271465176 analisis perbedaan kurikulum 2013 dan ktsp

ANALISIS PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM
2013

Oleh:
Dodi Muhammad Zair

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang merfungsi untuk membantu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Dari pendidikan ang diterima anak bangsa di bangku sekolah,
akan mampu mengubah pola pikir dan daya kreativitas untuk menciptakan negara dengan taraf

kesejahteraan yang baik dan perekonomian yang meningkat. Sekolah ada merupakan bagian dari
rancangan yang dibuat oleh pemeritah di bidang pendidikan dengan landasan operasionalnya
adalah kurikulum. Dari kurikulum inilah tujuan dari pendidikan bangsa diharapkan dapat
tersusun dengan sistematis untuk mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan pelajaran
yang dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik
serta kebutuhan lapangan kerja. Subandiyah (2001:4-6) mengemukakan ada 4 komponen
kurikulum yaitu, komponen tujuan, komponen isi/materi, komponen media (sarana dan
prasarana), komponen strategi, dan komponen proses belajar mengajar.
Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah kurikulum KTSP. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan.
Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013
yang mendapatkan pro dan kontra dari berbagai pihak baik dari kalangan pendidikan maupun
dari masyarakat umum. Kurikulum 2013 justru dianggap dapat memasung kreativitas dan
otonomi di bidang pendidikan karena kurikulum dan persiapan proses pembelajaran akan
disediakan dalam bentuk produk jadi (completely-built up product). Di sisi lain, sebagian orang
beranggapan justru dengan adanya kurikulum 2013 dapat memicu pengembangan kompetensi
siswa kearah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat membantu siswa berkembang.

Hal ini sangat menarik untuk menjadi bahan analisis dan diskusi bagi kita, apakah kurikulum
KTSP lebih baik dari kurikulum 2013, atau justru adanya pengembangan kurikulum KTSP
menjadi kurikulum 2013 ini akan melahirkan output yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat
ini dan yang akan datang.
B.

Tujuan Analisis

Tujuan dari analisis kurikulum ini adalah untuk mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1.


Melihat bagaimana bentuk tujuan, SK-KD, dan evaluasi kurikulum KTSP.

2.

Melihat bagaimana bentuk tujuan, SK-KD, dan evaluasi kurikulum 2013.

3.

Mengetahui perbedaan tujuan, SK-KD, evaluasi antara kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.

C.

Manfaat Analisis

1.

Bagi penulis adalah memberikan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum yang ada saat ini di

indonesia, khususnya kurikulum yang sedang digunakan saat ini yaitu kurikulum KTSP dan isu terbaru

tentang penyempurnaan kurikulum lama menjadi kurikulum 2013 yang sedang dalam proses percobaan di
beberapa sekolah yang sudah dalam tahap pelaksanaan.
2.

Bagi pembaca dan pemerintah, memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu dan wawasan

dalam pengembangan kurikulum yang ada di indonesia dan mencari solusi bersama untuk terus
mengembangkan kurikulum ke arah yang lebih baik dari saat ini untuk memenuhi tuntutan zaman yang
akan datang guna mencerdaskan bangsa.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1.

Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1
Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum
2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:17). Kurikulum tersebut telah diberlakukan secara berangsungangsur mulai tahun pelajaran 2006/2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak sekolah diberikan kewenangan penuh untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah dengan cara
memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum, karena masingmasing sekolah lebih mengetahui tentang kondisi satuan pendidikannya.
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa serta rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru dan sejumlah pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa.
Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya komponen-komponen pendidikan agar tercapainya tujuan
pendidikan, diantaranya adalah tenaga pendidik, peserta didik, lingkungan, alat-alat pendidikan, kurikulum
dan fasilitas yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK).
KTSP diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar dan telah disahkan
penggunaannya di sekolah, baik negeri maupun swasta, yang diberlakukan secara bertahap pada tahun
pelajaran 2006/2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah pusat (Depdiknas)
mengharapkan paling lambat tahun pelajaran 2009/2010, semua sekolah telah menerapkan KTSP
(Mulyasa, 2007:1-2).

2.

Landasan KTSP

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PeraturanPemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich, 2008:1). Dalam penyusunannya,
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006,
dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Landasan penyusunan KTSP sekurang-kurangnya menunjukkan (1) adanya undang-undang yang jelas
sebagai acuan dalam penyusunan KTSP; (2) adanya PP dan Permendiknas yang dijadikan acuan dalam
penyusunan KTSP; (3) khusus untuk madrasah, adanya Surat Keputusan/Edaran Dirjen Pendidikan Islam
atau Direktur Pendidikan Madrasah yang dijadikan acuan dalam penyusunan KTSP; dan (4) adanya
rencana pengembangan sekolah/madrasah yang dijadikan acuan dalam penyusunan KTSP (Muhaimin,
Sutiah, dan Sugeng Listyo, 2008:46). Berikut ini akan dikemukakan landasan penyusunan KTSP adalah:
1.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ketentuan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat
(1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat
(1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
2.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di

dalam PP No. 19 Tahun 2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat
(1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10
ayat (1), (2), (3); Pasal 11 (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal
16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); dan Pasal 20.
3.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

4.


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Dengan adanya landasan penyusunan KTSP berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan
menteri pendidikan nasional menjadi landasan yang sangat kuat dalam mengelola penyelenggaraan
otonomi pendidikan di sekolah. Kebijakan otonomi pendidikan ini merupakan suatu keniscayaan dan harus
diimplementasikan pada tataran praktis, tidak hanya sebuah wacana semata-mata. Kebijakan desentralisasi
pendidikan akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh stakeholders dan anggota masyarakat yang
sangat peduli dengan urgensi pendidikan bagi masa depan bangsa Indonesia.
3.

Karakteristik KTSP

Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan atau sekolah untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum lebih diperbesar. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) memungkinkan berkurangnya materi pembelajaran yang banyak dan padat,
tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik,
berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar siswa yang selama ini
sangat berat, serta terbukanya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan
kondisi yang ada di sekolah. Sebagai sebuah konsep dan program, KTSP memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun

klasikal.
Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri; (2) KTSP
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman; (3) penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Kunandar, 2007:138).
Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru sendiri yang harus
menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta
didik. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan
otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap memperhatikan karakteristik
KTSP, karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah
dan guru, karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai
komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai
potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.
4.

Komponen dan Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


a.

Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan
umum pendidikan berikut.
·

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
·

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
·

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,


akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.

b.

Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi
lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
·

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

·

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

·

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

·

Kelompok mata pelajaran estetika

·

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

·

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran

sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.
·

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban

belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1.

Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada
struktur kurikulum yang tercantum dalam SI.
2.

Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari
mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa
dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
3.

Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta
kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada
peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata
pelajaran.
4.

Pengaturan Beban Belajar

·

Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,

SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori
standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB

kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem
kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
·

Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera

dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban
belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang
dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
·

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket

untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
·

Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
·

Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
i. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
ii. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
5.

Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik,
kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus
menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan
pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh di rektorat teknis terkait.
6.

Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masingmasing direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
·

menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

·

memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
·

lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

·

lulus Ujian Nasional. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih

lanjut dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
7.

Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis
terkait. Penjurusan pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur oleh
direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

8.

Pendidikan Kecakapan Hidup

·

Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dapat

memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
·

Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran

dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
·

Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan

dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
9.

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

·

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan

lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta
didik.
·

Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis

keunggulan lokal dan global.
·

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran

dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
·

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal

lain dan/atau satuan pendidikan nonformal.
c.

Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender
pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan
pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar
yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum merupakan salah satu indikator yang
menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan dan harus dikelola secara baik dan profesional.
Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa sebaiknya dilakukan secara terus-menerus untuk
merespon dan mengantisipasi perkembangan dan tuntutan zaman.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah (1) prinsip relevansi, yaitu kesesuaian antara program
pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh
akan berguna bagi kehidupan seseorang; (2) prinsip efektivitas, yaitu sejauh mana perencanaan kurikulum
dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan; (3) prinsip efisiensi, yaitu dengan modal atau
biaya, tenaga, dan waktu yang sekecil-sekecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan; (4) prinsip
kesinambungan, yaitu saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi;
(5) prinsip fleksibilitas, yaitu tidak kaku dan adanya ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak; (6) prinsip berorientasi tujuan, yaitu sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan
oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu sehingga dapat menentukan secara tepat
metode mengajar, alat pengajaran, dan evaluasi; (7) prinsip dan model pengembangan kurikulum, yaitu

pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus menerus dengan implikasi bahwa kurikulum
senantiasa mengalami revisi dan bersifat dinamis (Idi, 2007:179-183).
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut merupakan dasar pokok untuk mengkaji pembelajaran
dan pengembangan kurikulum lebih lanjut. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja,
melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti; bangunan
sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain yang
pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Khusus untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP telah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas
pendidikan propinsi dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun
oleh BSNP.
Pengembangan KTSP, antara lain menggunakan pendekatan KBK yang memiliki ciri-ciri:
·

Menitikberatkan pencapaian target (attainment targets) kompetensi daripada penguasaan materi;

·

Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

·

Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk

mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan (Muhaimin, Sutiah, dan
Sugeng Listyo, 2008:5-6).
Menurut Rusman (2009:474-475), prinsip-prinsip pengembangan KTSP adalah:
·

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

·

Beragam dan terpadu

·

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

·

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

·

Menyeluruh dan berkesinambungan

·

Belajar sepanjang hayat

·

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP di atas pada praktek pengajaran di dalam kelas sangat
tergantung pada situasi dan kondisi peserta didik di sekolah sehingga setiap guru memiliki kebebasan untuk
menentukan materi pelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar), indikator, metode, media, dan
ketercapaiannya. Selain itu, prinsip-prinsip tersebut menunjukkan bahwa kalau terjadi perubahan
kurikulum hendaknya terjadi perubahan secara menyeluruh termasuk materi, metode, guru, sarana, dan halhal lain yang ada kaitannya dengan proses pembelajaran sehingga dampak positif dari perubahan
kurikulum akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.
5.

Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Untuk melihat keunggulan atau kelebihan KTSP dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya perlu dicari
bahan pembanding. Karena sesuatu dianggap lebih baik kalau dapat dibandingkan dengan sesuatu yang
lain untuk menunjukkan keunggulannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui kelebihan dan kelemahan
KTSP terlebih dahulu, kemudian baru kita mengetahui perbedaan antara KTSP dan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Misalnya antara KTSP dan KBK 2004 atau KTSP dan kurikulum 1994.

Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing tergantung kepada situasi dan kondisi,
dimana kurikulum tersebut diberlakukan. Menurut Fasli Jalal (dalam Imam Hanafie, 2008:1-5), kelebihan
yang dimiliki KTSP adalah:
·
·

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan

kreativitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
·

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata

pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
·

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.

·

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Sementara beberapa kelemahan dalam KTSP maupun penerapannya, antara lain:
·

Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada

kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
·

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan.

·

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsep penyusunan

maupun prakteknya di lapangan.
·

Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang

pendapatan para guru.
Beberapa kelebihan KTSP tersebut merupakan faktor pendukung bagi sekolah untuk meningkatan mutu
pembelajarannya. Sedangkan faktor kelemahannya merupakan faktor penghambat yang harus diantisipasi
dan diatasi oleh pihak sekolah dan juga menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak
hanya akan menambah daftar persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita.
Dengan demikian, ide dasar KTSP adalah mengembangkan pendidikan demokratis dan non monopolistik
dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum,
karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.
6.

Langkah-Langkah Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan
kurikulum (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dapat diterima oleh peserta didik secara tepat dan
optimal. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yaitu pembukaan,
pembentukan kompetensi, dan penutup.
·

Kegiatan pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk memulai atau membuka

pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
menarik perhatian peserta didik secara optimal agar memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.
·

Kegiatan inti dalam proses pembelajaran merupakan tahapan kegiatan pembelajaran yang paling

utama untuk pembentukan kompetensi peserta didik selama berlangsungnya proses belajar mengajar di
kelas. Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup
penyampaian informasi tentang materi pokok dan membahas materi pokok untuk membentuk kompetensi
peserta didik. Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan.
Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif.
·

Kegiatan penutup adalah kegiatan mengakhiri materi pembelajaran. Kegiatan menutup pembelajaran

perlu dilakukan secara profesional agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang
menyenangkan (Mulyasa, 2008:180-187).

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai
manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi aktual dalam
bentuk serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah. Implementasi KTSPmemberikan pemahaman
tentang situasi dan kondisi sekolah, sasaran implementasi yang efektif dan efisien, serta harapan sekolah
terhadap kurikulum yang diimplementasikan.
Ada dua hal pokok yang perlu disiapkan oleh pihak sekolah, yaitu kesiapan materil (sumber daya alamiah
sekolah) dan non materil (sumber daya manusia sekolah). Bentuk kesiapan materil sekolah dapat dilihat
dari dimensi perangkat kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, keuangan, dan lingkungan sekolah yang
mencakup lingkungan fisik (gedung) dan lingkungan sosial. Sedangkan bentuk kesiapan non materil
sekolah dapat dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua (Susilo,
2008:180-191). Hal senada dikemukakan oleh Rusman (2009:202-205), banyak komponen yang
berpengaruh terhadap kegagalan atau keberhasilan pendidikan, antara lain (1) kepala sekolah; (2) guru; (3)
kurikulum; (4) sarana pendidikan; (5) sistem penerapan pendidikan; dan (6) suasana sosial dan lingkungan
sekolah. Sejalan dengan uraian di atas, Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo (2008:37-38) mengemukakan
tingkat kesiapan sekolah dalam pengembangan KTSP. Untuk menjawab persoalan ini perlu melihat kondisi
nyata sekolah dalam membangun kemampuannya (capacity building), yang secara sederhana dapat
dipetakan ke dalam beberapa tahap berikut ini:
·

Tahap Pra-formal, yakni sekolah yang belum memenuhi standar teknis, atau belum dapat memiliki

sumber-sumber pendidikan (guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya) yang memadai untuk
menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.
·

Tahap Formalitas, yakni sekolah yang sudah memiliki sumber-sumber pendidikan yang memadai

secara minimal atau mencapai standar teknis minimal, seperti jumlah dan kualifikasi guru, jumlah dan
kualitas ruang kelas, jumlah dan kualitas buku pelajaran, dan jumlah dan kualitas fasilitas pendidikan
lainnya.
·

Tahap Transisional, yakni sekolah yang sudah mampu memberikan pelayanan minimal pendidikan

bermutu, seperti kemampuan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara optimal, meningkatnya
kreativitas guru, pendayagunaan perpustakaan secara optimal, kemampuan menambah anggaran dan
dukungan fasilitas pendidikan dari sumber masyarakat, dan lain-lain.
·

Tahap Otonomi, yakni sekolah yang berada pada tahap penyelesaian capacity building menuju

profesionalisasi dan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Strategi membangun kemampuan (capacity building) yang bisa dilakukan agar layak atau semakin layak
untuk mengembangkan KTSP, antara lain:
·

Terhadap sekolah tahap pra-formal, strategi capacity building dilakukan melalui upaya melengkapi

sumber-sumber pendidikan dengan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan secara
minimal, tetapi memadai untuk dapat mencapai tahap perkembangan berikutnya.
·

Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap formalitas, strategi capacity building dilakukan

melalui pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga kependidikan, seperti kepala sekolah agar
mampu mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara optimal dengan tanpa banyak pemborosan.
Bagi tenaga pengajar dikembangkan kemampuan untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
kreatif dan inovatif, serta dapat melakukan penelitian terhadap pendekatan pembelajaran yang paling
efektif.
·

Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap transisional, perlu dikembangkan sistem manajemen

berbasis sekolah yang didukung oleh partisipasi masyarakat dalam pendidikan serta mekanisme
akuntabilitas pendidikan melalui fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

·

Terhadap sekolah yang sudah mencapai tahap otonomi perlu ditingkatkan pengembangannya secara

optimal dan menyeluruh yang mencakup seluruh komponen pendidikan yang ada didalamnya, sehingga
dapat dikembangkan ke arah sekolah nasional yang berstandar internasional.
Demikian uraian langkah-langkah implementasi KTSP yang telah dijelaskan di atas, yang akan
mempengaruhi perkembagan lembaga pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua
komponen yang berada dalam sistem pendidikan adalah penentu bagi keberhasilan atau kegagalan suatu
proses belajar mengajar berdasarkan KTSP di sekolah. KTSP merupakan sikap peduli pemerintah (dalam
hal ini pemerintah pusat) dalam menjawab tuntutan zaman. Ditinjau dari perubahan kurikulum terakhir,
yaitu kurikulum 2006 (KTSP), kiranya memang sudah waktunya pemerintah melakukan penyempurnaan
kurikulum dan ide memperbaiki kurikulum merupakan lebih baik daripada statis. Hambatan KTSP adalah
masalah implementasi, artinya perencanaan yang baik belum tentu akan menghasilkan produk yang baik.
Hal tersebut tergantung pada implementasi, di mana harus ada dukungan dari semua pihak (stakeholders).
7.

Pengembangan Silabus

a.

Pengertian Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
b.

Prinsip Pengembangan Silabus

·

Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
·

Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
·

Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
·

Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
·

Memadai

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
·

Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
·

Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
·

Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
c.

Unit Waktu Silabus

·

Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata

pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
·

Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan

alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
·

Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur
kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
d.

Pengembang Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah
sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau
Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
·

Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik

peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya.
·

Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus

secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata
pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
·

Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama.

Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
·

Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya

bergabung dengan sekolah sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersamasama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam
lingkup MGMP/PKG setempat.
·

Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat

dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru
berpengalaman di bidangnya masing-masing.
e.

Langkah-langkah Pengembangan Silabus

·

Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar
Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1)

urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu

sesuai dengan urutan yang ada di SI;
2)

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;

3)

keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

·

Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
1)

potensi peserta didik;

2)

relevansi dengan karakteristik daerah,

3)

tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;

4)

kebermanfaatan bagi peserta didik;

5)

struktur keilmuan;

6)

aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

7)

relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

8)

alokasi waktu.

·

Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental
dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1)

Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru,

agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2)

Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara

berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
3)

Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.

4)

Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
·

Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.
·

Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
1)

Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2)

Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
3)

Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti

semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
4)

Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses

pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
5)

Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses

pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka
evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
·

Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi
waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan
dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.
·

Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang
berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
f.

Contoh Model Silabus

Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam
menyusun format urutan KD, urutan penempatan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi
komponen-komponen dalam silabus.
Format 1
CONTOH SILABUS
Nama Sekolah : SD ... Kediri, Jawa Timur
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/semester : IV/2 (dst, sama dengan format secara umum)
Standar Kompetensi : 2.

Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya
Alokasi Waktu : 12 x 35 Menit
Format 2
CONTOH SILABUS
Nama Sekolah : SMP ... Padang, Sumatera Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VII/1
I.

Standar Kompetensi: Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
II.

Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang

berlaku dalam masyarakat
III.

Materi Pokok/Pembelajaran: Sikap positif terhadap norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan

yang berlaku di masyarakat.
IV.
·

Kegiatan Pembelajaran:
Mencari informasi dari berbagai sumber tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

Minang Kabau
·

Mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Minang

Kabau

·

Mencari informasi dari berbagai sumber tentang adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat

Minang Kabau
·

Mencari informasi dari berbagai sumber tentang peraturan yang berlaku dalam masyarakat Minang

Kabau
·

Mendiskusikan perbedaan macam-macam norma yang berlaku di masyarakat Minang Kabau

·

Mencari informasi akibat dari tidak mematuhi norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang

berlaku dimasyarakat Minang Kabau
·

Membuat laporan

V.

Indikator:

·

Menjelaskan pengertian norma-norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat

·

Menjelaskan pengertian kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat

·

Memberi contoh norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat

·

Menunjukkan sikap mematuhi norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam

masyarakat
VI.

Penilaian:

·

Tes tertulis dalam bentuk uraian

·

Perilaku siswa dalam bentuk laporan

VII.
VIII.

Alokasi Waktu: 4 x 40 menit
Sumber Belajar:

·

Buku Teks PKn Kelas VII

·

Perpustakaan

·

Narasumber

g.

Pengembangan Silabus Berkelanjutan

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan,
dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara
berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan
pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.
8.

Evaluasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Evaluasi atau penilaian dalam KTSP dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh pihak
dalam (guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak luar
(badan indpenden atau badan akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar mencakup masukan
(termasuk program), proses, dan hasil (Wahyono, 2013:1).
Diberakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam
penilaian. Mulyasa (2007:258) menjelaskan, “penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan
penilaian program.”
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a.

Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian
dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian terdiri dari
seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan
konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali setiap semester.

Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup
kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan nilai bagi para peserta didik. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester, dengan
bahan yang diujikan sebagai berikut:
·

Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.

·

Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dan semester pertama dan kedua,

dengan penekanan pada materi semester kedua.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh
kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada kompetensi dasar yang dibahas pada kelaskelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir ini terutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap
peserta didik, dan layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat diatasnya.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiaknosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan prosespembelajaran, dan
menentukan kenaikan kelas.
b.

Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang
diberlakukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan
dasar dilakukan pada setiap tahun ak