1 BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan (Studi Pada CV. Paradep Taxi)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern saat ini, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, semakin tinggi

  juga tingkat kebutuhan hidup masyarakat. Meningkatnya tingkat kebutuhan hidup masyarakat mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas penggunaan angkutan. Dengan kepadatan alat pengangkut di lalu lintas tak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan, penumpang, dan pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

  Pertanggungjawaban adalah suatu sikap atau tindakan untuk menanggung segala akibat dengan perbuatan atau segala resiko ataupun kosekuensinya. Tergugat dapat melakukan pencegahan pengabulan tuntutan dengan mengabulkan sungguh-sungguh melakukan di muka umum di hadapan hakim suatu pertanyaan yang berbunyi, bahwa ia menyesal dengan perbuatan yang ia lakukan dan meminta maaf atas perbuatannya kepada pihak yang mengalami kecelakaan. Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa ia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakan deliquet , karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab. Subyek responsibility dan subyek kewajiban hukum adalah sama. Menurut hukum, individu tidak hanya dianggap bertanggungjawab jika akibat secara obyektif membahayakan telah ditimbulkan dengan maksud jahat oleh tindakannya, tetapi juga jika akibat perbuatan tersebut telah dimaksudkan walaupun tanpa niat yang salah, atau jika akibat tersebut terjadi tanpa adanya maksud atau direncanakan oleh individu pelaku, namun sanksinya berbeda

  2 dalam kasus yang berbeda-beda.

  Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan barang dengan angkutan umum. Angkutan umum adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Lalu lintas merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Lalu lintas yang baik akan memperlancar terlaksananya pengangkutan penumpang dan barang secara timbal balik antar daerah, sesuai kebutuhan daerah yang bersangkutan.

  Berdasarkan Undang-undang No 22 tahun 2009 lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  Pasal 43 ayat (1) UU LLAJ ditentukan, pengusaha angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang, setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Pengusaha angkutan umum itu menurut pasal 41 ayat (1) UU LLAJ adalah badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia. Ini berarti perusahaan angkutan umum sebagai pengangkut boleh perusahaan badan hukum, atau persekutuan bukan badn hukum, atau perusahaan perseorangan. Jika badan hukum 2 M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hlm 25 boleh BUMN, misalnya Perum DAMRI, boleh BUMS misalnya Kopti Jaya (Koperasi). Jika persekutuan bukan badan hukum boleh berbentuk CV misalnya CV Titipan Kilat. Jika

  3 perusahaan perseorangan boleh berbentuk PO misalnya PO Putra Remaja, PO Musi Jaya.

  Pengangkutan adalah bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor berikut ini

  1. Keadaan Geografis Indonesia Keadaan geografis Indonesia berupa daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai serta danau memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna mengjangkau seluruh wilayah negara. Kondisi angkutan tiga jalur tersebut mendorong dan menjadi alasan pergunaan alat pengangkut modern yang digerakkan secara mekanik.

  2. Menunjang Pembanguan Berbagi Sektor Kemajuan dan kelancaran pengangkutan akan menunjang pelaksanaan pembangunan berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan berbagai sektor keseluruh pelosok tanah air, misalnya sektor industry, perdagangan, pariwisata, pendidikan.

  3. Mendekatkan Jarak Antara Desa Dan Kota Lancarnya pengangkutan berarti mendekatkan jarak antara desa dan kota ini akan memberikan dampak bahwa untuk bekerja di kota tidak harus pindah ke kota, mereka yang tinggal di kota tidak perlu kuwatir dipekerjakan di daerah luar kota, informasi timbal balik yang 3 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001,

  hlm 47 cukup cepat antara desa dan kota. Pola hidup di daerah pedesaan cenderung mengikuti pola hidup di daerah perkotaan. Tingkat berpikir dan ingin maju warga desa dapat tumbuh lebih cepat.

  4. Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Perkembangan di bidang pengangkutan mendorong perkembangan pendidikan di bidang ilmu dan teknologi pengangkutan modern, sarana dan prasarana angkutan modern, dan hukum pengangkutan modern terutama mengenai perkeretaapian, perkapalan, pesawat udara dan sumber

  4 daya manusia lainnya.

  Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau penumpang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan niaga.

  Penyelenggaraan pengangkutan niaga dapat berstatus BUMN, BUMS, dan perseorangan yang

  5 berusaha di bidang jasa pengangkutan niaga.

  4 5 Ibid , hlm 7 Ibid, hlm 46

  Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan, pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan, pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas (UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

  Undang-undang pengangkutan dipakai istilah penumpang untuk pengangkutan orang tetapi rumusan mengenai penumpang secara umum tidak diatur. Dalam pasal 1 butir (9) UUKA ditentukan, pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan, baik untuk angkutan orang maupun barang. Dalam UUPP dan UUPU tidak dijumpai rumusan pasal mengenai pengguna jasa. Dari dua pasal tadi dapat disimpulkan bahwa “pengguna jasa” adalah penumpang dan/atau pengirim barang. Dilihat dari pihak perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan atas dirinya yang diangkut. Dalam perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian, dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu

  6 melakuakan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian (pasal 1320 KUHPerdata).

  Kenyataan menunjukkkan bahwa anak-anak membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan masyarakat ialah fungsi dan tujuan pengangkutan. Anak-anak sekolah naik angkot atau bus kota untuk mencapai tujuan, yaitu tiba dengan selamat di sekolah atau di rumah masing-masing.

  Apakah kebiasaan ini dapat diartikan menyimpangi pasal 1320 KUHPerdata ? Pada hakikatnya anak-anak mengadakan perjanjian pengangkutan itu mendapat kuasa (restu) dari orangtuanya atau walinya. Jadi, yang bertanggung jawab itu adalah orangtua atau wali yang mewakili anak- anak itu. Anak ini bukan menyimpangi undang-undang bahkan sesuai dengan undan-undang. 6 Ibid, hlm 35

  Berdasarkan rumusan pihak dalam perjanjian tadi, jelaslah bahwa kriteria penumpang menurut undang-undang adalah :

  1. Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian

  2. Membayar biaya angkutan

  7

  3. Pemegang dokumen angkutan Ketiga kriteria ini bersifat kumulatif bukan alternatif.

  Pengangkutan yang menurut kebiasaan tidak menggunakan dokumen angkutan, seperti pada angkot, maka setiap orang yang membayar biaya angkutan adalah penumpang. Jadi, orang yang di angkut tetapi tidak membayar biaya angkutan bukan penumpang dalam arti undang- undang.

  Sebagai pengusaha yang menjalankan perusahaan angkutan, pengangkut memiliki alat pengangkut sendiri akan menggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa.

  Alat pengangkut diatas rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengankut di darat disebut kendaraan umum yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut diperairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Alat pengangkut diudara disebut pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Masinis, sopir, nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan pengangkut yang didasarkan pada perjanjian kerja yang diatur oleh hukum tenaga kerja.

  Menurut ketentuan pasal 1 butir (6) UU LLAJ, kendaraan adalah alat yang bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Selanjutnya dalam butir (7) dijelaskan lagi bahwa kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang berada pada kendaraan itu. Sedangkan kendaraan umum menurut butir (9) adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut

  8 bayaran.

  Perusahaan angkutan umum berfungsi sebagai penyedia jasa angkutan. Jasa angkutan adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa perusahaan angkutan umum.

  Perusahaan angkutan umum sesuai dengan pasal 1 ayat 21 undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang atau barang dengan kendaraan. Angkutan atau wahana adalah alat baik yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukan lalu lintas.

  Lalu lintas yang baik akan mempermudah terhubungnya aktivitas manusia dengan daerah lain, perhubungan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan suatu negara termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun di segala bidang termasuk sektor perhubungan.

  Menurut Utrecht, Badan Hukum atau Korporasi adalah badan yang menurut hukum

  9

  berwenang menjadi pendukung hak, atau setiap pendukung hak yang tidak berjiwa. Menurut Wirjono Projodikoro Korporasi merupakan badan yang disamping manusia perorangan, juga dapat dianggap bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban, dan berhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.

  Penyusunan skripsi ini lebih menitik beratkan pada tanggung jawab perusahaan terhadap korban kecelakaan melalui jalan raya yang dilaksanakan oleh CV. Paradep Taxi, yang 8 9 Ibid, hlm 62 AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit Diapit Media, Jakarta, 2001, hlm 77 banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengangkut penumpang ke daerah lain. Dalam pelaksanaan pengangkutan yang menentukan hak dan kewajiban para pihak sangat tergantung pada perjanjian pengangkutan sehingga terlaksananya pengangkutan sesuai yang diharapakan.

  Untuk terlaksananya pengangkutan penumpang dengan baik dan lancar serta selamat sampai tujuan, maka penumpang mengadakan perjanjian dengan CV. Paradep Taxi, dimana CV.

  Paradep Taxi berkedudukan sebagai pengangkut. Perjanjian ini dimaksudkan untuk terlaksananya pengangkutan dengan baik, dengan demikian walaupun tujuan perjanjian tersebut untuk menjaga keselamatan penumpang, tetapi ada kemungkinan resiko terjadinya suatu hambatan-hambatan dalam perjalanan seperti : kecelakaan, keterlambatan, bencana alam dan sebagainya.

  Menurut ketentuan pasal 43 UU LLAJ, pengusaha angkutan umum wajib mengangkut penumpang dan/atau barang setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang, yang dibuktikan dengan dokumen angkuatn yang diterimanya dari pengangkut. Dengan demikian, kewajiabn pokok pengangkut adalah mengangkut penumpang dan/atau barang serta menerbitkan dokumen angkutan, sebagai imbalan haknya memperoleh biaya angkutan dari penumpang dan/atau pengirim.

  Agar lebih jelas dalam perjanjian dapat diperjanjikan lagi bahwa disamping kewajiban pokok, pengangkut wajib : 1)

  Merawat, menjaga, dan memelihara penumpang dan barang yang diangkut dengan sebaik-baiknya 2)

  Melepaskan dan menurunkan penumpang ditempat tujan atau pemberhentian dengan aman dan selamat

  3) Menyerahkan barang yang diangkut kepad penerima dengan utuh, lengkap, tidak

  10 rusak, atau tidak terlambat.

  Pengusaha angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengrim jika terjadi pembatalan pemberangkatan kendaraan umum (pasal 44 UU LLAJ). Uuntuk memenuhi kewajiban pokok pengembalian biaya angkutan, pengangkut berhak memperoleh kembali dokumen angkutan dari penumpang atau pengirrim sebagai bukti bahwa biaya angkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah dikembalikan kepada penumpang dan/atau pengirim.

  Pada penyelenggaraan pengangkutan, menurut ketentuan pasal 34 UU LLAJ pengangkut wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang. Kendaraan bermotor untuk penumpang adalah kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, baik dengan maupun tanpa tempat bagasi.

  Ketentuan ini dimaksudkan terutama untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan penumpang. Oleh karena itu, penggunaan kendaraan bermotor untuk barang dilarang digunakan untuk mengangkut penumpang. Disamping itu, dapat diperjanjikan pulak bahwa pengangkut tidak wajib atau menolak pengangkut barang yang dilarang undan-undang atau membahayakan ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu misalnya barang selundupan,

  11 petasan, berbagai jenis narkotik, ecstacy, minuman keras, hewan yang dilindungi.

  Apabila kesalahan tersebut ada pada pihak pengangkut dalam hal ini CV. Paradep Taxi, bertanggungjawab sebagai pengangkut dan penumpang dalam hal ini sebagai pihak yang dirugikan dapat menuntut haknya yang biasanya dalam bentuk penuntutan ganti rugi. Jadi 10 11 Abdulkadir Muhammat, op.cit., hlm 94 Abdulkadir Muhammad, op.cit., hlm 113 dengan adanya perjanjian tersebut akan menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan dalam pembahasan yaitu :

  

“Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Kecelakaan

(Studi Pada CV. Paradep Taxi)”. Adapun pertimbangan dan alasan penulis memilih judul ini

  adalah ingin menguraikan dan memberikan gambaran serta tanggung jawab pengangkut penumpang melalui jalan darat.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis mempunyai keinginan untuk lebih mengetahui tentang tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian pengangkutan penumpang dalam prakteknya sehari-hari.

  B.

  Rumusan Masalah

  Untuk memudahkan peneliti, dan supaya peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan hasil penelitian dari skripsi ini, maka terlebih dahulu dirumuskan masalahnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu : 1.

  Bagaimana tanggung jawab perusahaan CV. Paradep Taxi terhadap korban kecelakaan ? 2. Bagaimana peran dan fungsi hukum terhadap korban kecelakaan angkutan ? 3. Bagaimana sistem pengaturan ganti rugi dan besarnya ganti kerugian yang disebebkan perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan ?

  C.

  Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

  Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

  1. Untuk lebih mengetahui tanggung jawab pihak pengangkut atas penumpang yang mengalami kecelakaan

  2. Untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi hukum terhadap korban kecelakaan angkutan

  3. Untuk mengetahui sistem pengaturan ganti rugi dan besarnya ganti kerugian yang disebabkan perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan.

  Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah : 1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tantang pelaksanaan dan penyelenggaraan pengangkutan penumpang dan mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab pihak pengangkut dalam pelaksanaan pengangkutan penumpang.

  2. Secara praktis, untuk Fakultas Hukum, khususnya jurusan Hukum Perdata, penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini.

  D.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian Hukum Empiris yang melihat hukum secara nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum dilingkungan masyarakat, dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan yang kemudian mengadakan analisa terhadap masalah yang dihadapi.

  1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perusahaan Angkutan Umum CV. Paradep Taxi, Jalan Sutomo Nomor 30 Pematang Siantar.

  2. Jenis Penelitian Penulisan ini menggunakan metode penelitian Normatif-Empiris, dalam penelitian Empiris, dilakukan untuk memperoleh data primer, dengan melakukan wawancara dengan pimpinan CV. Paradep Taxi, sekaligus sopir, kernek, dan penumpang. Sedangkan penelitian Hukum Normatif, dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang- undangan dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini.

  3. Sumber Data Data yang dikumpul dalam penulisan skripsi ini dilakukan pengumpulan data Primer dan data Sekunder, metode pengumpulan Data Primer adalah dengan melakukan wawancara dengan Pimpinan CV. Paradep Taxi. Data Sekunder yang bersumber dari hasil olahan instansi atau sesuatu lembaga tertentu bukan saja untuk kepentingan lembaganya tetapi juga untuk pihak lain yang membutuhkan. Hal ini bertujan untuk memperoleh landasan atau kerangka pemikiran yang digunakan untuk membahas hasil penelitian. Sedangkan data primer disebut Field

  research , dimana penulis langsung berkomunikasi dengan sumber data berupa data

  primer, kemudian untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menerapkan tehnik pengumpulan data yang dapat disebutkan pada uraian selanjutnya.

  4. Tehnik Pengumpulan Data 1.

  Library research (studi kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang di bahas dalam skripsi ini.

  2. Field research (studi kelapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung kelapangan, perolehan data ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan pimpinan CV. Paradep Taxi sebagai perusahaan pengangkutan penumpang.

  5. Analisis Data Analisa data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis dengan secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga di peroleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam hal ini hasil dari wawancara terhadap pihak CV. Paradep Taxi.

  E.

Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci, adapun bagiannya adalah : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini yang merupakan bab pendahuluan, penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan manfaat, tinjauan kepustakaan.

  Sebagai penutup bab ini diakhiri dengan memberikan sistematika penulisan dari skripsi ini.

  Bab II : Tinjauan Umum Mengenai Pertanggungjawaban Dan Gambaran Umum Perusahaan Angkutan Sesuai dengan judul ini, maka bab ini menguraikan tinjauan umum mengenai angkutan dan perjanjian angkutan, objek dan pihak dalam perusahaan angkutan, pengertian pertanggungjawaban dan pertanggungjawaban perusahaan angkutan terhadap korban kecelakaan di tinjau dari hukum perdata.

  Bab III : Proses penanganan Perusahaan Angkutan Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Menurut Hukum Perlindungan Konsumen Dalam bab ini diuraikan mengenai hak dan kewajiban penumpang yang mengalami kecelakaan menurut perlindungan konsumen, hak dan kewajiban perusahaan angkutan terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan menurut perlindungan konsumen, penanganan perusahaan angkutan terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan menurut hukum perlindungan konsumen.

  Bab IV : Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Angkutan Penumpang Bus Dalam Korban Kecelakaan Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana peran dan fungsi hukum perusahaan terhadap korban kecelakaan perusahaan angkutan, tanggung jawab perusahaan CV. Paradep Taxi terhadap korban kecelakaan, sistem pengaturan ganti rugi dan besarnya ganti kerugian di CV. Paradep Taxi.

  Bab V : Kesimpulan Dan Saran Dalam bab terakhir ini merupakan penutup dari rangkaian bab-bab sebelumnya, dimana penulis membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran atau masalah-masalah yang tidak terpecahkan yang di harapkan akan dapat berguna dalam praktek.

  F.

Keaslian Penulisan

  Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku dan di tambah sumber riset dari lapangan di CV. Paradep Taxi, penulis dalam kesempatan ini membahas tentang pertanggungjawaban perusahaan terhadap korban kecelakaan.

  Telah dilakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa judul skripsi ini tidak sama dengan karya orang lain. Kalaupun ada kesamaan di dalamnya, itu bukan merupakan kesengajaan dari penulis dan tentunya dilakukan pendekatan permasalahan yang berbeda, seperti judul dibawah ini : 1.

  “Pertanggungjawaban Pengangkut Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut”. Ditulis oleh Putra

  H. Hasibuan Nim 050200100 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, skripsi ini membahas tentang tanggung jawab pengangkut untuk menggganti kerugian barang yang disebabkan karena kelalaian pihak pengankut.

  2.

  “Pertanggungjawaban Perdata Dalam Perbuatan Melawan Hukum Pada Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya”. Ditulis oleh Uniston Tarigan Nim 930200236 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, skripsi ini membahas tentang tanggung jawab perdata dalam perbuatan melawan hukum pada kecelakaan lalu lintas.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air - Efektivitas Koagulan Pac(Poly Aluminium Chloride) Dan Tawas (Alum)Terhadap Logam Besi (Fe) Pada Air Baku Pdam Tirtanadi Hamparan Perak

0 0 12

EFEKTIVITAS KOAGULAN PAC(POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN TAWAS (ALUM)TERHADAP LOGAM BESI (Fe) PADA AIR BAKU PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK TUGAS AKHIR - Efektivitas Koagulan Pac(Poly Aluminium Chloride) Dan Tawas (Alum)Terhadap Logam Besi (Fe) Pada Air Baku P

0 0 11

Analisis Pengolahan Skripsi Elektronik (E-Skripsi) Sebagai Salah Satu Bentuk Dokumen Elektronik Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Aplikasi Senayan Pada Perpustakaan STMIK TIME

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Dokumen Elektronik - Analisis Pengolahan Skripsi Elektronik (E-Skripsi) Sebagai Salah Satu Bentuk Dokumen Elektronik Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Aplikasi Senayan Pada Perpustakaan STMIK TIME

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Curah Hujan 2.1.1. Pengertian Hujan - Analisis Kejadian Cuaca Ekstrim Di Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Indeks Peringatan Dini

1 16 25

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Steganografi - Penyisipan Pesan pada Gambar Menggunakan Pixel Indicator Technique (PIT) dan Pseudo Random Number Generator (PRNG)

0 0 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT A. Pengertian Perjanjian - Perlindungan Hukum Perjanjian Kredit dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan (Studi Bank Sumut Pusat)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Perjanjian Kredit dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan (Studi Bank Sumut Pusat)

0 0 14

16 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ANGKUTAN

0 0 29