Tugas Sistem dan Model Perilaku Organisa

Sistem dan Model Perilaku Organisasi

Sistem Perilaku Organisasi
Setiap organisasi mencapai tujuan dengan menciptakan, mengkomunikasikan, dan
mengoperasikan berbagai sistem. Beberapa sistem diciptakan secara sadar dan teratur dilihat
serta diperbaharui. Fungsi dari sistem-sistem tersebut adalah untuk membantu para manajer
mengendalikan segala sesuatu dalam organisasi, baik itu manusia, teknologi, struktur, dan
lingkungan, untuk memperoleh hasil atau capaian dari organisasi.
Tiga macam kriteria:
Organisasi yang maju mengukur hasil atau capaian organisasi dengan tiga kriteria yaitu:
1. Kinerja
Kualitas dan kuantitas pruduk dan layanan, tingkatan layanan pelanggan
2. Kepuasan karyawan
Dapat diukur dari rendahnya absensi, keterlambatan atau pergantian
3. Perkembangan dan pertumbuhan personal
Karyawan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berkelanjutan untuk terus
bekerja dan meningkatkan karir
Sebuah sistem berasal dari keyakinan dan maksud dari mereka yang menciptakannya,
yaitu pemilik, dan dari manajer yang menjalankannya. Model yang digunakan sebuah organisasi
berasal dari asumsi-asumsi dan keyakinan tentang cara organisasi, tujuan dari kegiatan-kegiatan,
dan hal-hal yang seharusnya.

Pemikiran-pemikiran para pemilik dan manajer berasal dari premis-premis faktual dan
premis-premis nilai.


Premis Fakta
Fakta premis atau premis-premis faktual adalah cara pandang seseorang tentang perilaku

dunia. Pandangan tersebut berasal dari ilmu dan pengalaman pribadi, dari hal-hal penting yang

seseorang pelajari. Premis-premis faktual muncul dari pembelajaran sehari-hari dan pengalaman
secara langsung atau tidak langsung dan membantu membimbing perilaku kita.


Premis nilai
Premis-premis nilai itu berbeda. Nilai premis adalah bagaimana sesuatu itu diinginkan.

Premis nilai merupakan kepercayaan yang kita anut. Kita dapat mengontrolnya. Kita dapat
memilih, mengubah, atau mengganti premis-premis nilai kita, tetapi hal itu tidak selalu mudah
karena kita berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut.
Para pemilik dan manajer mendirikan organisasi berdasarkan pemikiran berikut:

Visi, merupakan apa yang didapat dari organisasi, yang diinginkan pada masa depan.
Misi, mengidentifikasi usaha-usaha dalam organisasi, pangsa pasar, tipe-tipe pelanggan dan
alasannya demi keberlangsungan organisasi.
Tujuan, pencapaian organisasi akan hasil yang dituju sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Agar sebuah organisasi sukses, tujuan manajemen dan pegawai harus sejalan.
Budaya organisasi ini adalah suatu cerminan dari organisasi formal dengan berbagai
kebijakan, struktur, dan prosedur. Para manajer menggunakan suatu gaya kepemimpinan,
keterampilan komunikasi, dan pengetahuan antarpersonal dan interaksi kelompok untuk
menciptakan sebuah kualitas hidup para pegawai. Apabila hal tersebut dilakukan dengan tepat,
para pegawai akan termotivasi untuk meraih tujuan-tujuan organisasi. Dengan demikian, sebuah
sistem yang baik menghasilkan motivasi. Motivasi, ditambah kemampuan dan keterampilan para
pegawai, akan menuju tercapainya tujuan dan kepuasan semua orang.
Perilaku organisasi yang baik membangun saling dukungan antara manajer dan pegawai
saling mempengaruhi satu sama lain dan keuntungan bersama. Kekuatan bersama manusia,
bukan kekuatan di atas manusia. Perilaku organisasi yang modern berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam memperlakukan manusia dengan bermartabat.

Teori X dan Teori Y McGregor
Teori X mengatakan bahwa kebanyakan manusia tidak senang bekerja dan akan
menghindar melakukan pekerjaan jika mereka mampu. Dalam teori X manajer yakin bahwa

mereka butuh memaksa dan mengancam orang untuk bekerja.
Teori Y mengatakan bahwa setiap orang dapat mengarahkan dan mengontrol diri sendiri,
bekerja menuju tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Model organisasi memberi masukan terhadap premis nilai, yang membantu membentuk
visi. Visi merupakan suatu pengetatan dari misi-misi dan tujuan-tujuan target dengan tepat
dalam mencapai misi-misi tersebut. Secara bersama-sama, keberadaan model, nilai, visi, misi,
dan tujuan menghasilkan budaya organisasi (Newstrom 30).
Teori Z Ouchi mengatakan bahwa pekerja dan manajer dapat saling berbagi kontrol,
bekerja secara tim untuk menyelesaikan tujuan perusahaan.
Teori X:











Pegawai tidak suka bekerja dan akan mencoba menghindar dari pekerjaan
Pegawai lebih senang dikontrol dan diarahkan
Pegawai mencari aman, bukan tanggung jawab
Pegawai harus diintimidasi oleh manajer untuk bertindak
Pegawai termotivasi oleh imbalan uang

Teori Y:










Pegawai memandang pekerjaan sebagai bagian dari hidup
Pegawai pegawai lebih senang dikontrol dan arahan yang terbatas
Pegawai mencari tanggung jawab dalam kondisi kerja yang tepat

Pegawai lebih baik bekerja dalam lingkungan yang tidak terintimidasi
Pegawai termotivasi oleh berbagai macam kebutuhan

Teori Z:










Pegawai menyukai pekerjaan
Pegawai membantu membuat keputusan
Pegawai membawa tanggung jawab individunya masing-masing
Pegawai dan manajer saling berbagi kontrol
Pegawai berharap kerja jangka panjang, kenaikan promosi jabatan


Lima Model Perilaku Organisasi
Model-model di bawah merupakan yang paling umum digunakan dalam 100 tahun
terakhir. Model-model ini digunakan sebagai panduan dalam memahami perilaku pemilik dan
manajemen, manajer dalam tingkat teratas dapat mempengaruhi keseluruhan organisasi.
Model-model ini dapat dipakai di seluruh bagian atau bidang dalam organisasi. Para manajer
memilih model perilaku organisasi berdasarkan sumber daya manusia, teknologi, keadaan
lingkungan, dan struktur. Model ini dapat berubah setiap waktu tergantung situasi dan kondisi.
1. Model Autokratik
Model ini muncul selama revolusi industri antara tahun 1800-an sampai 1900-an.
Model ini tergantung pada kekuatan. Manajer memiliki kekuatan untuk menentukan
pekerjaan pegawai, bila pegawai tidak menuruti perintah akan dikenakan sanksi.
Manajer mempunyai kekuasaan yang formal di atas para pekerja
Model ini pegawai harus diarahkan dan didorong untuk bekerja. Manajemen
mempunyai pemikiran, pegawai harus mematuhi aturan dan tergantung manajer. Para
pegawai dikontrol dengan ketat. Manajer dapat memanggil, memecat, atau memaksa
para pegawainya.
Para karyawan dapat mematuhi atasan, tetapi bisa saja tidak menghormati
manajemen.

Pada dasarnya, karyawan memperoleh upah minimum untuk pekerjaan yang

minimal. Karyawan memiliki keterampilan yang rendah. Seringkali karyawan bekerja
dalam model ini karena kebutuhan nafkah sendiri dan keluarganya.
Kelemahan model ini adalah adanya mikro manajemen, di mana manajer
mengontrol semual hal detil dalam operasional perusahaan sehari-hari. Manajer
mengontrol waktu dan proses, bahkan sampai hal-hal kecil dan memonitor semua
hasilnya.
Permasalahan dalam model ini dan mikro manajemen adalah mengakibatkan
rendahnya moral karyawan, pengambilan keputusan yang buruk (tidak ada yang berani
karena takut terhadap atasan), dan pergantian pegawai yang tinggi. Sehingga, pegawai
menyimpan kekesalan terhadap perusahaan dan biasanya dilampiaskan di rumah dan
lingkungan sosialnya.
Dalam model ini suatu tujuan bisa saja tercapai tetapi memiliki biaya sumber daya
manusia yang tinggi. Model ini dapat berguna dalam situasi krisis, atau pekerja jangka
pendek (Newstorm 34).
Model autokratik dipakai sejak seratus tahun yang lalu, namun saat ini pengertian
akan kebutuhan seseorang berubah seiring perubahan nilai-nilai sosial ditunjukkan dalam
langkah yang baik dalam perilaku organisasi.

2. Model Kustodial
Pada akhir tahun 1800-an, para pekerja menyadari bahwa mereka akan dapat

lebih baik bekerja jika kebutuhan dasar mereka tercukupi, lebih aman, memiliki kualitas
pekerjaan yang lebih baik, hal ini disebut paternalisme, memperlakukan karyawan
dengan menyediakan keuntungan dan kebutuhan dasarnya.
Pendekatan model kustodial tergantung pada sumber daya ekonomi, modal atau
upah, untuk memotivasi karyawan. Perusahaan harus memiliki keuangan yang cukup
untik memenuhi pengeluaran ini. Pada tahun 1930-an, sebagian besar pegawai
menginginkan program-program kesejahteraan, seperti, perumahan, asuransi kesehatan,
uang lembur, pensiun, dan liburan.

Permasalahan dari model kustodian adalah adanya ketergantungan perusahaan
terhadap karyawan karena keamanannya. Para pegawai tidak ingin meninggalkan
perusahaan bukan karena menyukai pekerjaannya tetapi karena mereka puas atau sangat
ketergantungan dari keuntungan yang didapat dari perusahaan. Mereka merasa enggan
untuk keluar.
Dalam model ini para karyawan fokus akan imbalan ekonomis, mereka cukup
berperan, tetapi kurang termotivasi dalam pekerjaan, hanya pasif.
Perusahaan dengan pendekatan kustodial biasanya memiliki rendahnya
pergantian/keluar masuk pegawai yang rendah. Akan tetapi, para karyawan tidak
mengeluarkan kemampuan terbaiknya atau tidak termotivasi untuk mengembangkan
kemampuan potensial mereka. Model kustodian merupakan pondasi yang baik bagi

organisasi untuk lebih meningkat kepada pendekatan yang selanjutnya (Newstorm 35).

3. Model Suportif
Model suportif ini berawal dari penelitian yang dilakukan pada tahun 1920 sampai
1930-an. Model ini tergantung kepada kepemimpinan, bukan kekuasaan atau uang.
Melalui kepemimpinan, para manajer menyediakan situasi kerja di mana para karyawan
dapat berkembang.
Dalam model ini dianggap bahwa para pegawai ingin berkerja dan akan
bertanggung jawab, para karyawan didorong untuk dilibatkan dalam organisasi.
Para pegawai lebih kuat motivasinya karena status dan pengakuan/penghargaan
yang lebih baik dari dua model sebelumnya.
Pendekatan model ini bukan uang, tapi tentang cara memperlakukan karyawan
dalam pekerjaan. Manajer yang suportif membantu karyawan menyelesaikan masalah
dan mengerjakan pekerjaannya. Meski demikian, beberapa manajer ada yang setuju
tetapi tidak selalu diterapkan dalam kenyataannya.
Model ini diikuti secara luas terutama di Negara barat, karena merespon dorongan
karyawan akan kebutuhan yang kompleks. Hal ini terutama berguna dalam perusahaan

produksi. Para karyawan di negara-negara berkembang menyadari hal ini dan
menginginkan pendekatan yang lebih modern.


4. Model Kolegial
Model ini dimulai sejak kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Kolegial berarti semua
sumber daya manusia bekerja bersama-sama secara kooperatif. Dalam model ini,
manajemen membangun rasa persahabatan dengan para karyawan. Adanya suasana
lingkungan yang memiliki keterbukaan dan partisipasi berbagai sumber daya manusia.
Model kolegial ini adalah tentang kerjasama. Manajer sebagai pelatih untuk
membantu membangun tim yang lebih baik. Para pegawai merasa tanggung jawab satu
sama lain agar menghasilkan kualitas kerja yang baik. Para pegawai memiliki rasa disiplin
terhadap diri sendiri. Sebagian besar pegawai merasa puas bahwa mereka telah
berkontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan. Hal ini membawa aktualisasi diri dan
antusiasme yang lebih dalam cara mereka bekerja.
Model ini biasanya dipakai dalam pekerjaan yang membutuhkan kreativitas atau
industri kreatif, misalnya pemasaran, komunikasi, atau dalam lingkungan yang
membutuhkan pemikiran, seperti pendidikan atau perencanaan (Newstorm 38).

5. Model Sistem
Model ini merupakan model terkini. Dalam model ini seseorang menginginkan
sesuatu yang lebih dari sekedar uang, keamanan pekerjaan, dan tim kerja. Dewasa ini,
para karyawan menginginkan kepercayaan, tempat kerja yang etis, manajer yang

perhatian dan murah hati, dan lingkungan kerja yang memiliki rasa persaudaraan.
Model sistem fokus terhadap identifikasi perkembangan dan memanajemen
kekuatan dalam pegawai. Manajer fokus kepada membantu perkembangan para pegawai
akan harapan, rasa optimis, kepercayaan diri, empati, kepercayaan, rasa dihargai,
keberanian, keberhasilan, dan kebahagiaan.

Dalam model sistem ini manajer melindungi dan mendidik para karyawan untuk
mengembangkan budaya lingkungan kerja yang positif demi tercapainya kesuksesan
organisasi dan komitmen dari para karyawan.
Baik manajer maupun karyawan harus memiliki kecerdasan sosial, di mana
manajer sebagai fasilitatornya (Newstors 39).
Di dalam model sistem, manajer dan karyawan memandang adanya keuntungan
dan kewajiban bersama yang mereka saling berbagi dalam organisasi. Setiap orang dalam
organisasi mempunyai rasa memiliki secara psikologis terhadap organisasi, produkproduk, dan layanannya. Setiap orang merasa posesif, bertanggung jawab, dan berasa di
rumah sendiri terhadap perusahaan/organisasi.
Para pegawai memiliki motivasi diri sendiri, segala keinginan terpenuhi oleh
perusahaan, para pegawai mempunyai rasa gairah dan komitmen terhadap tujuan
perusahaan, tidak hanya terhadap keinginan dan kebutuhan diri sendiri.

Kesimpulan
Model-model perilaku organisasi berubah setiap waktu. Pilihan dari model tersebut
tergantung dari kebutuhan para pegawai dan situasi kondisi. Beberapa model digunakan dalam
situasi yang sama, dan ada kecenderungan muncul model-model yang lebih baru.
Model-model ini digunakan tergantung pada pengetahuan dan keterampilan dari
manajer, harapan-harapan dari karyawan, berbagai kebijakan dan aturan cara pandang
organisasi, dan kondisi pekerjaan seperti rendahnya keterampilan, tingginya program pekerjaan,
pekerjaan sewaktu-waktu, atau pekerjaan intelektualitas.

Perkembangan Penggunaan dan Kemungkinan
Tidak ada model perilaku organisasi yang terbaik. Manajemen mengidentifikasi model
yang harus digunakan dan menilai yang paling efektif.

Manajer juga harus fleksibel. Setiap organisasi terdapat perubahan lingkungan dan
kondisi. Seorang manajer yang baik mampu merespon, bila diperlukan dapat mengubah model
yang digunakan.

Hubungan dengan Kebutuhan Manusia
Semua model-model perilaku organisasi berkaitan dengan kebutuhan manusianya. Setiap
model dibangun secara progresif karena perkembangan situasi organisasi dan karyawan yang
berubah dan kebutuhan semakin meningkat.

Peningkatan Penggunaan Beberapa Model
Saat ini banyak digunakan model perilaku organisasi yaitu model suportif, kolegial, dan
model sistem. Para pemimpin perusahaan multinasional tidak bisa menjadi otoriter dan masih
efektif sampai sekarang. Berbagai keputusan dibuat lebih dekat ke arah operasional. Di daerah
Timur tengah, beberapa organisasi yang menggunakan model autokratik dan kustodial mulai
beralih ke model yang lebih partisipatif.
Sebagai contoh, pada bulan Januari 2011, banyak orang arab berdemonstrasi di jalananjalanan Negara Tunisia, Mesir, Lebanon, Yordania, dan Yaman. Mereka menginginkan
penghapusan model autokratik lama dan meminta lebih kepada model suportif atau kolegial.

Fleksibilitas Manajerial
Para manajer harus mengidentifikasi model perilaku saat ini dan juga harus membuatnya
lebih fleksibel. Manajer harus membaca, menilai, berinteraksi dengan pihak lain, dan menerima
tantangan dari para kolega dan pegawainya (Newstorm 42).

Sumber: Newstor , Joh W., Organizational Behavior – Human Behavior at Work , M Graw Hill, Edisi ke-13, 2011.

Resume, Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa pengertian dari Sistem Perilaku Organisasi?
Jawaban:
Sistem Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari dan
mengaplikasikan pengetahuan tentang bagaimana manusia berperan atau berperilaku
atau bertindak di dalam organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja
individual, kelompok, maupun organisasi). Sistem perilaku organisasi bertujuan untuk
membantu manajer dalam menentukan pergerakan/posisi (shifting/positioning) dalam
lingkup organisasi seperti manusia/karyawan, teknologi, struktur dan lingkungan, untuk
mendapatkan hasli baik di dalam atau di luar organisasi.

2. Kriteria apa yang manajer gunakan untuk menilai hasil akhir dari sebuah Sistem Perilaku
Organisasi?
Jawaban:






Performance (Kinerja Kerja)
Employee Satisfaction (Kepuasan karyawan)
Personal Growth and Development (Pertumbuhan dan pengembangan)

3. Gambarkan fakta dan nilai premis! Berikan beberapa contoh!
Jawaban:
Fakta premis atau premis-premis faktual adalah cara pandang seseorang tentang
perilaku dunia. Pandangan tersebut berasal dari ilmu dan pengalaman pribadi, dari halhal penting yang seseorang pelajari. Premis-premis faktual muncul dari pembelajaran
sehari-hari dan pengalaman secara langsung atau tidak langsung dan membantu
membimbing perilaku kita. Contohnya: karyawan yang kinerjanya kurang maka uang
tunjangan kinerjanya sedikit, sedangkan yang karyawan yang kinerjanya baik maka uang
tunjangan kinerjanya lebih besar.

Premis nilai adalah bagaimana sesuatu itu diinginkan. Premis nilai merupakan
kepercayaan yang kita anut. Kita dapat mengontrolnya. Kita dapat memilih, mengubah,
atau mengganti premis-premis nilai kita, tetapi hal itu tidak selalu mudah karena kita
berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut. Nilai Premis adalah sesuatu yang diinginkan
menjadi sesuatu yang berbeda. Contohnya: Atasan lebih menyukai karyawan yang supel,
pandai bergaul dan ramah, daripada bawahan yang merasa lebih pandai dari atasan.

4. Apa perbedaan antara misi, visi, dan tujuan?
Jawaban:
Visi, merupakan apa yang didapat dari organisasi, sesuatu yang diinginkan atau
diharapkan pada masa depan, arah ke depan.
Misi, mengidentifikasi usaha-usaha dalam organisasi, pangsa pasar, tipe-tipe
pelanggan dan alasannya demi keberlangsungan organisasi.
Tujuan, pencapaian organisasi akan hasil yang dituju sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Agar sebuah organisasi sukses, tujuan manajemen dan pegawai harus
sejalan.

5. Apa saja tiga asumsi manajerial yang dijelaskan dalam teks? Berikan beberapa contoh dari
pengalaman pribadi anda sendiri!
Jawaban:
Teori X:








Pegawai tidak suka bekerja dan akan mencoba menghindar dari pekerjaan
Pegawai lebih senang dikontrol dan diarahkan
Pegawai mencari aman, bukan tanggung jawab
Pegawai harus diintimidasi oleh manajer untuk bertindak



Pegawai termotivasi oleh imbalan uang
Contoh: karyawan harus selalu menunggu perintah atasan, karyawan tidak disiplin

Teori Y:










Pegawai memandang pekerjaan sebagai bagian dari hidup
Pegawai pegawai lebih senang dikontrol dan arahan yang terbatas
Pegawai mencari tanggung jawab dalam kondisi kerja yang tepat
Pegawai lebih baik bekerja dalam lingkungan yang tidak terintimidasi
Pegawai termotivasi oleh berbagai macam kebutuhan
Contoh: karyawan hanya mengerjakan yang mudahnya saja, karyawan tidak inisiatif

Teori Z:


Pegawai menyukai pekerjaan



Pegawai membantu membuat keputusan



Pegawai membawa tanggung jawab individunya masing-masing



Pegawai dan manajer saling berbagi kontrol



Pegawai berharap kerja jangka panjang, kenaikan promosi jabatan
Contoh: karyawan inovatif dan kreatif, peduli terhadap tempat kerjanya

6. Ketika manajer akan menggunakan masing-masing asumsi, faktor apa saja yang akan
manajer pertimbangkan ketika menentukan pilihan?
Jawaban:
Dalam menentukan pilihan, seorang manajer harus mempertimbangkan situasi
dan kondisi lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal. Manajer harus mampu
melihat dan menilai situasi dan organisasi disesuaikan dengan yang ada sekarang dan

yang akan diperoleh pada saat mendatang. Faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan: faktor personal, psikologis, fisik, sasaran, waktu, dan Faktor pelaksana.
Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan agar semua
pihak merasa puas, sudah tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Namun, seorang
pemimpin yang berpengalaman harus mempunyai keberanian dalam membuat dan
mengambil suatu keputusan yang tepat, cermat, dan cepat.

7. Bandingkan masing-masing dari lima model perilaku organisasi dan berikan kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing!
Jawaban:
5 Model Perilaku Organisasi
AUTOKRATIS
DASAR MODEL

Kekuasaan

KUSTODIAL

SUPORTIF

KOLEGIAL

SISTEM

Sumber daya

Kepempinan

Kemitraan

Kepercayaan, berbagi

ekonomi
ORIENTASI

Wewenang

Uang

Dukungan

Kerja tim

Kepedulian

Kepatuhan

Rasa aman dan

Prestasi kerja

Tanggung

Kepemilikan psikologis

MANAJERIAL
ORIENTASI PEGAWAI

kesejahteraan
DAMPAK PSIKOLOGIS

Bergantung

Bergantung pada

PEGAWAI

pada atasan

organisasi

KEBUTUHAN YANG

Nafkah hidup

Rasa aman

TERPENUHI
HASIL PRESTASI

Minimum

Kerjasama pasif

jawab
Keikutsertaan

Disiplin diri

Motivasi diri

Status dan

Perwujudan

Aksesbilitas

pengakuan

diri

Penyadaran

Antusiasme

Komitmen terhadap

moderat

organisasi

Autokratis

Kustodial

Kelebihan

Kekurangan

+Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin

-Besarnya kerugian terhadap sumber daya
manusia

+Teknik & langkah kegiatan didikte oleh
atasan setiap waktu sehingga mudah
dikontrol
+Menimbulkan rasa aman & kepuasan bagi
para pegawai karena imbalan dan maslahat
ekonomi yang didapat

-Pegawai kebergantungan pada atasan
-Kurang memperhatikan kebutuhan bawahan
-Bekerja pasif
-Bergantung pada organisasi
-Tidak
termotivasi
untuk
berkembang
mencapai kemampuan yang lebih besar

+Bekerja tidak pasif

-Kurang cocok bila diterapkan pada negara yang
kurang berkembang, karna kondisi sosial yang
berbeda

+Lebih termotivasi
Suportif

+Mendukung prestasi kerja
+Tanggung jawab, menumbuhkan dorongan
untuk
memberikan
konstribusi&meningkatkan diri
+Menghasilkan pekerjaan yang berkualitas ,
karena adanya dorongan kewajiban dalam
diri

Kolegial

Sistem

+Adanya
pemenuhan,kontribusi
berharga dan perwujudan diri
berprestasi

yang
untuk

+Membantu karyawan mengembangkan
perasaan harapan, optimisme, kepercayaan
diri, empati, kepercayaan, harga diri,
keberanian, efektivitas dan ketahanan.

-Model ini kurang bermanfaat dalam bidang
perakitan, karena lingkungan kerja yang kaku
menyukarkan pengembangan di tempat
tersebut

-Sulit dilakukan pada saat krisis

8. Apa asumsi dasar (Teori X atau Teori Y) dari masing-masing empat model ? Berikan alasan
untuk semua jawaban anda?
Jawaban:
Me urut M Gregor’s

ahwa Teori X, setiap orang menghindari dari semua

pekerjaan yang ada walaupun sebenarnya pada setiap karyawan maupun memberikan
dan mungkin mengembangkan kemampuan dirinya dan mengaplikasikannya pada
perusahaan umunnya dan kinerjannya secara khusunya. Jadi pemimpin dalam asumsi

teori ini harus memberikan paksaan atau ancaman pada karyawannya untuk melakukan
suatu tindakan (kinerja).
Pada Teori Y, setiap karyawan hanya diarahkan oleh pimpinannya sesuai dengan
peraturan yang ada sampai tercapainya suatu tujuan dari perusahaan tersebut. Menurut
M Gregor’s ahwa pada Teori Y, antara pimpinan dan karyawannya bekerja secara
berkesinambungan dalam mengorganisasikan, mengaplikasikan kinerja dan saling
mengontrol kinerjanya satu sama lain. Sehingga dapat saling mengkoreksi diantara
kekurangan yang satu dengan kekurangangannya dalam hal kinerja dengan yang lain
(atasan dan bawahan).