Agama dan Islam dalam Pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pada abad modern ini timbul suatu kesadaran bahwa perubahan ekonomi

sangat erat hubungannya dengan sejarah pertumbuhan agama. Umat manusia
dewasa ini sedang dalam transformasi yang melibatkan kita semua kedalam dan
keluar, masalah keperluan fisik maupun keperluan agama. Salah satu masalah
yang penting dalam pembangunan ini adalah kesadaran kita untuk memilih
sesuatu perbuatan yang berguna untuk pembangunan nasional dalam megisi
kemerdekaan bangsa dan negara. Agar dalam pelaksanaan pembangunan itu,
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, maka kita
harus meletakkan landasan pertama pada masalah moral
Agama disini bukan saja sebagai faktor pendorong yang mampu
memberikan semangat bagi umatnya untuk bekerja guna membangun dunia, tetapi
juga

mampu


mengadakan

pembaharuan

serta

penyempurnaan

untuk

mempersatukan pendapat perorangan maupun kelompok dalam rangka mencapai
tujuan hidup duniawi maupun surgawi secara berkesinambungan. Disamping itu
agama juga sebagai penyucian perbuatan manusia untuk meningkatkan prestasi
serta merupakan sumber inspirasi budaya baik fisik maupun non fisik yang
bernafaskan keagamaan.
Islam ialah agama yang menyeru kepada umatnya untuk menerima ide-ide
& teknologi dalam rangka memperbaiki kehidupan, selagi dalam hal-hal tersebut
tidak lepas dari nilai-nilai yang ditetapkan dalam Islam. Pembangunan terhadap
perubahan yang lebih baik, ialah satu kecenderungan yang ingin digapai dalam era
modern seperti sekarang ini. Sehingga timbul suatu kesadaran bahwa

pertumbuhan ekonomi sangat erat hubunganya dengan sejarah dari perkembangan
agama. Umat manusia pada saat ini sedang dalam transformasi yang melibatkan

1

semua elemen kedalam dan keluar, yakni masalah kebutuhan fisik dan kebutuhan
rohani.
Allah SWT berfirman :
[Dan Allah telah berjanji kepada orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentiasa.] (An-Nur 24:55).
Dari penggalan ayat tersebut sudah cukup menggambarkan bahwa islam
adalah agama yang sangat mendukung dengan kemajuan umatnya. Ada pula
hadist Rasulullah (SAW), " Orang Beriman yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah dari Orang Beriman yang lemah, dan terdapat kebaikan
dalam setiap orang, (tetapi) hargailah yang boleh memberi kamu manfaat (di

akhirat) dan mintalah pertolongan dari Allah dan jangan berputus asa "
(Muslim). Yang semakin meemperkuat bahwa masyarakat muslim sangat
disarankan untuk memjadi manusia yang bisa mengembangkan diri sebagai
manusia yang kuat. Manusia yang kuat disini bukan semata dilihat dari segi fisik
semata, akan tetapi dari segi ekonomi, moral dan dalam manjalankan kewajiban
agamanya pula.
Akan tetapi banyak anggapan yang menuduh Islam menjadi agama yang
ketinggalan jaman yang sudah tidak sesuai dengan konteks zaman modern ini.
Islam dipandang sebagai agama yang lebih menyerukan terhadap kekerasan,
terlebih setelah serangan WTC (11 September 2001) dan insiden pengeboman
Bali 12 Oktober 2002, yang semakin menggambarkan islam sebagai agama yang
sangat terpandang negative dimata masyarakat dunia. Kesalahan-kesalahan
beberapa golongan dilimpahkan terhadap penduduk islam pada umumnya. Tentu

2

saja dalam hal ini sangatlah merugikan bagi masyarakat islam pada umumnya,
yang berefek pada timbulnya respon negative pada masyarakat muslim sedunia.
Yang seharusnya pandangan buruk itu ddiserahkan pada sebagian kecil dari
kelompok muslim ini.

Mengenai islam dan pembangunan, masyarakat muslim sering kali
dipandang sebelah mata melihat dari perkembangan Negara-negara muslim saat
ini. Dapat dikatakan mayoritas Negara muslim saat ini masih dalam taraf Negara
berkembang, hanya beberapa yang dapat dikatagorikan sebagai Negara maju.
Melihat hal itu, tentusaja sebagai insane muslim kita harus dapat melihat
dengan jeli, apa yang sebenarnya terjadi baik penyebab maupun akar dari masalah
pembangunan yang mendera mayoritas masyarakat muslim. Dan salah satu
penyebab

terpenting

dalam

perkembangan

sebuah

masyarakat

yaitu


pembangunan, baik itu pembangunan fisik maupun mental masyarakat untuk
memperbaiki nama baik serta kemajuan muslim dipandangan dunia pada
umumnya. Seperti halnya teori max weber yang menyatakan bahwa individu akan
lebih tinggi etos kerjanya ketika mereka belum mengimani agama secara kuat,
begitu pula pada sebaliknya. Apakah melihat teori itu dapat diartikan masyarakat
muslim selama ini hanya hidup dalam dataran keimanan rohani belaka, bahkan
tanpa mau atau tidak ingin melihat realita kehidupan yang sebenarnya sudah
sangat memojokan mereka dalam berantero kelaparan, penderitaan dan kebutaan
pengetahuan.
Sehubungan dengan hal itu hal yang penting dalam pembangunan
masyarakat pada saat ini adalah seperti pada hal yang terbahas tadi, yaitu
pembangunan

mental

dan

moral


masyarakat,

agar

mereka

mampu

mengimbangkan antara kehidupan agama dan kehidupan social mereka. Demi
mengisi mengisi kemerdekan bangsa dan Negara, supaya dalam pembangunan
tersebut pelaksanaanya tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada. Untuk
hal itu maka kita harus meletakkan landasan yang paling inti adalah pada moral

3

masyarakat. Karena agama disini sangat berperan dalam mengajarkan normanorma yang baik pada pemeluknya.
Dan agama dalam hal pembangunan ini bukan hanya sebagai factor
pendorong yang mampu memberikan semangat bagi pemeluknya untuk bekerja
guna membangun dunia, melainkan juga mampu mengadakan pembaharuan serta
menyempurnakan dalam menyatukan pendapat individu maupun kelompok demi

pembanguna yang lebih baik dalam pencapaian tujuan hidup duniawi ataupun
ukhrowi secara seimbang.
Menurut jallaludin ramayulis agama yang ideal adalah agama yang mampu
memberi peran dalam mewujudkan pembangunan dalam masyarakat itu sendiri.
Terlebih agama juga mempunyai peran yang urgen dalam suatu Negara. Dalam
islam maupun agama2 lain juga mengajarkan dan mendorong proses
pembangunan. Contohnya, pembayaran buruh dengan gaji yang layak dan adil,
penghormatan terhadap hukum dan keadilan, serta menanamkan nilai anti korupsi
yang kuat, dll.
Peran pemerintah sangat menentukan dalam kebijakan publik supaya
pembangunan dapat terarahkan secara baik. Yang tentu saja nilai-nilai agama
tidaklah lepas dari proses tersebut. Agar dalam proses-proses tersebut tidak
menyalahi norma-norma yang ada. Agama sendiri tidak hanya menjadi pendorong
yang member penyemangat umatnya untuk meningkatkan etos kerja guna
memajukan negaranya, tetapi juga untuk mengadakan pembaharuan untuk
menyatukan masyarakat agar tidak tercerai berai.
1.2. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas dilihat pertanyaan utama yang muncul yaitu apakah
agama mempunyai peran dalam pembangunan dan bagaimana hubungan Islam
dengan pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa

masalah dalam penulisan makalah dengan “Peran dan Fungsi Agama dalam
Pembangunan dan Hubungan Isaam dengan Pembangunan ”.
4

1.3. Rumusan Masalah
Berdasrkan pembatasan malah diatas penyusun menentukan beberapa
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana peran agama dalam pembangunan?
2. Bagaimana peran agama dalam masyarakat?
3. Bagaimana fungsi agama dalam masyarakat?
4. Bagaimana hubungan Islam dengan pembangunan?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan
adalah untuk mengetahui bagaiman peran dan fungsi agama dalam
pembangunan dan bagaimana hubungan Islam dengan pembangunan.
2. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa
penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang
peran dan fungsi agama dalam pembangunan dan hubungan Islam dengan

pembangunan.

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Peran Agama Dalam Pembangunan
Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan bahwa peranan agama dalam
pembangunan adalah:
A. Sebagai etos pembangunan
Maksudnya adalah bahwa agama menjadi anutan seseorang atau
masyarakat jika diyakini atau dihayati mampu memberikan suatu tatanan
nilai moral dalam sikap. Selanjutnya, nilai moral tersebut akan
memberikan garis-garis pedoaman tingkah laku seseorang dalam
bertindak, sesuai dengan ajaran agamanya. Segala bentuk perbuatan yang
dilarang agama dijauhinya dan sebaliknya, selalu giat dalam menerapakn
perintah agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan
orang banyak. Dari tingkah laku dan sikap yang demikian tercermin suatu
pola tingkah laku yang etis. Penerapan agama lebih menjurus keperbuatan

yang bernilai akhlak mulia dan bukan untuk kepentingan lain.
B. Sebagai motivasi
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan
mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan
yang lebih baik. Pengamalan ajaran agama tercermin dari pribadi yang
berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan
imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan tuhan terhadap
perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan
mempengaruhi seseorang untuk beebuat tanpa imbalan material. Balasan

6

dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan akhirat lebih didambakan oleh
penganut agama yang taat.
Peranan-peranan positif ini telah telah mebuahkan hasil yang
konkrit dalam pembangunan, baik berupa sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan. Melalui motiasi keagaMaan seseorang terdorong untuk
berkorban baik dalam bentuk materi maupun tenaga atau pikiran.
Pengorbanan seperti ini merupakan asset yang potensial dalam
pembangunan.

2.2.

Peran Agama dalam Masyarakat

Peran agama terhadap perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut:
Pertama agama sebagai motivator (pendorong) agama memberikan
dorongan batin atau motif, akhlak dan moral manusia yang mendasari dan
melandasi cita-cita dan perbuatan manusia dalam seluruh asapek hidup dan
kehidupan, termasuk dalam usaha dan pembangunan. Agama sebagai motivasi
memberikan pengaruh dalam mendorong individu untuk melakukan suatu
aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan
agamadinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Sedangkan agama
sebagai nilai etika karena dalam melakukan suatu tindakan seseorang akan terikat
kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut
ajaran aganma yang dianutnya. Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi,
berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etika mendorong seseorang
untuk berlaku jujur, menepati janji, menjaga amanah, dan sebagainya.
Kedua, agama sebagai creator (pencipta) dan innovator (pembaharu),
memberikan semangat dorongan untuk bekerja kreatif (mempunyai kemampuan
untuk mencipta) dan produktif (banyak menghasilkan) dengan penuh dedikasi
(pengabdian) untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan kehidupan
khirat yang baik pula. Oleh karena itu, disamping bekerja kreatif, agama
mendorong pula adanya pembaruan dan penyempurnaan (inovatif).

7

Ketiga, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual
maupun social, dalam arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan
segenap aktivitas manusia, baik sebagai perseorangan maupun anggota
masyarakat, yaitu integrasi dan keserasian sebagai insan yang taqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, serta integrasi dan keserasian antara manusia sebagai
makhluk social dalam hubungannya dengan sesame dan lingkungannya.
Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara mengejar kebaikan dunia
dan akhirat. Sebagai intergrator-individual, agama dapat menghindarkan manusia
dari pribadi kepribadian yang goyang dan pecah, sehingga kembali pada
kepribadiannnya yang utuh mampu menghadapi berbagai tantangan, gangguan
serta cobaan hidup dan kehidupan, yang tidak jarang dapat memporak-porandakan
kehidupan manusia. Sebagai integrator-sosial, mempunyai fungsi sebagai perekat
atau fungsi kohesif (berhubungan) antara manusia terhadap sesamnaya, didorong
oleh rasa kemanusiaan, cinta mencinta-mencintai, kasih saying terhadap
sesamanya, altruisme (sifat mementingkan kepentingan orang lain) , tenggangrasa,
tepa selira, dan lain-lain. Dalam fungsinya sebagai faktor social intregatif itu,
agama mengajarkan rukun tentram damai dan bekerja sama dalam mencapai
kesejah teraan lahir batin.
Dalam fungsinya yang integratif-sosial tersebut, serta dalam konteks
pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, agama mempunya peranan sebagai faktor pemantapan stabilitas
(keseimbangan) dan ketahanan nasional, persatuan, dan kesatuan bangsa
Indonesia, pembangunan nasional akan lebih memantapkan stabilitas dan
ketahanan nasional serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Keempat, agama sebagai sublimator (memperindah) , agama menyandukan
dan mengkuduskan segala perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan
hanya yang bersifat keagamaan saja, tetapi setiap perbuatan dijalan kan dengan
tulus ikhlas dan penuh pengabdian karena keyakinan agama, bahwa segala

8

pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang
pencipta atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha Esa.
Kelima, agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia,
melahirkan hasil budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya
arsitektur, dan lain-lain, serta hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang
menafaskan agama kehidupan beragama yang jauh dari syirik dan musyrik.
Perbedaan interpretasi (tafsiran) dapat memunculkan empat tipe
keagamaan seseorang, seperti yang digambarkan oleh J.P Williams, yaitu:
pertama,tingkat rahasia, seseorang memegang ajaran agama yang dianut yang
diyakininya untuk dirinya sendiri, tidak untuk dinyatakan kepada orang lain.
Keduaa, tingkat privat atau pribadi, seseorang mendiskusikan keyakinan
agamanya kepada sejumlah orang tertentu yang digolongkaan sebagai orang yang
secara pribadi sangat dekat hubungannya dengan dirinya. Ketiga, tingkat
denominasi (satuan atau nama), individu memiliki keyakinan keagamaan yang
sama dengan yang dipunyai oleh individu-individu lainnya dalam suatu kelompok
besar. Keempat, tingkat kemasyarakatan, individu memiliki keyakinan yang sama
dengan keyakinan keagamaan yang ada pada warga masyaraakat tersebut.
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi atau penting
sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari
ketidapastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan
karakteristik (cirri khas) fundamental (yang paling pook) kondisi manusia. Dalam
hal ini fungsi ialah menyediakan dua hal. Pertama, suatu cakrawala (lengkung
langit) pandang tentang dunia luar yang tak terajangkau oleh manusia (beyond
yang artinya alam baka) , dalam arti dimana deprivasi (pencabutan) dan frustasi
(patah semangat) dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Kedua,
sarana ritual (menurut upacara agama) yang memungkinkan hubungan manusia
dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi
manusia mempertahankan moralnya.

9

2.3. Fungsi Agama Dalam Masyarakat
Fungsi agama yang dimaksud adalah peran agama dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan
secara empiris (berdasarkan pengalaman dan penghayatan), karena ada
keterbatasan kemampuan dan ketidak pastian. Oleh karena itu, diharapkan agama
menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan
sebagainya. (fungsi secara etimologi yaitujabatan, kedudukan, peranan, guna,
kegunaan, manfaat).
Adapun fungsi agama ada enam hal, yaitu:
Pertama, agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar
jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap mana
manusia memberikan tanggapan serta menghubungkan dirinya, menyediakan bagi
pemelukya suatu dukungan, pelipur lara, dan rekonsiliasi (perdamaian). Manusia
membutuhkan dukungan moral disaat menghadapi ketidakpastian, pelipur lara
disaat berhadapan dengan kekecewaan dan membutuhkan rekonsiliasi dengan
masyarakat bila diasingkan dari tujuan dan norma-normanya. Karena gagal
mengejar aspirasi (tuntutan), karena dihadapkan dengan kekecewaan serta
kebimbangan, maka agama menyediakan sara emosional penting yang membantu
memberikan dukungannya, agama menopang nilai-nilai dan tujuan yang telah
terbentuk, yang memperkuat moral dan membantu mengurangi kebencian.
Kedua, agama menawarkan suatu hubungan trasendental (bersifat jauh dari
dunia empiris) melalui pemujaan dan upacara ibadat, karena itu memberikan dasar
emosional bagi rsa aman baru dan identitas yang lebih kuat di tengah
ketitdakpastian dan ketidakmungkinan kondisi manusia dan arus serta perubahan
kerangka acuan ditengah pertikaian dan kekaburan pendapat serta sudut pandang
10

manusia. Fungsi agama yang bersifat kependetaan ini menyumbang stabilitas,
ketertiban, dan seringkali mendukung pemeliharaan status quo.
Ketiga,agama mensucikan norma-norma dan nilai masyrakat yang telah
terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu
dan disiplin kelompok diatas dorongan hati individu. Dengan demikian agama
memperkuat legitimasi (pembenaran menurut hukum) pembagian fungsi, fasilitas
dan ganjaran yang merupakan cirri khas suatu masyarakat. Lebih jauh lagi, tidak
ada masyarakat dimana orang yang hidup pada pengharapan tanpa penyimpangan,
masih tetap dijumpai metode-metode tertentu untuk menangani keterasingan dan
kesalahan individu yang menyimpang. Agama juga melakukan fungsi ini dengan
menyediakan caraa-cara, sering berupa cara situal, dimana kesalahandapat
diampuni dan individu dilepaskan dari belunggu kesalahan dan disatukan kembali
dalam kelompok social. Jadi agama mensucikan norma dan nilai, yang membantu
pengendalian sosial; mengesahkan alokasi pola-pola masyarakat, sehingga
membantu ketertiban dan stabilitas: dan menolong mendamaikan hati mereka
yang tidak memperoleh kasih sayang.
Keempat, agama juga melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan
fungsi sebelumnya. Agama dapat pula memberikan standar nilai dalam arti
dimana norma-norma yang telah terlembaga, dapat dikaji secarakritis dan
kebetulan masayarakat sedang membutuhkannya. Hal ini mungkin sekali benar
khusus dalam hubungan dengan agamayang menitikberatkan transendensi (dalam
teologi, istilah ini berarti bahwa tuhan itu berada jauh diluar alam) Tuhan, dan
konsekuensi superioritasnya pada dan kemerdekaannya dari masyarakat yang
mapan. Kita melihat fungsi agama dan bentuk yang jelas dalam diri para Rabi
Yahudi. Oleh karena itukita menanamkan fungsi ini fungsi risalat atau nubuat
(berita yang dibawah oleh para nabi dari Allah). Konflik diantara fungsi
kependetaan dengan fungsi risalat merupakan aspek penting dari sejarah injil.
Fungsi risalat seringkali merupakan sumber protes sosial yang penting melawan
norma dan kondisi yang telah mapan.

11

Kelima, agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Kita telah
menyinggung salah satu aspek fungsi ini dalam membicarakan fungsi hubungan
trasendentals yang ada dalam agama. Melalui penerimaan nilai-nilai yang
terkandung dalam agama dan kepercayaan-kepercayaan tentang hakikat dan takdir
manusia, individu mengembangkan aspek penting pemahaman diri batasan diri.
Melalui peran penting msnusia di dalam ritual agama dan doa, mereka juga
melakukan unsur-unsur signifikan (mengandung arti penting) yang ada dalam
identitasnya. Dengan cara ini agama mempengaruhi pengertian individu tentang
siapa ia dan apa ia. Davis menulis: “agama memberikan individu rasa identitas
pada masa lampau yang sudah jauh dan masa yang akan datang yang tidak
terbatas. Agama memperluasa ego manusiadengan membuat spirit manusia cukup
berarti baginya”. Dalam proses perubahan dan mobilitas (berpindah tempat) luas
dan berlangsung cepat sumbangan agama terhadap identitas menjadi semakin
tinggi. Will Herberg dalam studi sosiologi agama Amerika tahun 1950-an,
misalnya mengatakan bahwa salah satu cara ialah dengan menjadi anggota salah
satu dari “ketiga agama demokrasi” yaitu protestanisme, katolikisme, dan yahudiisme.
Keenam, agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan
kedewasaan individu, dan perjalanan hidup melalui tinngkat usia yang ditentukan
oleh masyarakat. Psikologi telah menunjukkan bahwa pertumbuhan individu
menghadapi serangkaian karakteristik (ciri khas) yang terjadi pada berbagai
tingkat usia manusia, serangkaian peristiwa yang dijumpai dari sejak lahir sampai
mati. Dalam masing-masing peristiwa ini, maslah-maslah baru menantang
individu. Semasa bayi, seseorang harus mempelajari suatu tingkat kepercayaan
dasar dengan manusia lain, kemudian harus mengembangkan kemampuan
berfungsi secara otonom, berdikari, dan kemudian harus belajar lagi menahan
pemuasan dan mendisiplikan impuls (dorongan hati) dalam mencapai tujuantujuan yang dibenarkan secara sosial. Tetapi apakah agama mendukung dan
mendorong kedewasaan, mengembangkan otonomi, dan pengarahan diri sendiri?
atau apakah ia menyediakan suatu aturan terlalu otoriter (penguasa) dan terlalu

12

protektif (melindungi) yang menghambat kedewasaan dan cenderung membuat
manusia tergantung pada lembaga keagamaan?
Menurut Hendro Puspito, fungsi agama adalah edukatif (pengajaran),
penyelamatan, pengawasan social, memupuk persaudaraan dan transformatif atau
tidak tetap. Fungsi agama bagi para sosiolog berbeda satu sama lain: sebagai
pemujaan masyarakat (Durkheim); sebagai idiologi (Marx) dan sebagai sumber
perubahan social (Weber). Fungsi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Metta
Spencer dan Alex Inkles; fungsi dukungan, fungsi kependekatan, fungsi control
social, fungsi kenabian dan fungsi identitas.
Apa sebenarnya fungsi agama itu dalam masyarakat kalau kita kaji dari sudut
pandang sosiologis. Menurut E.K. Nottingham bahwa secara empris, agama dapat
berfungsi dalam masyarakat antara lain :
a.
b.
c.
d.

faktor yang mengintregasikan (menyatukan) masyarakat;
faktor yang mengdisintregasikan masyarakat;
faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai social;
faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif, inovatif bahkan
bersifat revolusioner.
Fungsi agama ditinjau dari kajian sosiologis, ada dua macam. Pertama

disebut fungsi manifest, dan yang kedua fungsi latent. Fungsi manifest adalah
fungsi yang disadari yang bisanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
pelaku-pelaku ajaran agama. Sedangkan fungsi latent adalah fungsi yang
tersembunyi, yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama.
Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
A. Berfungsi edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama
secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua undur suruhan

13

dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut
ajaran agama masing-masing.
B. Berfungsi penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya
selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan
yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama
kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu:
dinia dan akhirat.
C. Berfungsi sebagai pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat
mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa
bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang
pelanggar telah menebus dosanya melalui : tobat, pensucian ataupun
penebusan dosa.
D. Berfungsi sebagai social control
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya
terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun
secara kelompok, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai
norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan
social secara individu maupun kelompok, karena:
1) Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya.
2) Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang
bersifat profetis (kenabian)
E. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa
kesatuan

ini

akanmembina

solidaritas

dalam

kelompok

maupun

perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan
yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat
mengalahkan rasa kebangsaan.
F. Berfungsi transformatif
Ajaran agama dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang
atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama

14

yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaanya kepada
adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
G. Berfungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk
bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga
untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja
secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk
melakukan inovasi dan penemuan baru.
H. Berfungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja
yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi.
Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena dan untuk Allah
merupakan ibadah.
Peter L. Berger (1968:268) melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan
dasar manusia; karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap
segala kekacauan yang mengancam hidup manusia. Hampir semua masyarakat
manusia mempunyai agama. Malinowski (1954:17) menyatakan : “ Tidak ada
bangsa, bagaimanapun primitifnya, yang tidak memiliki agama dan magic”.
Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan
oleh suatu masyarakat yang digunakan untuk menangani masalah penting yang
tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya.
Untuk mengatasi keterbatasan iitu, orang berpaling kepada manipulasi kekuatan
supernatural (Haviland, 1988:193).

2.4. Ketaatan Beragama
Ketaatan beragama membawa dampak positif terhadap pembangunan,
karena pengalaman, membuktikan bahwa semakin taat seseorang dalam beragama
semakin positif sikapnya terhadap peningkatan kesejahteraan umat. Karena setiap
agama mengandung ajaran yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat.
Ketaatan beragama selain dipengaruhi oleh factor kepribadian juga dipengaruhi

15

oleh berbagai factor termasuk stratifikasi social (kedudukan dalam masyarkat).
Untuk jelasnya dapat diperincikan sebagai berikut:
A. Faktor Psikologis: kepribadian dan kondisi mental
B. Faktor umur: anak-anak, remaja, dewasa, dan tua
C. Faktor kelamin: laki-laki dan wanita
D. Faktor pendidikan: orang awam, pendidikan menengah, dan intelektual
E. Faktor stratifikasi social: petani, buruh, karyawan, pedagang, dan
sebagainya.

2.5. Sikap Keagamaan
Psikologi memandang bahwa sikap mengandung unsur penilaian dan
reaksi afektif sehingga menimbulkan motif. Motif menentukan tingkah laku nyata,
sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup. Jadi, motif menjadi faktor penjalin
sekaligus menentukan hubungan antara sikap dan tingkah laku. Motiflah yang
menjadi tenaga pendorong kearah sikap positif atau negatif yang hal itu kemudian
tampak dalam tingkah laku nyata. Motif yang didasari pertimbanganpertimbangan tertentu biasanya menjadi lebih stabil jika diperkuat dengan
komponen afeksi. Dalam hubungan ini tergambar bagaimana jalinan pembentukan
sikap keagamaan sehingga dapat menghasilkan bentuk pola tingkah laku
keagamaan dengan jiwa keagamaan.
Psikologi agama melihat bahwa ajaran agama memuat norma-norma yang
dijadikan pedoman oleh pemeluknya dalam bersikap dan bertingkah laku. Normanorma tersebut mengacu kepada pencapaian nilai-nilai luhur guna pembentukan
kepribadian dan keserasian hubungan sosial dalam upaya memenuhi ketaatan
kepada Tuhan. Tetapi dalam kehidupan nyata banyak dijumpai penyimpangan atau
perubahan dari konstatasi di atas, baik secara individual maupun kolektif.
Perubahan sikap keagamaan memiliki tingkat kualitas dan intensitas yang
beragam dan bergerak antara titik positif hingga negatif. Jadi, sikap keagamaan
yang menyimpang dalam kaitan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi
negatif sehingga gerakan pembaharuan keagamaan yang berusaha merombak
tradisi keagamaan yang keliru juga masih dapat dimasukkan dalam kategori ini.

16

Sikap keagamaan merupakan suatau keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif persamaan terhadap
agama sebagai komponen aktif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen
konatif. Di dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, afektif dan konatif
saling berintegrasi sesamanya secara komplek.
Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh
dua factor yaitu:
A. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau
menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk di sini minat dan
perhatian.
B. Faktor eksternal, berupa factor di luar diri individu yaitu pengaruh
lingkungan dan diterima. Dengan demikian walupun sikap keagamaan
bukanmerupakan

bawaan

akan

tetapi

dalam

pembentukan

dan

perubahannya ditentukan oleh factor internal dan factor eksternal individu.
Pembentukan sikap keagamaan ini sangat erat kaitannya dengan
pembangunan. Sikap fanatis, sikap toleran, sikap pasimis, sikap aptimis,
sikap tradisional, sikap modern,sikap fatalisme dan sikap free will dalam
beragam banyak menimbulkan dampak negatif dan dampak positif dalam
meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.

2.6. Bagaimana Islam Berkaitan Dengan Pembangunan
A. Islam menyeru kepada mengambil yang terbaik dalam semua perkara.
Allah

SWT

berfirman [bagi

mereka

berita

gembira;

sebab

itu

sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya] (Az-Zumar
39:17-18). Bahkan, Islam menggalakkan penganutnya untuk bercita-cita
untuk matlamat besar dan tinggi. Rasulullah (SAW) dilaporkan

17

bersabda, "Jelaslah, Orang Yang Beriman tidak pernah puas membuat
kebaikan sehingga dia masuk Syurga " (At-Tirmidhi).
B. Islam memuliakan kekuatan dalam kedua-dua hal material dan spiritual.
Rasulullah (SAW) dilaporkan bersabda, " Orang Beriman yang kuat lebih
baik dan lebih dicintai oleh Allah dari Orang Beriman yang lemah, dan
terdapat kebaikan dalam setiap orang, (tetapi) hargailah yang boleh
memberi kamu manfaat (di akhirat) dan mintalah pertolongan dari Allah
dan jangan berputus asa " (Muslim).
C. Islam melarang mentaati kepada ajaran-ajaran lama jika ia korup. Allah
SWT berfirman [Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu
seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orangorang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami
mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya
kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Rasul itu) berkata: "Apakah
(kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu
(agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu
dapati bapak-bapakmu menganutnya?" '] (Az-Zukhruf 43:23-24).
D. Islam bersetuju menggunakan kemudahan moden dalam konteks ajaran
yang tetap. Rasulullah (SAW) diriwayatkan bersabda, "Sesungguhnya,
Allah akan menghantar untuk umat ini pada setiap permulaan seratus tahun
[boleh bermakna setiap generasi] seseorang yang akan memulihkannya
(umat ini) agamanya " (Al-Hakim).
E. Islam menggalakkan Muslim untuk mencari dan menuntut ilmu, yang
merupakan asas pembangunan dan memberi manfaat kepada individu dan
masyarakat dalam kerangka agama. Allah SWT berfirman [Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang
berilmu] (Fatir 35:28). Ilmu termasuk banyak bidang seperti astronomi,
F.

fizik, kimia, botani, geologi, perubatan, sosiologi, falsafah.
Islam mengarahkan Muslim untuk bekerja dan menggunakan ilmu ini
dalam semua bidang, seperti pertanian, industri, dan perdagangan.
Terdapat banyak dalil yang mementingkan fakta ini, dan anda boleh
merujuk kepada hal itu dalam buku sayaDirasat Islamiyyahli Ahamm Al-

18

Qadaya Al-Mu`asirah (Pengajian Islam Untuk Isu-isu Semasa Yang
Terpenting).
G. Islam membenarkan pembangunan material dalam kerangka agama.
Namun, Islam menyeru kepada pembangunan spiritual yang abadi, kerana
ia menghalang pembangunan material dari kesesatan dan mengiringi umat
manusia dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat. Allah SWT
berfirman [Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.] (Al-Kafh 18:46) dan
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa
yang lebih baik dari yang demikian itu?." Untuk orang-orang yang
bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka
dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.] (Aal `Imran 3:14-15).

2.7. Islam sebagai Modal Utama Pembangunan Masyarakat Indonesia
Dalam konteks indonesia hari ini, di samping mayoritas pendudukanya
yang beragama Islam, juga semangat intelektualitas keislaman-keindonesiaannya
yang mulai marak, Islam sebagai sistem nilai universal memang harus
ditampilkan kembali di tengah hiruk pikuk masyarakat yang sedang kebingungan
dalam mencari formulasi untuk dapat secepat mungkin keluar dari krisis
multidimensinya. Karena Islam tersebut bersifat universal dan holistik, sebagai
suatu ajaran, ideologi, sekaligus seperangkat sistem nilai, Islam akan

19

membuktikan bahwa ia benar-benar rahmatan lil alamiin. Islam selalu relevan
baik di segala zaman maupun tempat.
Islam memang tidak dengan sedetil mungkin membincangkan seputar
individu, masyarakat, serta pembangunan atas keduanya. Tepai Islam banyak
berbicara tentang nilai-nilai yang berkaitan erat dengan ketiganya. Bahkan Islam
sendiri dapat dikatakan sebagai fundamental value sekaligus modal utama untuk
itu. Sekarang, tinggal bagaimanaa modal utama tersebut mampu dipahami
kembali, kemudian diterapkan secara benar dengan penuh komitmen dalam
rangka pembangunan masyarakat Indonesia yang seutuhnya.

2.8. Enam Syarat Pokok Bagi Berlangsungnya Pembangunan Masyarakat
Indonesia
Dalam membangun masyarakat terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan tidak bisa diabaikan. Karena ia merupakan instrument pokok
yang disyaratkan oleh Islam bagi keberlangsungan pembangunan individu,
pembangunan masyarakat, sekaligus pembangunan bangsa. Ia harus dipahami
sekaligus diterapkan untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimal.
Sedikitnya adal enam hal atau syarat yang setidaknya terpenuhi dalam suksesnya
pembangunan yang dimaksud.
Pertama, meletakkan kebenaran sejati sebagai tujuan hidup. Masyarakat
Indonesia harus mulai untuk berani meniadakan segala bentuk kepercayaan atau
orientasi selain kepada kebenaran. Kebenaran merupakan asal dan tujuan dari
kenyataan, dan kebenaran yang mutlak hanyalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa. Meletakkan harta, kekuasaan, jabatan, maupun “materi” yang lainnya sebagai
tujuan atau orientasi hidup sama halnya menghambakan diri terhadapnya. Dan itu
yang membuat manusia Indonesia hari ini tidak malu atau bahkan takut untuk
berbuat menyimpang dari apa yang menjadi suara hatinya. Konsumerisme,

20

materialistik, hedonis, korupsi, serta budaya-budaya buruk lainnya, pada dasarnya
merupakan bawaan dari meletakkan selain kebenaran sebagai tujuan hidup.
Kedua, untuk dapat mencapai tahapan dalam meletakkan kebenaran sejati
sebagai tujuan hidup, maka masyarakat Indonesia tidak boleh dikekang maupun
mengekang diri, baik dari segi pemikiran maupun ekspresinya dalam
bermasyarakat, selama tidak bertentangan dengan nilai kebenaran itu sendiri.
Dalam hal ini masyarakat Indonesia tanpa terkecuali harus memiliki kemerdekaan
atas keberadaan sekaligus hidupnya di segala aspek kemasyarakatan dan
kebangsaan. Secara fungsional, Negara memiliki tanggung jawab untuk
mengupayakan dan menjaga kemerdekaan tersebut, di samping antara anggota
masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain.
Ketiga, keadilan harus diwujudkan juga ke dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan bangsa. Keadilan yang dimaksud adalah, selain nantinya
melahirkan persamaan dalam maknanya yang luas, misalnya persamaan derajat,
juga penempatan pada porsinya yang tepat apa yang merupakan hak dan
kewajiban setiap anggota masyarakat. Adanya diskriminasi akan menghambat
terwujudnya keadilan itu sendiri, karena diskriminasi pada dasarnya merupakan
salah satu bentuk dari ketidakadilan. Masyarakat memiliki hak yang sama
mislanya dalam mendapatkan pendidikan yang layak, berpendapat, serta
berpolitik.
Keempat, meskipun pendidikan bukan segala-galanya bagi Indonesia,
tetapi Indonesia tanpa pendidikan tentu akan mengalami lebih banyak kesulitan.
Untuk menopang ketiga hal yang sebelumnya, maka pendidikan harus mulai lebih
diutamakan sebagai proses sekaligus bekal dalam menjalani keberlangsungan
kehidupan masyarakat. Jaminan atas akses pendidikan serta kualitas pendidikan
yang memadai harus diupayakan secara serius. Wawasan atau pengetahuan yang
luas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia akan menjadi tonggak utama bagi
tumbuh dan berkembangnya kualitas bangsa. Hal tersebut salah satunya

21

didapatkan melalui pendidikan. Pendidikan ini bisa berupa pendidikan akan ilmuilmu agama, ilmu-ilmu pasti, maupun ilmu-ilmu yang lain.
Kelima, hingga saat ini masyarakat bangsa Indonesia belum memiliki
sikap yang kritis dalam merespons segala hal yang masuk dari “luar”. Kekritisan
tersebut dibutuhkan selain sebagai “filter”, juga merupakan bentuk dari kesadaran
terhadap gejala dan realitas sosial yang terjadi. Melalui sikap kritis tersebut, awal
dari proses perubahan sosial biasanya terjadi. Tentu saja sikap kritis yang didasari
oleh keempat hal yang telah disampaikan sebelumnya.
Terakhir, konsistensi dan keikhlasan. Hal yang juga tidak boleh dilupakan
adalah menjaga keteguhan serta keberlanjutan secara terus menerus atas lima hal
yang telah dilakukan. Sehingga semangat yang dibangun tidak hanya bersifat
sementara, namun permanen dan tanpa henti. Meskipun demikian, jika semua hal
yang dilakukan tidak dibungkus dalam sifat sekaligus sikap yang ikhlas, maka
dikhawatirkan akan kembali kepada orientasi material. Oleh karena itu,
dibutuhkan keikhlasan dalam segala hal. Baik dalam berfikir maupun bertindak.
Enam syarat di atas setidaknya senantiasa dipahami dengan benar,
diterapkan, serta dijaga keberlangsungannya. Enam hal tersebut juga yang
merupakan bagian dari sekian banyak bentuk pembumian akan nilai-nilai Islam
dalam konteks pembangunan masyarakat menuju masyarakat dan Negara yang
unggul, kokoh dan mandiri.

BAB III
KESIMPULAN
22

Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut masyarakat yang
mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta.
Agama mengandung nilai-nilai kehidupan, yang didalamnya terdapat normanorma yang mengatur kehidupan manusia yang menganutnya, sebagai pedoman
dan petunjuk dalam hidupnya. Semua agama mengajarkan kepada penganutnya
kepada kebaikan.
Suatu agama penting bagi kehidupan manusia, karena agama mengandung
nilai-nilai positif yang menjadi acuan manusia dalam bertindak, mendorong
manusia untuk berbuat adil, jujur, berlaku kebajikan, dan amanah. Agama juga
mendorong manusia agar selalu hidup lebih baik lagi dari sebelumnya, selalu
memperbaiki kehidupan dunia agar kelak mendapatkkan kehidupan yang baik di
akhirat.
Pengaruh sistem nilai pada kehidupan individu dirasakan sebagai daya
dorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya nilai
mempunyai pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola berpikir dan pola
bersikap. Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna pada
tindakan seseorang. Karena itu nila menjadi penting dalam kehidupan seseorang,
sehingga tidak jarang pada tingkat tertentu orang siap untuk mengorbankan hidup
mereka demi mempertahankan nilai.
Agama mengajarkan pendidikan bagi manusia. Siapa yang dapat
mengambil pelajaran dan mengamalkan pada orang lain serta menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan, maka
ia akan memperoleh keselamatan didunia dan diakhirat.
Agama juga mempunai pengaruh sebagai motivasi dalam mendorong
individu dalam melakukan aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan
latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur ketaatan. Keterkaitan
ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan
demikian peran agama dalam kehidupan manusia yaitu memenuhi kecenderungan
alamiahnya, yakni kebutuhan akan ekspresi.

23

Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganutpenganutnya yang berproses pada kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan
didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyaarakat
luas. Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika
terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya
yang supra-natural sehingga dapat diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
yang non-empiris.
Peran agama diantaranya adalah pertama agama sebagai motivator
(pendorong), kedua, agama sebagai creator (pencipta) dan innovator (pembaharu),
ketiga, agama sebagai integrator (menyatu padukan), keempat agama sebagai
sublimator (memperindah),kelima agama sebagai sumber inspirasi (ilham).
Fungsi agama yang dimaksud adalah peran agama dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan
secara empiris (berdasarkan pengalaman dan penghayatan). Adapun fungsi agama
ada enam hal, yaitu: pertama, agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu
yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, kedua,
agama menawarkan suatu hubungan trasendental (bersifat jauh dari dunia
empiris), ketiga,agama mensucikan norma-norma dan nilai masyrakat yang telah
terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu
dan disiplin kelompok diatas dorongan hati individu, keempat, agama juga
melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya, kelima,
agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting, keenam, agama
bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu.
Beberapa persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia hari ini, salah satu
persoalannya yang dapat dikatakan cukup serius adalah semakin melemahnya
Negara di tengah arus globalisasi yang semakin kencang. Melemahnya Negara
tersebut ternyata dibarengi juga dengan semakin melemahnya masyarakat dan
individu yang ada di dalamnya. Jika bangsa Indonesia tidak segera keluar dari
krisis tersebut, maka tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia akan semakin

24

tertinggal dari Negara yang lain. Lebih parahnya lagi, bangsa Indonesia akan
kembali lagi pada masa di mana penjajahan hari ini telah menemukan bentuknya
yang baru, globalisasi, kapitalisme, dan penjajahan moral serta budaya.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh bangsa Indonesia adalah sesegera
mungkin melakukan pembangunan masyarakatnya, yang sekaligus mencakup
seluruh individu yang terdapat di dalamnya, serta di seluruh aspek yang ada tanpa
terkecuali.
Sebagai ajaran sekaligus sistem nilai universal (rahmatan lil alamiin),
Islam hadir di tengah kebingungan bangsa Indonesia dalam menyikapi krisis multi
dimensi yang sedang dihadapi. Islam memiliki semua formula yang dibutuhkan
oleh bangsa Indonesia, tinggal bagaimana nilai-nilai Islam yang ada tersebut
digali kembali kemudian diletakkan sekaligus diterapkan sebagai modal utama
bagi pembangunan masyarakat Indonesia.
Karena masyarakat merupakan sekelompok individu yang dalam banyak
hal memiliki kesamaan, maka kebersamaan dalam hubungan sosial harus
senantiasa dipupuk. Demi terwujudnya individu, masyarakat, serta bangsa
Indonesia yang benar-benar unggul, kokoh dan mandiri. Sebagai penutup dari
tulisan ini, Islam dengan segala kelebihannya pada dasarnya hanya membutuhkan
kembali pemahaman serta aktualisasi untuk kemudian bisa menjawab segala
persoalan yang ada di masyarakat, bahkan di dunia. Karena Islam sendiri adalah
rahmat bagi semesta. Islam harus selalu terus digali, dijadikan sebagai ilmu, dan
digunakan untuk kemaslahatan umat (objektifikasi).
Maka dapatlah kami simpulkan bahwa betapa pentingnya kedudukan
agama dalam pembangunan, karena agama tidak hanya sebagai pengerem dalam
arti sekedar pembinaan kesusilaan semata, tetapi juga sebagai pengarahan dan
pendorong umatnya untuk berperan aktif bersama-sama dalam membangun
masyarakat, bangsa dan Negara dalam mengisi kemerdekaan ini untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yakni pembangunan disegala bidang termasuk

25

pembangunan manusia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang tentram,
damai, adil dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA
Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia.
Jakarta: Paramadina. 2008.

26

Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina. 1992.

http://ansoriuin.blogspot.co.id/2009/02/agama-dan-pembangunan-pendahuluanpada.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015)
http://ariantiyoulie.blogspot.co.id/2013/11/peran-dan-fungsi-agama-dalammasyarakat.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015)
http://abesoebandy.blogspot.co.id/2012/03/islam-dan-pembangunan-masyarakatstudi.html (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015)

https://imanilmuamal82.wordpress.com/2010/09/13/islam-dan-pembangunanmasyarakat-meletakkan-dan-menerapkan-kembali-islam-sebagai-modal-utamabagi-pembangunan-masyarakat-indonesia/ (Diakses pada tanggal 25 Oktober
2015)
http://zulyusoff.blogspot.co.id/2006/11/islam-dan-pembangunan.html
pada tanggal 25 Oktober 2015)

27

(Diakses