Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis Pendidikan Matematika Realistik

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri

Berbasis Pendidikan Matematika Realistik

  

Dr. Edwin Musdi, M.Pd

Matematika FMIPA UNP Kampus Air Tawar Padang

E-

  

Abstrak. Berdasarkan pengamatan awal tentang pembelajaran geometri, ditemukan

bahwa kekurangberhasilan pembelajaran geometri yang terjadi selama ini terkait

kenyataan bahwa siswa kurang diberi pengalaman mengkonstruksi pengetahuan geometri

melalui masalah kehidupan sehari-hari serta memberikan kesempatan belajar kepada

siswa menemukan kembali (reinvention) konsep matematika di bawah bimbingan guru.

  

Kondisi ini tidak dapat dipertahankan terus karena hal ini mempengaruhi kualitas

pembelajaran geometri siswa. Untuk itu, model pembelajaran geometri berbasis

Pendidikan Matematika Realistik (Model PMR) merupakan salah satu solusi yang dapat

membantu siswa memahami materi geometri dengan lebih baik. Namun, saat ini belum

tersedia model pembelajaran Geometri berbasis PMR. Karena itu tujuan penelitian

adalah menghasilkan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis Pendidikan

Matematika Realistik yang valid dan praktis melalui suatu proses

pengembangan.Penelitian pengembangan ini merupakan adaptasi dari model

pengembangan pendidikan umum oleh Tjeerd Plomp. Fase-fase pengembangan model

pembelajaran ini mencakup: (a) Fase investigasi awal,. (b) Fase desain. (c) Fase realisasi,

(d) pengujian (evaluasi dan revisi), dan (d) implementasi. Penelitian tahap ini hanya

dilakukan pada tiga fase pertama.Fase investigasi awal dilakukan dengan studi pustaka

untuk mengkaji teori model pembelajaran berbasis PMR, penelitian-penelitian yang

relevan, dan mengidentifikasi karakteristik siswa dan gambaran pengelolaan

pembelajaran oleh guru di kelas. Fase desain dilakukan dengan mengembangkan draf

model (protipe Awal) yang terdiri dari sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem

pendukung, dan dampak instruksional maupun dampak pendukung. Fase realisasi berupa

pengembangan draf model (protipe awal) yang terdiri dari model pembelajaran Geometri

berbasis PMR, RPP, LKS, Lembar Kerja Individual (LKI), Lembar Latihan Lanjutan

(LLL) dan penilaian. Selain itu dilakukan panel group discussion dengan guru-guru dan

peneliti serta bersama validator untuk melihat keterbacaan dan kesesuaian model terhadap

kebutuhan guru dalam mengajar di kelas.

  Kata Kunci: Model pembelajaran geometri, Pendidikan matematika realistik PENDAHULUAN

  23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan

  Pemerintah Indonesia berupaya Menteri No 24 tahun 2006 tentang melakukan berbagai program peningkatan pelaksanaan Permen No 22 dan 23. mutu pendidikan dengan mengeluarkan

  Rincian Standar Pendidikan yang lain juga Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 telah ditetapkanyaitu StandarSarana dan tentang delapan Standar Pendidikan

  Prasarana, Standar Proses, Standar Nasional sebagai acuan bagi

  Pengelolaan, Standar Penilaian, Standar penyelenggaraan pendidikan di semua Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta jenjang pendidikan. Pada tahun 2006 Standar Pembiayaan. dikeluarkan PeraturanMenteri Pendidikan

  Standar nasional pendidikan tersebut Nasional (Permen) No 22 tahun 2006 memuat kriteria minimal tentang tentang Standar Isi Satuan Pendidikan, No. komponen pendidikan yang perlu

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  dikembangkan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya agar dapat meningkatkan layanan pendidikan kepada peserta didik. Selain itu, standar nasional pendidikan dimaksudkan sebagai perangkat untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang relevan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan.

  Upaya yang telah dibuat pemerintah seperti yang diuraikan di atas dalam meningkatkan mutu pendidikan belum menampakkan hasil pendidikan yang memuaskan khususnya daerah Sumatera Barat. Beberapa indikator yang memperkuat argumen ini dapat dilihat dari capaian hasil Ujian Nasional tiap tahun. Rendahnya capaian mutu pendidikan sekolah menengah juga terlihat dari hasil Pra UN untuk tingkat Propinsi Sumbar. Dari Hasil Pra UN 2009 hanya sekitar 20% dari siswa SMA dan SMP yang bisa melebihi nilai 5 atau lebih (Musdi, 2009). Begitu juga pada Pra-Ujian Nasional 2009 matematika SMP tingkat Kota Padang, persentase menjawab benar soal tentang luas dan keliling bangun datar berturut- turut sekitar 32% dan 38% (Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat). Ini berarti sebagian besar siswa SMP mengalami kesalahan menjawab soal materi geometri ini.

  Di lain pihak tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Situasi ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan sains dan teknologi ke depan karena semua mata pelajaran itu memerlukan matematika sebagai alat (tool proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan menyentuh kehidupan sehari-hari harus menjadi prioritas utama.

  Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman hidup mereka sehari-hari, anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.

  Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas harus relevan, yaitu perlu adanya keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu relevansi antara konsep matematika yang telah dipelajari anak dengan realita kehidupan mereka sehari-hari atau dengan bidang lain. Untuk itu, pembelajaran matematika harus memanfaatkan relevansi matematika dan anak ketika belajar matematika.

  Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematization

  of everyday experience ) dan menerapkan

  matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar (teaching) ke paradigma belajar (learning) atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-dominated

  instruction) ke paradigma pembelajaran

  yang berpusat pada siswa (Student-

  directed learning) .

  Treffers (1991) menyatakan bahwa pengetahuan matematika siswa dapat dikembangkan berawal dari pengetahuan sehari-hari siswa. Dalam mengerjakan aktifitas sehari-hari, yang merupakan masalah nyata bagi siswa, diharapakan mereka dapat diarahkan menemukan kembali (reinventions)konsep-konsep matematika. Hal ini juga ditegaskan oleh Gravemeijer (1994) bahwa bagian yang esensial dari belajar matematika adalah penyelesaian masalah kehidupan aktifitas sehari-hari. Menurut Freudenthal (2002), agar matematika bernilai bagi manusia,

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  matematika harus dihubungkan dengan realitas, dekat ke anak, dan relevan dengan masyarakat. Dengan demikian siswa akan mempelajari matematika jika pembelajaran matematika dimulai dari lingkungan sehari-hari siswa sehingga kesan matematika itu abstrak bagi siswa dapat dihindari. Untuk itu diperlukan perangkat pembelajaran berbasis PMR agar pelajaran matematika mudah dipahami siswa.

  Perangkat pembelajaran berbasis PMR perlu memenuhi aspek validitas, praktikalitas dan efektivitas. Validitas rancangan mengacu kepada pengembangan teori pembelajaran lokal (local instructional theory) yaitu materi rancangan pembelajaran harus sesuai dengan petunjuk PMR. Praktikalitas mengacu kepada jawaban pertanyaan “ apakah materi PMR ini dapat diterapkan di sekolah menengah pertama”, dan efektifitas mengacu kepada tingkat keberhasilan dimana pendekatan PMR dapat mengatasi masalah dalam matematika khususnya pembelajaran geometri di SMP.

  Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran geometri berbasis pendidikan matematika realistik (Model PMR) yang mampu memfasilitasi berkembangnya potensi siswa dalam memahami Geometri. Oleh karena itu, masalah penelitian ini adalah bagaimanakah hasil rancangan Prototipe awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis Pendidikan Matematika Realistik yang memenuhi aspek validitas dan praktikalitas? Tujuan penelitian ini menghasilkan Prototipe awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis Pendidikan Matematika Realistikyang valid dan praktis melalui suatu proses penelitian ini adalah:

  Menghasilkan model pembelajaran geometri berbasis PMR untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Kelas VII Padang.

  Menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid dan praktis untuk menerapkan model PMR tersebut

  Berdasar latar belakang yang telah dipaparkan, maka pertanyaan penelitian adalah: 1.

  Bagaimanakah model pembelajaran geometri berbasis PMR untuk meningkatkan hasil belajar siswa? 2. Bagaimana hasil pengembangan prototipe awalperangkat pembelajaran yang valid dan praktis untuk menerapkan model pembelajaran tersebut?

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan (developmental research), yakni penelitian yang berorientasi pada pengembangan suatu produk yang dideskripsikan dan dievaluasi. Produk tersebut adalah sebuah model pembelajaran geometriberbasis PMR yang valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu, pembahasan difokuskan pada tiga hal, yaitu metode pengembangan Model PMR, metode pengembangan perangkat pembelajaran, dan metode pengembangan instrumen penelitian yang dilaksanakan secara simultan. Fase-fase yang ditempuh dalam mengembangkan Model PMR mengikuti fase-fase pengembangan model umum pemecahan masalah pendidikan yang dikemukakan oleh Plomp (1997) yang telah dimodifikasi dengan memasukkan unsur-unsur model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joice, Weil dan Shower (1992) serta kriteria kualitas produk oleh Nieveen (1999) yang dilakukan pada empat fase pengembangan: Fase -1 Investigasi Awal, Fae-2 Perancangan,dan Fase-3 Realisasi. Hasil akhir penelitian ini berupa draf model pembelajaran dan perangkat pembelajaran (Prototipe awal) yang terdiri dari Rencana Pelaksanan pembelajran

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Lembar Kegiatan Individual (LKI), Lembar Latihan Lanjutan (LLL), dan penilaian). Fase-fase yang telah dilalui untuk mencapai hasil akhir tersebut antara lain:

  investigation ). Tahap ini merupakan

  tahap analisis kebutuhan atau need

  assesment dengan menerapkan prinsip front-end analysis . Studi yang

  dilakukan adalah studi pustaka dan deskriptif-kualitatif untuk mengidentifikasi dan mengkaji terhadap (1) teori model pembelajaran, (2) teori Pendidikan Matematika Realistik (PMR), (3) hasil-hasil penelitian yang relevan, (4) karakteristik dan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan (5) analisis materi. Penelitian deskriptif- kualitatif dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap guru untuk mengetahui karakteristik berpikir siswa dan gambaran pengelolaan pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan PMR.

  2. Fase desain (design). Tahap ini bertujuan untuk mendesain solusi dari masalah tentang model pembelajaran yang telah didefinisikan dalam investigasi awal. Studi yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk: (1) menyusun garis-garis besar unsur-unsur model pembelajaran yang terdiri dari (a) sintaks, (b) sistem sosial, (c) prinsip reaksi, (d) sistem pendukung, dan (e) dampak instruksional dan pengiring, (2) menyusun garis besar landasan teoritis model yang dirancang, dan (3) menyusun petunjuk pelaksanaan model pembelajaran tersebut.

  (realization/construction). Tahap ini merupakan fase desain dan konstruksi awal Model PMR) model pembelajaran dan

  4. perangkat pembelajaran (RPP, LKS,

  LKI, LLL, dan penilaian). Studi yang dilakukan dengan analisis teoritis dan empiris untuk melihat keterbacaan draf model dan kesesuaian kebutuhan guru. Kegiatan dilakukan dengan diskusi antara peneliti dan guru-guru serta validator.

1. Fase investigasi awal (preliminary

  Hasil dan Pembahasan Fase-1: Investigasi Awal

  Dari hasil-hasil investigasi awal kondisi saat ini tentang pembelajaran matematika terhadap guru matematika di 10 SMPN Kota padang, diperoleh informasi sebagai:

  a). Pembelajaran Geometrioleh guru di kelas belum menerapkan pendidikan matematika realistik baik ditinjau dari segi produk maupun proses, b) Masih sedikit persentase guru yang menggunakan masalah kontekstual dalam mengawali proses pembelajaran Geometri, c) Pada perangkat pembelajaran yang digunakan juga belum ditekankan pada aspek-aspek matematika horizontal dan vertikal dalam memahami objek matematika, d)Tidak ada proses reinvention terhadap pemahaman rumus dan sifat-sifat matematika sebab guru cendrung memberikan rumus dan sifat tanpa didahului proses reinvention, e) Guru belum membiasakan siswa belajar kooperatif yang menimbulkan interaksi sesama siswa dalam proses pembelajaran geometri.

  Berdasarkan hasil investagasi awal terungkap adanya tuntutan pembelajaran geometri berbasis PMR yang dapat memberi pelayanan kepada siswa agar dapat belajar geometri dengan menyenangkandalam memahami konsep dan prinsip geometri. Fakta ini mengisyaratkan perlu penerapan model pembelajaran geometriberbasis PMR yang memenuhi valid, praktis dan efektif.Keluaran dari fase investigasi awal ini adalah hasil kajian tentang teori model

3. Faserealisasi/konstruksi

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  pembelajaran, teori PMR, tujuan pembelajaran, dan materi geometri SLTP kelas VII smt I.

  Fase-2: Perancangan

  Hasil-hasil pengembangan pada fase ini berupa rancangan awal yang mencakup 3 hal, yaitu (1) rancangan awal Model PMR, (2)rancangan awal perangkat pembelajaran sesuai Model PMR, dan (3) hasil rancangan instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam proses pengembangan. Rancangan awal model PMR yang dihasilkan memuat (a) Pengantar (b) Rasional, (c) Teori-teori Pendukung, (d) Karakteristik Model PMR dan (e) Petunjuk Pelaksanan Model PMR. Rasional pengembangan model PMR ini mencakup hal-hal yang menjadi pertimbangan utama atau landasan pentingnya pengembangan model pembelajaran geometriberbasis pendidikan matematika realistik.

  Selain itu, pada perencanaan model diuraikan pula tentang perangkat yang perlu dipersiapkan agar pembelajaran dengan model PMR berlangsung secara praktis dan efektif. Perangkat tersebut, antara lain, adalah (a) RPP, (b) LKS (c). LKI, (d) LLL, dan (e) Sarana atau Alat Bantu Pembelajaran. Bagian yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran dicantumkan sintaks yang terdiri dari 5 fase, yaitu: Fase-1 Orientasi Pembelajaran, Fase-2 Diskusi Kelompok, Fase-3 Diskusi Kelas, Fase-4 Integrasi dan Fase-5 Evaluasi.Berikut hasil disain dari model tersebut yang dijabarkan dalam komponen-komponennya.

  Landasan Teoritik Model PMR

  Model pembelajaran geometri berbasis PMR adalah suatu model pembelajaran geometri dengan tujuan pembelajaran dan sajian bahan pembelajaran matematika sehari-hari siswa serta diberikannya kesempatan menemukan kembali

  (reinvent) konsep matematika di bawah bimbingan guru.

  Model ini didasarkan pada lima teori utama, yaitu (1) Teori PMR (2) Teori Piaget, (3) Teori Vygotski, dan (4) Teori Bruner. Selain didukung itu juga didukung dengan hasil-hasil penelitian yang relevan.

  Garis besar Teori PMR menjelaskan bahwa prinsip proses belajar dalam PMR adalah mendorong peran siswa dalam menggali berbagai gagasan matematik sehingga kemampuan matematik siswa meningkat. Jones, Thornton, dan Nisbet (2002: 133) menyatakan PMR memungkinkan siswa mengikuti kurikulum matematika yang kaya akan ide-ide matematik yang kuat. Kekuatan tersebut terutama disebabkan adanya prinsip fenomena didaktik dalam PMR yang mengaitkan masalah-masalah kontekstual dengan matematika sehingga membantu siswa dalam membangun pengetahuan matematiknya (Presmeg, 2002: 295).

  Treffers (1991) menyatakan bahwa pengetahuan matematika siswa dapat dikembangkan berawal dari pengetahuan sehari-hari siswa. Dalam mengerjakan aktifitas sehari-hari, yang merupakan masalah nyata bagi siswa, diharapakan mereka dapat diarahkan menemukan kembali (reinventions)konsep-konsep matematika. Hal ini juga ditegaskan oleh Gravemeijer (1994) bahwa bagian yang esensial dari belajar matematika adalah mengerjakan matematika melalui penyelesaian masalah kehidupan aktifitas sehari-hari. Menurut Freudenthal (1991), agar matematika bernilai bagi manusia, matematika harus dihubungkan dengan realitas, dekat ke anak, dan relevan dengan masyarakat. Dengan demikian siswa akan mempelajari matematika jika pembelajaran matematika dimulai dari kesan matematika itu abstrak bagi siswa dapat dihindari.

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  and adjusting models ), (4) menggunakan

  dunia luar ke dalam soal matematika (transferring a real world problem to a

  mathematical problem ), (8) Mentransfer

  soal dunia luar ke dalam suatu model matematika yang dikenal (transferring a real world problem to a known mathematical model).

  Sebaliknya matematika vertikal adalah siswa menyelesaikan bentuk matematika formal atau tidak formal dengan menggunakan konsep, operasi, dan prosedur matematika yang berlaku. Beberapa aktifitas yang memuat komponen matematika vertical adalah sebagai berikut (De Lange, 1987): (1) menyajikan relasi dalam bentuk rumus (representing a relation in a formula), (2) memberikan sifat keteraturan (providing

  regularities ), (3) menyederhanakan dan

  menyesuaikan model (refining

  model yang berbeda (using different

  aspek yang mirip dalam soal yang berbeda (recognizing isomorphic aspects in

  models ),(5) menggabungkan dan

  menyatikan model (combining and

  integrating models

  ), (6) merumuskan konsep matematika baru (formulating a

  new mathematicalconcept ), (7) generalisasi (generalizing).

  Fenomena pembelajaran (didactical phenomenology)

  different problems ), (7) Mentransfer soal

  discovering regularities ), (6) Mengenal

  Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari- hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan prisip matematika.

  ); dan

  Pendapat di atas didukung oleh Boaler (1997) bahwa menghubungkan antara dunia kehidupan sehari-hari dan dunia matematika merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika.

  Alasannya ialah matematika yang dilihat siswa selama ini abstrak dan formal bisa kelihatan lebih kongkrit jika peserta didik dapat mengaitkan materi matematika dengan pengalaman mereka sehari-hari.

  Gravemeijer (1994) menyatakan terdapat 3 (tiga) prinsip utama pendidikan matematika realistik yaitu a) penemuan terbimbing dan bermatematika secara progresif (guided reinvention and

  progressive mathematization );

  b) fenomena pembelajaran (didactical

  phenomenology

  c) model pengembangan mandiri (self-developed

  Menemukan relasi (discovering relations), (5) Menemukan sifat-sifat keberaturan (

  model ), sebagai berikut: Penemuan Terbimbing dan Bermatematika Secara Progresif (guided reinvention and progressive mathematization).

  Prinsip ini menegaskan bahwa siswa seharusnya diberikan peluang mengalami suatu proses yang mirip dengan kenyataan bagaimana matematika ditemukan (Gravemeijer, 1999). Prinsip ini menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat diajarkan (transmitted) oleh guru, tetapi hanya dapat dibangun (constructed) oleh para peserta didik. Menurut Jaworski (1995), guru harus memberikan siswa peluang untuk mendapatkan pengetahuan yang dibangun sendiri (knowledge

  constructions) oleh siswa itu sendiri

  sehingga ia mampu mempertanggungjawabkan pengetahuan De Lange (1987) menyebutkan beberapa aktifitas yang memuat komponen horizontal, yaitu : (1) Mengidentifikasi matematika khusus dalam konteks umum

  (identifying the specific mathematics in a general context ), (2) Meskematisasi

  (schematizing), (3) memformulasi dan memvisualisasi soal dalam cara yang berbeda (formulating and visualizing a

  problem in different ways ), (4)

  Prinsip fenomena pembelajaran kontekstual untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika kepada siswa. Prinsip ini seharusnya mempertimbangkan

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  dua tujuan yaitu: (1) kesesuaian aplikasi konteks dalam pengajaran dan (2) kesesuaian dampak dalam proses penemuan kembali (reinvention), bentuk dan model matematika dari soal kontekstual tersebut.

  Model pengembangan mandiri (self- developed model)

  Menurut Gravemeijer (1994), prinsip pengembangan model mandiri (self-

  developed model ) berfungsi untuk

  menjembatani jurang antara pengetahuan matematika tidak formal dan matematika formal dari siswa. Siswa mengembangkan model tersebut dengan menggunakan model-model matematika (formal dan tidak formal) yang telah diketahuinya dengan menyelesaikan soal kontekstual dari situasi nyata (real) yang sudah dikenal siswa, kemudian ditemukan “model dari” (model of) dalam bentuk informal kemudian diikuti dengan menemukan model dalam bentuk formal sehingga akhirnya mendapatkan penyelesaian masalah dalam bentuk pengetahuan matematika yang standar. Gravemeijer (1994) menyebut proses ini sebagai suatu transisi dari model-of ke

  model-for . Setelah transisi ini model bisa

  digunakan sebagai suatu model penalaran matematika (mathematical reasoning). Treffers, (1987) mengajukan model yang muncul dalam PMR. Dengan model pengembangan mandiri siswa belajar matematika melalui suatu rangkaian dari matematika yang tidak formal dan secara perlahan menuju ke matematika formal dengan diawali penyelesaian masalah kontekstual dari situasi nyata (real) yang telah dikenal siswa. Dengan demikian menurut Treffers ada empat fase yang dilalui siswa dalam pembelajaran matematika, yaitu situasi real, model dari masalah tersebut, model matematikanya keterangan pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga prinsip ini menjadi dasar penyusunan materi pembelajaran matematika realistik.

  Garis besar Teori Vygotsky dijelaskan sebagai berikut: (a) Penggunaan simbol- simbol dalam memecahkan masalah diperoleh siswa melalui interaksi sosial. Setiap fungsi dalam perkembangan kultural siswa tampak pada level sosial dan level individu; antara orang-orang (interpsikologi) dan dalam anak (intrapsikologi). Agar terjadi interaksi sosial dalam memecahkan maupun mengajukan masalah perlu dibuat kelompok yang memungkinkan siswa berbagi pengetahuan maupun strateginya. Kelompok sebaiknya tidak terlalu besar ( 2-3 anggota) dengan kemampuan heterogen. (b) Perkembangan pengetahuan memerlukan intervensi orang dewasa dalam pemikiran anak. Tanpa mediasi secara simbolik, pemikiran siswa akan berada pada level yang rendah.

  Zone of proximal development (zone perkembangan proksimal) adalah sebuah kawasan antara tingkat perkembangan aktual sebagai ditentukan oleh pemecahan masalah yang independen dan tingkat perkembangan potensial sebagai ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan lebih pasangan- pasangan yang mampu (capable). (c) Vygotsky seperti Bruner menggunakan ide

  scaffolding (penopang) untuk menjelaskan

  bagaimana guru dan pasangan yang mampu mengarahkan siswa membantu mereka memahami tingkat pemahaman lebih lanjut. Dalam belajar peran guru, orang dewasa, atau teman sebaya membantu membawa pengetahuan anak pada tingkat yang lebih tinggi. Ini dapat dilakukan dengan menyediakan penopang (scaffolds) yang tidak dibutuhkan lagi oleh anak setelah proses pembelajaran selesai. diuraikan sebagai berikut

  Rancangan Awal Model PMR

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  Rancangan awal model PMR yang dihasilkan adalah buku yang memuat (a) Rasional, (b) Teori-teori Pendukung, dan (c) Petunjuk Pelaksanan Model PMR. Rasional pengembangan model PMR ini mencakup hal-hal yang menjadi pertimbangan utama atau landasan pentingnya pengembangan model pembelajaran geometriberbasis pendidikan matematika realistik

  Pada bagian ini juga dibahas teori pendukung yang membahas tentang teori- teori terkait, yaitu (a) Ide dasar PMR (b) Prinsip pembelajaran PMR (c) teori-teori belajar pendukung dan (d) Model-model pembelajaran. Pembahasan tentang model PMR mencakup pembicaraan tentang konsep dasar model PMR, karakteristik model PMR, komponen-komponen model PMR dan penilaian pembelajaran berdasarkan model PMR.

  Selain itu, pada perencanaan model diuraikan pula tentang perangkat yang perlu dipersiapkan agar pembelajaran dengan model PMR berlangsung secara praktis dan efektif. Perangkat tersebut, antara lain, adalah (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (b) Lembar Kerja Siswa (c). Lembar Latihan Individual, (d) Lembar Latihan Lanjutan, dan (e) Sarana atau Alat Bantu Pembelajaran. Sementara pada bagian yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran dicantumkan pelaksanaan sintaks yang terdiri dari 5 fase, yaitu: Fase-1 Orientasi Pembelajaran, Fase-2 Diskusi Kelompok, Fase-3 Diskusi Kelas, Fase-4 Integrasi dan Fase-5 Evaluasi.

  Rancangan Awal Perangkat Pembelajaran

  Perangkat-perangkat pembelajaran yang dirancang meliputi (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (b) Lembar Kerja Siswa (c) Lembar Kerja Lanjutan.Pada fase ini (RPP) yang berhasil dirancang didasarkan atasfase pada model PMR, yaitu prinsip reaksi, sistem sosial, dan dampak instruksional dan pengiring.RPPmemuat aspek-aspek (a) Standar Kompetensi (b) Kompetensi dasar (c) Indikator Pencapaian Kompetensi, (d) Tujuan Pembelajaran, (e) Materi Ajar (f) Metode Pembelajaran (g) Alat dan Sumber Belajar, serta (h) Penilaian. Materi pada RPP ini adalah keliling/luas segitiga dan segiempat.

  Hasil rancangan LKS, Lembar Kerja Individual (LKI), danLembarLatihan Lanjutan (LLL) disesuaikan dengan banyaknya pertemuan dan RPP. Gaya penyajiannya juga tidak menyajikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika secara detail, tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memandu siswa untuk mengkonstruk sendiri konsep- konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajarinya.

  Rancangan Instrumen Penelitian

  Untuk memperoleh data tentang proses dan hasil pengembangan Model PMR beserta perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai, dipersiapkan instrumen- instrumen untuk menguji validitas, kepraktisan dan efektifitas model PMR yang meliputi 3 macam, yaitu instrumen kevalidan, instrumen kepraktisan, dan instrumen keefektifan.

  Instrumen-instrumen kevalidan yang dihasilkan pada fase perancangan adalah aspek-aspek penilaian dan indikator- indikator setiap aspek terkait (1) Format Penilaian Model PMR, (2) Lembar Penilaian Kelayakan Penerapan Model PMR, (3) Format Validasi Keterlaksanaan Model PMR, (4) Format Validasi Angket Respons Siswa, dan (5) Format Validasi Lembar Penilaian.

  Instrumen-instrumen kepraktisan yang berhasil dirancang pada fase ini, meliputi lembar-lembar observasi yaitu: (1) Lembar Observasi Keterlaksanaan Model PMR, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP)

  Instrumen-instrumen keefektifan yang dirancang pada fase ini meliputi: (1)

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Lembar Observasi Aktifitas Siswa, (2) Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran, (3) Angket Respons Siswa, dan (4) Lembar Penilaian Hasil Belajar.Rancangan dari instrumen- instrumen tersebut di atas seluruhnya memuat petunjuk dan isi instrumen. Aspek isi didasarkan pada teori-teori yang mendukung obyek-obyek yang akan diungkap melalui instrumen itu.

  Fase -3: Realisasi

  Hasil-hasil yang diperoleh pada Fase-1 dan 2 selanjutnya diarahkan kepada Fase-3 yaitu menyusun/merealisasikan secara lebih matang model PMR beserta perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan.Produk yang diperoleh pada fase ini meliputi (1) Buku Model PMR, (2) Perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan Model PMR, dan (3) instrumen-instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan model PMR. Produk ini diberi nama Prototipe-1 (Model PMR, perangkat dan instrumen). Deskripsi Prototipe-1 (Model PMR, perangkat, dan instrumen) sebagai hasil pengembangan yang diperoleh pada Fase Realisasi ini dikemukakan sebagai berikut.

  Deskripsi Model PMR

  Model pembelajaran geometriberbasisPMR diwujudkan dalam bentuk buku. Gambaran umum tentang Model PMR ini merupakan penyempurnaan dari model yang telah dirancang pada Fase-2 (Fase Perancangan) yang berisi lima bagian pokok, yaitu: (a) Pengantar, (b) Rasional, (c) Teori-teori Pendukung Model PMR, (d) Karakteristik Model PMR, dan (e) Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Model PMR

  Pada bagian “Pengantar” dikemukakan tentang hal-hal yang perlu diketahui pembaca, terutama para guru matematika PMR dalam pembelajaran matematika.

  B agian “Rasional” memuat dasar pemikiran pentingnya Model PMR dan p ada bagian “Teori-teori Pendukung Model PMR” dikemukakan inti-inti teori yang relevan/mendukung Model PMR.

  Teori-teori tersebut meliputi (1) Ide Dasar PMR, (2) Prinsip Pembelajaran PMR, (4) Teori Piaget, (5) Teori Vygotsky, dan (6) Teori Bruner. B agian “Karakteristik Model PMR” disajikan komponen- komponen Model PMR, yaitu: (a) Sintaks, (b) Sistem Sosial, (c) Prinsip Reaksi, (d) Faktor Pendukung, dan (e) Dampak Instruksional dan Pengiring. Terakhir pada b agian “Petunjuk Pelaksanaan

  Pembelajaran Model PMR” dikemukakan tiga subbagian, yaitu (a) Perencanaan, (b) Manajemen Kelas, dan (c) Operasional Pembelajaran Model PMR.

  Deskripsi Perangkat Pembelajaran Model PMR

  Produk-produk yang direalisasikan dalam bentuk perangkat-perangkat pembelajaran Model PMR pada Fase Realisasi ini meliputi; (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Lembar Kerja Siswa, (3) Lembar Latihan Individual, (4) Lembar Latihan Lanjutan, dan (4) Lembar Penilaian Hasil Belajar.Deskripsi perangkat-perangkat tersebut diuraikan berikut ini.

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dihasilkan pada pada Fase Realisasi memuat komponen, yaitu:

  Identitas Mata Pelajaran, (b) Standar Kompetensi, (c) Indikator Pencapaian Kompetensi, (d) Tujuan Pembelajaran, (e) Materi Ajar (f) Metoda Pembelajaran (g) Alat dan Sumber Belajar (h) Kelengkapan Pembelajaran. Kelengkapan pembelajaran atau fasilitas pendukung meliputi perangkat-perangkat yang digunakan dalam pembelajaran dan alat bantu pembelajaran. Perangkat-perangkat tersebut meliputi: Lembar Kegiatan Siswa untuk masing-masing RPP. Lembar Lanjutan untuk masing-masing RPP.

  Lembar Kerja Siswa disusun untuk mendapatkan rumus keliling dan luas

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  Hasil-hasil tersebut pada Fase-4 ini ditindaklanjuti dengan melakukan kegiatan-kegiatan uji kevalidan Model PMR, uji kevalidan perangkat, dan uji kevalidan beberapa instrumen terkait. Sebelum menyajikan hasil-hasil uji kevalidan model dan perangkat-perangkat yang digunakan terlebih dahulu dikemukakan hasil pengembangan instrumen seperti berikut ini.

  Format-format validasi. Instrumen- instrumen tersebut dimodifikasi dari instrumen-instrumen sejenis yang telah dikembangkan oleh Darwis (2006), dan didiskusikan secara individu kepada tiga orang mahasiswa S3 UNP. Lembar validasi divalidasi oleh 2 orang validator yaitu dari jurusan Matematika

  PenerapanModel PMR, dan (3)

  Lembar Penilaian Kelayakan

  Lembar Penilaian Model PMR, (2)

  Instrumen-instrumen kevalidan meliputi: (1)

  Instrumen Kevalidan

  Seperti telah disebutkan pada fase-3 Realisasi, bahwa instrumen- instrumen yang telah disusun meliputi instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Pada fase-3 ini juga dikemukakan gambaran umum tentang instrumen- instrumen tersebutsebagai berikut.

  Hasil Validasi dan Revisi

  Pada fase-3 ini telah dihasilkan Prototype-1 Model PMR yang terdiri atasBuku Model, Perangkat Pembelajaran, dan Instrumen-instrumen.

  segitiga dan segiempat dengan mengharuskan siswa melakukan serangkaian aktifitas untuk menemukan prinsip tersebut. Jadi kegiatan siswa dalam LKS itu mengarahkan siswa dapat mengkonstruk sendiri konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari.Lembar Kerja Individual merupakan salah satu perangkat yang berisikan soal-soal yang sekaligus berfungsi sebagai kuis. Soal-soal tersebut juga berfungsi sebagai alat ukur pencapaian indikator untuk satu pertemuan.

  Berdasarkan fase-fase sintaks Model PMR, rencana kegiatan pembelajaran yang disusun dapat dilihat pada Tabel 1.

  teori yang menjadi pendukung model ini (teori konstruktivisme, Vigotsky, Bruner, dan Behavorisme).

  instructions yang memadukan beberapa

  atau student oriented

  directed learning

  Prinsip yang dianutdalam menyusun kegiatan pembelajaran adalah student-

  Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan komponen-komponen Model PMR, terutama sintaks, prinsip reaksi, dan sistem sosial. Kegiatan guru pada setiap fase ditekankan pada bagaimana guru membelajarkan siswa dengan menerapkan aspek-aspek PMR.

  Kegiatan Pembelajaran

  Lembar Latihan Lanjutan merupakan salah satu perangkat yang berisikan soal- soal yang relatif bersifat tidak rutin yang berfungsi sebagai latihan bagi siswa untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsip- prinsip yang telah mereka pelajari. Juga diharapkan dengan latihan lanjutan ini, konsep-konsep dan prinsip-prinsip tersebut dapat lebih dikuasai.

  FMIPA UNAND Padang, dan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. Aspek yang dinilai adalah (1) petunjuk validasi atau penilaian, (2) cakupan yang divalidasi, dan (3) kesesuaian tujuan validasi dengan butir- butir yang divalidasi. Semua validator menilai bahwa lembar validasi instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran adalah baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

   Meminta siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari

   Interaktifitas,Prod uksi dan siswa 3.

  Diskusi Kelas

   Mengatur jalannya diskusi

   Menegaskan materi

   Menjawab pertanyaan siswa

   Memberi umpan balik

   Mengikuti diskusi

   Mengikuti penegasan materi

   Mengajukan permasalahan

   Interaktifitas 4.

  Integrasi

   Membantu siswa membuat sintesa materi yang telah dipelajari

   Pengembangan model oleh siswa

   Membantu siswa membuat rangkuman materi

   Membuat sintesa materi yang telah dipelajari

   Membuat rangkuman materi yang telah dipelajari

   Produksi dan konttribusi siswa

   Penjalinan 5.

  Evaluasi

   Guru mengevaluasi hasil belajar

   Siswa melakukan penilaian hasil belajar

   Produksi dan konttribusi siswa Pasca- instruksional

   Mengadministrasikan posttest

   Menganalisis hasil tes bahan pembelajaran

   Matematisasi Vertikal

   Reinventions, Fenomena didaktik, bermatematika progresif

  Tabel .1 Sintaksis Model PMR

  2. Diskusi Kelompok (Fase Matematika horizontal dan vertikal)

  Aktivitas/Fase Pembelajaran

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

  Aspek-aspek PMR dari siswa Pra-instruksional *

   Pembentukan kelompok belajaryang heterogen 1.

  Orientasi Pembelajaran

   Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

   Memotivasi siswa

   Membagikan LKS

   Menyampaikan jenis-jenis aktivitas yang akan dilaksanakan siswa.

   Mengelompokan diri kedalam kelompoknya

   Mengikuti sajian informasi dari guru

   Memperhatikan penyampaian guru Tenang, termotivasi, berminat

   Meminta siswa mengerjakan LKS

   Memahami Masalah real, interaktifitas. Melakukan matematisasi horizontal.

   Meminta siswa mengikuti kegiatan pada LKS

   Meminta siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya

   Meminta siswa menjawab pertanyaan pada LKS secara kelompok dan mandiri

   Membimbing dan memotivasi kelompok siswa

   Guru mengecek hasil kerja siswa

   Memfasilitasi siswa untuk mengerjakan Lembaran Kerja Individual (LKI)

   Siswa mengikuti kegiatan pada LKS

   Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya memecahkan masalah kontekstual melalui matematisasi horizontal

   Siswa berdiskusi dengan guru dan siswa dalam kelompok dalam menjawab pertanyaan pada LKS

   Siswa mendiskusikan konsep, skil, atau prinsip pada LKS melalui matematisasi vertikal

   Siswa mengerjakan LKI secara mandiri

   Memahami masalah yang bekaitan dengan dunia luar

   Mengerjakan posttest

  

Edwin Musdi: Perancangan Prototipe Awal Model Pembelajaran Geometri Berbasis

Pendidikan Matematika Realistik

  Instrumen Kepraktisan

  Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Model PMRLembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Model PMR dibuat untuk memperoleh salah satu jenis data pendukung kriteria keefektifan Model PMR. Instrumen ini memuat petunjuk, aspek-aspek kemampuan guru, dan kolom penilaian.Ada 6 komponen kemampuan guru yang dinilai dan disebar ke 32 indikator.

  Berdasarkan hasil penilaian dari dua validator diperoleh Koefisien Reliablitas R = 0,80 (Hal ini berarti memenuhi kriteria reliabilitas instrumen dan layak untuk dipakai.

  Lembar Observasi Aktifitas siswa dibuat untuk memperoleh salah satu jenis data pendukung keefektifan Model PMR. Instrumen ini mencakup tiga aspek, yaitu petunjuk, jenis-jenis aktifitas siswa, dan tabel untuk mencatat frekuensi aktifitas siswa setiap 5 menit.

  Instrumen keefektifan meliputi (a) Lembar Penilaian Hasil Belajar, (b) Lembar Observasi Aktifitas Siswa, (c) Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Model PMR, dan (d) Angket Respons Siswa.

  Instrumen Keefektifan

  Lembar Observasi Keterlaksanaan Model PMR dan Lembar Penilaian Kelayakan Penerapan Model PMR telah divalidasi oleh dua orang ahli Reliabilitas instrumen Lembar Penilaian Kelayakan Penerapan Model PMR adalah sangat tinggi (R=0,90) dan koefisien reliabilitas Lembar Observasi Keterlaksanaan Model PMR setelah diujicobakan adalah sangat tinggi (R= 0,80). Dengan demikian kedua instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan untuk digunakan.

  Angket respon siswa tentang kegiatan model PMR divalidasi oleh 2 validator seperti di atas yang dinilai meliputi: aspek petunjuk, kesesuaian butir dengan indikator, ketepatan isi butir, dan ketepatan bahasa. Validator menilai semua (24) butir angket dapat digunakan dan setuju dengan semua aspek yang dinilai. Satu validator memberi penilaian kualitas angket sangat baik dan satu validator memberi penilaian baik. Dua validator menilai angket dapat digunakan tanpa revisi dan satu orang validator menilai angket dapat digunakan dengan revisi. Hasil penilaian angket tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil penilaian, angket tersebut dapat diterima dengan tanpa revisi. Berdasarkan hasil validasi, semua butir angket tersebut diterima dan dapat digunakan untuk penelitian.

  Tabel 2 Hasil Validasi Instrumen

  Lembar observasi aktivitas siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajarandivalidasi oleh 2 orang validator tersebut yang menilai (1) kejelasan dan keterlaksanaan petunjuk, (2) cakupan aktivitas siswa dan kejelasan setiap jenis aktivitas siswa, dan (3) cakupan ativitas guru dan kejelasan setiap jenis aktivitas guru. Semua validator menilai baik untuk semua aspek yang dinilai. Satu validator memberi penilaian kualitas lembar pengamatan sangat baik dan satu validator memberi penilaian baik. Kesimpulan hasil validasi adalah lembar pengamatan tersebut diterima tanpa revisi dan karena itu dapat digunakan.

  3 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Model PMR 4 4,25 4,1

  4 5 4,5

  2 Angket Respon Siswa

  1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 3,8 4,8 4,3

  No Nama Instrumen Skor Rata-rata Rata-rata Validator I Validator II

  Angket Respons Siswa.

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Hasil-hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

  III, dan IVaspek pengorganisasian belum sistematis. Ruang kerja siswa untuk menulis jawaban pada LKS terlalu kecil. Penggunaan karton untuk membuat bangun datar tidak dijelaskan secara rinci pada LKS. (c) Untuk perangkat Lembar Latihan Individual I, II, III, dan IV aspek waktu yang untuk mengerjakan LKI oleh validator dinilai terlalu kurang dan soalnya terlalu banyak untuk waktu 20 menit.

  IV, dan V aspek kesesuaian waktu pada setiap fase belum proporsional dan belum terlihat fase dari PMR, (b) Untuk Lembar Kerja Siswa I, dan II belum terlihat kegiatannya berbasis aktifitas dan LKS