MBS Manajemen Lingkungan dan Budaya Seko

MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
DI SD LABORATORIUM UNG

OLEH:
KELOMPOK VII

WAHYUDIN
DARMAWAN THALIB
SUJITNO PAPUTUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Mini Riset yang berjudul
“Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah di SD Laboratorium Ung”.
Dalam Penulisan Mini Riset ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan Mini Riset ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Gorontalo,11 November 2013
Kelompok VII

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang Pemikiran...................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................5

1.4 Manfaat...............................................................................................................5
BAB II DUKUNGAN TEORI
2.1 Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah....................................................6
2.2 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah...........................9
2.3 Asas-asas pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah.............................12
2.4 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah.................................................15
2.5 Sasaran dan Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah.............17
2.6 Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah...............................19
BAB III DESKRIPSI TEMUAN LAPANGAN
3.1 Implementasi......................................................................................................20
3.2 Kendala-kendala.................................................................................................25
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................27
4.2 Saran...................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemikiran
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai amanat UU RI
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. telah melahirkan berbagai
kebijakan ditingkat satuan pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Apalagi didukung dengan adanya instrument-instrument pengembangan
kualitas yang dapat memberikan gambaran kepada pengelola sekolah bagaimana
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan serta mengevaluasi perkembangan
sekolahnya dari berbagai bidang. Namun berbagai perubahan kebijakan ini sebagaian
besar belum dapat mengembangkan budaya sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai kepada peserta didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan hidup bangsa yang
berada ditengah-tengah perkembangan zaman dengan teknologi kian canggih
menyebabkan berbagai perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhirakhir ini.
Dengan melihat konteks diatas organisasi sekolah tidak saja diharapkan bisa
mengelola potensi para peserta didik secara maksimal sehingga menghasilkan
lulusan-lulusan yang berkualitas. Tetapi juga terkait nilai-nilai yang dikembangkan
disekolahnya. Dengan demikian perlunya perubahan cara pandang kepala sekolah,
guru, administrator, murid, orangtua, dan masyarakat sebagai langkah untuk merubah
sistem, baik tindakan maupun proses pencapaian tujuan sekolah. Dengan adanya

1


perubahan ini maka implikasinya sekolah akan merancang apa yang mesti
dilakukan dan beusaha memahami tindakan-tindakan yang dirancangnya sebagai
sesuatu yang disepakati bersama. Dengan kata lain tindakan ini mendorong untuk
terciptanya budaya sekolah
Budaya sekolah merupakan karakteristik khas sekolah, kepribadian sekolah
yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Sebagaimana menurut
Masaong & Tilomi (2011:179) bahwa budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna
yang danut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain.
Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh anggota masyarakat sekolah
untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena Nilai,
moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur dan
kultur sekolah, serta interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di
dalamnya, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan hubungan antarsiswa
sendiri.
Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan mempunyai budaya (culture)
tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima secara
baik, yang tersirat dalam budaya dominan sekolah. Setiap sekolah merupakan suatu
sistem yang khas, mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri, sehinga memiliki
kultur atau budaya yang khas pula. Budaya sekolah bisa merupakan bagian atau

subkultur dari kuktur masyarakat atau bahkan budaya bangsa dan negara.
Manajemen sekolah yang berbudaya mutu mengalami perubahan yang
mendasar dengan pendekatan desentralistik sebagai implikasi otonomi pendidikan,
2

yang memberikan otonomi yang luas pada sekolah dan partisipasi masyarakat yang
intensif, menggunakan pendekatan profesional bukan pendekatan birokratik,
pengambilan

keputusan

bersifat

partisipatif

bukan

terpusat,

dan


adanya

pemberdayaan seluruh potensi atau sumberdaya yang ada untuk peningkatan mutu
pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang menekankan kemandirian sekolah
merupakan penjabaran dari otonomi pendidikan di sekolah. Pemberian otonomi
pendidikan kepada sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara luas, sehingga sekolah dapat leluasa mengelola sumberdaya dengan
mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat sekitar.
Pengelolaan pendidikan berbasis manajemen mutu lebih menekankan pada
kemandirian, kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya
mutu. Sekolah bertanggung jawab atas mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua
peserta didik, masyarakat, dan customer pendidikan. Di sinilah pentingnya
membangun budaya mutu sebagai sebuah filosofi dan pijakan dasar sekolah dalam
mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu dari hal tersebut adalah membangun budaya sekolah dengan baik. budaya
sekolah merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. budaya sekolah
sebagai kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit

dan nilai yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk bagaimana warga sekolah seperti
komite sekolah, yayasan (untuk swasta), kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa
3

bekerja, belajar, dan berhubungan satu sama lain. budaya sekolah merupakan faktor
yang esensial dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil,
berprilaku kooperatif serta memiliki kecakapan personal dan akdemik.
Menyadari pentingnya budaya dan lingkungan sekolah, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian pada sekolah terkait pengembangan dan penerapan secara
konsisten

nilai-nilai, aturan, filosofi dan kebiasaan-kebiasaan perilaku warga

sekolah, dan tindakan yang ditampilkan dan ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah
dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran diatas penulis mengidentifikasi
beberapa permasalahan diantaranya :
1. Bagaimana pengembangan budaya sekolah dalam kegiatan Intrakulikuler dan
Ekstrakulikuler disekolah?

2. Bagaimana simbol-simbol budaya sekolah dalam meperkuat nilai-nilai
disekolah?
3. Apa dampak budaya sekolah terhadap iklim sekolah?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan budaya sekolah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan diatas maka tujuan
pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Untuk meperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah dalam
kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler disekolah..
2. Untuk meperoleh gambaran tentang simbol-simbol budaya sekolah dalam
meperkuat nilai-nilai disekolah..

4

3. Untuk meperoleh gambaran tentang dampak budaya sekolah terhadap iklim
sekolah.
4. Untuk dapat mengetahui kendala yang dihadapi dan bagaimana cara
mengetasinya dalam pengembangan budaya sekolah?
1.4 Manfaat
Manfaat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi kepala sekolah dapat menambah kajian literatur sekolah tentang
pentingnya strategi pengembangan budaya sekolah
2. Bagi guru, guru dapat mengembangkan budaya sekolah dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
3. Bagi siswa, dengan pengembangan budaya sekolah dapat terlihat perubahan
positif dalam diri siswa.

5

BAB II
DUKUNGAN TEORI
2.1 Budaya Sekolah
Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa
yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan
sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua
produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu
masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Sedangkan kebudayaan
menurut Silvano dalam Wahab (2011:229) “merupakan masyarakat yang berdasarkan
hkum-hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang
paling baik bagi warga negaranya”.

kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang
memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah
kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka,
yaitu kegiatan tentang cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi
pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau
lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Menurut Masaong & Tilomi (2011:179) bahwa “budaya sekolah diartikan
sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya
dengan sekolah lain”. Menurut Deal & Peterson (1999) “budaya sekolah adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbolsimbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
6

masyarakat sekitar sekolah”. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai
karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya,
sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang
ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus
dari sistem sekolah. Menurut Riduwan (2012:109) bahwa “ budaya sekolah yang
kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja
antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga

kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari
lingkungan kerja yang kondusif”.
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk
dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan
pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran.
Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsipprinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada
dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan
pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua hal (1)
lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan
artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
7

dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat
sekitar sekolah.
2.2 Lingkungan Sekolah
lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan
mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib,
2005:76). yang dimaksud lingkungan pendidikan meliputi kondisi dan alam dunia ini
yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak
didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang
sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny
lingkungan mencakuplingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan. lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat
berlangsungan proses pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber
daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
8

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang
dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap
dan pengembangan potensi peserta didik.
2.3 Iklim Sekolah
Menurut Hoy & Miskel (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “Iklim
sekolah merupakan seperangkt karakteristik suatu sekolah yang membedakan dengan
sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa dan
stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut”. Sedangkan menurut Sergiovani
(dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep
kelompok yang tidak lebih dari persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi
kehidupan dalam suatu sekolah”. Serta menurut ownes (dalam Masaong & Tilomi,
2011:181) “menjelaskan : organizational climate is the study of perceptions that
individuals have of the environment in the organization. Pengertian tersebut
mengisyaratkan, bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki
oleh individu guu, staf dan siswa disekolah”.
iklim sekolah dapat mempengaruhi: (1) proses belajar mengajar, (2) sikap dan
moral (3) kesehatan mental, (4) produktivitas, (5) perasaa percaya, (6) perubahan dan
pembaharuan (halpin & croft, 1971). Karakteristik iklim sekolah dapat dilihat dari
beberapa aspek sebagai berikut : (1) kesesuaian; berkaitan erat dengan perasaan yang
ada terhadap tuntutan dari luar sekolah, persepsi tentang banyaknya peraturan,
prosedur, kebijakan dan pelaksanaan tugas; (2) taggung jawab; mencakup pemberian
tanggungjawab untuk mencapai tujuan sekolah, pembuatan keputusan dalam
9

menyelesaikan masalah; (3) standart; meliputi penekanan pada kualitas/prestasi dan
hasil yang lebih baik; (4) penghargaan; yaitu merasa diakui dan dihargai karena
semanga kerja dan kinerjanya yang tinggi, dikritik atau dihukum pada saat kesalahan;
(5) kejelasan struktur sekolah; yaitu diorganisir dengan baik, tujuan dirumuskan
secara jelas dan tidak membingungkan (6) kehangatan dan dukungan; meliputi saling
percaya dan saling mendukung; (7) kepemimpinan; yakni keinginan guru dan staf
untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari sosok yang berkualitas. (Campbell,
Dunnete, Lawler, & Weick, 1970. Dubrin: 1984, Pugh: 1976, dalam Masaong &
Tilomi, 2011:182).
2.4 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan
kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan
yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala
sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi
tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Menurut Mulyasa (2010:90)
upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip
berikut ini :
1. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan bisi, misi, dan
tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan
pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus
disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
10

2. Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam
menyamaikan

pesan-pesan

pentingnnya

budaya

sekolah,

termasuk

dalam

meyampaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama
pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi
tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan
mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko
yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko
menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan
dalam waktu cepat.
4. Memiliki strategi yang jelas.
Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program.
Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut
kegiatan oerasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal
yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat
mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran
capaian kinerja darsuatu sekolah.

11

6. Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan
evaluasi secara rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang.
Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi
dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7. Memiliki komitmen yang kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi
program-program pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa
komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak
terlaksana degnan baik.
8. Keputusan berdasarkan consensus.
Cirri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif
yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu
tergantung pada pengambilan keputusan , namun pad a umumnya consensus dapat
meningkatkan komitmen anggortta organisasi dalam melaksanakan keputusan
tersebut.
9. Sistem imbalan yang jelas.
Pengambilan budaya sekolah hendaknnya disertai dengan sistem imbalan
meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah
penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif
yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.

12

10. Evaluasi diri,
merupaka salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
disekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah
pendapat

atau

menggunakan

skala

penilaian

diri.

Kepala

sekolah

dapat

mengembagnkan metode penilaian idri yang berguna bagi pengembangan budaya
sekolah.
2.5 Asas-asas Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, Menurut Samsudin dalam
sebuah blog (2011) mengatakan upaya

pengembangan budaya sekolah juga

seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:
1. Kerjasama tim (team work).
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan
individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama
merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.
2. Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab
pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan
profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam
bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.

13

3. Keinginan.
Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan
masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan
keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala
sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan (happiness).
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan
harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim
sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga
sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat
membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan,
seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau
wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat (respect).
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa
saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya.
Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan
dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat
diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita
14

temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa
hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau
mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh
dan sebagaianya.
6. Jujur (honesty).
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan
sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai
kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi
mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran,
kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi
dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan
penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta
konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam
menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline).
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang
berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah
sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk
hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang
seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus
dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada.
Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak
15

akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim
lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu
saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru
dan staf.
8. Empati (empathy).
Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu
dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan
dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin
dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang
tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah
yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9. Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan
kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan
yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala
sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi
tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
2.6 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah
Menurut Masaong & Ansar (2011:190) bahwa “budaya sekolah memiliki
empat karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah bersifat khusus karena masing masing
sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan visi dan
16

misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat berubah. Budaya
sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang lain, (3) budaya
sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan idak eksplisit, (4)
budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan
nilai-nilai sekolah tersebut”.
Selain itu menurut Chatab (2011:15) Karakteristik budaya sekolah dapat
dipandang menurut hirarki basic assumption, values, norms, dan artifacts sebagai
berikut :
a. Basic Assumption/Asumsi Dasar
kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan
dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana
persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini membertahu para
anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang
banyak hal di dalam organisasi
b. Values
Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa
dalam organisasi. Values memberitahu ara anggota apa yang penting dan berharga di
dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk member perhatian. Values
merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan dan
pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan keputusan, serta dalam
menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam upaya pembentukan
budaya sekolah.
17

c. Norms
Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa?
Jawabannya adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota
organisasi seharusnnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan
peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma
sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para
anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang sebaiknnya dan tidak
sebaiknnya untuk melakukan diobawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan
diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku
anggota kelompok dengan minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda
diantara kelompok, komunitas ataupun organisasi.
d. Artifacts
Artifacts ini merupakan wujud kongkrit seperti sistem, prosedur, sistem kerja,
peraturan, struktur dan aspek fisik dari organisasi. Istilah sistem kerja menunjukan
bagaimana pekerjaan dari organisasi dilaksanakan. Berdasarkan karakteristik budaya
tersebut, Chatab (2011:17) berpendapat bahwa “mendiagnosis budaya sekolah, dapat
dilakukan dengan pendekatan : a) perilaku, terkait dengan pola perilaku yang
memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan ini menggambarkan secara spesifik
tentang bagaimana tugas dilaksanakan dan bagaimana interaksi dikelola dalam
organisasi. Suatu pekerjaan menunjukan tanggungjawab, wewenang dan tugas
individu. b) nilai bersaing, yang dipandang dari preferensi dan tata nilai dari para
anggotanya. c) Asumsi mendalam, terkait dengan penekanan penting yang paling
18

dalam organisasi, umumnya tidak dapat ditelaah, namunterdapat asumsi bersama dan
sama-sama tahu bagaimana menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini
sering memiliki dampak yang perkasa bagi keefektifan sekolah”.
2.7 Sasaran dan Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Menurut Mulyasa (2011:92) “manajemen iklim budaya sekolah merupakan
salah satu kebijakan yang harus diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningakatan
mutu pendidkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang
proses pembelajaran yang efektif, sehingga semua pihak yang dapat menunjang
proses pembelajaran yang efektif, sehngga semua pihak yang terlibat didalamnnya,
khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian , akan tercipta
pembelajran yang efektif dan menyenangkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif
juga akan mebangkitakan semagant belajar, dan akan mebangkitkan potensi-potensi
peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal”.
Menurut Mulyasa (2011:92) sasaran iklim budaya sekolah dapat dianalisis
dari hal-hal sebagai berikut :
1. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berlangsung
setiap saat, begitu cepatnnya perkembagnan tersbut sehingga sulit diikuti oleh
mata telanjang.
2. Perkembagnan penduduk yang cepat mebutuhkan pelayanan pendidikan yang
besar
3. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus
menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika sumber-sumber daya

19

manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang besar dapat
ditingkatkan mutu dan pendayagunaanya.
4. Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat telah
menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis dan
ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk menghadapi
tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan
teknologi, sekolah harus menginspirasi hubungan antar Negara yang semakin
erat, seakan tiada batas lagi.
2.8 Manfaat Pengembagan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Menurut Chatab (2007:11) “budaya sekolah bermanfaat sebagai : a) identitas,
yang merupakan ciri atau karakter organisasi, b) pengikat/pemersatu seperti bahasa
sunda yang bergaul dengan orang sunda, sama hobi olahraganya, c) sources,misalnya
inspirasi, d) sumber penggerak dan pola perilaku, c) kemapuan meningkatkan nilai
tambah, f) pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa, g)
mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun”. Sedangkan
menurut Luthans (dalam Chatab, 2007:11) “pentingnya budaya organisai mencakup
sebagai berikut : a) keteraturan perilaku yang dijalankan, b) norma, sperti standar
perilaku yang ada disekolah, c) nilai yang dominan, seperti mutu lulusan yang tinggi,
efisiensi yang tinggi, d) filosofi seperti kebijakan bagaimana guru diperlukan, e)
aturan, seperti tuntunan bagi guru didalam sekolah f) iklim organisasi, seperti cara
para anggota sekolah berinteraksi baik internal maupun eksternal. selain beberapa
manfaat diatas, manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah : (1) meningkatkan
kepuadan kerja; (2) pergaulan ;ebih akrab; (3) disiplin menigkat; (4) pengawasan
20

fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat
proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang
terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri”.

21

BAB III
DESKRIPSI TEMUAN DILAPANGAN

3.1 Implementasi
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 24 Oktober 2013 yang telah
dilakukan di Sekolah Dasar Labolatorium UNG. dengan selaku pimpian Ibu Drs. Hj.
Sunarti Dunggio Monoarfa. Maka kami memperoleh gambaran tentang implementasi
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah di Sekolah Dasar Labolatorium UNG
Kota Gorontalo dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penyajian temuan
lapangan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang telah kami
paparkan dalam bab pendahuluan sebelumnya. Berikut ini adalah temuan lapangan
yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Labolatorium UNG Kota Gorontalo tentang
Manajemen Budaya dan Lingkungan Berbasis Sekolah :
3.1.1 Pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler
a. Program pengembangan budaya dalam pembelajaran dikelas
Dalam mengembangkan budaya pada proses pembelajaran guru-guru di
Sekolah Dasar Labolatorium UNG mengembangkannya dengan memberi salam
ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran
dengan membaca do’a memberikan contoh yang baik kepada siswa dengan bersikap
sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta memotivasi mereka agar
menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama, hal ini sesuai dengan dengan
pernyataan salah seorang guru yaitu :

22

Pengembangan budaya sekolah dalam proses pembelajaran didalam kelas
dilakukan dengan cara membudayakan salam ketika membuka dan menutup
pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a.
(W/GKS/ 24.10.2013)
Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa guru ketika berada didalam
kelas tentunya berfungsi sebagai orang yang dapat membantu peserta didik dalam
memahami pembelajaran. Untuk memenuhi tugas tersebut guru tidak saja harus dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan harmonis, tetapi seorang guru
juga perlu mengembangkan budaya sekolah seperti membiasakan memberi salam
serta berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri pembelajaran di kelas sehingga
dapat menciptakan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik yang bertujuan
untuk menjadikan pembelajaran yang dapat merangsang minat mereka.
b. Program pengembangan budaya ketika diluar kelas
pengembangan budaya diluar kelas yang dilakukan Sekolah Dasar
Labolatorium UNG dengan melakukan pengembangan karkter siswa. Hal ini sesuai
wawancara dengan seorang guru di ruang kerjaya yaitu :
Pengembangan budaya diluar sekolah dilakukan dengan kegiatan zikir
bersama dan membacakan surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel
pagi bersama-sama membacakan ikrar janji siswa agar apa yang mereka
ucapkan dapat mereka ingat sehingga mencegah para siswa melanggar aturan
sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)
Dari pemaparan data diatas menjelaskan bahwa pembelajaran tidak selamanya
berada didalam kelas. Maka pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan
yang jelas, sehingga bisa menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.

23

3.1.2 Pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler
a. Program pengembangan budaya dalam kegiatan keolahragaan
Olahraga merupakan salah-satu bentuk kegiatan ekstrakulikuler yang
mengarahkan pada olah fisik (jasmani), berdasarkan hal tersebut maka agar kegiatan
olahraga benar-benar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat menunjang
pencapaian

tujuan

pendidikan

nasional,

maka

perlu

ekstrakulikuler dibidang olahraga. Disamping sebagai media

pembinaan

kegiatan

pembelajaran yang

dapat meningkatkan kebugaraan bagi kesehatan tubuh melalui olah tubuh

juga

merupakan sarana bagi para siswa untuk dapt mengembangkan potensi, bakat dan
minat yang dimilikinya, sehingga menjadi manusia yang sehat dan berprestasi, baik
secara individual maupun kolektif.
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di Sekolah
Dasar Labolatorium UNG dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk
berolahraga, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang guru dalam wawancara
bersamanya yaitu :
Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga kami
memulainya dengan menarik minat para siswa untuk berolahraga. Cara kami
menarik minat siswa berolah raga adalah dengan mengikutkan mereka
keajang tingkat kota yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan. Selai itu dalam
kegitannya di sekolah pengembangan budaya seolah dengan menampakkan
nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama anta tim
melalui olahraga, dan menanamkan motivasi berprestasi kepada diri siswa
melalui kegiatan olahraga. (W/GKS/ 24.10.2013)

24

Dari pemaparan dat diatas menunjukan bahwa tujuan pembinaan kegiatan
ekstrakulikuler dibidang olahraga disekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar, khususnya dibidang pembianaan bakat dan minat para peserta didik
dibidang olahraga yang berkembang dimasyarakat serta untuk membentuk peserta
didik yang sehat baik jasmani, jiwa dan pikirannya sehingga menjadi manusia yang
betul-betul siap dan berprestasi dalam menjalani kehidupannya baik lingkungan
akademis maupun masyarakat.
b. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kepramukaan
Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan,
Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai kepada
para siswa. Hal ini diungkapkan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan disekolah kami
lakukan dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplin, tanggungjawab,
kemadirian, kebersamaa, kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap alam.
(W/GKS/ 24.10.2013)
Dri pemaparan data diatas menunjukan bahwa gerakan pramuka berfungsi
sebagai lembaga diluar sekolah dan sekaligus merupakan wadah pembianaan para
generasi dengan menggunakan prisnsip dasar kepramukaan. Metode kepramukaan
ikut serta secara aktif mendidik para siswa agar dapat menjadi kader bangsa yang
bertanggungjawab atas tercapainya perjuangan tujuan pembangunan nasional.
Pramuka didalamnya selalu ada kegiatan yang berhubungan dengan alam. Jika
dikaitkan dengan mempelajari disekolah jenis kegiatan pramuka secara tidak
langsung berhubungan dengan mapatelajaran ilmu pengetahuan sosial.

25

c. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kesenian
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, Sekolah
Dasar Labolatorium UNG menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan
kesenian daereah, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang guru dalam wawancara
bersamanya yaitu :
Melalui kegiata kesenian kami menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap
budaya daerah dengan membuat kegiatan pada setiap akhir semester dimana
para siswa diwajibkan menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun
kasidah serta memakai pakaian adat daerah yang ingin mereka tampikan.
Kegiatan ekstrakulikuler kesenian diselenggarakan diharapkan agar siswa
meperoleh pengalaman berpretasi dan berkreasi. (W/GKS/ 24.10.2013)
Dai pemaparan data diatas menunjukan bahwa kegiatan ini merupakan bagian
penting dari pendidikan karena kedudukannya dapat menjadi media untuk
membangun karakter yang halus, mempunyai kepekaan, rasa kemanusiaan,
kerjasama, kepedulian, serta penyaluran gagasan dan imajinasi secara kreatif dan
indah. Kesenian mempunyai daya kemampuan yang luar biasa untuk mengasah
logika dan retorika berpikir. Hanya saja dalam kebanyakan kasus, kemampuan
kesenian ini belum spenuhnya disadari masyarakat, melalui ekstrakulikuler kesenia
ini, diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai
kecakapan menyikapi perubahan kini dan masa yang akan datang.
3.1.3 Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat nilai-nilai
Sekolah Dasar Labolatorium UNG dalam memperkuat nilai-nilai melalui
simbol-simbol dengan menanamkamkan kebiasaan baik kepada siswa ketika berada

26

dilingkungan sekolah. Hal ini sesuai pernyataan seorang guru melalui wawancara
yatiu :
Sekolah membuat simbol-simbol budaya sekolah berbentuk tulisan atau
gambar yang bertujuan untuk menanamkan kebiasaan baik seperti memberi
salam, membuang sampah pada tempatya, mencuci tangan, dll. kepada siswa
apabila mereka berada dilingkungan sekolah, sehingga mereka dapat
membaca simbol-simbol tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dapat memperkuat nilai-nilai yang ingin dikembangkan
sekolah. (W/GKS/ 24.10.2013)
Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa simbol-simbol sangat berguna
dalam menggantikan guru ketika mereka sedang berada diluar kelas memberikan
suatu pengingat kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan aturan yang ada
disuatu sekolah.
3.1.4 Pengembangan budaya bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Budaya merupakan salah satu kebiasaan yang harus dikembangkan,
disekolah-sekolah siswa dikenalkan dengan berbagai macam budaya. Tentunya
sebelum semua budaya diperkenalkan maka terlebih dahulu ada budaya yang
diterapkan dikalangan tenag pendidik dan tenaga kependidikan, Hal ini sesuai
pernyataan seorang guru melalui wawancara yatiu :
budaya yang diterapkan pada Guru juga berupa budaya ilmiah melalui
penyadaran Sains, Komunikasi dan interaksi yang baik antara Guru dengan
siswa, Guru dan Masyrakat, Budaya komunitas pembelajar, Budaya teliti,
Budaya tanggungjawab, Budaya menomor satukan siswa.
(W/GKS/ 24.10.2013)
3.1.5 Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim sekolah di SD
Laboratorium UNG ditandai dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah
27

yang dialami oleh siswa maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi
mental dan perilakunya. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru dalam wawancara
bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya sekolah yang telah dilakukan berdampak positif bagi
iklim sekolah kami baik dirasakan oleh para siswa maupun kepala sekolah
serta para guru dimana terlihat para guru bersemangat untuk mengajar para
siswa, bekerja sama serta terjalinnya komunikasi yang baik. Sedangkan para
siswa terlihat sangat senang menerima pelajaran, memperlihatkan kreativitas
mereka, dan mematuhi norma-norma yang ada dilingkungan sekolah.
(W/GKS/ 24.10.2013)
Dari pemaparan data diatas menunjukan iklim sekolah merujuk kepada hati
dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut institusi yang menjadikan
sekolah memiliki kepribadian, yang relatif bertahan dan dialami oleh seluruh anggota,
yang menjelaskan persepsi kolektif dari perilaku rutin, dan akan mempengaruhi sikap
dan perilaku di sekolah.
3.1.6 Pengembangan budaya pada lingkungan sekolah
a. Program pengembangan budaya pada lingkungan internal
Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui lingkungan internal Sekolah
Dasar Labolatorium UNG selalu menanamkan nilai-nilai. Hal ini seperti pernyataan
seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya dalam lingkungan internal sekolah dilakukan dengan
memasang simbol-simbol di lingkungan sekolah seperti yang berhubungan
dengan kebersihan.“Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “yuuk kita
cuci tangan dengan air bersih dan sabun”, Menanamkan nilai-nilai
kesopanan dengan memasang simbol-simbol seperti “Biasakanlah Salam
Senyum Sapa” dan keindahan kepada siswa dengan memasang simbol-simnol
seperti “Jangan Biarkan Lingkungan Sekolahmu Kotor”.
(W/GKS/ 24.10.2013)

28

Dari pemaparan dat diatas mejelaskan keindahan dan kebersihan lingkungan
akan berdampak pada motivasi belajar siswa dan kesopanan akan berdampak dalam
menjaga nama baik sekolah. Oleh sebab itu lingkungan sekolah merupakan salah satu
tempat yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dan lingkungan sekolah paling dianggap dapat menanamkan nilainilai serta aturan yang sesaui dengan masyarakat.
b. Program pengembangan budaya pada lingkungan eksternal
Pangembangan budaya sekolah melalui lingkungan eksternal di Sekolah Dasar
Labolatorium UNG dilakukan dengan menjalin hubungan kerjasama dengan
masyarakat. Hal ini sesuai pernyataan seorang guru dalam wawancara diruang
kerjanya yaitu :
Pengembangan budaya di lingkungan eksternal sekolah kami lakukan dengan
menjalin kerjasama yang baik dengan pihak orangtua siswa serta melibatkan
para siswa pada setiap kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah.
(W/GKS/ 24.10.2013)
Dari pemaparan data diatas menjelaskan bahwa sebagai sekolah yang
bernaung dalam suatu wilayah eksternal yang disebut masyarakat. Maka gejala timbal
balik baik dari sekolah kepada masyarakat maupun sebaliknnya merupakan realitas
keseharian yang akan selalu terjadi. Apalagi keberadaan sekolah berada dilingkungan
masyarakat kota yang perkembangan baik ilmu dan teknologi kian pesat.
3.2 Kendala-Kendala
Lembaga pendidikan merupakan salah-satu sistem organisasi yang bertujuan
membuat perubahan kepada para peserta didik agar lebih baik, cerdas, beriman,

29

bertaqwa, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dan siap menghadapi
perkembangan zaman. Sebagai bagian dari organisasi, lembaga penddikan diperlukan
pengelolaan budaya yang sesuai dengan budaya masing-masing lembaga tersebut.
Namun dalam proses pencapaian tujuan tesebut seringkali dihampiri oleh kendalakendala yang akan dihadapi. berikut beberapa temuan yang bisa kita lihat terkait
kendala yang di hadapi di Sekolah Dasar Labolatorium UNG meskipun tidak terlihat
secara meyeluruh terhadap aspek budaya yang dikembangkan. Hal yang menjadi
kendala tersebut adalah masih terdapat kebiasaan para siswa yang datang terlambat.
Hal ini disebabkan ada beberapa anak yang jarak rumahnya jauh harus sekolah
ditempat tersebut karena menyesuaikan dengan tempat kerja orangtuanya serta
adanya orang tua siswa yang masih kurang peduli terhadap keterlambatan anak-anak
mereka.
Berdasarkan kendala yang dikemukakan diatas Sekolah telah melakukan
tindakan dalam mengatasi kendala tersebut dengan memberikan daftar aktifitas siswa
dirumah

untuk

mengetahui

penyebab

mereka

terlambat,

membuat

daftar

keterlambatan siswa agar dapat dilihat siswa yang sering terlambat setelah itu
mengundang orangtua mereka untuk dicarikan solusi agar siswa tersebut tidak
telambat lagi.

30

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi temuan lapangan pada bab sebelumnya berikut ini
beberapa kesimpulan dari hasil penelitian tersebut :
4.1.1 Program pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler
Dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran didalam kelas
guru-guru di Sekolah Dasar Labolatorium UNG mengembangkannya dengan
memberi salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan
mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a, memberikan contoh yang baik kepada
siswa dengan bersikap sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta memotivasi
mereka agar menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama. Sedangkan pengembangan
budaya diluar kelas yang dilakukan Sekolah Dasar Labolatorium UNG dengan
melakukan kegiatan Zikir bersama dan membacakan surat yasin pada setiap hari
jum’at. Serta pada apel pagi bersama-sama membacakan ikrar janji siswa agar apa
yang mereka ucapkan dapat mereka ingat sehingga mencegah para siswa melanggar
aturan sekolah. Oleh karena Pembelajaran tidak selamanya berada didalam kelas.
Maka pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan yang jelas, sehingga bisa
menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.
4.1.2 Pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, Sekolah
Dasar Labolatorium UNG menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan
31

kesenian daereah, melaui kegiatan pada setiap akhir semester para siswa diwajibkan
menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun kasidah serta memakai pakaian
adat daerah yang ingin mereka tampikan
Sedangkan pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di
Sekolah Dasar Labolatorium UNG dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk
berolahraga, menampakkan nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap
kerjasama anta tim melalui olahraga, dan menanamkan motivasi berprestasi kepada
diri siswa melalui kegiatan olahraga
Serta dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan,
Sekolah

Dasar

Labolatorium

UNG

menanamkan

nilai-nilai

kedisiplin,

tanggungjawab, kemadirian, kebersamaa, kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap
alam.
4.1.3 Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat nilai-nilai
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim sekolah di SD
Laboratorium UNG ditandai dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah
yang dialami oleh siswa maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi
mental dan perilakunya
4.1.4 Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim sekolah di SD
Laboratorium UNG ditandai dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah
yang dialami oleh siswa maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi
mental dan perilakunya

32

4.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan lapangan maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat menambah simbol-simbol baik itu
terkait pengembangan seperti nilai-nilai : kedisiplinan, kebersihan, kejujuran,
kerjasama, religius. dll.
2. Bagi penulis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang pengembangan budaya sekolah

33

DAFTAR PUSTAKA

Chatab, Nevizond. 2007. Profil budaya organisasi. Bandung : Alfabeta
Deal & Peterson. 1999. Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis
http://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2013
Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung Remaja
Rosdakarya.
Hatta, Effendi. 2011. Iklim Sekolah (School Climate). http://efendihatta.blogspot.com
/2010/07/iklim-sekolah-school-climate.html. diakses tanggal 24 oktober 2013.
Kurnia, Adi. 2001. Membangun budaya sekolah. Bandung : Rakatama Media.
Masaong, Abd Kadim & Ansar. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model
dan Implementasi. Gorontalo : Senta Media.
Masaong, Abd Kadim & Arfan A.T. 2011. Kepemimpinan berbasis multiple
intelligence (sinergi k