Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam dan Hawa dari Surga: Sebuah Kajian Tematik menggunakan Pendekatan Linguistik
KAFAAH JOURNAL, 7 (2), 2017, (9-23)
(Print ISSN 2356-0894 Online ISSN 2356-0630) Available online at http://kafaah.org/index.php/kafaah/index
Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam dan Hawa dari Surga: Sebuah Kajian Tematik menggunakan Pendekatan Linguistik
Hamdi Putra Ahmad
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta Email: hamdie11041997@yahoo.co.id
Abstract
There are not a few Muslims who make the story of Adam and Eve as an argument to consider women as a source of triggering sin. T his study aims to find out the Qur'anic view of the story of the expulsion of Adam and Eve from heaven, expressing the comprehensive view of the Qur'an about the chronology of the exorcism of Adam and Eve and outlining the causes of the expulsion of Adam and Eve from Heaven. This study uses thematic method with Q.S. An-Nisa (4): 1 and al-A'raf (7): 22 as sources of data. Linguistic analysis was used to analyze the data. The results of the study showed that the emergence of this assumption is motivated by several reasons. Among the reasons is the history of Israiliyyat made by the classical interpreters as the primary source in interpreting the verses about Adam and Eve, which began at the end of the first century of Hhijriyah. The Israiliyyat narrations which speak of the story of Adam and Eve in general provide information which tends to make Eve a degrading party as well as a source of sin. This understanding ultimately affects the lowering of women's position over men in real life. In fact, if we examine directly the linguistic structure of the text of the verses in the Qur'an and read it holistically, and linked with the maqashid of equality of human creation, we will find that the Qur'an always makes Eve in an equal position with Adam.
Keywords: Adam, Eve, Gender equality, Thematic methode, Linguistic analysis
Abstrak
Banyak umat Islam yang menjadikan kisah Adam dan Hawa sebagai landasan untuk menganggap kaum perempuan sebagai sumber pemicu dosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan al-Qur’an tentang kisah pengusiran Adam dan Hawa dari surga, mengungkapkan pandangan al-Qur’an secara komprehensif tentang kronologi pengusiran Adam dan Hawa serta menghuraikan penyebab terusirnya Adam dan Hawa dari Surga. Kajian ini menggunakan metode tematik (thematic methode) dengan sumber data Q.S. An-Nisa’ (4): 1 dan al-A’raf (7): 22. T eknik analisis yang digunakan adalah analisis linguistik (linguistic analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa munculnya asumsi ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan. Diantara alasan tersebut ialah dijadikannya riwayat-riwayat Israiliyyat oleh penafsir- penafsir klasik sebagai sumber primer dalam menafsirkan ayat-ayat tentang Adam dan Hawa, yang dimulai sejak penghujung abad ke-1 hijriyah. Riwayat-riwayat Israiliyyat yang berbicara tentang kisah Adam dan Hawa pada umumnya menyajikan informasi-informasi yang cenderung menjadikan Hawa sebagai pihak yang direndahkan sekaligus sebagai sumber pemicu dosa. Pemahaman ini akhirnya memberikan dampak direndahkannya posisi kaum perempuan dibandingkan laki-laki dalam kehidupan nyata. Padahal, jika kita mengkaji secara langsung struktur linguistik teks ayat-ayat di dalam al-Qur’an dan membacanya secara holistik, serta dikaitkan dengan maqashid kesetaraan penciptaan manusia, kita akan mendapati bahwa al-Qur’an selalu menjadikan Hawa berada di posisi yang setara dengan Adam.
Kata kunci: Adam, Hawa, Kesetaraan gender, Metode tematik, Analisis linguistik
10│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…
PENDAHULUAN
Riwayat-riwayat tersebut diperoleh dari Wacana tentang kesetaraan gender
literatur-litaratur Taurat dan Injil yang selalu menarik untuk diperbincangkan.
secara fakta telah mengalami banyak Kajian ini semakin gencar disuarakan oleh
distorsi oleh penganutnya. Fenomena ini para akademisi di abad ke-20 sebagai
lah yang selanjutnya menyebabkan banyak bentuk perlawanan terhadap hegemoni
umat Islam yang meyakini bahwa patriarkhi yang berlaku umum di hampir
perempuan adalah sumber penyebab dosa, seluruh kawasan di dunia selama berabad-
karena ia telah menyebabkan Adam terusir abad lamanya. Konsep gender yang
dari surga.
cenderung masih bersifat “bias” –dengan
difokuskan untuk arti bahwa perempuan selalu ditempatkan di
Kajian
ini
jauh bagaimana posisi yang lebih rendah dari laki-laki—
mengetahui
lebih
pandangan al-Qur’an itu sendiri dalam telah menjadi asumsi umum (general
menyikapi kisah pengusiran Adam dan assumption) dalam konstruksi kehidupan
hawa dari surga. Menggunakan metode sosial masyarakat dunia dan dianggap tidak
tematik dalam ranah kajian linguistik teks, lagi relevan dengan tuntutan zaman modern
bertujuan untuk saat ini.
mengungkapkan pandangan al-Qur’an Polemik bias gender tidak hanya
secara komprehensif tentang kronologi mengundang perhatian kalangan sosialis,
pengusiran Adam dan Hawa serta kajian ini juga mulai gencar disuarakan oleh
menghuraikan apakah benar bahwa Hawa para akademisi yang bergerak di ranah
adalah penyebab terusirnya ia dan Adam, keagamaan. Hal tersebut terjadi disebabkan
atau justru Adam dan Hawa memiliki porsi terdapatnya persoalan-persoalan gender
dosa yang sama sehingga konsep dosa yang juga bersinggungan dengan ajaran-
keturunan yang selama ini dialamatkan ajaran agama, baik yang berkaitan langsung
terhadap perempuan adalah asumsi yang dengan sumber-sumber asli (kitab suci,
dapat ditolak sama sekali. sabda Nabi, dsb) maupun berkenaan dengan hasil penafsiran dan ijtihad dari tokoh-
METODE PENELITIAN
tokoh agama terhadap sumber-sumber tersebut.
Dalam penelitian ini penulis akan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat
mengkaji ayat-ayat tentang Kisah Adam Islam juga tidak luput dari persoalan ini.
dan Hawa dari Surga dengan metode Sebagian ayat-ayat al-Qur’an dianggap
tematik (thematic methode) menggunakan bersinggungan dengan persoalan gender
analisis linguistik (linguistic analysis). dan memancing para akademisi untuk
Metode tematik adalah suatu cara mengkajinya secara lebih mendalam. Salah
menafsirkan al-Qur’an dengan mengambil satu wacana yang terkait dengan hal ini
tema tertentu, lalu mengumpulkan ayat-ayat adalah kisah terusirnya Adam dan Hawa
yang terkait denga tema tersebut, kemudian dari surga. Ayat-ayat tentang kisah Adam
satu-persatu dari sisi dan Hawa di dalam al-Qur’an telah
dijelaskan
linguistiknya. Setelah itu, dikaitkan dengan memunculkan pemahaman ketimpangan
antara satu tema dengan tema lainnya, gender terhadap sebagian umat Islam
sehingga membentuk satu gagasan yang selama berabad-abad. Salah satu faktor
komprehensif mengenai pandangan al- yang menyebabkan hal ini terjadi adalah
Qur’an terhadap tema yang dikaji masuknya riwayat-riwayat Israiliyat ke
(Mustaqim, 2014). Adapun analisis dalam kitab-kitab Tafsir yang ditulis oleh
linguistik merupakan proses mengkaji teks ulama klasik pasca wafatnya Nabi
dari aspek bahasanya. Analisis linguistik Muhammad SAW yang cenderung
yang akan dikupas pada penelitian ini memojokkan Hawa sebagai manusia
terfokus pada dua aspek, yaitu aspek pertama
dari kalangan
perempuan.
leksikal dan gramatikal teks. Aspek leksikal
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│11
merupakan satuan unsur-unsur Bahasa yang umum belum menemukan titik temu yang secara mandiri membentuk maknanya
utuh dan masih dipengaruhi oleh asumsi- sendiri (Hestiyana, 2017; Muqri, Sugono, &
asumsi yang berkembang dalam budaya dan Khairah, 2016; Rahyono, 2012, 2015).
tradisi yang melingkupinya. Sedangkan aspek gramatikal merupakan
Jika dikaitkan dengan aspek Teologis, satuan-satuan Bahasa bermakna yang
maka kita dapat menyebut gender sebagai merupakan konstituen (unsur pembentuk)
behavioral differences (perbedaan perilaku) satuan yang lebih besar.
antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan
SEKILAS TENTANG KONSEP
yang bukan ketentuan dari Tuhan,
GENDER
melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang
Telah menjadi kesepakatan umum di (Riant Nugroho, 2011). Sedangkan seks kalangan para ahli bahwa istilah “gender”
(sex) dapat diartikan sebagai perbedaan merupakan hal yang berbeda dengan istilah
antara laki-laki dan perempuan dari aspek “seks”. Gender bersifat psikologis, sosial,
biologis dan merupakan kodrat Tuhan yang dan budaya, sedangkan seks bersifat
sama sekali tidak dipengaruhi oleh biologis. Sebagaimana yang diungkapkan
konstruksi sosial dan budaya. Dengan oleh Moore dan Sinclair (1995), bahwa
demikian dapat disimpulkan bahwa gender istilah seks menekankan perbedaan
dapat mengalami perubahan dari tempat ke kromosom pada janin (Sex refers to the
tempat, waktu ke waktu, atau dari kelas ke biological differences in the chrmosomes of
kelas sesuai kondisi sosial dan budaya yang the
Rumiwiharsih, 2017; Remiswal, 2013; Sebayang, 2017). Sedangkan gender dapat
AYAT-AYAT TENTANG
dimaknai seperti yang yang diistilahkan
PENGUSIRAN ADAM DAN HAWA
(Abdullah, 2003) sebagai pembedaan
DARI SURGA
perempuan dan laki-laki di mana yang menjadi pembentuknya adalah konstruksi
Kata “Adam” (مدأ) terulang sebanyak sosial dan kebudayaan (Gender is social
25 kali di 25 ayat yang berbeda dalam al- construction and codification of difference
Qur’an. Namun dari dua puluh lima ayat between the sexes refers to social
tersebut, tidak semuanya berkaitan dengan relationship between women and men)
kisah Adam itu sendiri. Sebagiannya (Komarudin, 2016; Riant Nugroho, 2011).
berbicara mengenai anak keturunan Adam Meskipun demikian, dalam realita
atau yang dikenal dengan istilah bani Adam kehidupan masyarakat gender masih
dan dzurriyyati Adam, juga tentang kisah dipahami secara rancu. Masih ada diantara
dua anak Adam yang salah satunya masyarakat yang memandang bahwa gender
saudaranya yang lain hanya identik dengan perempuan dan
membunuh
disebabkan tidak diterimanya qurban yang karena itu persoalan gender hanya pantas
ia persembahkan kepada Allah. Oleh karena dilakukan oleh kalangan perempuan saja.
penelitian ini hanya membahas tentang Sebagian yang lain ada yang memandang
Adam dan Hawa, maka ayat-ayat yang bahwa gender adalah suatu upaya untuk
dijadikan obyek pembahasan hanyalah yang mewujudkan emansipasi perempuan, yaitu
berkaitan dengan Adam dan Hawa saja. upaya
Kisah Adam dan Hawa di dalam al- perempuan dari penindasan yang dilakukan
untuk membebaskan
kaum
Qur’an selalu dikaitkan dengan kisah oleh kaum laki-laki, dan karena itu
terusirnya mereka dari Surga disebabkan persoalan gender harus ditentang oleh kaum
kesalahan mereka yang telah melanggar laki-laki (Astuti, 2009). Jadi persoalan
perintah Allah untuk menjauhi buah gender dalam pemahaman masyarakat
terlarang. Kisah tersebut disajikan dengan
12│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…
redaksi yang berbeda-beda dan tersebar di berbagai tempat dalam al-Qur’an. Sebagian tempat menerangkan kisah tersebut secara ringkas (Q.S. al-Baqarah/2: 35-37), sedangkan tempat yang lain menyajikannya secara lebih mendetail (Q.S. al-A’raf/7: 19-
24 dan Q.S. Thaha/20: 115-127). Berikut adalah lafaz dari ketiga kelompok ayat yang dimaksud:
1. Q.S. al-Baqarah/2: 35-37 ﺎَﮭْﻨِﻣ َ ﻼُﻛَو َﺔﱠﻨَﺠْﻟا َﻚُﺟْوَزَو َ ﺖْﻧَأ ْ ﻦُﻜْﺳا ُمَدآ ﺎَﯾ ﺎَﻨْﻠُﻗَو َ ﻦِﻣ ﺎَﻧﻮُﻜَﺘَﻓ َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ِهِﺬَھ ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ َ ﻻَو ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُ ﺚْﯿَﺣ اًﺪَﻏَر ) 35 ) َﻤُﮭَﺟَﺮْﺧَﺄَﻓ ﺎَﮭْﻨَﻋ ُ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﮭﱠﻟَزَﺄَﻓ ﺎ َﻤُﮭَﺟَﺮْﺧَﺄَﻓ ﺎَﮭْﻨَﻋ ُ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﮭﱠﻟَزَﺄَﻓ ْﻢُﻜَﻟَو ﱞوُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ اﻮُﻄِﺒْھا ﺎَﻨْﻠُﻗَو ِﮫﯿِﻓ ﺎَﻧﺎَﻛ ﺎﱠﻤِﻣ ) 36 ) ﻰﱠﻘَﻠَﺘَﻓ (
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini,
dan makanlah
makanan-
makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (35) Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu!” sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (36) Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang (37)
Kami
berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (38).”
2. Q.S. al-A’raf/7: 19-24:
َ ﻦِﻣ ﱠ ﻦَﻧﻮُﻜَﻨَﻟ ﺎَﻨْﻤَﺣ ْﺮَﺗَو ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻐَﺗ ْﻢَﻟ ْ نِإَو ﺎَﻨَﺴُﻔْﻧَأ ﺎَﻨْﻤَﻠَظ ) 23 ( ﱞوُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ اﻮُﻄِﺒْھا َلﺎَﻗ ( ) 24 ( 24 “(Dan Allah berfirman): “Hai Adam, tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah oleh mu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim. (19) Maka syaithan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau orang yang kekal di dalam surga. (20) dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya “sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu.” (21) dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka aurat mereka, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun- daun surga. Tuhan pun menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan aku telah
mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua? (22) Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri.
Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi. (23)
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│13
(Allah) berfirman, “Turunlah kalian! Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah Kalian akan saling bermusuhan satu
dia.” (121) Kemudian Tuhannya sama lain. Bumi adalah tempat
memilih dia, maka dia menerima kediaman dan kesenanganmu sampai
taubatnya dan memberinya petunjuk. waktu yang telah ditentukan.” (24)
(Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga
Dia
3. Q.S. Thaha/20: 115-127:
sebagian kamu ﺎًﻣْﺰَﻋ ُﮫَﻟ ْﺪِﺠَﻧ ْﻢَﻟَو َﻲِﺴَﻨَﻓ ُﻞْﺒَﻗ ْ ﻦِﻣ َمَدآ ﻰَﻟِإ ﺎَﻧْﺪِﮭَﻋ ْﺪَﻘَﻟَو
bersama-sama,
menjadi musuh bagi sebagian yang ﱠ ﻻِإ اوُﺪَﺠَﺴَﻓ َمَد ِ ﻵ اوُﺪُﺠْﺳا ِﺔَﻜِﺋ َ ﻼَﻤْﻠِﻟ ﺎَﻨْﻠُﻗ ْذِإَو ( 115 )
lain. Jika datang kepadamu petunjuk َﻚَﻟ ﱞوُﺪَﻋ اَﺬَھ ﱠ نِإ ُمَدآ ﺎَﯾ ﺎَﻨْﻠُﻘَﻓ ( 116 ) ﻰَﺑَأ َ ﺲﯿِﻠْﺑِإ
maka (ketahuilah) ( 117 ) ﻰَﻘْﺸَﺘَﻓ ِﺔﱠﻨ َﺠْﻟا َ ﻦِﻣ ﺎَﻤُﻜﱠﻨَﺟِﺮْﺨُﯾ َ ﻼَﻓ َﻚِﺟْوَﺰِﻟَو
dari-Ku,
yang mengikuti َ ﻻ َﻚﱠﻧَأَو ( 118 ) ىَﺮْﻌَﺗ َ ﻻَو ﺎَﮭﯿِﻓ َعﻮُﺠَﺗ ﱠ ﻻَأ َﻚَﻟ ﱠ نِإ
barangsiapa
petunjuk-Ku dia tidak akan sesat dan ِﮫْﯿَﻟِإ َ سَﻮْﺳَﻮَﻓ ( 119 ) ﻰَﺤْﻀَﺗ َ ﻻَو ﺎَﮭﯿِﻓ ُﺄَﻤْﻈَﺗ
tidak pula celaka. (123)” ِﺪْﻠُﺨْﻟا ِةَﺮَﺠَﺷ ﻰَﻠَﻋ َﻚﱡﻟُدَأ ْﻞَھ ُمَدآ ﺎَﯾ َلﺎَﻗ ُ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا
ﺎَﻤُﮭَﻟ ْ تَﺪَﺒَﻓ ﺎَﮭ ْﻨِﻣ َ ﻼَﻛَﺄَﻓ ( 120 ) ﻰَﻠْﺒَﯾ َ ﻻ ٍﻚْﻠُﻣَو PENGARUH RIWAYAT ISRAILIYAT
ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ِقَرَو ْ ﻦِﻣ ﺎَﻤِﮭْﯿَﻠَﻋ ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ ﺎَﻘِﻔَطَو ﺎَﻤُﮭُﺗآْﻮَﺳ DALAM PENAFSIRAN TERHADAP َ بﺎَﺘَﻓ ُﮫﱡﺑَر ُهﺎَﺒَﺘْﺟا ﱠﻢُﺛ ( 121 ) ىَﻮَﻐَﻓ ُﮫﱠﺑَر ُمَدآ ﻰَﺼَﻋَو AYAT-AYAT PENGUSIRAN ADAM
DAN HAWA DARI SURGA
1. Pengertian Israiliyat
israiliyat merupakan “Dan sungguh Kami telah pesankan
Kata
bentuk jama’ dari israiliyah (ﺔﯿﻠﯿﺋاﺮﺳإ) kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa,
yang dinisbatkan kepada Bani Israil. dan Kami tidak dapati darinya ‘azm.
Adapun yang dimaksud dengan kata (115) Dan (ingatlah) ketika Kami
israil itu sendiri adalah Nabi Ya’qub, berfirman kepada para Malaikat,
dan yang dimaksud dengan Bani “Sujudlah kalian kepada Adam! Lalu
Israil secara utuh adalah anak mereka pun sujud kecuali Iblis; dia
Ya’qub (Syuhbah, menolak. (116) Kemudian Kami
keturunan
Muhammad Abu, tt). Adapun berfirman, “Wahai Adam, sungguh
pengertian israiliyyat ini (Iblis) adalam musuh bagimu dan
mengenai
terdapat perbedaan pendapat di isterimu, maka sekali-kali jangan
kalangan ulama.
sampai ia mengeluarkan kalian Di dalam bukunya “al-Israiliyat berdua dari surga, nanti kalian celaka.
wa Atsaruha fi al-Kutub al-Tafsir” (117) Sungguh (ada) jaminan
Na’na’ah memberikan untukmu di sana, engkau tidak akan
Ramzi
pengertian israiliyat dengan segala kelaparan dan tidak akan telanjang.
riwayat (informasi) yang masuk ke (118) dan sungguh, di sana engkau
dalam penafsiran terhadap al-Qur’an, tidak akan merasakan dahaga dan
berupa kepalsuan, tidak akan ditimpa panas matahari.
baik
yang
kebohongan, dan takhwif , yang (119) Kemudian setan membisikkan
semuanya bersumber dari golongan pikiran jahat kepadanya dengan
israiliyyin (Na’na’ah, Ramzi, 1970). berkata, “Wahai Adam, maukah
Manna’ bin Khalil al-Qaththan engkau aku tunjukkan pohon
dalam bukunya “Mabahits fi ‘Ulum keabadian dan kerajaan yang tidak
al-Qur’an” menerangkan bahwa yang akan binasa?” (120) Lalu keduanya
dimaksud dengan israiliyyat adalah memakannya, maka tampaklah oleh
segala bentuk informasi (akhbar) keduanya aurat mereka dan mulailah
yang disampaikan oleh para ahlu al- keduanya menutupinya dengan daun-
kitab (Yahudi dan Nashrani) setelah daun surga. Dan telah durhakalah
mereka masuk ke dalam agama Islam,
14│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…
baik yang berkaitan dengan budaya- lain sebagainya), juga memiliki budaya
keterkaitan erat dengan informasi- keagamaan (Al-Qaththan, Manna’ bin
maupun
kisah-kisah
informasi yang disajikan dalam Injil Khalil, 2000).
dan Taurat (cerita-cerita Israiliyyat) Muhammad Husain al-Zahabi
(Ahmed, 1992; Predelli, 2004). memberikan dua pengertian tentang
Sehingga wajar jika kemudian banyak Israiliyat (Al Amin, Hulaimi, 2013),
para penafsir yang hendak memahami yaitu Pertama, kisah dan dongeng
makna ayat-ayat al-Qur’an–terutama yang menyusup ke dalam tafsir dan
yang berkaitan dengan kisah-kisah— hadis yang asal periwayatannya
mengutip secara langsung riwayat- kembali kepada Yahudi, Nasrani, atau
riwayat yang terdapat di dalam kitab yang lain; Kedua, sebagian ahli tafsir
Injil maupun Taurat. memperluas pengertian ini dengan
Memperkuat pendapat di atas, memasukkan
Manna’ bin Khalil Qaththan di dalam sengaja diselundupkan oleh musuh-
cerita-cerita
yang
bukunya “Mabahits fi ‘Ulum al- musuh Islam ke dalam tafsir dan
Qur’an” menyatakan bahwa pasca hadis yang sama sekali tidak dijumpai
wafatnya Rasulullah SAW –terutama dalam sumber-sumber lama.
di era tabi’in— kecenderungan Dari beberapa pengertian di atas
penafsiran umat Islam adalah dengan dapat disimpulkan bahwa Israiliyat
mengambil informasi (riwayat) dari merupakan riwayat-riwayat berupa
orang-orang Yahudi (ahl al-kitab), cerita-cerita,
terutama yang berkaitan dengan informasi-informasi yang diperoleh
kisah-kisah,
atau
kisah-kisah para Nabi dan kaum- dari ahlu al-Kitab (Yahudi dan
kaum terdahulu. Cara penyajian Nasrani) yang memiliki kemungkinan
kisah-kisah di dalam al-Qur’an benar dan salah.
cenderung hanya bersifat umum (mujmal), sedangkan cara penyajian
2. Pengaruh Riwayat Israiliyat terhadap kisah-kisah di dalam Taurat dan Injil Penafsiran al-Qur’an
cenderung bersifat mendetail (tafashil Leila Ahmed menuturkan di
al-juz’iyyah). Hal inilah yang dalam bukunya “Women and Gender
kemudian menyebabkan banyak in Islam” bahwa Islam secara jelas
kalangan penafsir pasca wafatnya menyatakan bahwa dirinya tidak
Nabi yang berbondong-bondong melepaskan diri dari kondisi dan
mencari informasi kepada tokoh- kultur-budaya Arab yang menjadi
tokoh Yahudi dan Nasrani yang tempat ia turun. Al-Qur’an juga tidak
kebetulan ketika itu banyak yang menyanggah bahwa ia memiliki
masuk ke dalam agama Islam. keterkaitan erat dengan tradisi
Diantara tokoh-tokoh ahlu al-kitab Nasrani dan Yahudi yang menerima
yang banyak menjadi rujukan dalam kitab Injil dan Taurat dari Tuhan.
hal ini ialah Abdullah bin Salam, Konsekuensinya, banyak penerapan
Ka’b al-Ahbar, Wahb bin Munabbih, hukum yang digariskan di dalam al-
Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Qur’an yang diadopsi dari hukum-
Juraij, dan sebagainya (Al-Qaththan, hukum yang diterapkan terhadap
Manna’ bin Khalil, 2000). umat Nasrani maupun Yahudi. Begitu
Munculnya sikap kritis dan juga dengan kisah-kisah yang terjadi
kehati-hatian para ulama terhadap sebelum di utusnya Nabi Muhammad
riwayat-riwayat Israiliyat di atas (baik yang berkaitan dengan Nabi-
didasari oleh keterangan dari Nabi Nabi, kaum yang durhaka, kaum yang
sendiri untuk berhati-hati terhadapnya beriman, raja-raja, binatang, Iblis, dan
(Bukhari, 1999). Sebagaimana yang
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│15
diungkapkan oleh Manna’ bin Khalil memperluas cakrawala penafsiran al-Qaththan, bahwa cerita Israiliyat
mereka, riwayat-riwayat Israiliyat itu bersifat naqli (periwayatan). Maka
dianggap cukup credible (terpercaya) untuk mengukur benar atau salahnya
dalam menafsirkan kisah-kisah masa informasi yang diperoleh darinya,
lalu di dalam al-Qur’an. Hal ini seseorang harus melandasinya kepada
disebabkan karena penafsiran bil apa yang diajarkan oleh Nabi. Jika
ma’tsur (oral transmission) adalah sesuai, maka dapat diterima. Namun
metode yang paling dipercaya dalam jika tidak, kita harus ber-tawaqquf
tradisi Islam kala itu. (diam) darinya (Al-Qaththan, Manna’
Ditinjau dari segi isinya, Taurat bin Khalil, 2000).
dan Injil cenderung menjadikan Hawa
3. Riwayat Israiliyat tentang Kisah sebagai penyebab utama dari Pengusiran Adam dan Hawa serta
terusirnya ia dan Adam dari Surga. Pengaruhnya terhadap Fenomena
Bahkan disebabkan kesalahannya itu, Bias Gender di Kalangan Umat Islam
Hawa harus menanggung hukuman Sebagai
yang juga dipikulkan kepada anak penyempurna,informasi-informasi
kitab
yang perempuan. yang disajikan di dalam al-Qur’an
keturunannya
Sebagai bukti, berikut disajikan tentu memiliki keterkaitan erat
beberapa kutipan ayat dalam Alkitab, dengan informasi-informasi yang
yaitu: Pertama, Kitab Kejadian pasal terdapat dari kitab-kitab yang telah
3 ayat 1-16 (Society 1974), dapat diturunkan sebelumnya, yaitu Taurat
dilihat dalam tabel berikut: dan Injil. Dan realitanya, memang banyak informasi-informasi di dalam
Tabel 1: Kutipan Ayat dalam Kitab al-Qur’an –terutama yang berkaitan
Kejadian Terkait dengan Adam dan Hawa dengan kisah-kisah— yang memiliki kesamaan dengan kitab Taurat dan
Kejadian Uraian
Penjelasan
Injil. Salah satunya adalah kisah
Kejadian “Adapun ular
Ayat ini
tentang terusirnya Adam dan Hawa mengisyaratkan
ialah yang paling
cerdik dari segala bahwa sosok yang
dari surga. Akan tetapi, meskipun
binatang di darat ditemui dan
bercerita tentang hal yang sama, pola
yang dijadikan
ditanya oleh ular
penyajian informasi yang terdapat
oleh Tuhan Allah. hanyalah Hawa.
dalam al-Qur’an dengan yang
Ular itu berkata
terdapat dalam Taurat dan Injil sangat kepada
perempuan itu :
jauh berbeda. Manna’ al-Qaththan
‘Tentulah Allah
menjelaskan bahwa cara penyajian
berfirman: Semua
kisah-kisah di dalam al-Qur’an
pohon dalam
cenderung hanya bersifat umum
taman ini jangan
(mujmal), sedangkan cara penyajian kamu makan
buahnya, bukan?”
kisah-kisah di dalam Taurat dan Injil
Kejadian “Lalu sahut
Dari ayat 3 sampai
cenderung bersifat mendetail (tafashil
3: 2-5
perempuan itu
ayat 5 itu
al-juz’iyyah) (Al-Qaththan, Manna’
kepada ular itu:
menjelaskan
bin Khalil, 2000).
“Buah pohon-
tentang proses
Terkait kisah Adam dan Hawa bujuk rayu ular
pohonan dalam
di dalam al-Qur’an, sebagian penafsir Hawa
taman ini boleh
terhadap
kami makan, (2) agar bersedia
klasik dari kalangan sahabat dan
tetapi tentang
memakan buah
(terutama) tabi’in juga terpengaruh
buah pohon yang terlarang,
dengan cerita-cerita Israiliyat yang
ada di tengah-
sedangkan Adam
disampaikan oleh beberapa kalangan terlibat
tengah taman,
tidak
dari ahlul Kitab. Selain dapat dalam percakapan
Allah berfirman:
Jangan kamu
tersebut.
16│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam… makan ataupun
raba buah itu, nanti kamu mati. (3) tetapi ular itu
berkata kepada
perempuan itu : “Sekali-kali kamu tidak akan mati, (4) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (5).
Kejadian 3: 6
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminya pun
memakannya. ”
Ayat
tersebut menerangkan bahwa
mengambil buah terlarang itu dan memakannya. Setalah
ia
memakannya, barulah buah itu diberikannya kepada
Kejadian 3: 11-12
“Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Aku larang engkau memakannya?” (11) Manusia itu menjawab:
“Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah itu
kepada ku, maka
Dua ayat tersebut menerangkan tentang kemarahan Tuhan
kepada Adam karena telah memakan
buah
terlarang. Namun kemudian Adam membela dirinya sendiri
dengan mengatakan bahwa Hawa lah yang memberikan buah itu
berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kau perbuat ini?”
Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdaya aku, maka ku makan.”
Ayat tersebut semakin memperjelas bahwa kesalahan itu datang dari Hawa.
Terbukti dengan pertanyaan Tuhan yang secara langsung ditujukan kepada
Hawa mengenai alasan apa ia memberikan buah itu kepada Adam.
Kejadian
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan
ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu. Dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Ayat ini menerangkan bahwa disebabkan Hawa
termakan oleh bujuk rayu yang dilancarkan ular
untuk memakan
buah terlarang itu, maka Tuhan memutuskan untuk menetapkan permusuhan antara ular
(syaithan) dengan Hawa. Di dalamnya
tidak disebutkan nama Adam sama sekali. Hal
ini mengindikasikan bahwa
Hawa adalah
satu- satunya
biang keladi
dari terusirnya mereka berdua dari surga.
Kejadian
“Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah
payahmu waktu mengandung akan kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa
atasmu. ”
Dari ayat ini jelaslah
bahwa akibat
dari kesalahan yang ia perbuat
dengan memakan
buah terlarang
dan memberikannya kepada
Adam, Hawa dan anak keturunannya kelak
yang perempuan
juga dibebankan beberapa kesusahan
yang
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│17
berlipatganda oleh
diselamatkan
kaum perempuan
Tuhan, ia akan
karena
ditatapkan untuk
melahirkan anak
suaminya,
dan
anak, asal ia
dalam keadaan
suaminya
akan
bertekun dalam
susah payah,
berkuasa atasnya.
iman dan kasih
sebagaimana yang dan pengudusan
dijelaskan dalam
Kedua, dalam Kitab Timotius pasal 2 Kejadian
dengan segala
kitab
ayat 12-15 juga dapat dilihat Hawa sebagai pasal 3 ayat 16. penyebab terusirnya Adam dan Hawa dari
kesederhanaan.”
Surga, dapat dilihat dalam tabel di bawah Teks-teks di atas hanyalah satu dari ini:
sekian banyak redaksi Israiliyat yang penulis temukan di dalam Alkitab. Masih
Tabel 2: Kutipan Ayat dalam Kitab banyak riwayat lain yang menceritakan Timotius Terkait dengan Adam dan Hawa
kisah tentang terusirnya Adam dan Hawa dari surga dengan redaksi yang berbeda-
Timotius Uraian
Penjelasan
beda. Namun secara umum dapat diketahui
Timotius “Aku tidak
Ayat di samping
bahwa Hawa adalah penyebab utama dari
tentang tiga hal
terusirnya ia dan suaminya dari surga,
mengajar dan
yang harus ditaati
sehingga kesalahan tersebut membuatnya
juga tidak
oleh
kaum
mendapatkan hukuman dari Tuhan.
mengizinkannya
perempuan. Dan
Hal selanjutnya yang harus dilakukan
adalah melacak keterpengaruhan informasi-
laki-laki ;
mengisyaratkan
hendaklah ia
bahwa
posisi
informasi dari Israiliyat (baik secara teks
berdiam diri. ”
perempuan berada
maupun ide/pesan) terhadap penafsiran para
di bawah laki-laki.
ulama dalam menafsirkan ayat-ayat terkait
kisah terusirnya Adam dan Hawa dari
Timotius “Karena Adam
Surga. Berikut adalah satu diantara
yang pertama
beberapa penafsiran yang terindikasi
kemudian
diperbolehkannya
mendapat pengaruh dari riwayat-riwayat
barulah Hawa. ”
perempuan untuk
Israiliyat yang berhasil ditemukan dari
melakukan tiga hal di atas adalah
beberapa literatur tafsir: Dalam kitabnya
“Ruh al-Ma’ani”, al-Alusi mengutip
sebuah riwayat yang mengisahkan tentang
diciptakan
dari
kronologi terpengaruhnya Hawa dan Adam
Hawa.
dengan rayuan syaithan (yang menyamar sebagai burung) untuk memakan buah
Timotius “Lagipula bukan
Ayat ini semakin
terlarang. Ia mengatakan (Al-Alusi, 1987):
Adam yang
“Mengenai cara syaithan membujuk
melainkan
adalah penyebab
mereka (Adam dan Hawa) agar mau
memakan buah terlarang, terdapat beberapa
itulah yang
terusirnya ia dan
informasi (riwayat) tentangnya. Ada yang
tergoda dan
Adam dari Surga,
mengatakan bahwa syaithan berdiri di pintu
jatuh ke dalam
surga lalu memanggil dan membujuk
mengapa tiga hal
mereka. Ada pula yang mengatakan bahwa
yang harus ditaati
syaithan menyamar sebagai ular lalu masuk
perempuan
ke dalam surga tanpa diketahui Malaikat,
tersebut ditetapkan.
menyuruh beberapa pengikutnya untuk merayu Adam dan
dan
kemudian
Timotius “Tetapi
Untuk
menebus
Hawa. Ada pula yang mengatakan bahwa
2: 15 perempuan akan kesalahannya,
syaithan menyamar dalam bentuk burung,
18│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…
lalu ia bertengger di pagar (pembatas dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang terluar) surga sambil megeluarkan suara
setema guna menemukan konsep kesetaraan yang indah agar mereka (Adam dan Hawa
gender (gender equality) dalam kisah Adam terpikat). Maka seketika Hawa mendekat
dan Hawa di dalam al-Qur’an.
kepadanya dan disusul oleh Adam. Barulah syaithan
Teks Q.S. al-A’raf/7: 22:
memakan buah terlarang dari balik pagar.” ﺎَﻘِﻔَطَو ﺎَﻤُﮭُﺗآ ْﻮَﺳ ﺎَﻤُﮭَﻟ ْ تَﺪَﺑ َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻗاَذ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ٍروُﺮُﻐِﺑ ﺎَﻤُھ ﱠ ﻻَﺪَﻓ Riwayat di atas menyatakan bahwa
ﺎَﻤُﻜَﮭْﻧَأ ْﻢَﻟَأ ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر ﺎَﻤُھاَدﺎَﻧَو ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ِقَرَو ْ ﻦِﻣ ﺎَﻤِﮭْﯿَﻠَﻋ ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ yang pertama kali terpancing untuk
ٌﻦﯿِﺒُﻣ ﱞو ُﺪَﻋ ﺎَﻤُﻜَﻟ َ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﱠ نِإ ﺎَﻤُﻜَﻟ ْﻞُﻗَأَو ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ ْ ﻦَﻋ mendekat kepada burung yang bertengger
Berikut adalah analisis linguistik di pagar surga adalah Hawa, baru kemudian
terhadap beberapa kosakata kunci dari ayat disusul oleh Adam. Hal ini menjadi indikasi
di atas yang meliputi aspek-aspek leksikal bahwa informasi dalam kitab Injil yang
dan gramatikal: Pertama, ﺎﻤھﻻﺪﻓ : di sini mengatakan bahwa Hawa adalah penyebab
terdapat tiga kata, yaitu " " ف yang berposisi dari terusirnya mereka dari surga cukup
sebagai huruf penghubung “’athf”, memberi pengaruh terhadap penafsiran
selanjutnya “ﻻد” yang berposisi sebagai ayat-ayat al-Qur’an sekaligus memicu
kata kerja masa lampau (fi’l amdhi) dengan munculnya pemahaman yang bias gender
kata ganti orang ketiga tunggal (ghaib bagi umat Islam yang membacanya.
mufrad), dan “ﺎﻤھ” yang berposisi sebagai obyek (maf’ul bihi) yang berarti mereka
ANALISIS TEMATIK TERHADAP
berdua (ghaib mutsanna), yag secara
AYAT-AYAT TENTANG
gramatikal dalam konteks ini menunjuk
PENGUSIRAN ADAM DAN HAWA
kepada Adam dan Hawa; Kedua, روﺮﻐﺑ :
DARI SURGA MENGGUNAKAN
merupakan kesatuan klausa yang tediri dari
PENDEKATAN LINGUISTIK
dua kata yaitu “ب” sebagai harf aljarr dan “روﺮﻏ” sebagai majrur; Ketiga, ةﺮﺠﺸﻟا ﺎﻗاذﺎﻤﻠﻓ :
Berikut dihuraikan ayat-ayat tentang merupakan klausa yang terdiri dari lima Kisah Adam dan Hawa dari Surga secara
rangkaian kata (belum membentuk kalimat) tematik (thematic methode) menggunakan
yaitu “ف” berposisi sebagai permulaan analisis linguistik. Sebagaimana yang telah
“harf al-ibtida’”, selanjutnya “ﺎﻤﻟ” berposisi dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa
sebagai kata keterangan waktu (zharf al- ayat-ayat tentang pengusiran Adam dan
zaman) sekaligus menjadi huruf syarat ( ةادأ Hawa yang terdapat di dalam al-Qur’an
طﺮﺸﻟا), selanjutnya “ﺎﻗاذ” berposisi sebagai banyak dikaitkan oleh sebagian penafsir
kata kerja masa lampau (fi’l al-madhi) dengan riwayat-riwayat Israiliyat yang
dengan kata ganti orang ketiga bermakna bersumber dari Taurat maupun Injil. Dan
mereka berdua (ﺎﻤھ) mencicipi, yang secara berdasarkan
gramatikal dalam konteks ini menunjuk dikumpulkan, ditemukan bahwa riwayat-
kepada Adam dan Hawa, dan yang terakhir riwayat Israiliyat yang masuk ke dalam
“ةﺮﺠﺸﻟا” berposisi sebagai obyek (maf’ul penafsiran terhadap al-Qur’an tersebut telah
bihi) yang berarti pohon. Keempat, تﺪﺑ memberikan pemahaman “bias gender”
ﺎﻤﮭﺗآﻮﺳﺎﻤﮭ : merupakan klausa yang terdiri ﻟ terhadap sebagian umat Islam, baik yang
dari empat kata, berposisi sebagai jawaban berkaitan dengan persoalan dosa keturunan
dari huruf syarat “ﺎﻤﻟ”. Keempat kata maupun konsep penciptaan perempuan dari
tersebut yaitu; “تﺪﺑ” berposisi sebagai kata tulang rusuk laki-laki.
kerja masa lampau (fi’l al-madhi) dengan Adapun ayat yang akan menjadi
kata ganti orang ketiga tunggal (ghaibah fokus kajian pada penelitian ini adalah Q.S.
mufradah), selanjutnya frasa “ﺎﻤﮭﻟ” yang al-A’raf/7: 22. Ayat ini ditujukan untuk
terdiri dari huruf “ل” sebagai harf al-jarr menjadi acuan pertama dari proses analisis
dan “ﺎﻤھ” sebagai majrur yang berarti bagi secara keseluruhan, untuk selanjutnya
mereka berdua, yang secara gramatikal
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│19
dalam konteks ini menunjuk kepada Adam dan Hawa; Kelima,
ِﺔﱠﻨَﺠْﻟاmerupakan serangkaian kata berbentuk kalimat yang terdiri dari tujuh kata penyusun, yaitu; “و” berposisi sebagai kata penghubung (harf al-‘athf), selanjutnya “ﺎﻘﻔط” berbentuk kata kerja masa lampau (fi’l al-madhi) dengan kata ganti orang ketiga bermakna mereka berdua (ﺎﻤھ), “نﺎﻔﺼﺨﯾ”. Keenam, ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر ﺎَﻤُھاَدﺎَﻧَو: merupakan rangkaian kata berbentuk kalimat yang terdiri dari lima kata penyusun, yaitu; “و” berposisi sebagai kata penghubung (harf al- ‘athf), selanjutnya “اَدﺎَﻧ” berposisi sebagai prediket yang berbentuk kata kerja masa lampau (fi’l al-madhi), selanjutnya “ﺎﻤھ” berposisi sebagai obyek kalimat yang berbentuk kata ganti ketiga yang menunjukkan dua orang (ism dhamir ghaib mutsanna), selanjutnya “ ﱡبَر” berposisi sebagai subyek kalimat, dan “ﺎﻤھ” berposisi sebagai anak kata (mudhaf ilaih) dalam frasa “ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر”. Ketujuh, ﺎَﻤُﻜَﮭْﻧَأ ْﻢَﻟَأ: merupakan klausa yang terdiri dari empat kata penyusun, yaitu; “ﻢﻟأ” merupakan frasa dari “أ” dan “ﻢﻟ” yang berfungsi sebagai kata tanya “istifham”, selanjutnya “ َﮫْﻧَأ” berposisi sebagai prediket yang berbentuk kata kerja masa sekarang (fi’l al-mudhari’), dan “ﺎﻤﻛ” berposisi sebagai obyek kalimat yang berbentuk kata ganti ketiga yang menunjukkan dua orang (ism dhamir ghaib mutsanna). Kedelapan, ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ ْ ﻦَﻋ merupakan frasa yang terdiri dari tiga kata penyusun, yaitu; “ﻦﻋ” merupakan harf al- jarr, selanjutnya “ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ” berposisi sebagai majrur, dan “ ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا” berposisi sebagai anak kata (mudhaf ilaihi) dari frasa “ ﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ ِةَﺮَﺠ ”. Kesembilan , ﺎَﻤُﻜَﻟ ْﻞُﻗَأَوmerupakan klausa yang terdiri dari empat kata penyusun, yaitu; “و” berposisi sebagai kata penghubung (harf al-‘athf), selanjutnya “ ْﻞُﻗَأ” berposisi sebagai prediket yang berbentuk kata kerja masa sekarang (fi’l al- mudhari’) dengan kata ganti orang pertama tunggal (dhamir mufrad mutakallim), dan “ل” merupakan harf al-jarr, dan “ﺎﻤﻛ” berposisi sebagai majrur.Kesepuluh, ﱠ نِإ
ٌﻦﯿِﺒُﻣ ﱞوُﺪَﻋ ﺎَﻤُﻜَﻟ َ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا merupakan klausa yang terdiri dari enam kata penyusun, yaitu; “نإ”
merupakan huruf penegas (harf al-taukid), selanjutnya “نﺎﻄﯿﺸﻟا” berposisi sebagai subyek, selanjutnya “ل” merupakan harf al- jarr, dan “ﺎﻤﻛ” berposisi sebagai majrur, selanjutnya “ ﱞوُﺪَﻋ” berposisi sebagai prediket, dan “ ٌﻦﯿِﺒُﻣ” merupakan kata sifat (na’t) bagi “ ﱞوُﺪَﻋ” (man’ut).
Ayat di atas memberi informasi tentang kronologi pengusiran Adam dan Hawa sekaligus siapa saja yang terlibat di dalamnya. Jika dikaji secara sintaksis, ditemukan beberapa kata kunci yang mengindikasikan adanya “kesetaraan” antara Adam dan Hawa dalam kronologi pengusiran mereka dari Surga. Dari teks di atas dapat diketahui bahwa Allah selalu menggunakan kata ganti yang menunjukkan dua orang (matsna), yang ditujukan kepada Adam dan Hawa. Pertama adalah kata “ﺎﻤھﻻﺪﻓ” yang berarti dia (syaithan) menjerumuskan keduanya (ﺎﻤھ), yaitu Adam dan Hawa. Keterangan ini jelas bertolak belakang dengan ayat-ayat yang terdapat di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa yang dibujuk oleh syaithan hanyalah Hawa (Lihat: Kitab Kejadian 3: 1-5). Selanjutnya Allah menggunakan kata “ةﺮﺠﺸﻟا ﺎﻗاذ ﺎﻤﻠﻓ” sebagai kata ganti dua orang (matsna) yang berarti “tatkala mereka berdua telah mendekati pohon itu”. Keterangan ini juga menolak informasi yang terdapat di dalam Alkitab bahwa hanya Hawa yang mendekat kepada pohon terlarang dan memetik buahnya (Lihat Kitab Kejadian 3: 6-12). Kemudian Allah menggunakan kata “ ﺎَﻤُھاَدﺎَﻧَو ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر ” masih menggunakan kata ganti untuk dua orang (matsna) yang menunjukkan bahwa Allah menegur dan menyalahkan mereka berdua (Adam dan Hawa) sekaligus. Keterangan ini berseberangan dengan informasi di dalam Alkitab yang menerangkan
bahwa
Allah hanya menyalahkan Hawa dikarenakan ia telah memberikan buah terlarang kepada Adam (Lihat Kitab Kejadian 3: 13-16). Keterangan terakhir yang berbunyi “ نإ ﻦﯿﺒﻣ وﺪﻋ ﺎﻤﻜﻟ نﺎﻄﯿﺸﻟا” semakin menguatkan bahwa syaithan telah berinteraksi dengan keduanya (Adam dan Hawa), dan bukan hanya Hawa, sebagaimana yang tertulis
20│ Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…
dalam Alkitab dan
Hawa sebagai penyebab dari terusirnya ia Israiliyat. Secara pragmatik linguistik, kita
riwayat-riwayat
dan Adam dari surga, dan mereka dapat menyimpulkan bahwa penggunaan
memperoleh dosa yang sama atas kesalahan kata " ﺎﻤھ " pada ayat di atas yang diulang
yang mereka perbuat.
secara terus menerus merupakan bentuk
Kedua , Al-A’raf/7: 19-24:
penguatan “ﺪﯿﻛﻮﺗ” bahwa mereka berdua َ ﻻَو ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُ ﺚْﯿَﺣ ْ ﻦِﻣ َ ﻼُﻜَﻓ َﺔﱠﻨَﺠْﻟا َﻚُﺟْوَزَو َ ﺖْﻧَأ ْ ﻦُﻜْﺳا ُمَدآ ﺎَﯾَو melakukan kesalahan secara bersama-sama,
ﺎَﻤُﮭَﻟ َسَﻮْﺳَﻮَﻓ ( 19 ) َ ﻦﯿِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا َ ﻦِﻣ ﺎَﻧﻮُﻜَﺘَﻓ َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ِهِﺬَھ ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ dan tidak ada yang “lebih berdosa” atau
ﺎَﻣ َلﺎَﻗَو ﺎَﻤِﮭِﺗآْﻮَﺳ ْ ﻦِﻣ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ َيِروُو ﺎَﻣ ﺎَﻤُﮭَﻟ َيِﺪْﺒُﯿِﻟ ُ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا yang menjadi “biang keladi” dari
ﺎَﻧﻮُﻜَﺗ ْوَأ ِﻦْﯿَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻧﻮُﻜَﺗ ْ نَأ ﱠ ﻻِإ ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ِهِﺬَھ ْ ﻦَﻋ ﺎَﻤُﻜﱡﺑَر ﺎَﻤُﻛﺎَﮭَﻧ pengusiran tersebut.
َ ﻦﯿ ِﺤِﺻﺎﱠﻨﻟا َ ﻦِﻤَﻟ ﺎَﻤُﻜَﻟ ﻲﱢﻧِإ ﺎَﻤُﮭَﻤَﺳﺎَﻗَو ( 20 ) َ ﻦﯾِﺪِﻟﺎَﺨْﻟا َ ﻦِﻣ Untuk menguji validitas data yang
ﺎَﻤُﮭُﺗآ ْﻮَﺳ ﺎَﻤُﮭَﻟ ْ تَﺪَﺑ َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻗاَذ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ٍروُﺮُﻐِﺑ ﺎَﻤُھ ﱠ ﻻَﺪَﻓ ( 21 ) telah dijelaskan di atas, penulis akan
ْﻢَﻟَأ ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر ﺎَﻤُھاَدﺎَﻧَو ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ِقَرَو ْ ﻦِﻣ ﺎَﻤِﮭْﯿَﻠَﻋ ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ ﺎَﻘِﻔَطَو mengkomparasikan hasil kajian linguistik
ﱞوُﺪَﻋ ﺎَﻤ ُﻜَﻟ َ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﱠ نِإ ﺎَﻤُﻜَﻟ ْﻞُﻗَأَو ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ ْ ﻦَﻋ ﺎَﻤُﻜَﮭْﻧَأ dari Q.S. al-A’raf/7: 22 tersebut dengan
ﺎَﻨْﻤَﺣْﺮَﺗَو ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻐَﺗ ْﻢَﻟ ْ نِإَو ﺎَﻨَﺴُﻔْﻧَأ ﺎَﻨْﻤَﻠَظ ﺎَﻨﱠﺑَر َ ﻻﺎَﻗ ( 22 ) ٌ ﻦﯿِﺒُﻣ seluruh ayat yang berbicara tentang kisah
ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ اﻮُﻄِﺒْھا َلﺎَﻗ ( 23 ) َ ﻦﯾِﺮِﺳﺎَﺨْﻟا َ ﻦِﻣ ﱠ ﻦَﻧﻮُﻜَﻨَﻟ pengusiran Adam dan Hawa di dalam al-
( 24 ) ٍﻦﯿِﺣ ﻰَﻟِإ ٌعﺎَﺘَﻣَو ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ ِضْرَ ْ ﻷا ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟَو ﱞوُﺪَﻋ Qur’an.
Pada ayat-ayat di atas terdapat dua Terdapat tiga himpunan ayat-ayat
puluh delapan pengulangan kata ganti yang terkait pengusiran Adam dan Hawa dari
menunjukkan dua orang (mutsanna) baik Surga yang tersebar di tiga surat berbeda:
dalam bentuk mukhathab (ﺎﻤﺘﻧأ) maupun Pertama , Q.S. al-Baqarah/2: 35-38
ghaib (ﺎﻤھ). Dua puluh delapan kata ganti اًﺪَﻏَر ﺎَﮭْﻨِﻣ َ ﻼُﻛَو َﺔﱠﻨَﺠْﻟا َﻚُﺟْوَزَو َ ﺖْﻧَأ ْ ﻦُﻜْﺳا ُمَدآ ﺎَﯾ ﺎَﻨْﻠُﻗَو tersebut disebutkan dalam konteks-konteks َ ﻦﯿِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا َ ﻦِﻣ ﺎَﻧﻮُﻜَﺘَﻓ َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ِهِﺬَھ ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ َ ﻻَو ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُ ﺚْﯿَﺣ yang berbeda, yaitu; (1) perintah untuk
memakan apa saja selain buah terlarang ﱞﺮَﻘَﺘْﺴُﻣ ِضْرَ ْ ﻷا ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟَو ﱞوُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ اﻮ ُﻄِﺒْھا ( َ ﻼُﻜَﻓ ); (2) boleh memilih sekehendak hati ِﮫْﯿَﻠَﻋ َ بﺎَﺘَﻓ ٍتﺎَﻤِﻠَﻛ ِﮫﱢﺑَر ْ ﻦِﻣ ُمَدآ ﻰﱠﻘَﻠَﺘَﻓ ( 36 ) ٍﻦﯿِﺣ ﻰَﻟِإ ٌعﺎَﺘَﻣَو (ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُ ﺚْﯿَﺣ ); (3) larangan untuk mendekati ﺎﱠﻣِﺈَﻓ ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ﺎَﮭْﻨِﻣ اﻮُﻄِﺒْھا ﺎَﻨْﻠُﻗ ( 37 ) ُﻢﯿِﺣﱠﺮﻟا ُ باﱠﻮﱠﺘﻟا َﻮُھ ُﮫﱠﻧِإ pohon ( ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ ﻻ ); (4) peringatan akan ْﻢُھ َ ﻻَو ْﻢِﮭْﯿَﻠَﻋ ٌ فْﻮَﺧ َ ﻼَﻓ َياَﺪُھ َﻊِﺒَﺗ ْ ﻦَﻤَﻓ ىًﺪُھ ﻲ ﱢﻨِﻣ ْﻢُﻜﱠﻨَﯿِﺗْﺄَﯾ hukuman jika melanggar (ﺎَﻧﻮُﻜَﺘَﻓ); (5)
syaithan membujuk keduanya sekaligus Pada ayat-ayat di atas terdapat
( ُنﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﮭَﻟ َ سَﻮْﺳَﻮَﻓ ); (6) bujuk rayu syaithan delapan pengulangan kata ganti yang
ditujukan agar tersingkap dari keduanya menunjukkan dua orang (mutsanna) baik
(ﺎَﻤُﮭَﻟ َيِﺪْﺒُﯿِﻟ); (7) tersingkapnya sesuatu yang dalam bentuk mukhathab (ﺎﻤﺘﻧأ) maupun
tertutup dari mereka berdua (ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ َيِروُو ﺎَﻣ ); ghaib (ﺎﻤھ). Tujuh kata ganti tersebut
(8) yaitu aurat mereka berdua ( ﺎَﻤِﮭِﺗآ ْﻮَﺳ ْ ﻦِﻣ ); disebutkan dalam konteks-konteks yang
(9) investigasi Allah terhadap mereka berbeda, yaitu; (1) perintah Allah kepada
berdua (ﺎَﻤُﻛﺎَﮭَﻧ ﺎَﻣ َلﺎَﻗَو ); (10) Tuhan mereka Adam dan isterinya untuk tinggal di surga
berdua (ﺎَﻤُﻜﱡﺑَر); (11) bentuk bujukan syaithan ( َﻚُﺟْوَزَو َ ﺖْﻧَأ ْ ﻦُﻜْﺳا ُمَدآ ﺎَﯾ ); (2) untuk memakan
bahwa mereka akan menjadi malaikat jika apa saja selain buah terlarang ( َ ﻼُﻛَو ); (3)
mendekat ke pohon terlarang ( ﺎَﻧﻮُﻜَﺗ ْ نَأ ﱠ ﻻِإ boleh memilih sekehendak hati (ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُ ﺚْﯿَﺣ );
ِﻦْﯿَﻜَﻠَﻣ); (12) bentuk bujukan syaithan yang (4) larangan untuk mendekati pohon ( َ ﻻَو lain bahwa mereka akan kekal di dalam ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ); (5) peringatan akan hukuman jika
surga jika memakan buah terlarang ( ﺎَﻧﻮُﻜَﺗ ْوَأ melanggar (ﺎَﻧﻮُﻜَﺘَﻓ); (6) Syaithan membujuk
َﻦﯾِﺪِﻟﺎَﺨْﻟا َ ﻦِﻣ ); (13) syaithan bersumpah kepada keduanya sekaligus ( ُنﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﮭﱠﻟَز); (7) َﺄﻓ
mereka berdua (ﺎَﻤُﮭَﻤَﺳﺎَﻗَو); (14) syaithan Syaithan menyebabkan mereka berdua
mengaku bahwa bujukan tersebut adalah keluar dari surga (ﺎَﻤُﮭَﺟَﺮْﺧَﺄَﻓ ); (8) mereka
satu bentuk nasehat yang baik bagi berdua meninggalkan segala kenikmatan
keduanya ( َﻦﯿِﺤِﺻﺎﱠﻨﻟا َ ﻦِﻤَﻟ ﺎَﻤُﻜَﻟ ﻲﱢﻧِإ ); (15) syaithan yang ada di surga ( ِﮫﯿِﻓ ﺎَﻧﺎَﻛ ﺎﱠﻤِﻣ).
berhasil membujuk mereka berdua ( ﺎَﻤُھ ﱠ ﻻَﺪَﻓ Dari uraian di atas tidak satu pun
ٍروُﺮُﻐِﺑ); (16) mereka berdua mendekati ditemukan indikasi yang memojokkan
pohon terlarang ( َةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻗاَذ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ) (17)
Hamdi Putra Ahmad, Konsep Kesetaraan Gender dalam Kisah Pengusiran Adam…│21
tersingkap dari keduanya (ﺎَﻤُﮭَﻟ ْ تَﺪَﺑ); (18) ﺎَﻤُﮭَﻟ); (5) aurat mereka berdua (ﺎَﻤُﮭُﺗآْﻮَﺳ); (6) tersingkaplah aurat mereka berdua (ﺎَﻤُﮭُﺗآْﻮَﺳ);
mulailah mereka berdua berusaha (ﺎَﻘِﻔَطَو); (19) mulailah mereka berdua berusaha
(7) mereka berdua berusaha menutupi (ﺎَﻘِﻔَطَو); (20) mereka berdua menutupi
( ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ ); (8) mereka berdua menutupi ( ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ ); (21) menutupi aurat mereka
auratnya (ﺎَﻤِﮭْﯿَﻠَﻋ).
berdua ( ﺎَﻤِﮭْﯿ ); (22) Tuhan menegur mereka َﻠﻋ Pengulangan kata ganti dua orang berdua ( ﺎَﻤُھاَد ); (23) Tuhan mereka berdua ﺎَﻧَو
sebanyak delapan kali pada ayat-ayat di atas (ﺎَﻤُﮭﱡﺑَر); (24) Tuhan berkata bahwa bukankah
semakin menguatkan makna sintaksis Dia telah melarang mereka berdua ( ْﻢَﻟَأ
tentang kisah pengusiran Adam dan Hawa ﺎَﻤُﻜَﮭْﻧَأ); (25) (melarang) mereka berdua
bahwa mereka berdua melakukan kesalahan untuk mendekati pohon ( ِةَﺮَﺠﱠﺸﻟا ﺎَﻤُﻜْﻠِﺗ ْ ﻦَﻋ );
yang sama dan dihukum oleh Tuhan dengan (26) Tuhan telah berkata kepada mereka
hukuman yang setara. Bahkan Kata tunjuk berdua (ﺎَﻤُﻜَﻟ ْﻞُﻗَأَو ); (27) Tuhan telah berkata
yang digunakan al-Qur’an di sebagian bahwa syaithan adalah musuh yang nyata
tempat pada ayat di atas malah tertuju bagi mereka berdua( ٌﻦﯿِﺒُﻣ ﱞوُﺪَﻋ ﺎَﻤُﻜَﻟ َ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ﱠ نِإ ); hanya kepada Adam (ayat 115, 118, 119, (28) Mereka berdua berdoa dengan
dan 120). Hal ini mengindikasikan bahwa meminta ampun kepada Tuhan ( َ ﻻﺎَﻗ).
sebenarnya ayat tersebut sangat bertolak Pengulangan kata ganti dua orang
belakang dengan keterangan yang terdapat sebanyak dua puluh delapan kali pada ayat-
di dalam Alkitab yang menjadikan Hawa ayat di atas semakin menguatkan makna
sebagai sumber kesalahan. sintaksis tentang kisah pengusiran Adam dan Hawa bahwa mereka berdua melakukan
KONSEP KESETARAAN GENDER
kesalahan yang sama dan dihukum oleh
DALAM KISAH PENGUSIRAN
Tuhan dengan hukuman yang setara.
ADAM DAN HAWA DARI SURGA
Ketiga , Q.S. Thaha/20: 116-123: ( 115 ) ﺎًﻣْﺰَﻋ ُﮫَﻟ ْﺪِﺠَﻧ ْﻢَﻟَو َﻲِﺴَﻨَﻓ ُﻞْﺒَﻗ ْ ﻦِﻣ َمَدآ ﻰَﻟِإ ﺎَﻧْﺪِﮭَﻋ ْﺪَﻘَﻟَو Berdasarkan kajian linguistik dari ﻰَﺑَأ َ ﺲﯿِﻠْﺑِإ ﱠ ﻻِإ اوُﺪَﺠَﺴَﻓ َمَد ِ ﻵ اوُﺪُﺠْﺳا ِﺔَﻜِﺋ َ ﻼَﻤْﻠِﻟ ﺎَﻨْﻠُﻗ ْذِإَو aspek leksikal dan gramatikal dari ﺎَﻤُﻜﱠﻨَﺟِﺮْﺨُﯾ َ ﻼَﻓ َﻚِﺟْوَﺰِﻟَو َﻚَﻟ ﱞوُﺪَﻋ اَﺬَھ ﱠ نِإ ُمَدآ ﺎَﯾ ﺎَﻨْﻠُﻘَﻓ ( 116 ) kumpulan ayat di atas secara tematik,
ىَﺮْﻌَﺗ َ ﻻَو ﺎَﮭﯿِﻓ َعﻮُﺠَﺗ ﱠ ﻻَأ َﻚَﻟ ﱠ نِإ ( 117 ) ﻰَﻘْﺸَﺘَﻓ ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا َ ﻦ ِﻣ penulis menemukan beberapa hasil َ سَﻮْﺳَﻮَﻓ 119 ( ) ﻰَﺤْﻀَﺗ َ ﻻَو ﺎَﮭﯿِﻓ ُﺄَﻤْﻈَﺗ َ ﻻ َﻚﱠﻧَأَو 118 ( )
(kesimpulan) yang membuktikan adanya ٍﻚْﻠُﻣَو ِﺪْﻠُﺨْﻟا ِةَﺮَﺠَﺷ ﻰَﻠَﻋ َﻚﱡﻟُدَأ ْﻞَھ ُمَدآ ﺎَﯾ َلﺎَﻗ ُ نﺎَﻄْﯿﱠﺸﻟا ِﮫْﯿَﻟِإ konsep kesetaraan gender dalam kisah ﺎَﻘِﻔَطَو ﺎَﻤُﮭُﺗآْﻮَﺳ ﺎَﻤُﮭَﻟ ْ تَﺪَﺒَﻓ ﺎَﮭْﻨِﻣ َ ﻼ َﻛَﺄَﻓ ( 120 ) ﻰَﻠْﺒَﯾ َ ﻻ
pengusiran Adam dan Hawa dari Surga ىَﻮَﻐَﻓ ُﮫﱠﺑَر ُمَدآ ﻰَﺼَﻋَو ِﺔﱠﻨَﺠْﻟا ِقَرَو ْ ﻦِﻣ ﺎَﻤِﮭْﯿَﻠَﻋ ِنﺎَﻔِﺼْﺨَﯾ sebagaimana sebagai berikut: ﺎَﻄِﺒْھا َلﺎَﻗ ( 122 ) ىَﺪَھَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ َ بﺎَﺘَﻓ ُﮫﱡﺑَر ُهﺎَﺒَﺘْﺟا ﱠﻢُﺛ ( 121 )
Pertama , p enggunaan kata ganti dua ِﻦَﻤَﻓ ىًﺪُھ ﻲﱢﻨِﻣ ْﻢُﻜﱠﻨَﯿِﺗْﺄَﯾ ﺎ ﱠﻣِﺈَﻓ ﱞوُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻜُﻀْﻌَﺑ ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ ﺎَﮭْﻨِﻣ orang (mutsanna) secara berulang-ulang di ( 123 ) ﻰَﻘْﺸَﯾ َ ﻻَو ﱡﻞِﻀَﯾ َ ﻼَﻓ َياَﺪُھ َﻊَﺒﱠﺗا dalam al-Qur’an setiap kali mengisahkan Pada ayat-ayat di atas terdapat
kronologi terusirnya Adam dan Hawa dari delapan pengulangan kata ganti yang
indikasi adanya menunjukkan dua orang (mutsanna) yaitu
surga
merupakan
penegasan (taukid) bahwa Adam dan Hawa dalam bentuk mukhathab (ﺎﻤﺘﻧأ) dan maupun
sama-sama terlibat dalam kesalahan karena ghaib (ﺎﻤھ). Delapan kata ganti tersebut
melanggar perintah Tuhan yang membuat disebutkan dalam konteks-konteks yang
mereka berdua terusir dari surga. Tidak ada berbeda, yaitu; (1) Tuhan menegaskan
keterangan apapun tentang sumber bahwa syaithan adalah musuh bagi Adam
penyebab dosa yang dibebankan kepada dan musuh bagi Hawa ( َﻚِﺟْوَﺰِﻟَو َﻚَﻟ ﱞوُﺪَﻋ اَﺬَھ ﱠ نِإ ); Hawa sebagaimana yang tertulis dalam (2) perintah Tuhan kepada mereka berdua
Alkitab dan riwayat-riwayat Israiliyat. agar jangan sampai syaithan mengeluarkan
Bahkan secara berlawanan beberapa ayat mereka berdua dari surga ( َ ﻦِﻣﺎَﻤُﻜﱠﻨَﺟِﺮْﺨُﯾ ﻼﻓ