PER 31 2012 Teknis Pot PPh 21

  PERATURAN DI REKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/ PJ/ 2012

  TENTANG PEDOMAN TEKNI S TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASI LAN PASAL 21 DAN/ ATAU PAJAK PENGHASI LAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGI ATAN ORANG PRI BADI

  DI REKTUR JENDERAL PAJAK, Menim bang:

  a. bahw a penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Paj ak m ulai 1 Januari 2013 t elah dit et apkan dalam Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 162/ PMK.011/ 2012 t ent ang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Paj ak;

  b. bahw a bagian penghasilan sehubungan dengan pekerj aan dari pegaw ai harian dan m ingguan sert a pegaw ai t idak t et ap lainnya yang t idak dikenakan pem ot ongan paj ak penghasilan t elah dit et apkan dalam Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 206/ PMK.011/ 2012 t ent ang Penet apan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerj aan dari Pegaw ai Harian dan Mingguan sert a Pegaw ai Tidak Tet ap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pem ot ongan Paj ak Penghasilan; c. berdasarkan pert im bangan sebagaim ana dim aksud pada huruf a dan b, sert a unt uk m elaksanakan ket ent uan Pasal 24 Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 252/ PMK.03/ 2008 t ent ang Pet unj uk

  Pelaksanaan Pem ot ongan Paj ak at as Penghasilan Sehubungan dengan Pekerj aan, Jasa, dan Kegiat an Orang Pribadi, dan ket ent uan Pasal 4 Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 206/ PMK.011/ 2012 t ent ang Penet apan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerj aan dari Pegaw ai Harian dan Mingguan sert a Pegaw ai Tidak Tet ap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pem ot ongan Paj ak Penghasilan, perlu m enet apkan Perat uran Direkt ur Jenderal Paj ak t ent ang Pedom an Teknis Tat a Cara Pem ot ongan, Penyet oran dan Pelaporan Paj ak Penghasilan Pasal 21 dan/ at au Paj ak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerj aan, Jasa, dan Kegiat an Orang Pribadi;

  Mengingat :

  1. Undang- Undang Nom or 6 Tahun 1983 t ent ang Ket ent uan Um um dan Tat a Cara Perpaj akan ( Lem baran Negara Republik I ndonesia Tahun 1983 Nom or 49, Tam bahan Lem baran Negara Republik I ndonesia Nom or 3262) sebagaim ana t elah beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang- Undang Nom or 16 Tahun 2009 ( Lem baran Negara Republik I ndonesia Tahun 2009 Nom or 62, Tam bahan Lem baran Negara Republik I ndonesia Nom or 4999) ;

  2. Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1983 t ent ang Paj ak Penghasilan ( Lem baran Negara Republik I ndonesia Tahun 1983 Nom or 50, Tam bahan Lem baran Negara Republik I ndonesia Nom or 3263) sebagaim ana t elah beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang- Undang Nom or 36 Tahun 2008 ( Lem baran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nom or 133, Tam bahan Lem baran Negara Republik I ndonesia Nom or 4893) ;

  3. Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 184/ PMK.03/ 2007 t ent ang Penent uan Tanggal Jat uh Tem po Pem bayaran dan Penyet oran Paj ak, Penent uan Tem pat Pem bayaran Paj ak, dan Tat a Cara Pem bayaran, Penyet oran dan Pelaporan Paj ak, sert a Tat a Cara Pengangsuran dan Penundaan Pem bayaran Paj ak sebagaim ana t elah diubah dengan Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 80/ PMK.03/ 2010;

  4. Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 250/ PMK.03/ 2008 t ent ang Besarnya Biaya Jabat an at au Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Brut o Pegaw ai Tet ap at au Pensiunan;

  5. Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 162/ PMK.011/ 2012 t ent ang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Paj ak;

  6. Perat uran Ment eri Keuangan Nom or 206/ PMK.011/ 2012 t ent ang Penet apan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerj aan dari Pegaw ai Harian dan Mingguan sert a Pegaw ai Tidak Tet ap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pem ot ongan Paj ak Penghasilan;

  MEMUTUSKAN : Menet apkan: PERATURAN DI REKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PEDOMAN TEKNI S TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASI LAN PASAL 21 DAN/ ATAU PAJAK PENGHASI LAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGI ATAN ORANG PRI BADI .

  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

  1. Undang- Undang Paj ak Penghasilan adalah Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1983 t ent ang Paj ak Penghasilan sebagaim ana t elah beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang- Undang Nom or 36 Tahun 2008.

  2. Paj ak Penghasilan sehubungan dengan pekerj aan, j asa, dan kegiat an yang dilakukan oleh Waj ib Paj ak orang pribadi Subj ek Paj ak dalam negeri, yang selanj ut nya disebut PPh Pasal 21, adalah paj ak at as penghasilan berupa gaj i, upah, honorarium , t unj angan, dan pem bayaran lain dengan nam a dan dalam bent uk apapun sehubungan dengan pekerj aan at au j abat an, j asa, dan kegiat an yang dilakukan oleh orang pribadi Subj ek Paj ak dalam negeri, sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 21 Undang- Undang Paj ak Penghasilan.

  3. Paj ak Penghasilan sehubungan dengan pekerj aan, j asa, dan kegiat an yang dilakukan oleh Waj ib Paj ak orang pribadi Subj ek Paj ak luar negeri, yang selanj ut nya disebut PPh Pasal 26, adalah paj ak at as penghasilan berupa gaj i, upah, honorarium , t unj angan, dan pem bayaran lain dengan nam a dan dalam bent uk apapun sehubungan dengan pekerj aan at au j abat an, j asa, dan kegiat an yang dilakukan oleh orang pribadi Subj ek Paj ak luar negeri, sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 26 Undang- Undang Paj ak Penghasilan.

  4. Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 adalah Waj ib Paj ak orang pribadi at au Waj ib Paj ak badan, t erm asuk bent uk usaha t et ap, yang m em punyai kew aj iban unt uk m elakukan pem ot ongan paj ak at as penghasilan sehubungan dengan pekerj aan, j asa, dan kegiat an orang pribadi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang- Undang Paj ak Penghasilan.

  5. Badan adalah badan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nom or 6 Tahun 1983 t ent ang Ket ent uan Um um dan Tat a Cara Perpaj akan sebagaim ana t elah beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang- Undang Nom or 16 Tahun 2009.

  6. Penyelenggara kegiat an adalah orang pribadi at au badan sebagai penyelenggara kegiat an yang m elakukan pem bayaran im balan dengan nam a dan dalam bent uk apapun kepada orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiat an t ersebut .

  7. Penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan st at us sebagai Subj ek Paj ak dalam negeri yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan dengan nam a dan dalam bent uk apapun, sepanj ang t idak dikecualikan dalam Perat uran Direkt ur Jenderal Paj ak ini, dari Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagai im balan sehubungan dengan pekerj aan, j asa at au kegiat an, t erm asuk penerim a pensiun.

  8. Penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 26 adalah orang pribadi dengan st at us sebagai Subj ek Paj ak luar negeri yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan dengan nam a dan dalam bent uk apapun, sepanj ang t idak dikecualikan dalam Perat uran Direkt ur Jenderal Paj ak ini, dari Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagai im balan sehubungan dengan pekerj aan, j asa at au kegiat an, t erm asuk penerim a pensiun.

  9. Pegaw ai adalah orang pribadi yang bekerj a pada pem beri kerj a, berdasarkan perj anj ian at au kesepakat an kerj a baik secara t ert ulis m aupun t idak t ert ulis, unt uk m elaksanakan suat u pekerj aan dalam j abat an at au kegiat an t ert ent u dengan m em peroleh im balan yang dibayarkan berdasarkan periode t ert ent u, penyelesaian pekerj aan, at au ket ent uan lain yang dit et apkan pem beri kerj a, t erm asuk orang pribadi yang m elakukan pekerj aan dalam j abat an negeri.

  10. Pegaw ai Tet ap adalah pegaw ai yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan dalam j um lah t ert ent u secara t erat ur, t erm asuk anggot a dew an kom isaris dan anggot a dew an pengaw as, sert a pegaw ai yang bekerj a berdasarkan kont rak unt uk suat u j angka w akt u t ert ent u yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan dalam j um lah t ert ent u secara t erat ur.

  11. Pegaw ai Tidak Tet ap/ Tenaga Kerj a Lepas adalah pegaw ai yang hanya m enerim a penghasilan apabila pegaw ai yang bersangkut an bekerj a, berdasarkan j um lah hari bekerj a, j um lah unit hasil pekerj aan yang dihasilkan at au penyelesaian suat u j enis pekerj aan yang dim int a oleh pem beri kerj a.

  12. Penerim a penghasilan Bukan Pegaw ai adalah orang pribadi selain Pegaw ai Tet ap dan Pegaw ai Tidak Tet ap/ Tenaga Kerj a Lepas yang m em peroleh penghasilan dengan nam a dan dalam bent uk apapun dari Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagai im balan j asa yang dilakukan berdasarkan perint ah at au perm int aan dari pem beri penghasilan.

  13. Pesert a kegiat an adalah orang pribadi yang t erlibat dalam suat u kegiat an t ert ent u, t erm asuk m engikut i rapat , sidang, sem inar, lokakarya ( w orkshop) , pendidikan, pert unj ukan, olahraga, at au kegiat an lainnya dan m enerim a at au m em peroleh im balan sehubungan dengan keikut sert aannya dalam kegiat an t ersebut .

  14. Penerim a pensiun adalah orang pribadi at au ahli w arisnya yang m enerim a at au m em peroleh im balan unt uk pekerj aan yang dilakukan di m asa lalu, t erm asuk orang pribadi at au ahli w arisnya yang m enerim a t unj angan hari t ua at au j am inan hari t ua.

  15. Penghasilan Pegaw ai Tet ap yang Bersifat Terat ur adalah penghasilan bagi Pegaw ai Tet ap berupa gaj i at au upah, segala m acam t unj angan, dan im balan dengan nam a apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ket ent uan yang dit et apkan oleh pem beri kerj a, t erm asuk uang lem bur.

  16. Penghasilan Pegaw ai Tet ap yang Bersifat Tidak Terat ur adalah penghasilan bagi Pegaw ai Tet ap selain penghasilan yang bersifat t erat ur, yang dit erim a sekali dalam sat u t ahun at au periode lainnya, ant ara lain berupa bonus, Tunj angan Hari Raya ( THR) , j asa produksi, t ant iem , grat ifikasi, at au im balan sej enis

  17. Upah harian adalah upah at au im balan yang dit erim a at au diperoleh pegaw ai yang t erut ang at au dibayarkan secara harian.

  18. Upah m ingguan adalah upah at au im balan yang dit erim a at au diperoleh pegaw ai yang t erut ang at au dibayarkan secara m ingguan.

  19. Upah sat uan adalah upah at au im balan yang dit erim a at au diperoleh pegaw ai yang t erut ang at au

  20. Upah borongan adalah upah at au im balan yang dit erim a at au diperoleh pegaw ai yang t erut ang at au dibayarkan berdasarkan penyelesaian suat u j enis pekerj aan t ert ent u.

  21. I m balan kepada Bukan Pegaw ai adalah penghasilan dengan nam a dan dalam bent uk apapun yang t erut ang at au diberikan kepada Bukan Pegaw ai sehubungan dengan pekerj aan, j asa, at au kegiat an yang dilakukan, ant ara lain berupa honorarium , kom isi, fee, dan penghasilan sej enis lainnya.

  22. I m balan kepada Bukan Pegaw ai yang Bersifat Berkesinam bungan adalah im balan kepada Bukan Pegaw ai yang dibayar at au t erut ang lebih dari sat u kali dalam sat u t ahun kalender sehubungan dengan pekerj aan, j asa, at au kegiat an.

  23. I m balan kepada pesert a kegiat an adalah penghasilan dengan nam a dan dalam bent uk apapun yang t erut ang at au diberikan kepada pesert a kegiat an t ert ent u, ant ara lain berupa uang saku, uang represent asi, uang rapat , honorarium , hadiah at au penghargaan, dan penghasilan sej enis lainnya.

  24. Masa Paj ak t erakhir adalah m asa Desem ber at au m asa paj ak t ert ent u di m ana Pegaw ai Tet ap berhent i bekerj a.

  BAB I I PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PPh PASAL 26 Pasal 2 ( 1) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26, m eliput i:

  a. pem beri kerj a yang t erdiri dari: 1) orang pribadi dan badan; 2) cabang, perw akilan, at au unit , dalam hal yang m elakukan sebagian at au seluruh adm inist rasi yang t erkait dengan pem bayaran gaj i, upah, honorarium , t unj angan, dan pem bayaran lain adalah cabang, perw akilan, at au unit t ersebut .

  b. bendahara at au pem egang kas pem erint ah, t erm asuk bendahara at au pem egang kas pada Pem erint ah Pusat t erm asuk inst it usi TNI / POLRI , Pem erint ah Daerah, inst ansi at au lem baga pem erint ah, lem baga- lem baga negara lainnya, dan Kedut aan Besar Republik I ndonesia di luar negeri, yang m em bayarkan gaj i, upah, honorarium , t unj angan, dan pem bayaran lain dengan nam a dan dalam bent uk apapun sehubungan dengan pekerj aan at au j abat an, j asa, dan kegiat an;

  c. dana pensiun, badan penyelenggara j am inan sosial t enaga kerj a, dan badan- badan lain yang m em bayar uang pensiun secara berkala dan t unj angan hari t ua at au j am inan hari t ua; d. orang pribadi yang m elakukan kegiat an usaha at au pekerj aan bebas sert a badan yang m em bayar:

  1. honorarium , kom isi, fee, at au pem bayaran lain sebagai im balan sehubungan dengan j asa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan st at us Subj ek Paj ak dalam negeri, t erm asuk j asa t enaga ahli yang m elakukan pekerj aan bebas dan bert indak unt uk dan at as nam anya sendiri, bukan unt uk dan at as nam a persekut uannya;

  2. honorarium , kom isi, fee, at au pem bayaran lain sebagai im balan sehubungan dengan j asa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan st at us Subj ek Paj ak luar negeri; 3. honorarium , kom isi, fee, at au im balan lain kepada pesert a pendidikan dan pelat ihan, sert a pegaw ai m agang; e. penyelenggara kegiat an, t erm asuk badan pem erint ah, organisasi yang bersifat nasional dan int ernasional, perkum pulan, orang pribadi sert a lem baga lainnya yang m enyelenggarakan kegiat an, yang m em bayar honorarium , hadiah, at au penghargaan dalam bent uk apapun kepada Waj ib Paj ak orang pribadi berkenaan dengan suat u kegiat an. ( 2) Tidak t erm asuk sebagai pem beri kerj a yang m em punyai kew aj iban unt uk m elakukan pem ot ongan paj ak sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) huruf a adalah: a. kant or perw akilan negara asing;

  b. organisasi- organisasi int ernasional sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat ( 1) huruf c Undang- Undang Paj ak Penghasilan, yang t elah dit et apkan oleh Ment eri Keuangan;

  c. pem beri kerj a orang pribadi yang t idak m elakukan kegiat an usaha at au pekerj aan bebas yang sem at a- m at a m em pekerj akan orang pribadi unt uk m elakukan pekerj aan rum ah t angga at au pekerj aan bukan dalam rangka m elakukan kegiat an usaha at au pekerj aan bebas. ( 3) Dalam hal organisasi int ernasional t idak m em enuhi ket ent uan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) huruf b, organisasi int ernasional dim aksud m erupakan pem beri kerj a yang berkew aj iban m elakukan pem ot ongan paj ak.

  BAB I I I PENERI MA PENGHASI LAN YANG DI POTONG PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PPh PASAL 26 Pasal 3 Penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 adalah orang pribadi yang m erupakan:

  a. pegaw ai;

  b. penerim a uang pesangon, pensiun at au uang m anfaat pensiun, t unj angan hari t ua, at au j am inan hari c. Bukan Pegaw ai yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan sehubungan dengan pem berian j asa, m eliput i: 1. t enaga ahli yang m elakukan pekerj aan bebas, yang t erdiri dari pengacara, akunt an, arsit ek, dokt er, konsult an, not aris, penilai, dan akt uaris; 2. pem ain m usik, pem baw a acara, penyanyi, pelaw ak, bint ang film , bint ang sinet ron, bint ang iklan, sut radara, kru film , fot o m odel, peragaw an/ peragaw at i, pem ain dram a, penari, pem ahat , pelukis, dan senim an lainnya;

  3. olahragaw an; 4. penasihat , pengaj ar, pelat ih, penceram ah, penyuluh, dan m oderat or; 5. pengarang, penelit i, dan penerj em ah; 6. pem beri j asa dalam segala bidang t erm asuk t eknik, kom put er dan sist em aplikasinya, t elekom unikasi, elekt ronika, fot ografi, ekonom i, dan sosial sert a pem beri j asa kepada suat u kepanit iaan;

  7. agen iklan; 8. pengaw as at au pengelola proyek; 9. pem baw a pesanan at au yang m enem ukan langganan at au yang m enj adi perant ara; 10. pet ugas penj aj a barang dagangan; 11. pet ugas dinas luar asuransi; 12. dist ribut or perusahaan m ult ilevel m arket ing at au direct selling dan kegiat an sej enis lainnya;

  d. anggot a dew an kom isaris at au dew an pengaw as yang t idak m erangkap sebagai Pegaw ai Tet ap pada perusahaan yang sam a; e. m ant an pegaw ai;

  f. pesert a kegiat an yang m enerim a at au m em peroleh penghasilan sehubungan dengan keikut sert aannya dalam suat u kegiat an, ant ara lain: 1. pesert a perlom baan dalam segala bidang, ant ara lain perlom baan olah raga, seni, ket angkasan, ilm u penget ahuan, t eknologi dan perlom baan lainnya; 2. pesert a rapat , konferensi, sidang, pert em uan, at au kunj ungan kerj a; 3. pesert a at au anggot a dalam suat u kepanit iaan sebagai penyelenggara kegiat an t ert ent u; 4. pesert a pendidikan dan pelat ihan; 5. pesert a kegiat an lainnya.

  Pasal 4 Tidak t erm asuk dalam pengert ian penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26, sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 adalah: a. pej abat perw akilan diplom at ik dan konsulat at au pej abat lain dari negara asing, dan orang- orang yang diperbant ukan kepada m ereka yang bekerj a pada dan bert em pat t inggal bersam a m ereka, dengan syarat bukan w arga negara I ndonesia dan di I ndonesia t idak m enerim a at au m em peroleh penghasilan lain di luar j abat an at au pekerj aannya t ersebut , sert a negara yang bersangkut an m em berikan perlakuan t im bal balik;

  b. pej abat perw akilan organisasi int ernasional sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat ( 1) huruf c Undang- Undang Paj ak Penghasilan, yang t elah dit et apkan oleh Ment eri Keuangan, dengan syarat bukan w arga negara I ndonesia dan t idak m enj alankan usaha at au kegiat an at au pekerj aan lain unt uk m em peroleh penghasilan dari I ndonesia.

  BAB I V PENGHASI LAN YANG DI POTONG PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PPh PASAL 26 Pasal 5 ( 1) Penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 adalah:

  a. penghasilan yang dit erim a at au diperoleh Pegaw ai Tet ap, baik berupa Penghasilan yang Bersifat Terat ur m aupun Tidak Terat ur;

  b. penghasilan yang dit erim a at au diperoleh penerim a pensiun secara t erat ur berupa uang pensiun at au penghasilan sej enisnya; c. penghasilan berupa uang pesangon, uang m anfaat pensiun, t unj angan hari t ua, at au j am inan hari t ua yang dibayarkan sekaligus, yang pem bayarannya m elew at i j angka w akt u 2 ( dua) t ahun sej ak pegaw ai berhent i bekerj a;

  d. penghasilan Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas, berupa upah harian, upah m ingguan, upah sat uan, upah borongan at au upah yang dibayarkan secara bulanan; e. im balan kepada Bukan Pegaw ai, ant ara lain berupa honorarium , kom isi, fee, dan im balan sej enisnya dengan nam a dan dalam bent uk apapun sebagai im balan sehubungan j asa yang f. im balan kepada pesert a kegiat an, ant ara lain berupa uang saku, uang represent asi, uang rapat , honorarium , hadiah at au penghargaan dengan nam a dan dalam bent uk apapun, dan im balan sej enis dengan nam a apapun;

  g. penghasilan berupa honorarium at au im balan yang bersifat t idak t erat ur yang dit erim a at au diperoleh anggot a dew an kom isaris at au dew an pengaw as yang t idak m erangkap sebagai h. penghasilan berupa j asa produksi, t ant iem , grat ifikasi, bonus at au im balan lain yang bersifat t idak t erat ur yang dit erim a at au diperoleh m ant an pegaw ai; at au i. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh pesert a program pensiun yang m asih berst at us sebagai pegaw ai, dari dana pensiun yang pendiriannya t elah disahkan oleh Ment eri

  Keuangan. ( 2) Penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) t erm asuk pula penerim aan dalam bent uk nat ura dan/ at au kenikm at an lainnya dengan nam a dan dalam bent uk apapun yang diberikan oleh:

  a. Waj ib Paj ak yang dikenakan Paj ak Penghasilan yang bersifat final; at au

  b. Waj ib Paj ak yang dikenakan Paj ak Penghasilan berdasarkan norm a penghit ungan khusus ( deem ed profit ) .

  Pasal 6 ( 1) Penghasilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 yang dit erim a at au diperoleh orang pribadi Subj ek Paj ak dalam negeri m erupakan penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21. ( 2) Penghasilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 yang dit erim a at au diperoleh orang pribadi Subj ek Paj ak luar negeri m erupakan penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 26.

  Pasal 7 ( 1) Dalam hal penghasilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 ayat ( 1) dit erim a at au diperoleh dalam m at a uang asing, penghit ungan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 didasarkan pada nilai t ukar ( kurs) yang dit et apkan oleh Ment eri Keuangan yang berlaku pada saat pem bayaran penghasilan t ersebut at au pada saat dibebankan sebagai biaya. ( 2) Penghit ungan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 at as penghasilan berupa penerim aan dalam bent uk nat ura dan/ at au kenikm at an lainnya sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 ayat ( 2) didasarkan pada harga pasar at as barang yang diberikan at au nilai w aj ar at as pem berian nat ura dan/ at au kenikm at an yang diberikan.

  Pasal 8 ( 1) Tidak t erm asuk dalam pengert ian penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 adalah:

  a. pem bayaran m anfaat at au sant unan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehat an, asuransi kecelakaan, asuransi j iw a, asuransi dw iguna, dan asuransi beasisw a;

  b. penerim aan dalam bent uk nat ura dan/ at au kenikm at an dalam bent uk apapun yang diberikan oleh Waj ib Paj ak at au Pem erint ah, kecuali penghasilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 ayat ( 2) ;

  c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya t elah disahkan oleh Ment eri Keuangan, iuran t unj angan hari t ua at au iuran j am inan hari t ua kepada badan penyelenggara t unj angan hari t ua at au badan penyelenggara j am inan sosial t enaga kerj a yang dibayar oleh pem beri kerj a;

  d. zakat yang dit erim a oleh orang pribadi yang berhak dari badan at au lem baga am il zakat yang dibent uk at au disahkan oleh Pem erint ah, at au sum bangan keagam aan yang sifat nya w aj ib bagi pem eluk agam a yang diakui di I ndonesia yang dit erim a oleh orang pribadi yang berhak dari lem baga keagam aan yang dibent uk at au disahkan oleh Pem erint ah sepanj ang t idak ada hubungan dengan usaha, pekerj aan, kepem ilikan, at au penguasaan di ant ara pihak- pihak yang bersangkut an; e. beasisw a sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 ayat ( 3) huruf I Undang- Undang Paj ak Penghasilan. ( 2) Paj ak Penghasilan yang dit anggung oleh pem beri kerj a, t erm asuk yang dit anggung oleh Pem erint ah, m erupakan penerim aan dalam bent uk kenikm at an sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) huruf b.

  BAB V DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PPh PASAL 26 Pasal 9

  a. Penghasilan Kena Paj ak, yang berlaku bagi:

  1. Pegaw ai Tet ap; 2. penerim a pensiun berkala;

  3. Pegaw ai Tidak Tet ap yang penghasilannya dibayar secara bulanan at au j um lah kum ulat if penghasilan yang dit erim a dalam 1 ( sat u) bulan kalender t elah m elebihi

  4. Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c yang m enerim a im balan yang bersifat berkesinam bungan.

  b. Jum lah penghasilan yang m elebihi Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas yang m enerim a upah harian, upah m ingguan, upah sat uan at au upah borongan, sepanj ang penghasilan kum ulat if yang dit erim a dalam 1 ( sat u) bulan kalender belum m elebihi Rp2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) ;

  c. 50% ( lim a puluh persen) dari j um lah penghasilan brut o, yang berlaku bagi Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c yang m enerim a im balan yang t idak bersifat berkesinam bungan;

  d. Jum lah penghasilan brut o, yang berlaku bagi penerim a penghasilan selain penerim a penghasilan sebagaim ana dim aksud pada huruf a, b, dan huruf c. ( 2) Dasar pengenaan dan pem ot ongan PPh Pasal 26 adalah j um lah penghasilan brut o.

  Pasal 10 ( 1) Jum lah penghasilan brut o yang dit erim a at au diperoleh penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 adalah seluruh j um lah penghasilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5 yang dit erim a at au diperoleh dalam suat u periode at au pada saat dibayarkan. ( 2) Penghasilan Kena Paj ak sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat ( 1) huruf a adalah sebagai berikut :

  a. bagi Pegaw ai Tet ap dan penerim a pensiun berkala, sebesar penghasilan net o dikurangi Penghasilan Tidak Kena Paj ak ( PTKP) ;

  b. bagi Pegaw ai Tidak Tet ap, sebesar penghasilan brut o dikurangi PTKP;

  c. bagi Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c, sebesar 50% ( lim a puluh persen) dari j um lah penghasilan brut o dikurangi PTKP per bulan. ( 3) Besarnya penghasilan net o bagi Pegaw ai Tet ap yang dipot ong PPh Pasal 21 adalah j um lah seluruh penghasilan brut o dikurangi dengan: a. biaya j abat an, sebesar 5% ( lim a persen) dari penghasilan brut o, set inggi- t ingginya

  Rp 500.000,00 ( lim a rat us ribu rupiah) sebulan at au Rp6.000.000,00 ( enam j ut a rupiah) set ahun; b. iuran yang t erkait dengan gaj i yang dibayar oleh pegaw ai kepada dana pensiun yang pendiriannya t elah disahkan oleh Ment eri Keuangan at au badan penyelenggara t unj angan hari t ua at au j am inan hari t ua yang dipersam akan dengan dana pensiun yang pendiriannya t elah disahkan oleh Ment eri Keuangan. ( 4) Besarnya penghasilan net o bagi penerim a pensiun berkala yang dipot ong PPh Pasal 21 adalah seluruh j um lah penghasilan brut o dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% ( lim a persen) dari penghasilan brut o, set inggi- t ingginya Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) sebulan at au Rp2.400.000,00 ( dua j ut a em pat rat us ribu rupiah) set ahun. ( 5) Dalam hal Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c m em berikan j asa kepada

  Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26:

  a. m em pekerj akan orang lain sebagai pegaw ainya m aka besarnya j um lah penghasilan brut o sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) adalah sebesar j um lah pem bayaran set elah dikurangi dengan bagian gaj i at au upah dari pegaw ai yang dipekerj akan t ersebut , kecuali apabila dalam kont rak/ perj anj ian t idak dapat dipisahkan bagian gaj i at au upah dari pegaw ai yang dipekerj akan t ersebut m aka besarnya penghasilan brut o t ersebut adalah sebesar j um lah yang dibayarkan; b. m elakukan penyerahan m at erial at au barang m aka besarnya j um lah penghasilan brut o sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) hanya at as pem berian j asanya saj a, kecuali apabila dalam kont rak/ perj anj ian t idak dapat dipisahkan ant ara pem berian j asa dengan m at erial at au barang m aka besarnya penghasilan brut o t ersebut t erm asuk pem berian j asa dan m at erial at au barang. ( 6) Dalam hal j um lah penghasilan brut o sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) dibayarkan kepada dokt er yang m elakukan prakt ik di rum ah sakit dan/ at au klinik m aka besarnya j um lah penghasilan brut o adalah sebesar j asa dokt er yang dibayar oleh pasien m elalui rum ah sakit dan/ at au klinik sebelum dipot ong biaya- biaya at au bagi hasil oleh rum ah sakit dan/ at au klinik.

  Pasal 11 ( 1) Besarnya PTKP per t ahun adalah sebagai berikut :

  a. Rp24.300.000,00 ( dua puluh em pat j ut a t iga rat us ribu rupiah) unt uk diri Waj ib Paj ak orang pribadi; b. Rp2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) t am bahan unt uk Waj ib Paj ak yang kaw in; sedarah dan keluarga sem enda dalam garis ket urunan lurus sert a anak angkat , yang m enj adi t anggungan sepenuhnya, paling banyak 3 ( t iga) orang unt uk set iap keluarga. ( 2) PTKP per bulan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 10 ayat ( 2) huruf c adalah PTKP per t ahun sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) dibagi 12 ( dua belas) , sebesar: a. Rp2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) unt uk diri Waj ib Paj ak orang pribadi;

  Waj ib Paj ak yang kaw in;

  c. Rp168.750,00 ( serat us enam puluh delapan ribu t uj uh rat us lim a puluh rupiah) t am bahan unt uk set iap anggot a keluarga sedarah dan keluarga sem enda dalam garis ket urunan lurus sert a anak angkat , yang m enj adi t anggungan sepenuhnya, paling banyak 3 ( t iga) orang unt uk set iap keluarga. ( 3) Besarnya PTKP bagi karyaw at i berlaku ket ent uan sebagai berikut :

  a. bagi karyaw at i kaw in, sebesar PTKP unt uk dirinya sendiri;

  b. bagi karyaw at i t idak kaw in, sebesar PTKP unt uk dirinya sendiri dit am bah PTKP unt uk keluarga yang m enj adi t anggungan sepenuhnya. ( 4) Dalam hal karyaw at i kaw in dapat m enunj ukkan ket erangan t ert ulis dari Pem erint ah Daerah set em pat serendah- rendahnya kecam at an yang m enyat akan bahw a suam inya t idak m enerim a at au m em peroleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP unt uk dirinya sendiri dit am bah PTKP unt uk st at us kaw in dan PTKP unt uk keluarga yang m enj adi t anggungan sepenuhnya. ( 5) Besarnya PTKP dit ent ukan berdasarkan keadaan pada aw al t ahun kalender. ( 6) Dikecualikan dari ket ent uan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 5) , besarnya PTKP unt uk pegaw ai yang baru dat ang dan m enet ap di I ndonesia dalam bagian t ahun kalender dit ent ukan berdasarkan keadaan pada aw al bulan dari bagian t ahun kalender yang bersangkut an.

  Pasal 12 ( 1) At as penghasilan bagi Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas yang t idak dibayar secara bulanan at au j um lah kum ulat ifnya dalam 1 ( sat u) bulan kalender belum m elebihi Rp 2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) , berlaku ket ent uan sebagai berikut :

  a. t idak dilakukan pem ot ongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari at au rat a- rat a penghasilan sehari belum m elebihi Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) ; b. dilakukan pem ot ongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari at au rat a- rat a penghasilan sehari m elebihi Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) , dan j um lah sebesar Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) t ersebut m erupakan j um lah yang dapat dikurangkan dari penghasilan brut o. ( 2) Rat a- rat a penghasilan sehari sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) adalah rat a- rat a upah m ingguan, upah sat uan, at au upah borongan unt uk set iap hari kerj a yang digunakan. ( 3) Dalam hal Pegaw ai Tidak Tet ap t elah m em peroleh penghasilan kum ulat if dalam 1 ( sat u) bulan kalender m elebihi Rp2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) m aka j um lah yang dapat dikurangkan dari penghasilan brut o adalah sebesar PTKP yang sebenarnya. ( 4) PTKP yang sebenarnya sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 3) adalah sebesar PTKP unt uk j um lah hari kerj a yang sebenarnya. ( 5) PTKP sehari sebagai dasar unt uk m enet apkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP per t ahun sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 ayat ( 1) dibagi 360 ( t iga rat us enam puluh) hari. ( 6) Dalam hal berdasarkan ket ent uan di bidang ket enagakerj aan diat ur kew aj iban unt uk m engikut sert akan

  Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas dalam program j am inan hari t ua at au t unj angan hari t ua, m aka iuran j am inan hari t ua at au iuran t unj angan hari t ua yang dibayar sendiri oleh Pegaw ai Tidak Tet ap kepada badan penyelenggara j am inan sosial t enaga kerj a at au badan penyelenggara t unj angan hari t ua, dapat dikurangkan dari penghasilan brut o.

  Pasal 13 ( 1) Penerim a penghasilan Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat ( 1) huruf a angka 4 dapat m em peroleh pengurangan berupa PTKP sepanj ang yang bersangkut an t elah m em punyai Nom or

  Pokok Waj ib Paj ak dan hanya m em peroleh penghasilan dari hubungan kerj a dengan sat u Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sert a t idak m em peroleh penghasilan lainnya. ( 2) Unt uk dapat m em peroleh pengurangan berupa PTKP sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) , penerim a penghasilan Bukan Pegaw ai harus m enyerahkan fot okopi kart u Nom or Pokok Waj ib Paj ak, dan bagi w anit a kaw in harus m enyerahkan fot okopi kart u Nom or Pokok Waj ib Paj ak suam i sert a fot okopi surat nikah dan kart u keluarga.

  BAB VI TARI F PEMOTONGAN PAJAK DAN PENERAPANNYA Pasal 14 ( 1) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan dit erapkan at as

  Penghasilan Kena Paj ak dari:

  b. penerim a Pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan; c. Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas yang dibayarkan secara bulanan. ( 2) Unt uk perhit ungan PPh Pasal 21 yang harus dipot ong set iap m asa paj ak, kecuali m asa paj ak t erakhir, t arif dit erapkan at as perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selam a 1 ( sat u) t ahun, dengan ket ent uan sebagai berikut :

  ( sat u) bulan dikalikan 12 ( dua belas) ;

  b. dalam hal t erdapat t am bahan penghasilan yang bersifat t idak t erat ur m aka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selam a 1 ( sat u) t ahun adalah sebesar j um lah pada huruf a dit am bah dengan j um lah penghasilan yang bersifat t idak t erat ur. ( 3) Jum lah PPh Pasal 21 yang harus dipot ong unt uk set iap m asa paj ak sebagaim ana dim aksud pada ayat

  ( 2) adalah:

  a. at as penghasilan yang bersifat t erat ur adalah sebesar Paj ak Penghasilan t erut ang at as j um lah penghasilan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) huruf a dibagi 12 ( dua belas) ; b. at as penghasilan yang bersifat t idak t erat ur adalah sebesar selisih ant ara Paj ak Penghasilan yang t erut ang at as j um lah penghasilan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) huruf b dengan

  Paj ak Penghasilan yang t erut ang at as j um lah penghasilan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) huruf a. ( 4) Dalam hal kew aj iban paj ak subj ekt if Pegaw ai Tet ap t erhit ung sej ak aw al t ahun kalender dan m ulai bekerj a set elah bulan Januari, t erm asuk pegaw ai yang sebelum nya bekerj a pada pem beri kerj a lain, banyaknya bulan yang m enj adi fakt or pengali sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) at au fakt or pem bagi sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 3) adalah j um lah bulan t ersisa dalam t ahun kalender sej ak yang bersangkut an m ulai bekerj a. ( 5) Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipot ong unt uk m asa paj ak t erakhir adalah selisih ant ara Paj ak

  Penghasilan yang t erut ang at as seluruh penghasilan kena paj ak selam a 1 ( sat u) t ahun paj ak at au bagian t ahun paj ak dengan PPh Pasal 21 yang t elah dipot ong pada m asa- m asa sebelum nya dalam t ahun paj ak yang bersangkut an. ( 6) Dalam hal kew aj iban paj ak subj ekt if Pegaw ai Tet ap hanya m eliput i bagian t ahun paj ak m aka perhit ungan PPh Pasal 21 yang t erut ang unt uk bagian t ahun paj ak t ersebut dihit ung berdasarkan penghasilan kena paj ak yang diset ahunkan, sebanding dengan j um lah bulan dalam bagian t ahun paj ak yang bersangkut an. ( 7) Dalam hal Pegaw ai Tet ap berhent i bekerj a sebelum bulan Desem ber dan j um lah PPh Pasal 21 yang t elah dipot ong dalam t ahun kalender yang bersangkut an lebih besar dari PPh Pasal 21 yang t erut ang unt uk 1 ( sat u) t ahun paj ak m aka kelebihan PPh Pasal 21 yang t elah dipot ong t ersebut dikem balikan kepada Pegaw ai Tet ap yang bersangkut an bersam aan dengan pem berian bukt i pem ot ongan PPh Pasal 21, paling lam bat akhir bulan berikut nya set elah berhent i bekerj a. ( 8) Jum lah Penghasilan Kena Paj ak sebagai dasar penerapan t arif Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) dibulat kan ke baw ah hingga ribuan penuh.

  Pasal 15 ( 1) At as penghasilan yang dit erim a at au diperoleh Pegaw ai Tidak Tet ap at au Tenaga Kerj a Lepas berupa upah harian, upah m ingguan, upah sat uan, upah borongan, dan uang saku harian, sepanj ang penghasilan t idak dibayarkan secara bulanan, t arif lapisan pert am a sebagaim ana dim aksud dalam

  Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan dit erapkan at as:

  a. j um lah penghasilan brut o sehari yang m elebihi Rp200.000,00 ( dua rat us ribu rupiah) ; at au

  b. j um lah penghasilan brut o dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal j um lah penghasilan kum ulat if dalam 1 ( sat u) bulan kalender t elah m elebihi Rp2.025.000,00 ( dua j ut a dua puluh lim a ribu rupiah) . ( 2) Dalam hal j um lah penghasilan kum ulat if dalam sat u bulan kalender t elah m elebihi Rp7.000.000,00

  ( t uj uh j ut a rupiah) , PPh Pasal 21 dihit ung dengan m enerapkan t arif Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan at as j um lah Penghasilan Kena Paj ak yang diset ahunkan.

  Pasal 16 ( 1) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan dit erapkan at as j um lah kum ulat if dari: a. Penghasilan Kena Paj ak, sebesar 50% ( lim a puluh persen) dari j um lah penghasilan brut o dikurangi PTKP per bulan, yang dit erim a at au diperoleh Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat ( 1) huruf a angka 4 yang m em enuhi ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13 ayat ( 1) ; b. 50% ( lim a puluh persen) dari j um lah penghasilan brut o unt uk set iap pem bayaran im balan kepada Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 huruf c yang bersifat berkesinam bungan yang t idak m em enuhi ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13 ayat ( 1) ; c. j um lah penghasilan brut o berupa honorarium at au im balan yang bersifat t idak t erat ur yang dit erim a at au diperoleh anggot a dew an kom isaris at au dew an pengaw as yang t idak m erangkap sebagai Pegaw ai Tet ap pada perusahaan yang sam a; yang bersifat t idak t erat ur yang dit erim a at au diperoleh m ant an pegaw ai; at au e. j um lah penghasilan brut o berupa penarikan dana pensiun oleh pesert a program pensiun yang m asih berst at us sebagai pegaw ai, dari dana pensiun yang pendiriannya t elah disahkan oleh

  Ment eri Keuangan. ( 2) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat ( 1) huruf a Undang- Undang Paj ak Penghasilan dit erapkan at as: kepada Bukan Pegaw ai yang t idak bersifat berkesinam bungan;

  b. j um lah penghasilan brut o unt uk set iap kali pem bayaran yang bersifat ut uh dan t idak dipecah, yang dit erim a oleh pesert a kegiat an.

  Pasal 17 Pengenaan PPh Pasal 21 bagi pej abat negara, pegaw ai negeri sipil, anggot a Tent ara Nasional I ndonesia, anggot a Kepolisian Negara Republik I ndonesia, sert a para pensiunannya at as penghasilan yang m enj adi beban Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara at au Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah, diat ur berdasarkan ket ent uan yang dit et apkan khusus m engenai hal dim aksud.

  Pasal 18 Pengenaan PPh Pasal 21 bagi pegaw ai at as uang pesangon, uang m anfaat pensiun, t unj angan hari t ua, at au j am inan hari t ua yang dibayarkan secara sekaligus, diat ur berdasarkan ket ent uan yang dit et apkan khusus m engenai hal dim aksud.

  Pasal 19 ( 1) Tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% ( dua puluh persen) dan bersifat final dit erapkan at as penghasilan brut o yang dit erim a at au diperoleh sebagai im balan at as pekerj aan, j asa, dan kegiat an yang dilakukan oleh orang pribadi dengan st at us Subj ek Paj ak luar negeri dengan m em perhat ikan ket ent uan Perset uj uan Penghindaran Paj ak Berganda yang berlaku ant ara Republik I ndonesia dengan negara dom isili Subj ek Paj ak luar negeri t ersebut . ( 2) PPh Pasal 26 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) t idak bersifat final dalam hal orang pribadi sebagai Waj ib Paj ak luar negeri t ersebut berubah st at us m enj adi Waj ib Paj ak dalam negeri.

  BAB VI I TARI F PEMOTONGAN PPh PASAL 21 BAGI PENERI MA PENGHASI LAN YANG TI DAK MEMPUNYAI NOMOR POKOK WAJI B PAJAK Pasal 20 ( 1) Bagi penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 yang t idak m em iliki Nom or Pokok Waj ib Paj ak, dikenakan pem ot ongan PPh Pasal 21 dengan t arif lebih t inggi 20% ( dua puluh persen) daripada t arif yang dit erapkan t erhadap Waj ib Paj ak yang m em iliki Nom or Pokok Waj ib Paj ak. ( 2) Jum lah PPh Pasal 21 yang harus dipot ong sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) adalah sebesar 120%

  ( serat us dua puluh persen) dari j um lah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipot ong dalam hal yang bersangkut an m em iliki Nom or Pokok Waj ib Paj ak. ( 3) Pem ot ongan PPh Pasal 21 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) hanya berlaku unt uk pem ot ongan PPh Pasal 21 yang bersifat t idak final. ( 4) Dalam hal Pegaw ai Tet ap at au penerim a pensiun berkala sebagai penerim a penghasilan yang t elah dipot ong PPh Pasal 21 dengan t arif yang lebih t inggi sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) m endaft arkan diri unt uk m em peroleh Nom or Pokok Waj ib Paj ak dalam t ahun kalender yang bersangkut an paling lam a sebelum pem ot ongan PPh Pasal 21 unt uk m asa paj ak Desem ber, PPh Pasal 21 yang t elah dipot ong at as selisih pengenaan t arif sebesar 20% ( dua puluh persen) lebih t inggi t ersebut diperhit ungkan dengan PPh Pasal 21 yang t erut ang unt uk bulan- bulan selanj ut nya set elah m em iliki Nom or Pokok Waj ib Paj ak.

  BAB VI I I SAAT TERUTANG PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PPh PASAL 26 Pasal 21 ( 1) PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 t erut ang bagi Penerim a Penghasilan pada saat dilakukan pem bayaran at au pada saat t erut angnya penghasilan yang bersangkut an. ( 2) PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 t erut ang bagi Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 unt uk set iap m asa paj ak. ( 3) Saat t erut ang unt uk set iap m asa paj ak sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) adalah akhir bulan

  BAB I X HAK DAN KEWAJI BAN PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ ATAU PASAL 26 SERTA PENERI MA PENGHASI LAN YANG DI POTONG PAJAK

  Pasal 22 ( 1) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 dan penerim a penghasilan yang dipot ong PPh Pasal 21 w aj ib m endaft arkan diri ke Kant or Pelayanan Paj ak sesuai dengan ket ent uan yang berlaku. ( 2) Pegaw ai, penerim a pensiun berkala, sert a Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat

  ( 1) huruf a angka 4 w aj ib m em buat surat pernyat aan yang berisi j um lah t anggungan keluarga pada aw al t ahun kalender at au pada saat m ulai m enj adi Subj ek Paj ak dalam negeri sebagai dasar penent uan PTKP dan w aj ib m enyerahkannya kepada pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 pada saat m ulai bekerj a at au m ulai pensiun. ( 3) Dalam hal t erj adi perubahan t anggungan keluarga, m aka pegaw ai, penerim a pensiun berkala, dan

  Bukan Pegaw ai sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat ( 1) huruf a angka 4 w aj ib m em buat surat pernyat aan baru dan m enyerahkannya kepada Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 paling lam a sebelum m ulai t ahun kalender berikut nya. ( 4) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 w aj ib m enghit ung, m em ot ong, m enyet orkan, dan m elaporkan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 yang t erut ang unt uk set iap bulan kalender. ( 5) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 w aj ib m em buat cat at an at au kert as kerj a perhit ungan

  PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 unt uk m asing- m asing penerim a penghasilan, yang m enj adi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 yang t erut ang unt uk set iap m asa paj ak dan w aj ib m enyim pan cat at an at au kert as kerj a perhit ungan t ersebut sesuai dengan ket ent uan yang berlaku. ( 6) Ket ent uan m engenai kew aj iban unt uk m elaporkan pem ot ongan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 unt uk set iap bulan kalender sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 4) t et ap berlaku, dalam hal j um lah paj ak yang dipot ong pada bulan yang bersangkut an nihil. ( 7) Dalam hal dalam suat u bulan t erj adi kelebihan penyet oran paj ak at as PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 yang t erut ang oleh pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26, kelebihan penyet oran t ersebut dapat diperhit ungkan dengan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 yang t erut ang pada bulan berikut nya m elalui Surat Pem berit ahuan Masa PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26.

  Pasal 23 ( 1) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 harus m em berikan bukt i pem ot ongan PPh Pasal 21 at as penghasilan yang dit erim a at au diperoleh Pegaw ai Tet ap at au penerim a pensiun berkala paling lam a 1

  ( sat u) bulan set elah t ahun kalender berakhir. ( 2) Dalam hal Pegaw ai Tet ap berhent i bekerj a sebelum bulan Desem ber, bukt i pem ot ongan PPh Pasal 21 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) harus diberikan paling lam a 1 ( sat u) bulan set elah yang bersangkut an berhent i bekerj a. ( 3) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 harus m em berikan bukt i pem ot ongan PPh Pasal 21 at as pem ot ongan PPh Pasal 21 selain Pegaw ai Tet ap dan penerim a pensiun berkala sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) , sert a bukt i pem ot ongan PPh Pasal 26 set iap kali m elakukan pem ot ongan PPh Pasal 26. ( 4) Dalam hal dalam 1 ( sat u) bulan kalender, kepada sat u penerim a penghasilan dilakukan lebih dari 1

  ( sat u) kali pem bayaran penghasilan, bukt i pem ot ongan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 3) dapat dibuat sekali unt uk 1 ( sat u) bulan kalender. ( 5) Bent uk form ulir pem ot ongan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 dit et apkan dengan Perat uran Direkt ur Jenderal Paj ak t ersendiri.

  Pasal 24 ( 1) PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 yang dipot ong oleh Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 unt uk set iap Masa Paj ak w aj ib diset or ke Kant or Pos at au bank yang dit unj uk oleh Ment eri Keuangan, paling lam a 10 ( sepuluh) hari set elah Masa Paj ak berakhir. ( 2) Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 w aj ib m elaporkan pem ot ongan dan penyet oran PPh

  Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 unt uk set iap Masa Paj ak yang dilakukan m elalui penyam paian Surat Pem berit ahuan Masa PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 ke Kant or Pelayanan Paj ak t em pat Pem ot ong PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 t erdaft ar, paling lam a 20 ( dua puluh) hari set elah Masa Paj ak berakhir. ( 3) Dalam hal t anggal j at uh t em po penyet oran PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) dan bat as w akt u pelaporan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 2) bert epat an dengan hari libur t erm asuk hari Sabt u at au hari libur nasional, penyet oran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan/ at au PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada hari kerj a berikut nya.

  Pasal 25 dikenakan pem ot ongan unt uk t ahun paj ak yang bersangkut an, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final. ( 2) Jum lah pem ot ongan PPh Pasal 21 at as selisih penerapan t arif sebesar 20% ( dua puluh persen) lebih t inggi bagi Pegaw ai Tet ap at au penerim a pensiun berkala sebelum m em iliki Nom or Pokok Waj ib Paj ak yang t elah diperhit ungkan dengan PPh Pasal 21 t erut ang unt uk bulan- bulan selanj ut nya pada t ahun kalender berikut nya sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 20 ayat ( 4) t idak t erm asuk kredit paj ak

  ( 3) Dalam hal Waj ib Paj ak yang t elah dipot ong PPh Pasal 21 dengan t arif yang lebih t inggi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 20 ayat ( 1) m endaft arkan diri unt uk m em peroleh Nom or Pokok Waj ib Paj ak m aka PPh Pasal 21 yang t elah dipot ong t ersebut dapat dikredit kan dalam Surat Pem berit ahuan Tahunan Paj ak Penghasilan Waj ib Paj ak Orang Pribadi unt uk t ahun paj ak yang bersangkut an. ( 4) Dalam hal Waj ib Paj ak sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 3) m enyam paikan Surat Pem berit ahuan