Aquasains Vol. 4 No. 2 Deny Compress

  COPYRIGHT © AQUASAINS 2016 Cover Desain : Tim Editorial

Photo Properties : (Mesuji Wetland and River) Redaksi

  

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena Penyusunan Jurnal “AQUASAINS” telah

selesai. Jurnal ini disusun untuk mengapresiasi dan mempublikasi hasil-hasil

penelitian, dan kajian ilmiah bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Untuk

mendukung tujuan tersebut, jurnal ini mengkhususkan diri dengan materi-materi

dalam bidang perikanan dan sumberdaya perairan. Edisi keempat Nomor dua ini

memuat enam artikel yang diharapkan akan menambah wawasan dan pemahaman

di bidang perikanan dan sumberdaya perairan.

Pada kesempatan ini redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah mengirimkan artikelnya-artikelnya. Redaksi akan membuka kesempatan

seluas-luasnya bagi seluruh kalangangan akademisi maupun praktisi baik dari

dalam lingkungan maupun diluar Universitas Lampung untuk mempublikasikan

hasil-hasil penelitiannya.

Akhir kata semoga jurnal ilmu perikanan dan sumberdaya perairan “AQUASAINS’

ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

  Bandar Lampung, Maret 2016 Redaksi

  D AFTAR

I SI V ol IV N o 2

  Muhammad Pebriansah, Tarsim, Herman Yulianto, Berta Putri The Effect of Sex Reversal Using 17α-Methyltestosterone Hormones Towards The Colour Intensity of Male XX And Female XY Fighting Fish

(Betta Sp.) ……………………………………………………………….… 373 - 380

Ahadiftita Hafsha.K, Supono, Limin Santoso The Study of Biofloc Effectiveness As Feed on Tilapia (Oreochromis

niloticus) and Sangkuriang Catfish (Clarias gariepinus)………………….. 381 - 388

Nuning Mahmudah Noor, Arum Dwi astuti, Eko Efendi, Siti Hudaidah Performance of Green Mussel (Perna viridis) Which Cultured in Monokulture System and Polyculture System Within Seabass (Lates

calcarifer)………………………………………....……………………….. 389 - 400

Ibadur Rahman Suitability Analysis of Polychaeta Habitat on Seagrass Ecosystem, Parang

Island, Karimunjawa, Central Java ………………………………………... 401 - 412

Deny Sapto Chondro Utomo, herman Yulianto, Darma Yuliana Diversity and Condition Analisysof Coral Reef in Lahu Besar Island,

Ringgung, Pesawran District ……….….…….……………………………. 413 - 422

Herdiana Mutmainah, Gunardi Kusumah, Try Altanto, Koko Ondara

  Analysis of Water Quality for Tourism Suitability at Indonesia’s Front 351 - 358 Island: Ganting Beach, Simeulue Island, Nanggroe Aceh Darussalam .. ……

  Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1, Gedung Meneng, Bandar Lampung 35145. Email

Website : http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JPBP

http://aquasains.wordpress.com/

  PERNYATAAN PEMINDAHAN HAK MILIK (COPYRIGHT TRANSFER STATEMENT) Ketika naskah diterima untuk dipublikasikan, Hak Milik dipindahkan ke Jurnal Aquasains.

  Pemindahan Hak Milik memindahkkan kepemikikan eksklusive untuk mereproduksi dan mendistribusikan naskah, termasuk cetakan lepas, penerjemahan, reproduksi fotografi, mikrofilm, material elektronik (offline maupun Online) atau bentuk reproduksi lainnya yang serupa dengan aslinya.

  When the article is accepted for publication, its copyright is transferred to Aquasains Journal. The copyright transfer convers the exclusive right to reproduce and distribute the article, including offprint, translation, photographic reproduction, microfilm, electronic material, (offline or online) or any other reproduction of similar nature.

  Penulis menjamin bahwa artikel adalah asli dan bahwa penulis memiliki kekuatan penuh untuk mempublikasikannya. Penulis menandatangani dan bertanggungjawab untuk melepaskan bahan naskah sebagian atau keseluruhan dari semua penulis. Jika naskah merupakan bagian dari skripsi mahasiswa, maka mahasiswa tersebut wajib menandatangani persetujuan bahwa pekerjaannya akan dipublikasikan.

  The Author warrant that this article is original and that the author has full power to publish. The author sign for and accepts responsibility for releasing this material on behalf os any and all-author. If the article based on or part os student’s thesis, the student needs to sign as his/her agreement that his/her works is going published. :

  Judul Naskah ……………………………………………………………………………………………………

  Title of Article

  …………………………………………………………………………………………………… : …………………………………………………………………………………………………… Penulis

  ……………………………………………………………………………………………………

  Author

  …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………………………………

  Tanda Tangan Penulis ……………………………………………………………………………………………………

  Author’s Signature

  …………………………………………………………………………………………………… : …………………………………………………………………………………………………… Tanda Tangan Mahasiswa

  ……………………………………………………………………………………………………

  Student’s Signature : ……………………………………………………………………………………………………

  Tanggal ……………………………………………………………………………

  Date

  AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

  Diversity and Condition Analysis of Coral Reef in Lahu Besar Island, Ringgung, Pesawaran District

  Deny Sapto Chondro Utomo 1

· Herman Yulianto

1 · Darma Yuliana 1 Ringkasan The aims of this study is to determine the diversity and condition of coral reef ecosystems in the island of La- hu Besar, Ringgung. Some parameters we- re observed are percent cover and condi- tion of coral reefs, composition and density of coral species, and water quality include salinity, temperature, clarity, waters cur- rent, pH, and sedimentation. The surface temperature at the time of observation ave- rage of 30-31 o C and salinity of sea water an average of 32 - 34 o / oo . The clarity in the study area is 5 meters. Distribution of reefs founded in the Lahu Besar bay to ± 10 m in depth. The substrate dominated by sand and dead coral. The Percent cover of live coral is about 10.5 to 52.9%. The other form of covered substrate consist of Enha- lus acoides, Sargassum echinocarpum and Halimeda micronesica. The results showed that the density of the dominant species of coral stones at each station is about 0.1 to 0.63 ind / m. The coral reef was dominated in Station I was kind of Acropora nobilis, Station II is Montipora florida, and Sta- tion III is Acropora nobilis and Acropora 1

  ) Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Per- tanian Universitas Lampung. Jl Soemantri Bro- djonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145. E-mail: demin_bdpers39@yahoo.com formosa. Diversity index values obtained at each station is about 0.80 to 1.68.

  Received: 25 Februari 2016 Accepted: 28 Maret 2016

  PENDAHULUAN

  Ekosistem Terumbu karang merupak- an salah satu potensi sumberdaya la- ut yang sangat penting bagi kehi- dupan manusia. Tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di terumbu karang dipengaruhi oleh adanya in- teraksi yang kompleks antara biota penyusun ekosistem tersebut. Terum- bu karang merupakan suatu ekosis- tem yang khas dan sangat produk- tif yang terdapat di perairan pesisir daerah tropis, dengan beragam tum- buhan dan hewan laut berasosiasi di dalamnya.

  Pengelolaan ekosistem terumbu ka- rang di wilayah perairan Lahu Besar masih belum memadai dan tidak se- iring dengan tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya tersebut.

  414 Deny Sapto Chondro Utomo et al

  lengkapnya informasi mengenai eko- sistem terumbu karang termasuk ke- anekaragaman hayati yang terdapat didalamnya. Terbatasnya kemampu- an pengamanan dan pengawasan di laut serta rendahnya kesadaran pen- duduk tentang arti dan peranan ter- umbu karang, juga merupakan fak- tor utama meningkatnya pemanfaat- an sumberdaya alam laut yang tidak sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

  Dalam rangka mengoptimalkan pe- manfaatan sumberdaya laut Indone- sia, maka secara konseptual penge- lolaan terumbu karang harus dida- sarkan pada elemen-elemen yang men- dukungnya. Faktor-faktor tersebut me- liputi ekologi, teknologi, dan sosial ekonomi. Untuk menjaga agar peman- faatan ekosistem terumbu karang di perairan Lahu Besar dapat berlang- sung secara berkesinambungan, di- perlukan pola pengelolaan dan pe- ngembangan melalui upaya-upaya pe- lestarian dan konservasi serta peng- kajiannya, pengetahuan yang lebih mendalam tentang kondisi ikan ka- rang sehingga dapat diketahui jum- lah dan jenis-jenis yang berada pada perairan tersebut, untuk upaya pe- nanggulangannya di masa yang ak- an datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kondisi ekosistem terumbu ka- Gambar 1

  Peta Lokasi Penelitian

  Dalam penelitian ini, ada bebe- rapa parameter yang diamati yaitu tutupan terumbu karang dan kondisi terumbu karang, komposisi jenis dan kepadatan karang batu, dan kualitas air yang mencakup salinitas, suhu, kecerahan, kecepatan arus, pH, dan sedimentasi. Tutupan dasar terum- bu karang dan kondisi terumbu ka- rang dianalisis dengan menggunakan Metode Transek Garis (Line Inter- cept Transect

  /LIT) Pengamatan dilakukan pada tiga titik lokasi, dan setiap titik me- rupakan zona Reef Crest di kedalam- an 3 m dengan kondisi ekosistem yang berbeda. Penentuan titik atau po- sisi transek dilakukan secara lang- sung pada saat penelitian berlang- sung. Lokasi pengamatan dan pengam- bilan sampel disajikan pada Gambar 1 dan titik koordinat disajikan pada Tabel 2.

  Pencatatan data dilakukan sepan- jang transek dan dilakukan berda- Analisis Keanekaragaman Terumbu Karang Lahu Besar 415 Tabel 1 Titik Koordinat setiap Stasiun Peneliti- an No Stasiun Koordinat

  1 I 5°33’04.95" LS 105°15’32.77" BT

  2 II 5°32’55.92" LS 105°15’36.51" BT

  3 III 5°32’44.35" LS 105°15’53.25" BT

  penutupan dasar yang didata adalah nilai akhir pada garis transek yang merupakan akhir dari suatu kriteria yang ditinjau dari transek 0 – 100 m. Biota atau karang yang berkoloni dianggap sabagai satu individu, bi- la satu koloni dipisahkan oleh suatu kriteria benda atau binatang maka koloni tersebut didata secara terpi- sah yang dianggap sebagai dua in- dividu. Perentase penutupan karang mati, karang hidup dan jenis lifeform lainnya dihitung dengan rumus, C = a

  A X 100% (1)

  dimana : C = Persentase penutupan lifeform i a = Panjang transek lifeform i A = Panjang total transek

  Dari hasil peresentase tutupan li- feform yang diperoleh, disajikan se- tiap stasiun dan dianalisis secara desk- riptif dengan tabel atau grafik se- hingga dapat ditentukan kualitas ka- rang di daerah tersebut kriteria tutupan karang hidup berdasarkan kriteria yang di- sajikan pada Tabel 1.

  Untuk mengetahui kepadatan dan keragaman suatu terumbu karang di- gunakan metode Transek Kuadran yang diletakkan di sepanjang Tran- sek dengan jarak (interval) tiap tran- Tabel 2

  Kondisi terumbu karang menurut Gomez dan Yap, (1988) Tutupan Kategori Karang Kriteria

  Hidup (%) 1 75– 100 Sangat Baik 2 50– 75,9 Baik 3 25 – 49,9 Kritis 4 0 - 24,9 Rusak

  m dengan menggunakan transek line 100 m. Transek kuadran yang digu- nakan yaitu 2x2 m dengan 10 kali ulangan di setiap transek yang di- pasang. Pengambilan data kepadat- an dan keragaman karang dilakukan sejalan dengan pengamatan karang. Jenis karang diindentifikasi dengan buku panduan berdasarkan petun- juk Untuk mengeta- hui indeks keragaman, keseragaman dan dominasi karang batu maka di- lakukan perhitungan dengan meng- gunakan indeks ekologi karang batu sehingga dapat menggambarkan ke- adaan populasi jumlah individu masing- masing dari jenis karang, mulai da- ri keragaman, keseragaman dan do- minansi pada setiap stasiun. Untuk menghitung kepadatan karang batu dihitung dengan menggunakan rumus D i =

  N i A

  (2)

  dimana: Di = Kepadatan dan jenis (ind/m 2 ) Ni = Jumlah individu yang ditemukan dalam transek A = Luas transek (2x2 m)

  Analisis data yang digunakan da- lam mengukur struktur komunitas ka-

  • – 0 < E ≤ 0,4 : Keseragaman kecil, komunitas tertekan
  • – 0,4 < E ≤ 0,6 : Keseragaman se- dang, komunitas labil
  • – 0,6 < E ≤ 1,0 : Keseragaman ting- gi, komunitas stabil

  dimana: C = Indeks dominasi pi = Proporsi jumlah individu pada spesiesik- an karang i = 1, 2, 3,..n

  (6)

  2

  pi

  =1

  X i

  C = n

  Nilai indeks keseragaman dan keane- karagaman yang kecil biasanya me- nandakan adanya dominasi suatu spe- sies terhadap spesies-spesies lainnya. Rumus indeks dominasi (C)

  Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :

  = Ln S S = Jumlah total macam spesies

  dimana: E = Indeks keseragaman H’ = Keseimbangan spesies H’max = Indeks keanekaragaman maksimum

  H max (5)

  • – H’ ≤ 1 : Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan ko- munitas rendah,
  • – 1 < H’ < 3 : Keanekaragaman se- dang, penyebaran sedang, kesta- bilan komunitas sedang,
  • – H’ ≥ 3 : Keanekaragaman ting- gi, penyebaran tinggi, kestabilan komunitas tinggi.
  • >– 0 < C < 0,5 = Dominasi rendah
  • – 0,5 < C ≤ 0,75 = Dominasi se- dang
  • – 0,75 < C ≤ 1,0 = Dominasi tinggi Untuk mengetahui kondisi oseanogra- fi perairan di sekitar Perairan La-

  Indeks keseragaman (E) menggam- barkan ukuran jumlah individu an- Semakin merata penyebaran indivi- du antar spesies, maka keseimbang- an ekosistem akan makin meningkat.

  E = H

  Kategori penilaian untuk keane- karagaman jenis adalah sebagai ber- ikut :

  dimana: H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon Wie- ner Pi = Perbandingan antara jumlah individu ke- i (ni) dengan jumlah total individu (N) I = 1, 2,. . . n

  pi (ln2) pi (4)

  =1

  X i

  H = n

  Indeks keanekaragaman digunak- an untuk mendapatkan gambaran po- pulasi organisme secara matematis agar mempermudah analisis informa- si jumlah individu masing-masing spe- sies dalam suatu komunitas Keanekaragaman jenis dihi- tung dengan Indeks Shannon-Wiener.

  dimana: D = Kepadatan/kelimpahan (Ind/Ha) Ni = Jumlah Individu (Ind) A = Luas pengambilan data (Ha)

  (3)

  P N i A

  bu, indeks keanekaragaman (H’), in- deks keseragaman (E), dan indeks dominasi (C) yaitu: D = 10000 x

  416 Deny Sapto Chondro Utomo et al

  Nilai indeks berkisar antara 0 - 1 dengan kategori sebagai berikut : Analisis Keanekaragaman Terumbu Karang Lahu Besar 417

  pengukuran beberapa parameter se- cara langsung di lapangan yaitu su- hu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, nitrat, fosfat dan sedimentasi. Setiap parameter diukur pada setiap lokasi pengambilan data yang menggunak- an alat yang berbeda sesuai dengan parameter yang akan di ukur.

  Parameter lingkungan merupak- an hal yang penting untuk mengeta- hui pengaruh dan hubungannya ter- hadap organisme yang terdapat di dalamnya, khususnya karang batu yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Parameter oseanografi fisika-kimia yang diukur pada saat penelitian di Per- airan Lahu Besar meliputi suhu, sali- nitas, kecerahan, kecepatan arus, ke- keruhan, nitrat, fosfat dan sedimen- tasi (Tabel 3).

  Suhu permukaan pada saat penga- matan rata-rata 30 – 31° C dan sali- nitas air laut rata-rata 32 – 34 per- mil. Kecerahan air laut pada dae- rah penelitian adalah 5 meter, kon- disi ini cukup memudahkan proses pengambilan data primer dengan meng- gunakan metode Line Intercept Tran- sect yang menarik garis lurus di da- erah Reef Flat sepanjang 50 meter. Kondisi kecerahan tersebut juga sa- ngat memudahkan pengambilan do- kumentasi bawah laut di perairan ini. Menurut perkem- mal terjadi di perairan yang rata- rata suhu tahunannya 23 – 25° C. Namun terumbu karang dapat men- toleransi suhu sampai 36 – 40° C.

  Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang dapat membahayakan ter- umbu karang dan organisme lain se- perti ikan. Kekeruhan juga menye- babkan air tidak produktif karena meng- halangi sinar matahari yang dibutuhk- an oleh fitoplankton maupun tanam- an air lainnya untuk fotosintesis. Ke- keruhan ini terjadi karena air meng- andung banyak partikel yang tersus- pensi sehingga merubah bentuk tam- pilan menjadi berwarna dan kotor. Semakin keruh suatu perairan ma- ka akan semakin menghambat sinar matahari masuk kedalam perairan. Pengaruh tingkat pencahayaan sinar matahari sangat besar, jika sinar ma- tahari yang masuk dalam perairan kurang maka organisme di dalam per- airan tersebut akan terganggu meta- bolismenya.

  Teluk Lampung, secara umum ma- sih beriklim tropis karena letaknya di bawah 5º Lintang Selatan dengan tiupan angin yang berasal dari Sa- mudera Indonesia. Tiupan angin de- ngan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam dapat menjadi dua arah setiap ta- hunnya yaitu; pada bulan Nopember s/d Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut, pada bulan April s/d Oktober angin bertiup dari arah Timur hingga Tenggara. Tem- peratur udara di wilayah Teluk Lam- o

  418 Deny Sapto Chondro Utomo et al Tabel 3 Hasil pengukuran Kualitas Air pada lokasi penelitian

  Parameter Satuan Stasiun I Stasiun I Stasiun I Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Suhu o C 30 – 31 30,3 30 – 32 31 30 - 31 30,3 Salinitas o / oo 34 – 35 34,3 33 – 35 34 31 – 33 32,3 Kecerahan m 1 -3 1 - 3 1 - 5

  Kecepatan arus m/det 0,1 – 0,11 0,1 0,11 – 0,16 0,13 0,15 – 0,16 0,16 Sedimentasi mg/cm 2 /hr 2,11 – 3,1 2,61 1,27 – 1,72 1,5 0,84 – 1,45 1,15

  da daerah dengan ketinggian 20 – 60 m dpl, sedangkan temperatur mak- simal dapat mencapai 33 o

  C. Kelem- baban udara pada wilayah Teluk Lam- pung Berkisar antara 80 – 88%. Mu- sim kemarau terjadi pada bulan Ap- ril – Nopember dengan puncak huj- an terendah terjadi pada bulan No- pember. Rata-rata curah hujan ber- kisar antara 1.500 – 3.000 (RTRW Kab. Lampung Selatan).

  Dari hasil pengukuran salinitas di setiap stasiun diperoleh rata-rata 31

  • – 35 o

  / oo . Nilai salinitas tersebut me- rupakan normal untuk pertumbuhan terumbu karang. Menurut terumbu karang sangat sen- sitif terhadap perubahan salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah dari salinitas normal (30 – 35 o / oo ) dan menurut terumbu ka- rang dapat hidup dalam batas salini- tas yang berkisar antara 25 – 40 o / oo . Hasil penelitian menunjukkan bah- wa distribusi terumbu karang di Per- airan Lahu Besar daerah Ringgung hanya sampai pada kedalaman ± 10 m. Selebihnya hanya berupa ham- paran pasir dengan tutupan dasar ter- umbu karang yang didapat di loka- mati. Menurut eko- sistem terumbu karang berkembang dengan baik pada perairan dengan kedalaman 25 m atau kurang. Do- minannya patahan karang yang ter- dapat pada Stasiun I dan Stasiun II disebabkan karena kedua stasiun ter- sebut merupakan jalur kapal wisata menuju Pantai Wisata Ringgung.

  Nilai tutupan karang hidup di Per- airan Lahu Besar daerah Ringgung berkisar 10,5 – 52,9% (Tabel 4). De- ngan demikian kondisi terumbu ka- rangnya berada dalam kategori ru- sak sampai baik. Kondisi karang yang masih baik ditemukan pada Stasiun

  III dengan kedalaman lokasi 3 m de- ngan tutupan karang hidup sebesar 52,9%. Berbeda halnya pada Stasiun I dan II di kedalaman 2 – 6 m yang kondisinya sudah rusak dengan tu- tupan karang hidup sebesar 10,5 – 12%. Biota lain yang ditemukan di sepanjang transect line antara lain adalah Enhalus acoides, Sargassum echinocarpum , dan Halimeda micro- nesica (Gambar 3).

  Secara umum diperoleh 29 jenis karang batu dengan komposisi jenis yang didominasi oleh Famili Acropo- Analisis Keanekaragaman Terumbu Karang Lahu Besar 419 Gambar 2 (a) Enhalus acoroides; (b) Sargassum echinocarpum ; (c) Halimeda micronesica Gambar 3 Persentase Tutupan Karang

  ritidae. Semua Famili tersebut me- rupakan kelompok karang yang ka- ya akan jenis. Famili yang paling do- minan adalah Acroporidae dan juga merupakan penyusun sebagian besar terumbu karang di Indonesia. Family Acroporidae terdiri dari sekitar 156 jenis, 35% jenis merupakan penyu- sun terumbu karang di Nusantara. Menurut bahwa dari 368 jenis, hanya 73 jenis telah di- akui berasal dari Timur Australia. Namun, hasil survey terbaru yang di- lakukan oleh menyatakan bahwa Kepulauan Indo- nesia merupakan pusat keanekaragam- an Acropora, dengan 91 jenis/spesies. Untuk Famili Faviidae memiliki 26 genera, dan di Indonesia ada 16 ge- nera dengan habitat yang tersebar luas mulai dari kedalaman 5 – 15 m.

  Faktor yang mendukung dominan- sebut, selain karena kekayaan jenis- nya yang tinggi juga kerena adap- tasi dan reproduksinya. Untuk Fa- mili Acroporidae memiliki distribusi yang paling banyak dan biasa dite- mukan pada daerah yang kandung- an nutriennya rendah dan daerah de- ngan energi yang tinggi (gelombang dan arus), serta tingkat integrasi ko- loni yang tinggi dan dispersi lokal yang cepat melalui fragmentasi (rep- roduksi aseksual), sehingga habitat dan pertumbuhannya lebih cepat da- ripada spesies lainnya Untuk Famili Faviidae cara reproduksinya berupa hermaprodit bro- adcast spawner . Dari 52 jenis, 49 ada- lah hermaprodit dan hanya 3 yang gonokorik. Jenis karang ini bisa di- temukan dimana-mana dan tersebar luas di perairan, sedangkan untuk Fa- mili Fungiidae memiliki bentuk ke- rangka yang besar dan berat dari se- mua polip karang sehingga memiliki potensi pelestarian yang besar. Sa- lah satu keunikan dari Fungiidae ya- itu mampu untuk membersihkan di- ri ketika terkubur oleh sedimen, se- hingga mereka menjadi salah satu ke- lompok yang dominan di perairan dang- kal daerah laguna, dengan sedimen- tasi tinggi .

  Untuk Famili Poritidae yang ben- tuk pertumbuhannya masif berasal dari genus Porites (contoh: P. Loba- ta . dan P. Lutea) merupakan pem- bentuk terumbu yang paling penting di jajaran Kepulauan Indonesia. Ge-

  420 Deny Sapto Chondro Utomo et al

  Gambar 4 Terumbu Karang yang Paling Domin- an dari Famili Acroporidae

  karakter yang mampu hidup di da- erah perairan pantai yang keruh di- mana mereka membentuk suatu ke- satuan yang luas atau pada daerah yang terlindung oleh gelombang. Rep- roduksi Porites umumnya gonokorik (17 jenis) dan hanya sekitar 5 jenis yang diketahui hermaprodit dengan cara reproduksi: 12 spawning dan 9 brooding

  . Untuk reproduksi aseksual sendiri kebanyakan berupa fragmen- tasi dari koloni karang khususnya yang bercabang Jenis-jenis karang batu yang mendo- minasi di Perairan Lahu Besar, Ring- gung dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan kepadatan dan jenis ka- rang yang dominan pada setiap sta- siun dapat dilihat pada Tabel 5.

  Hasil penelitian menunjukkan bah- wa kepadatan jenis karang batu yang dominan di setiap stasiun berkisar antara 0,1 – 0,63 ind/m

  2

  . Karang yang mendominasi Stasiun I adalah jenis Acropora nobilis

  , Stasiun II adalah Montipora florida , dan Stasiun III adalah Acropora nobilis dan Acropo- ra formosa . Nilai indeks keragaman kisar 0,80 – 1,68. Stasiun I memili- ki nilai keragaman sedang, sedangk- an Stasiun II dan III memiliki nilai keragaman rendah. Dari hasil anali- sis indeks keragaman di atas menun- jukkan bahwa nilai indeks keragam- an yang relatif sedang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jumlah indivi- du masing-masing jenis karang batu dalam suatu komunitas berada da- lam kondisi relatif baik

  Sedangkan nilai indeks keseragam- an yang diperoleh pada setiap stasi- un berkisar antara 0,32 – 0,58. Sta- siun I memiliki nilai indeks kesera- gaman sedang, sedangkan stasiun II dan III memiliki nilai indeks kese- ragaman rendah. Dari hasil analisis indeks keseragaman yang diperoleh, setiap stasiun memiliki nilai indeks keseragaman yang mendekati 1, ma- ka hal ini menunjukkan bahwa eko- sistem terumbu karang dalam kon- disi relatif baik Nilai indeks keseragaman dan keanekara- gaman yang kecil biasanya menan- dakan adanya dominasi suatu spesi- es terhadap spesies-spesies lainnya. Berdasarkan nilai indeks dominasi yang diperoleh di setiap stasiun, terlihat ada dominasi dengan indeks domi- nasi sedang pada Stasiun II dan III.

  SIMPULAN

  Karang batu yang terdapat di Per- airan Lahu Besar didominasi oleh Fa- mili Acroporidae, Poritidae, Faviidae, dan Fungidae dengan nilai tutupan Analisis Keanekaragaman Terumbu Karang Lahu Besar 421 Tabel 4 Kepadatan Jenis Karang yang Dominan pada Setiap Stasiun Famili Jenis Karang Stasiun

  Dominan

  I II

  III Acroporidae Acropora nobilis 0,26 0,63 Acropora grandis 0,15 Acropora formosa 0,40 Montipora florida 0,10 0,30 0,29 Pocillopora damicorns 0,10 0,30

  

Agariciidae Leptoceris papyracae 0,16

Faviidae Favia lacuna 0,10 0,30 Favites abdita 0,13 Favia mattahii 0,24 Fungidae Fungia echinata 0,20 Fungia scutaria 0,15 Fungia scabra 0,13 Fungia fungites 0,23 0,23

  52,9%. Kondisi karang pada setiap stasiun rata-rata rusak yang terjadi karena kawasan tersebut merupakan jalur masuk kapal menuju kawasan Pantai Wisata Ringgung. Indeks ke- ragaman dari 3 stasiun pengamatan menunjukkan nilai mulai dari ren- dah hingga sedang. Sedangkan indeks keseragamannya dari stasiun yang ada mendekati 1 yang berarti bahwa eko- sistem terumbu karang yang ada di lokasi tersebut dalam kondisi yang relatif baik.

  Pustaka

  Brower, J. E., Zar, J. H., and Ende, V. (1990). General Ecologv, Field and Laboratory Methods for Gene- ral Ecology

  . Brown Companv pu- blisher Dubugue., 3 edition. English, S., Wilkinson, C., and Ba- ker, V. (1997). Survey Manul

  For Tropical Marine Resources, Second Edition . Australia Institu- te of Marine Science, Townsville.

  Gomes, E. D. and Yap, H. T.

  (1988). Reef Management Handbo- ok , chapter Monitoring Reef Con- dition. UNESCO Regional Office for Science and Technology for So- utheast Asia (ROSTSEA). Krebs, C. J. (1972). Ecology The

  Experimental Analisys of Distribu- tion and Abundance . Haper and Row Publication. Nybakken, J. (1992). Biologi Laut.

  Suatu Pendekatan Ekologis . PT Gramedia Pustaka Utama.

  Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi . Gajah Mada University Press.

  Sukarno, R. (1995). Ekosistem Ter- umbu Karang dan Masalah Penge- lolaannya . Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, LIPI. Tomascik, T., Mah, A. J., Nontji,

  A., and Moosa, M. K. (1997). The Ecology of the Indonesia Sea . Per-

  422 Deny Sapto Chondro Utomo et al iplus Edition.

  Veron, J. E. N. (1986). Coral of Aus- tralia and the Indo-Pasific . Angus and Robertson. Veron, J. E. N. (2000). Coral of The

  World . Australia Institute of Ma- rine Science.

  Wallace, C. C., Richards, Z., and Su- harsono (2001). Regional distribu- tion pattern of acroporaand their use in the conservation of coral reef in indonesia. Jurnal Pesisir Laut, 4:40–58.