monitoring dan evaluasi progra aset

MAKALAH

MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN
ASET PEMERINTAH
SAMPUL DEPAN
Mata Kuliah : Manajemen Aset Pemerintah
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Rohman, MSi, Akt
Semester III

Disusun oleh:
KELOMPOK X
1. Rival Aryanto Arief

NIM.

2. Asmiyudi

12030114410087
NIM.


3.

Danny Akbar

12030114410040
NIM.

Nugroho

12030114410085

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2015

DAFTAR ISI
I
I.1

I.2
II
A
B
III

PENDAHULUAN ………………………………………………….
Latar Belakang Masalah…………………………………………...
Rumusan Masalah…………………………………………………..
PEMBAHASAN …………………………………………………….
Monitoring dan Evaluasi Aset Negara….…………………………..
Pelaporan Aset Pemerintah ………………………………………....
Penutup ………………………………………………………………
Daftar Pustaka

1
1
3
4
4

14
17

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era reformasi Birokrasi ini pengelolaan aset pemerintah dituntut untuk dapat
mengelola aset secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif.
Pemerintah perlu memiliki sistem manajemen yang handal untuk dapat mendukung
pengelolaan barang yang terdiri dari aspek : Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring /
pengawasan, Evaluasi, Pelaporan.
Adapun tujuan dari reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan pemerintah
yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas
dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Terdapat tiga
sasaran yang dituju dalam pelaksanaan reformasi birokrasi ini yaitu:
1).

Terwujudnya


pemerintahan

yang bersih dan bebas korupsi,

2).
3).

kolusi dan nepotisme;
Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat;
Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Salah satu perubahan paradigma baru seiring adanya reformasi birokrasi

terlihat dalam pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) atau aset Negara. Dalam
rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang
diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh
dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan asset. Pengelolaan asset
dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut :
1. Asas fungsional yaitu pembuatan keputusan dan pemecahan masalah-masalah
dibidang pengelolaan asset yang dilaksnakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna
barang, pengelola barang dan pemerintah sesuai TUPOKSI masing-masing

2. Asas kepastian hukum yaitu pengelolaan aset harus dilaksanakan berdasarkan
hukum dan peraturan perundang-undangan
3. Asas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan aset harus transparan
terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar

1

4. Asas efisiensi yaitu pengelolaan aset diarahkan agar aset digunakan sesuai
batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang
penyelenggara TUPOKSI secara optimal
5. Asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan aset harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada rakyat
6. Asas kepastian nilai pengelolaan asset harus didukung oleh adanya ketepatan
jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindah
tanganan asset serta penyusunan laporan yang kompatibel.
Dengan adanya pedoman pengelolaan BMN, maka diharapkan BMN yang
diperoleh nantinya akan benar-benar berguna dalam operasi, diperoleh dengan harga
yang wajar, tidak ada penyalahgunaan, dan tidak ada BMN yang berlebih atau tidak
dimanfaatkan secara optimal. Optimalisasi BMN diterapkan melalui manaajemen
aset Secara umum, manajemen aset baik di perusahaan maupun negara meliputi

aktivitas inti sebagai berikut : (i) perencanaan (planning), (ii) perolehan
(acquisition), (iii) pemanfaatan (utilization), dan (iv) penghapusan (disposal), siklus
manajemen aset dimulai dari proses perencanaan dan penganggaran yang berfokus
pada output, pengadaan yang transparan, penggunaan yang tepat, pemeliharaan yang
rutin, pengendalian dan penatausahaan yang baik sampai penghapusan (disposal)
sesuai dengan ketentuan. Optimalisasi BMN akan sangat berpengaruh secara
langsung terhadap optimalisasi pelaksanaan pelayanan masyarakat karena barangbarang yang dibeli telah tepat guna dalam menunjang operasional instansi
pemerintah. Selain itu optimalisasi BMN pada tiap instansi pemerintah diharapkan
juga akan dapat mengurangi biaya dan mendukung efisiensi anggaran.
Di dalam suatu manajemen aset yang baik, menurut buku “Asset Management:
Advancing the State of the Art Into the 21st Century Through Public-Private
Dialogue” yang diterbitkan oleh Federal Highway Administration and the American
Association of State Highway and Transportation Officials tahun 1996, keempat
aktivitas tersebut dilaksanakan dengan berpegang pada tiga pilar utama yaitu (M.
Nahdi, 2010):
1). Keputusan yang menyangkut manajemen aset harus didasarkan pada evaluasi
atas alternatif-alternatif yang ada dengan mempertimbangkan total biaya yang
dikeluarkan, manfaat, dan risiko dari aset tersebut.
2


2). Kepemilikan, pengendalian/pengawasan, pertanggungjawaban, dan pelaporan
suatu aset harus ditata dengan jelas, dikomunikasikan kepada pengguna
(stakeholders), dan diimplementasikan dengan baik. Jika pilar ini kokoh, maka
tidak akan ada lagi kasus lepasnya aset negara kepada pihak-pihak yang
sebenarnya tidak berhak maupun kasus kerugian yang dialami negara akibat
pelaporan nilai yang tidak wajar dalam neraca pemerintah.
3). Aktivitas manajemen aset harus berada di bawah kerangka kebijakan manajemen
aset yang terintegrasi.
Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara teori
bagaimana penerapan monitoring, evaluasi dan pelaporan Barang Milik Negara,
dengan berpegang pada tiga pilar utama dalam pengelolaan Barang Milik Negara.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
2.

Apa dan Bagaimana Monitoring dan Evaluasi Aset Pemerintah?
Apa dan Bagaimana Pelaporan Aset Pemerintah ?


BAB II
PEMBAHASAN
A. MONITORING dan EVALUASI ASET NEGARA
1. Konsep dasar dan Tujuan Monitoring dan Evaluasi Aset
Keberhasilan suatu program pengelolaan aset pemerintah dapat dilihat dari
kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan dan hasil yang dicapai sesuai tujuan

3

utama program tersebut. Untuk dapat mengetahui capaian program dan menyusun
tingkat keberhasilan pelaksanaan program

perlu disusun suatu instrumen

monitoring dan evaluasi sebagai alat ukur. Instrumen Monitoring dan Evaluasi ini
harus disusun sebagai langkah awal dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan informasi
tentang pelaksanaan kegiatan serta untuk melihat

apakah kegiatan


yang

dilaksanakan sesuai dengan indikator-indikator yang telah direncanakan. Temuan
dari hasil monitoring akan menjadi dasar untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan.
Monitoring adalah suatu proses untuk mengetahui apakah program
pengelolaan aset pemerintah

yang

dibuat berjalan dengan baik sebagaimana

mestinya sesuai dengan perencanaan dan indikator keluaran, adakah hambatan
yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program pengelolaan aset mampu
mengatasi hambatan tersebut. Monitoring

terhadap

berlangsung merupakan langkah pengendalian yang


kegiatan

yang

sedang

baik dalam penentuan

keberhasilan pelaksanaan pengelolaan aset secara lebih terperinci.
Monitoring pelaksanaan pengadaan barang dan pemeliharaan aset daerah
merupakan fungsi kontrol terhadap proses dan produk (hasil) kegiatan pekerjaan
pengadaan dan pemeliharaan. Monitoring juga mencerminkan kinerja dari satuan
kerja/instansi yang bersangkutan dalam pelaksanaan yang baik (good and clean
government).
Monitoring bertujuan untuk :
1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan tentang kegiatan yang
dilaksanakan;
2. Mendapatkan gambaran tentang capaian program;
3. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatanhambatan selama kegiatan;
4. Menyajikan fakta dan nilai yang perlu diperhatikan.

Teknik-teknik Monitoring/pengawasan meliputi :


Pemeriksaan (audit)
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar
4

pemeriksaaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan pertanggung jawaban


Keuangan Negara.
Inspeksi
Merupakan salah satu teknik monitoring dengan melihat secara langsung
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di tempat (on the spot) yang dalam hal
tertentu apabila diperlukan dapat memberikan petunjuk atau melakukan
tindakan korektif, agar kegiatan atau pekerjaan dapat berjalan dan



menghasilkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan
Supervisi
Merupakan bentuk monitoring yang paling efektif karena bersifat langsung
dan sangat dekat dengan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan. Untuk
itu supervisi harus dilakukan secara terus menerus dan bertanggung jawab.
Supervisi dapat dilakukan sebagai tindakan/upaya untuk memantau lebih
lanjut atas pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah. Kegiatan supervisi
ini dapat dilakukan dengan langsung melakukan supervisi ke unit/instansi
yang

melaksanakan pengelolaan barang milik daerah, atau dapat juga

mendasarkan pada laporan-laporan yang disusun dalam rangka pelaksanaan
pengelolaan barang milik daerah. Tentunya supervisi/pemantauan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengelolaan barang milik daerah
sudah dilakukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Namun perlu
diketahui
bahwa supervisi ini dilakukan ‘on going’ beriringan dengan pelaksanaan
pengelolaan barang milik daerah, bukan setelah dilakukannya pekerjaan
tersebut. Kegiatan supervisi ini dapat dicontohkan seperti pelaksanaan sensus
barang milik daerah, dilakukan

pada

waktu

dilaksanakannya

sensus,

apakah pelaksanaan sensus sudah dilakukan sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan, apabila belum maka langsung dapat diberikan arahan
sehingga kesalahan tersebut langsung dapat diatasi. Kegiatan supervisi ini
dapat dilakukan oleh internal unit yang bersangkutan, atau unit pemberi tugas
dan bahkan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga (konsultan) dalam hal

5

SDM di unit dimaksud kurang atau belum memiliki kemampuan untuk


melakukan supervisi atas pekerjaan tersebut.
Verifikasi
adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, perhitungan keuangan,dsb.
Namun demikian verifikasi itu sebagai teknik monitoring/pengawasan yang
lebih bersifat pengujian (to examine) atas kebenaran material atau keabsahan
suatu dokumen, laporan, perhitungan dan transaksi keuangan atau sejenisnya.

Dalam upaya tercapainya sasaran monitoring maka berbagai sasaran yang harus
dicapai melalui kegiatan monitoring, yaitu :
a.

Tugas dan fungsi yang dilaksanakan dalam organisasi bersangkutan benar-benar

b.

sesuai dengan pola yang telah digariskan
Struktur dan hirarki organisasi telah sesuai dengan pola dan ketentuan yang

c.

ditetapkan
Setiap pejabat/ pegawai dalam unit-unit organisasi sungguh-sungguh telah

d.

ditempatkan sesuai dengan kemampuannya
Sumber dana dan daya yang telah dimanfaatkan secara ekonomis, efisiensi dan

e.

efektif
Prosedur dan tata kerja telah dibakukan dan dalam pelaksanaanya tidak

f.

mengalami penyimpangan
Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab didasarkan pada pertimbangan

g.

yang objektif dan rasional
Program dan atau kegiatan ditetapkan dengan pendekatan anggaran yang

h.

berbasis kinerja
Tidak terjadi penyalahgunaan (KKN)
Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

monitoring karena informasi yang dihasilkan dari kegiatan monitoring dijadikan
dasar untuk menilai pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi adalah suatu proses yang melingkupi pengukuran, pelaporan,
dan peninjauan kinerja aset; dibandingkan dengan objektif pengelolaan aset,
objektif organisasi, dan objektif pemerintah. Proses evaluasi kontemporer
sekarang tidak hanya mengevaluasi kinerja aset namun juga mengevaluasi
dampak aset tersebut pada lingkungan dan masyarakat, sehingga evaluasi diarahkan

6

untuk mengukur capaian dan mengontrol arah pelaksanaan kegiatan. Secara lebih
terperinci.
Tujuan Evaluasi adalah :
1. Menilai keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan
2. Menentukan kendala dan hambatan dalam pelaksanaan program
3. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan
kegiatan;
4. Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;
5. Media untuk menentukan arah program dan pendekatan yang tepat untuk
mencapai sasaran dengan baik.
Teknik-Teknik Evaluasi meliputi :
1) Tingkat Siklus
a. Desain VS Implementasi
Evaluasi pada tingkatan perancangan hanya membutuhkan ahlinya dan
akan dianalisa sedangkan evaluasi pada tingkat implementasi membawa
b.

user sebagai subyek dari eksperrimen.
Laboratory VS field studies
Secara ideal proses perancangan mencakup 2 jenis evaluasi dimana pada
laboratorium merupakan awal tingkatan sedangkan field studies
ditempatkan pada tingkatan implementasi

2) Tingkat obyektivitas dan subyektivitas
a. Subyektif VS. Obyektif
Pada teknik yang subyektif seperti pada cognitive walkthrough maupun
think aloud mempercayakan pada evaluator atau orang yang melakukan
evaluasi. Hal ini dapat menyebabkan penilaian evaluator menjadi bias
sehingga diperlukan lebih dari satu orang evaluator. Sedangkan teknik
obyektif seharusnya menghasilkan hasil yang berulang yang tidak
tergantung pada evaluator. Eksperimen yang terkontrol merupakan
contoh pengukuran obyektif. Secara ideal pengukuran secara subyektif
dan obyektif seharusnya digunakan keduanya Jenis ukuran yang
b.

tersedia
Qualitative VS Quantitative measures
Pengukuran menggunakan numerik lebih mudah digunakan teknik
statistic sedangkan non-numerik lebih sulit dilakukan akan tetapi
7

menghasilkan sesuatu yang penting secara lengkap yang tidak dapat
dilakukan secara numerik.
3) Informasi yang tersedia
Informasi yang tersedia Tingkatan untuk evaluator pada setiap tingkat proses
perancangan dimulai pada informasi yang rendah sampai dengan tingkatan
yang tinggi.
4) Kesiapan dari suatu respon
Kesiapan mengambil tindakan yang tersedia. Seperti metode think aloud yang
merekam perilaku user pada waktu interaksi. Sedangkan post task
walkthrough mempercayakan pada pengumpulan kembali kegiatan user.
5) Tingkat gangguan yang tidak secara langsung
Merupakan teknik yang menghasilkan pengukuran segera yang dihasilkan
user selama interaksi dan mempunyai resiko mempengaruhi perilaku user.
6) Sumber yang tersedia
Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam memilih teknik evaluasi yakni :
peralatan, waktu, biaya, subyek serta evaluator yang ahli.
Pendekatan Desain Evalusi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Usability testing
 Memastikan konsistensi struktur navigasi, penggunaan istilah, dan




bagaimana sistem merespon pengguna
Mengukur kinerja pengguna untuk menyelesaikan tugas tertentu
Metode:
Mengamati pengguna menggunakan sistem dan merekam kesalahan,

waktu
 Interview/kuesioner untuk mendapatkan pendapat pengguna
 Dilakukan di laboratorium
 Contoh aplikasi : wordprocessor, spreadsheet, database.
2) Field study
 Memahami apa yang dilakukan pengguna dan bagaimana produk




terlibat/berperan dalam kegiatan mereka
Identifikasi kesempatan adanya teknologi baru
Membangun kebutuhan desain
Memfasilitasi pengenalan teknologi baru atau meluncurkan teknologi

dalam konteks yang berbeda
 Evaluasi teknologi
 Metode : interview dan observasi
3) Analytical evaluation

8





Evaluasi tanpa melibatkan end-user
Metode:
Inspeksi → heuristic evaluation, menggunakan standar untuk identifikasi
masalah usability




Walkthrough
melibatkan ahli untuk menjalankan skenario pada prototype aplikasi, dan
menggunakan simulasi penyelesaian masalah.

2. Prinsip – prinsip Monitoring dan Evaluasi Aset
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi suatu program pengelolaan
aset pemerintah harus memenuhi prinsip- prinsip sebagai berikut:
1) Berorientasi pada hasil (Result Based Monitoring).
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur hasll yang ingin
dicapai. Hasil monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan untuk
perbaikan

atau

peningkatan program kerjasama secara substansi dan

administrasi.
2) Mengacu pada kriteria keberhasilan.
Monitoring dan evaluasi seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria
keberhasilan program yang telah
kriteria

keberhasilan

ditetapkan

sebelumnya.

dilakukan bersama antara

para tim

Penentuan
pelaksana

monitoring dan evaluasi, para pelaksana program kerjasama, Kementerian
Lembaga terkait dan Organisasi Internasional.
3) Mengacu pada asas manfaat.
Monitoring dan evaluasi sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat
yang jelas. Manfaat tersebut

adalah

berupa

saran,

masukan

atau

rekomendasi untuk perbaikan program kerjasama di masa mendatang.
4) Dilakukan secara obyektif.
Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif untuk
melaporkan hasil temuannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di
lapangan.
3. Kriteria Minitoring dan Evaluasi Aset
Pelaksanaan evaluasi pengelolaan aset pemerintah didasarkan pada kriteria:

9

a. Relevansi: yaitu sejauh mana program pengelolaan aset sejalan dengan
prioritas dan kebijakan.
b. Efektivitas: yaitu suatu ukuran sejauh mana suatu program aset mencapai
tujuan.
c. Efisiensi: yaitu mengukur keluaran, kualitatif dan kuantitatif,

dalam

hubungan dengan masukan.
d. Dampak: yaitu perubahan positif dan negatif yang dihasilkan dari suatu
program pengelolaan aset, secara langsung maupun tidak, disengaja maupun
tidak.
e. Keberlanjutan: yaitu mengukur apakah manfaat suatu program pengelolaan
aset dapat terus dinikmati setelah anggaran tidak diberikan lagi.
4. Tahapan dalam Pelaksanaaan Monitoring dan Evaluasi Aset
Pendekatan dalam pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi pengelolaan aset
pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
 Membentuk tim Monitoring

dan Evaluasi yang terdiri

dari para

stakeholder;
 Melakukan Bimbingan Teknis terhadap para tim monitoring dan evaluasi;
 Mendatangi/mengunjungi lokasi kegiatan untuk mengamati perubahan yang
terjadi dan mengumpulkan data-data dengan menggunakan instrumen
monitoring dan evaluasi yang telah disiapkan;
 Mengolah data-data hasil monitoring dan evaluasi untuk disusun dalam
bentuk laporan;
 Mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi dengan instansi terkait
dalam

rangka penyempurnaan laporan yang mencakup kesimpulan, saran

dan rekomendasi; dan
 Menyusun laporan akhir.
5. Metode Monitoring dan Evaluasi Aset
Metode yang dipakai dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi antara lain:
 Kunjungan lapangan untuk melakukan pengamatan langsung
terhadap
hasil

kerja,

sinkronisasi

implementasinya;


antara

perencanaan

program

dengan

darnpak dan manfaat bagi penerima, hambatan dan

kendala;
Wawancara terhadap para stakeholder dan penerima manfaat;

10

Penyebaran kuesioner kepada para stakeholder dan penerima manfaat;
Review dokumen;
Workshop I focus group discussion (FGD);dan
Penerapan Monitoring dan Evaluasi melalui media elektronik (e- monev)






atau web based monitoring system.
6. Evaluasi Sistim Pengadaan Publik dalam Pengelolaan Aset
Sistem pengadaan publik secara luas diyakini merupakan sumber utama bagi
kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbanngan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin
Indonesia. Besarnya pengadaan mengesankan skala potensial masalah tersebut.
Namun suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk
memastikan bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan
efektivitas pembangunan. Apabila suatu sistem pengadaan berfungsi dengan baik,
dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif. melihat ke depan, suatu
sistem pengadaan publik kelas dunia dan bukannya sistem dengan reputasi global
untuk mendorong korupsi akan menjadi semakin penting bagi Indonesia dengan
munculnya zona perdagangan bebas Asia dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan WTO
pada waktunya, yang mewajibkan pada negara-negara anggotanya member akses
kepada pengadaan bagi perusahaan-perusahaan dari mitra-mitra dagang.
Evaluasi sistem pengadaan yang efektif mencakup :
 Kerangka hukum yang jelas, komprehensif dan transparan yang mewajibkan
antara lain :
 Pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran
 Pengungkapan sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan


kontrak
Pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi

penawar yang dinilai paling rendah
 Pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu
 Akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar
 Pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan
 Pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut
 Kejelasan tentang tanggung jawab-tanggung jawab dan akuntabilitas
fungsional terdiri atas :
 Penunjukan tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses

11

pengadaan
 Memastikan aturan-aturan ditaati
 Mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar
 Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan
untuk pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal
badan ini jangan bertanggung jawab pula untuk mengelola proses pengadaan.
Badan tersebut harus memiliki wewenang dan independensi untuk bertindak
tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung jawab-tanggung
jawabnya
 Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan dan fungsi
tidak ada artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit
pengadaan publik dan memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar
aturan-aturan. Dan pemerintah perlu menetapkan mekanisme-mekanisme
yang memiliki kepercayaan penuh dari para penawar.
 Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan
yang sehat.

B. PELAPORAN ASET PEMERINTAH
Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN) mengacu pada Peraturan
Mcnteri Keuangan Nomor 17/PMK.05/2007 sebagaimana tclah diubah dcngan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat serta Surat Direktur Jenderal Kekayaan
Negara Nomor 52/kn/2014 hal Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi Penyusutan
BMN, dan penyusunan Laporan Barang Pengguna Semesteran pada akhir tahun.
Pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh
unit pelaksana penatausahaan Barang Milik Negara pada Pengguna Barang dan
Pengelola Barang. Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi
mengenai BMN dapat disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan
dengan akurat guna mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam rangka

12

pengelolaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.
Laporan BMN dihasilkan melalui Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK-BMN), yaitu serangkaian prosedur manual maupun
yang terkornputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan. dan pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian
Negara/Lembaga.
Laporan BMN ini terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Neraca
Laporan Barang Persedian
Laporan Aset Tetap (Intrakomptabel, ekstrakomptabel, dan gabungan)
Laporan Penyusutan
Catatan atas Laporan Barang Milik Negara
Berita Acara Rekonsiliasi Internal SAK-SIMAK

Tahapan pelaporan BMN baik di pengguna barang maupun di pengelola barang
adalah sebagai berikut :
1). Kuasa Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna
(LBKP) semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengguna
Barang.
2). Pengguna

Barang

menyusun

Laporan

Barang

Pengguna

(LBP)

semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengelola Barang.
3). Pengelola Barang menyusun Laporan Barang Milik Negara (LBMN)
berupa tanah dan/atau bangunan idle, menghimpun LBP semesteran dan
tahunan, dan menyusun LBMN sebagai bahan untuk menyusun neraca
pemerintah pusat.
Pengawasan, Pengendalian atas pelaksanaan Rekonsiliasi pelaporan BMN
 Pengelola/Pengguna Barang melakukan pembinaan dan pengawasan atas
pelaksanaan rekonsiliasi secara berjenjang terhadap unit akuntansi yang
berada di wilayah kerjanya yang antara lain meliputi:

Kepatuhan pelaksanaan;

Ketepatan waktu;

Kelengkapan dan kebenaran data;

13



Tindak lanjut atas penyelesaian temuan permasalahan dalam

rekonsiliasi.
 Pengelola Barang menyampaikan informasi pelaksanaan rekonsiliasi
bersamaan dengan permintaan penyampaian laporan kepada pengguna/kuasa
pengguna barang selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum batas akhir
pelaksanaan rekonsiliasi.
 Pengelola Barang melakukan pemantauan secara berkala atas pelaksanaan
rekonsiliasi, dengan kewenangan:
 dilaksanakan 5 (lima) hari setelah batas akhir pelaksanaan pemutakhiran dan
rekonsiliasi data BMN, dengan mempertimbangkan tingkat risiko
pelaksanaan pemutakhiran dan rekonsiliasi data BMN pada masing-masing
unit organisasi dan wilayah kerja, berupa:
 menerbitkan surat peringatan kepada yang tidak menyampaikan laporan
dan/atau tidak melaksanakan rekonsiliasi
 dilaksanakan 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat peringatan, dengan
mempertimbangkan tingkat risiko pengelolaan BMN dan penyerapan APBN,
berupa:
 menunda penyelesaian atas usulan pemanfaatan atau pemindahtanganan
BMN
 memberikan rekomendasi pengenaan sanksi penundaan penerbitan SP2D
kepada KPPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

14

BAB III
PENUTUP
Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi kegiatan pembukuan,
Inventarisasi, dan pelaporan. Manajemen Aser Pemerintah diharapkan dapat
mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang tertib, efektif, dan
optimal.
Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program
pengelolaan aset pemerintah yang

dibuat berjalan dengan baik sebagaimana

mestinya sesuai dengan perencanaan dan indikator keluaran, adakah hambatan yang
terjadi

dan bagaimana para pelaksana program pengelolaan aset mampu

mengatasi hambatan tersebut.

Monitoring

terhadap

kegiatan

yang

sedang

berlangsung merupakan langkah pengendalian yang baik dalam penentuan
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan aset secara lebih terperinci.

15

Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
monitoring karena informasi yang dihasilkan dari kegiatan monitoring dijadikan
dasar untuk menilai pelaksanaan kegiatan. Evaluasi diarahkan untuk mengukur
capaian dan mengontrol arah pelaksanaan kegiatan secara lebih terperinci.
Pelaporan Barang Milik Negara/ Daerah disusun menurut perkiraan neraca
yang terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya. Aset lancar berupa
persediaan, aset tetap berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan
irigasi dan jaringan,

aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset

lainnya terdiri dari aset tak berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga dan aset
tetap yang dihentikan dari penggunaan operasional pemerintahan.

16

DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Modul kerja
Haryanto, dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Tuanakotta,Thedorus M.2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, Jakarta :
LPFEUI
Acep Hadinata.2011. Bahan Ajar Manajemen Aset.Jakarta: sekolah Tinggi
Akuntansi Negara
Pusat Adminitrasi Kerjasama Luar Negeri, 2012. Instrumen Monitoring
Evaluasi, .Kementerian Dalam Negeri, Jakarta
Suwanda, Dadang. 2013. Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemda. Jakarta : Penerbit
PPM.
MODUL Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Barang Milik Daerah, Tanda
Setiya dan Rahmat Guntoro Widyaiswara Muda Pusdiklat Kekayaan
Negara dan Perimbangan Keuangan
AAMCOG, 2012, Pedoman Sistim Terpadu Pengelolaan Aset Yang Strategis,
Brisbane, Australi
Artikel
Maharani T, Afrida Apri. 2012.Analisis Kegiatan Pengendalian pada Proses
Penatausahaan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal Kementerian
Dalam Negeri. Jakarta : Skripsi
Regulasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.

17