MAKALAH ORGANISASI dan Manajemen doc
PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam
kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak
dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa
manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia
lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain,
karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain.
Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian
dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu
merupakan bagian dari suatu organisasi sosial. Perhatikanlah kehidupan
sehari-hari. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya
dengan orang lain dan dalam kehidupan bersama dengan manusia
lainnya
Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beranekaragam,
dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itu pun
bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan
sosial tertentu ditempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Organisasi
sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial. Di dalam
hubungannya antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang
paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan
timbal balik antara sesama manusia.
1
Reaksi
tersebut
menyebabkan
tindakan
seseorang
menjadi
bertambah luas. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat
atau keinginan pokok yaitu; 1) Keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat dan 2) Keinginan untuk
menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi sosial?
2. Apa sajakah unsur-unsur dalam organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi?
3. Apa sajakah jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
adalah :
1.Untuk mengetahui pengertian organisasi sosial
2.Untuk mengetahui unsur-unsur organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi
3.Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi
4.Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi sosial
5.Untuk mengetahui organisasi sosial masyarakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penetapan Tujuan Organisasi
Secara garis besar pengertian organisasi sosial dikelompokkan ke
dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain :
2.1.1 Pendekatan Antropologi Sosial, diantaranya dikemukakan
oleh :
1. WHR Rivers
dalam Harsojo, 1977: 243) mengemukakan bahwa
organisasi social adalah suatu proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ruang lingkup penyelidikan
tentang organisasi soSial meliputi struktur dan fungsi dari suatu
kelompok sosial.
2. Raymond Firth
dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of
Social Organization menyatakan bahwa yang dimaksud organisasi
adalah suatu proses social dan pengaturan aksi berturut-turut
menyesuaikan diri dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial
adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial yang dilakukan
dengan jalan pemilihan dan penetapan.
2.1.2 Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh :
3
1. Alvin L. Bertrand 1980: 25) mengemukakan pengertian organisasi
social dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola
kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat.
Organisasi social dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para
pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis
dan sekolah.
2. Soerjono Soekanto
1988: 107-108) mengemukakan organisasi
social adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan
yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
organisasi sosial berdasarkan pendekatan sosiologi adalah organisasi
sosial sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang
mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan
membentuk sebuah organisasi yang tetap. Suatu aspek yang menarik
dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan
anggota-anggotanya.
Hal ini yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut
merupakan
tempat
kekuatan-kekuatan
berkembang,
mengalami
disorganisasi,
sosial
memegang
berhubungan,
peranan,
dan
selanjutnya. Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan
dengan
sesamanya.
Hubungan
yang
berkesinambungan
tersebut
menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial.
Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia,
yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya.
Pola berpikir tertentu yang dianut seseorang akan mempengaruhi
sikapnya. Seseorang yang pola berpikirnya materialistik, misalnya
4
mempunyai sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Maka dia akan
memperhatikan pekerjaan yang menghasilkan materi yang banyak dan
kurang
memperhatikan
kepuasan
batiniah
dalam
mengerjakan
pekerjaan tersebut.
Sikap tersebut lazimnya membentuk perilaku tertentu, yang
kemudian
menjadikan
pola
perilaku
berkesinambungan.
Sikap
materialistik, umpamanya, akan membentuk perilaku yang cenderung
materialistik pula. Kalau pola perilaku tertentu sudah melembaga dan
membudaya, gejala itu menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan
perilaku yang pantas tersebut biasanya disebut norma atau kaidah.
2.2 Tipe-Tipe Kelompok Organisasi Sosial
Contoh : Negara, persekutuan agama, perkumpulan ekonomi,
persatuan buruh, organisasi massa, dsb
a) Persahabatan, misalnya
club
Club Jantung Sehat Indonesia), kelompok sahabat/ikatan
persaudaraan IPHI)
b) Ekonomis, misalnya
perseroan Perseroan Terbatas),
firma CV), perkumpulan pengusaha Ikadin, HIPMI),
serikat sekerja SPSI, SBSI)
c) Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya
badan ilmiah Batan, LIPI),
balai penyelidikan balitbang),
ikatan sarjana ISPI, ISEI, MSI)
5
d) Agama, misalnya
mahsab Thariqot Naqsaandiyah,Wahidiyah, NU, Muhammadiyah,
LDII, Hizbuth Thahrir), jamaah PGI, Walubi, MUI, Hindu Dharma)
e) Kesenian, misalnya
orkes atau grup band Soneta,Peterpen, ST 12, Ada Band, Nashid,
Qosidah) penari/penyanyi, ikatan seniman, artis Parsi, Parfi)
f) Pendidikan, misalnya
sekolah TK/RA, SD/MI, SMP/Mts,SMA/MA),
Universitas/Sekolah Tinggi,
IkatanPelajar/alumni, yayasan pendidikan, dsb
g) Olah raga, misalnya
berbagai perkumpulan olah raga ISSi, PBSI, PBVSI, PABSI, PASI,
IMI),dsb
h) Politik, misalnya
partai politik PKB, PAN, Golkar, PD, PDI Perjuangan, dsb)
i) Kesenangan/hobi, misalnya
perkumpulan penggemar perangko filateli)
j) Amal, misalnya
perkumpulan penyokong fakir miskin BAZIS, Pundi Amal SCTV),
perhimpunan penyokongorang tua/panti jompo,
perhimpunan penyokong yatimpiatu/PAY, dsb
k) Profesi, misalnya
PGRI, IDI, IDAI, PGTKI, Ikadin, dsb
l) Pemerintahan,
Negara, Pemerintah Daerah I dan II,Kecamatan, Desa
m) Organisasi regiolal, misalnya
6
ASEAN, MEE
n) Organisasi internasional, misalnya
PBB beserta lembaga/badan-badan di bawahnya)
o) Organisasi militer/pakta pertahanan, misalnya
NATO, ANZUS, SEATO, Pakta Warsawa, dsb
2.3 Manajemen Organisas Sosial Masyarakat
Tipe-tipe Oragnisasi atau kelompok sosial dapat diklasifikasikan
dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran.
Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial
dalam kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga dan desa,
dengan kelompok-kelompok sosial seperti kota, dan negara, dimana
anggotanya tidak mempunyai hubungan erat. Berlangsungnya suatu
kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial.
Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang hidupnya
sebentar saja karena kepentingannya pun tidak berlangsung lama. Lain
halnya dengan kelas atau komuniti yang kepentingan secara relatif
bersifat tetap atau permanen. Dasar yang akan diambil sebagai salah
satu alternatif untuk mengadakan klasifika sitipe-tipe kelompok sosial
adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan
kelompok atau organisasi.
Dalam membicarakan kelompok sosial, haruslah dihindari paham
prasangka bahwa kelompok sosial merupakan lawan individu, kedua
hanya dapat dimengerti bila dipelajari di dalam hubungan antara yang
satu dengan yang lain sebagai pasangan. Pengertian tersebut sangat
7
penting untuk mencegah terjadinya pendapat yang menyatakan bahwa
bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan
individu. Bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap
kesejahteraan individu.
Harus dihindari prasangkah bahwa kelompok-kelompok sosial
semata-mata ditimbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup
sesama. Kelompok sosial ini merupakan bentuk kehidupan nyata. Prilaku
kelompok sosial harus dilihat dari sudut pandang sebagai prilaku
individu.
Faktor-faktor yang membedakan kelompok-kelompok adalah :
1.Kesadaran akan jenis yang sama.
2.Adanya hubungan sosial
3.Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.
Di
dalam
pembahasan
tipe-tipe
kelompok
sosial
dapat
dikategorikan dalam struktur sosial seperti :
1) kelompok sosial dipandang dari sudut individu,
2) in-group dan out-group,
3) kelompok primer primary group) dan kelompok skunder
4) Paguyuban dan patembayan,
5) formal group dan informal group,
Organisasi sosial masyarakat adalah dimana terdapat suatu
struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh
anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari dimana
merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang
sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok
8
untuk
jangka
waktu
tertentu.
Manusia harus berhubungan dengan manusia lain dalam kondisi
emosional dan psychis dimana amat dipengaruhi oleh relasi sosial.
Dengan kata lain seseorang itu pada satu ketika menjadi susah atau
bergembira
dan
riang
hatinya,
disebabkan
oleh
pengaruh
sikap
penilaian, anggapan-anggapan yang diterima oleh orang lain. Kodrat
alamiah manusia
sebagai makhluk
sosial-psychisitu
menyebabkan
timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antara manusia,
yang terdiri dari dua landasan yaitu ;
1. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik
yang bersifat otomatis.
2. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan
sistem
lambang.
Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi
sosial yang berlaku pada dataran pancaindera, emosi dan intelektual.
Apabila kita berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksud
ialah, bahwa untuk mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari
usaha tersebut. Dengan perkataan lain, organisasi sosial mempunyai
aspek fungsi dan aspek struktur.
Dalam aspek fungsionalnya organisasi sosial itu memperhatikan
manifestasinya dalam aktivitas kolektif dari manusia untuk mencapai
tujuannya,
yaitu
dari
memelihara,
melakukan
peperangan.
Dan
dari
mendidik
akivitas
sampai
kolektif
itu
kepada
timbul
kelompok-kelompok yang menjalankan aktivitas seperti keluarga,
negara
dan
organisis
sosial
lainnya.
Secara keseluruhan maka organisasi sosial dilihat dari sudut
9
implikasi strukturalnya meliputi struktur dari kelompok sosial, pola
umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan
seluruh frame work dari pada pranata-pranata sosial. Selanjutnya
apabila kita pelajari kehidupan sosial manusia, maka tampak adanya
kenyataan yang tidak dapat diingkari.
a. Bahwa manusia individu atau kelompok berusaha sekeras-kerasnya
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mendapatkan
jaminan
keamanan
dan
jika
mungkin
mencapai
satu
tingkat
kemakmuran yang diingingkan.
b. Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan
hidup dan keamanan, diperlukan adanya ketertiban sosial dalam
derajat yang tinggi.
c. Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi itu
diperlukan adanya satu tata pengaturan sosial kultur serta
mekanisme yang dapat digunakan bagi pelaksanaan pengaturan
itu.
Adapun pengaturan dari pada tata-hubungan jika ada dua orang atau
lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa
syarat yaitu;
1) Harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat
diterima oleh anggota-anggota kelompok,
2) Harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai kekuasaan
memaksa dalam melaksanakan tata-hubungan sosial,
3) Adanya
pengaturan
dan
penyusunan
individu-individu
dalam
kelompok-kelompok dan lapisan sosial tertentu yang mengambarkan
adanya koordinasi dan subkordinasi,
10
4) Anggota-anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup
dalam suasana harmoni, yang saling memberi kekuasaan,
5) Adanya tingkah laku yang merupakan standardan telah disalurkan
atau dipaksakan dengan mekanisme tekanan-tekanan sosial, yang
menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku
manusia.
Organisasi
sosial
yang
meliputi
lembaga-lembaga
yang
menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat.
Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga yang timbul dari
kekerabatan, badan lembaga-lembaga yang timbul dari kekerabatan,
badan lembaga yang berkembang dari asosiasi bebas di antara individuindividu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga dan pengembangan
sampai kelompok-kelompok. Asosiasi bebas yang tidak dibangun atas
dasar kekerabatan sex dan umur dan dalam arti yang lebih luas.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beranekaragam,
dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itu pun
bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan
sosial tertentu ditempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Organisasi
sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial.
3.2 Saran
Demikian penulisan makalah tentang Penetapan Tujuan Organisasi
yang di dalamnya banyak materi yang di sampaikan. Saran serta kritik
kami
terima
demi
kesempurnaan
penulisan
makalah
yang
akan
mendatang. Kekhilafan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata dalam
makalah, mohon di maafkan karena tak ada gading yang tak retak dan
tak ada yang sempurna kecuali ALLAH Swt.
12
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Ariani, Dorothea. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif.
Ghalian Indonesia : Jakarta, 2003.
P.Robbins, Stephen dan Mary Coulter. Management, Sixth Edition
Indonesia. Prenhallindo : Jakarta, 1999.
Adikoesoemo ( 2003 ) manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar
Harapan Asrul, Azwar ( 1988 ). Pengantar administrasi kesehatan,
Jakarta : Binarupa Aksana Departemen Kesehatan Republik Indonesia ,
2001 – 2010. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam
kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak
dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa
manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia
lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain,
karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain.
Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian
dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu
merupakan bagian dari suatu organisasi sosial. Perhatikanlah kehidupan
sehari-hari. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya
dengan orang lain dan dalam kehidupan bersama dengan manusia
lainnya
Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beranekaragam,
dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itu pun
bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan
sosial tertentu ditempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Organisasi
sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial. Di dalam
hubungannya antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang
paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan
timbal balik antara sesama manusia.
1
Reaksi
tersebut
menyebabkan
tindakan
seseorang
menjadi
bertambah luas. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat
atau keinginan pokok yaitu; 1) Keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat dan 2) Keinginan untuk
menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi sosial?
2. Apa sajakah unsur-unsur dalam organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi?
3. Apa sajakah jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan
adalah :
1.Untuk mengetahui pengertian organisasi sosial
2.Untuk mengetahui unsur-unsur organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi
3.Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu
asosiasi
4.Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi sosial
5.Untuk mengetahui organisasi sosial masyarakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penetapan Tujuan Organisasi
Secara garis besar pengertian organisasi sosial dikelompokkan ke
dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain :
2.1.1 Pendekatan Antropologi Sosial, diantaranya dikemukakan
oleh :
1. WHR Rivers
dalam Harsojo, 1977: 243) mengemukakan bahwa
organisasi social adalah suatu proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ruang lingkup penyelidikan
tentang organisasi soSial meliputi struktur dan fungsi dari suatu
kelompok sosial.
2. Raymond Firth
dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of
Social Organization menyatakan bahwa yang dimaksud organisasi
adalah suatu proses social dan pengaturan aksi berturut-turut
menyesuaikan diri dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial
adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial yang dilakukan
dengan jalan pemilihan dan penetapan.
2.1.2 Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh :
3
1. Alvin L. Bertrand 1980: 25) mengemukakan pengertian organisasi
social dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola
kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat.
Organisasi social dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para
pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis
dan sekolah.
2. Soerjono Soekanto
1988: 107-108) mengemukakan organisasi
social adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan
yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
organisasi sosial berdasarkan pendekatan sosiologi adalah organisasi
sosial sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang
mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan
membentuk sebuah organisasi yang tetap. Suatu aspek yang menarik
dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan
anggota-anggotanya.
Hal ini yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut
merupakan
tempat
kekuatan-kekuatan
berkembang,
mengalami
disorganisasi,
sosial
memegang
berhubungan,
peranan,
dan
selanjutnya. Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan
dengan
sesamanya.
Hubungan
yang
berkesinambungan
tersebut
menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial.
Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia,
yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya.
Pola berpikir tertentu yang dianut seseorang akan mempengaruhi
sikapnya. Seseorang yang pola berpikirnya materialistik, misalnya
4
mempunyai sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Maka dia akan
memperhatikan pekerjaan yang menghasilkan materi yang banyak dan
kurang
memperhatikan
kepuasan
batiniah
dalam
mengerjakan
pekerjaan tersebut.
Sikap tersebut lazimnya membentuk perilaku tertentu, yang
kemudian
menjadikan
pola
perilaku
berkesinambungan.
Sikap
materialistik, umpamanya, akan membentuk perilaku yang cenderung
materialistik pula. Kalau pola perilaku tertentu sudah melembaga dan
membudaya, gejala itu menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan
perilaku yang pantas tersebut biasanya disebut norma atau kaidah.
2.2 Tipe-Tipe Kelompok Organisasi Sosial
Contoh : Negara, persekutuan agama, perkumpulan ekonomi,
persatuan buruh, organisasi massa, dsb
a) Persahabatan, misalnya
club
Club Jantung Sehat Indonesia), kelompok sahabat/ikatan
persaudaraan IPHI)
b) Ekonomis, misalnya
perseroan Perseroan Terbatas),
firma CV), perkumpulan pengusaha Ikadin, HIPMI),
serikat sekerja SPSI, SBSI)
c) Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya
badan ilmiah Batan, LIPI),
balai penyelidikan balitbang),
ikatan sarjana ISPI, ISEI, MSI)
5
d) Agama, misalnya
mahsab Thariqot Naqsaandiyah,Wahidiyah, NU, Muhammadiyah,
LDII, Hizbuth Thahrir), jamaah PGI, Walubi, MUI, Hindu Dharma)
e) Kesenian, misalnya
orkes atau grup band Soneta,Peterpen, ST 12, Ada Band, Nashid,
Qosidah) penari/penyanyi, ikatan seniman, artis Parsi, Parfi)
f) Pendidikan, misalnya
sekolah TK/RA, SD/MI, SMP/Mts,SMA/MA),
Universitas/Sekolah Tinggi,
IkatanPelajar/alumni, yayasan pendidikan, dsb
g) Olah raga, misalnya
berbagai perkumpulan olah raga ISSi, PBSI, PBVSI, PABSI, PASI,
IMI),dsb
h) Politik, misalnya
partai politik PKB, PAN, Golkar, PD, PDI Perjuangan, dsb)
i) Kesenangan/hobi, misalnya
perkumpulan penggemar perangko filateli)
j) Amal, misalnya
perkumpulan penyokong fakir miskin BAZIS, Pundi Amal SCTV),
perhimpunan penyokongorang tua/panti jompo,
perhimpunan penyokong yatimpiatu/PAY, dsb
k) Profesi, misalnya
PGRI, IDI, IDAI, PGTKI, Ikadin, dsb
l) Pemerintahan,
Negara, Pemerintah Daerah I dan II,Kecamatan, Desa
m) Organisasi regiolal, misalnya
6
ASEAN, MEE
n) Organisasi internasional, misalnya
PBB beserta lembaga/badan-badan di bawahnya)
o) Organisasi militer/pakta pertahanan, misalnya
NATO, ANZUS, SEATO, Pakta Warsawa, dsb
2.3 Manajemen Organisas Sosial Masyarakat
Tipe-tipe Oragnisasi atau kelompok sosial dapat diklasifikasikan
dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran.
Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial
dalam kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga dan desa,
dengan kelompok-kelompok sosial seperti kota, dan negara, dimana
anggotanya tidak mempunyai hubungan erat. Berlangsungnya suatu
kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial.
Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang hidupnya
sebentar saja karena kepentingannya pun tidak berlangsung lama. Lain
halnya dengan kelas atau komuniti yang kepentingan secara relatif
bersifat tetap atau permanen. Dasar yang akan diambil sebagai salah
satu alternatif untuk mengadakan klasifika sitipe-tipe kelompok sosial
adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan
kelompok atau organisasi.
Dalam membicarakan kelompok sosial, haruslah dihindari paham
prasangka bahwa kelompok sosial merupakan lawan individu, kedua
hanya dapat dimengerti bila dipelajari di dalam hubungan antara yang
satu dengan yang lain sebagai pasangan. Pengertian tersebut sangat
7
penting untuk mencegah terjadinya pendapat yang menyatakan bahwa
bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan
individu. Bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap
kesejahteraan individu.
Harus dihindari prasangkah bahwa kelompok-kelompok sosial
semata-mata ditimbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup
sesama. Kelompok sosial ini merupakan bentuk kehidupan nyata. Prilaku
kelompok sosial harus dilihat dari sudut pandang sebagai prilaku
individu.
Faktor-faktor yang membedakan kelompok-kelompok adalah :
1.Kesadaran akan jenis yang sama.
2.Adanya hubungan sosial
3.Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.
Di
dalam
pembahasan
tipe-tipe
kelompok
sosial
dapat
dikategorikan dalam struktur sosial seperti :
1) kelompok sosial dipandang dari sudut individu,
2) in-group dan out-group,
3) kelompok primer primary group) dan kelompok skunder
4) Paguyuban dan patembayan,
5) formal group dan informal group,
Organisasi sosial masyarakat adalah dimana terdapat suatu
struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh
anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari dimana
merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang
sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok
8
untuk
jangka
waktu
tertentu.
Manusia harus berhubungan dengan manusia lain dalam kondisi
emosional dan psychis dimana amat dipengaruhi oleh relasi sosial.
Dengan kata lain seseorang itu pada satu ketika menjadi susah atau
bergembira
dan
riang
hatinya,
disebabkan
oleh
pengaruh
sikap
penilaian, anggapan-anggapan yang diterima oleh orang lain. Kodrat
alamiah manusia
sebagai makhluk
sosial-psychisitu
menyebabkan
timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antara manusia,
yang terdiri dari dua landasan yaitu ;
1. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik
yang bersifat otomatis.
2. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan
sistem
lambang.
Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi
sosial yang berlaku pada dataran pancaindera, emosi dan intelektual.
Apabila kita berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksud
ialah, bahwa untuk mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari
usaha tersebut. Dengan perkataan lain, organisasi sosial mempunyai
aspek fungsi dan aspek struktur.
Dalam aspek fungsionalnya organisasi sosial itu memperhatikan
manifestasinya dalam aktivitas kolektif dari manusia untuk mencapai
tujuannya,
yaitu
dari
memelihara,
melakukan
peperangan.
Dan
dari
mendidik
akivitas
sampai
kolektif
itu
kepada
timbul
kelompok-kelompok yang menjalankan aktivitas seperti keluarga,
negara
dan
organisis
sosial
lainnya.
Secara keseluruhan maka organisasi sosial dilihat dari sudut
9
implikasi strukturalnya meliputi struktur dari kelompok sosial, pola
umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan
seluruh frame work dari pada pranata-pranata sosial. Selanjutnya
apabila kita pelajari kehidupan sosial manusia, maka tampak adanya
kenyataan yang tidak dapat diingkari.
a. Bahwa manusia individu atau kelompok berusaha sekeras-kerasnya
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mendapatkan
jaminan
keamanan
dan
jika
mungkin
mencapai
satu
tingkat
kemakmuran yang diingingkan.
b. Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan
hidup dan keamanan, diperlukan adanya ketertiban sosial dalam
derajat yang tinggi.
c. Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi itu
diperlukan adanya satu tata pengaturan sosial kultur serta
mekanisme yang dapat digunakan bagi pelaksanaan pengaturan
itu.
Adapun pengaturan dari pada tata-hubungan jika ada dua orang atau
lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa
syarat yaitu;
1) Harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat
diterima oleh anggota-anggota kelompok,
2) Harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai kekuasaan
memaksa dalam melaksanakan tata-hubungan sosial,
3) Adanya
pengaturan
dan
penyusunan
individu-individu
dalam
kelompok-kelompok dan lapisan sosial tertentu yang mengambarkan
adanya koordinasi dan subkordinasi,
10
4) Anggota-anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup
dalam suasana harmoni, yang saling memberi kekuasaan,
5) Adanya tingkah laku yang merupakan standardan telah disalurkan
atau dipaksakan dengan mekanisme tekanan-tekanan sosial, yang
menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku
manusia.
Organisasi
sosial
yang
meliputi
lembaga-lembaga
yang
menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat.
Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga yang timbul dari
kekerabatan, badan lembaga-lembaga yang timbul dari kekerabatan,
badan lembaga yang berkembang dari asosiasi bebas di antara individuindividu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga dan pengembangan
sampai kelompok-kelompok. Asosiasi bebas yang tidak dibangun atas
dasar kekerabatan sex dan umur dan dalam arti yang lebih luas.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beranekaragam,
dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itu pun
bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan
sosial tertentu ditempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Organisasi
sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial.
3.2 Saran
Demikian penulisan makalah tentang Penetapan Tujuan Organisasi
yang di dalamnya banyak materi yang di sampaikan. Saran serta kritik
kami
terima
demi
kesempurnaan
penulisan
makalah
yang
akan
mendatang. Kekhilafan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata dalam
makalah, mohon di maafkan karena tak ada gading yang tak retak dan
tak ada yang sempurna kecuali ALLAH Swt.
12
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Ariani, Dorothea. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif.
Ghalian Indonesia : Jakarta, 2003.
P.Robbins, Stephen dan Mary Coulter. Management, Sixth Edition
Indonesia. Prenhallindo : Jakarta, 1999.
Adikoesoemo ( 2003 ) manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar
Harapan Asrul, Azwar ( 1988 ). Pengantar administrasi kesehatan,
Jakarta : Binarupa Aksana Departemen Kesehatan Republik Indonesia ,
2001 – 2010. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
13