menguntungkan dalam hal mengidentifikasi variasi konfigurasi saluran akar. Tidak seperti radiografi, CBCT memiliki resolusi gambar yang tinggi dan dapat mencegah superimposisi obyek sehingga gambaran yang ditampilkan lebih jelas. Tidak hanya untuk mengobservasi saluran akar, namun alat ini juga dapat digunakan untuk

  27 pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal dan trauma dentoalveolar.

  28 Gambar 8. Tampilan gambaran CBCT.

  Gambar 9. Cone Beam Computed Tomography

  28 (CBCT).

2.6 Kerangka Teori

  GIGI

  • Genetik - Usia

  Pembentukan Gigi

  • Jenis Kelamin - Ras Pembentukan Mahkota

  Pembentukan Akar

  • Metode Dekalsifikasi

  Morfologi Akar Gigi

  dan Pewarnaan + Stereo mikroskop

  • Radiografi l

  Eksternal

  • CBCT

  Interna Klasifikasi Tipe Saluran Akar Morfologi Saluran Akar

  Klasifikasi LOH HS (1998)

  Klasifikasi Gulabivala Klasifikasi Vertucci

  Klasifikasi Weine

  • Tipe 1
    • Tipe I (3-1)

  • Tipe 2
    • Tipe I>Tipe I (1)
    • Tipe II (>Tipe II (
    • Tipe II (2-1)
    • Tipe III (2-3)

  • Tipe 3
    • Tipe III (1->Tipe III (2)
    • Tipe IV (2-1->Tipe IV
    • Tipe IV (3)

  • Tipe 4
    • Tipe V (>Tipe V (>Tipe VI (2->Tipe V
    • Tipe VII (1-2-1-2)
    • >Tipe VII (
    • Tipe VIII (3)

  Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

  Premolar Satu Maksila Morfologi Akar Gigi

  • Genetik - Umur - Jenis Kelamin - Ras Morfologi Eksternal Morfologi Internal (Tipe Akar) (Tipe Saluran Akar)

  Metode dekalsifikasi dan Pewaraan Saluran + Stereo mikroskop

  Klasifikasi Loh HS (1998)

  Klasifikasi Vertucci (1974) Tipe 1

  > Tipe I (1) > Tipe V (1-2) Tipe 2

  > Tipe II (2-1) > Tipe VI (2-1-2) Tipe 3

  > Tipe III (1-2-1) > Tipe VII (1-2-1-2) Tipe 4

  > Tipe IV (2) > Tipe VIII (3)

Dokumen yang terkait

2.1 Taman Bacaan Masyarakat - Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)

0 0 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia - Proses Pemberian Keputusan Angsuran Atas Utang Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Proses Pemberian Keputusan Angsuran Atas Utang Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 13

2. Form Sub Menu - Implementasi Algoritma Shannon-Fano Pada Kompresi Audio

0 1 10

Gambar 2.1 Proses Kompresi dan Dekompresi (Pu, 2006)

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Fundamental - Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 2 52

BAB I PENDAHULUAN - Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 10

2. Petunjuk Penyelesaian - Studi Tentang Hubungan Timbal-balik Antara Kepuasan kerja Dan Kepuasan Hidup Karyawan Pada Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 0 36

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja - Studi Tentang Hubungan Timbal-balik Antara Kepuasan kerja Dan Kepuasan Hidup Karyawan Pada Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 0 29

Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun

0 0 14