BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN - STRATEGI GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN ADVERSITY PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MTsN I BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung
BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data
Setelah melakukan penelitian di MTsN 1 Blitar dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, dapat dipaparkan data hasil penelitian sebagai berikut :
1. Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kecerdasan Adversity Peserta Didik Melalui Kegiatan Salat Dhuha di MTsN 1 Blitar
Kegiatan keagamaan memberikan dampak kualitas keberagaman terhadap aktivitas di dalam madrasah. Guru dan para peserta didik secara aktif menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik.
Dalam rangka meningkatkan kecerdasan adversity, banyak cara yang dilakukan oleh guru agama khususnya akidah akhlak di MTsN 1 Blitar. Guru akidah akhlak dalam meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik di MTsN 1 Blitar salah satunya melalui kegiatan salat dhuha. Salat dhuha adalah salah satu kegiatan keagamaan di MTsN 1 Blitar yang dilakukan setiap hari, kecuali pada hari jum’at dan libur sekolah, pada pukul 07.00-07.15 WIB yang dilaksanakan di masjid Al Mukhlisun MTsN
1 Blitar. Berikut adalah hasil observari yang menggambarkan kegiatan tersebut.
Pada pukul 06.30 WIB peneliti bergegas menuju masjid Al Mukhlisun, sesampainya di masjid, peneliti melihat jadwal kegiatan salat dhuha yang ditempelkan di tembok depan masjid, setelah pukul 06.40 WIB peserta didik berdatangan menuju tempat wudhu sebelah masjid, setelah wudhu meraka masuk kemasjid dan duduk bersila, ada yang berdzikir dan ada yang duduk sambil menundukkan kepala, kemudian
setelah pukul 07.00 WIB salat dhuha dilaksanakan. 1 Seperti yang dijelaskan oleh Sofan Muhyidin guru akidah akhlak,
beliau mengatakan bahwa : Untuk kegiatan salat dhuha ini dilaksanakan setiap hari, kecuali pada
hari jum’at dan untuk jadwalnya salat dhuha ini dibagi jadi dua rolling mas, yaitu kelas belakang (lokasinya berada di belakang ruang guru atau kantor) itu hari senin dan rabu, sedangkan untuk kelas depan (lokasinya berada di depan ruang guru atau kantor) itu hari selasa, kamis, dan sabtu, sedangkan untuk jadwal siapa yang menjadi imam,
itu bisa lihat di tembok masjid sebelah tempat imam mas. 2 Penjelasan ini didukung oleh wawancara peneliti kepada Miqdarur
Ridho, beliau mengatakan bahwa: Kegiatan shalat dhuha ini dilaksanakan setiap hari mas, kecuali hari
jum’at dan libur sekolah, lalu untuk jadwal pelaksanaanya di rolling setiap dua hari sekali, untuk tempatnya kalau yang putri di bagian masjid paling belakang, kalau yang putra di bagian masjid paling
depan. 3
1 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 16 januari 2018 pukul 06.30 WIB di masjid al-Mukhlisun MTsN 1 Blitar
2 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 08.30 WIB.
3 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
Dalam meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik melalui kegiatan ini, tentunya dengan pembiasaan kedisiplinan yang matang, sebagaimana penuturan Miqdarur Ridho, beliau mengatakan bahwa :
Persiapan yang paling utama dari kegiatan ini adalah membiasakan peserta didik untuk disiplin datang sebelum pukul 07.00, sehingga pada pukul 07.00 semua peserta didik sudah dalam keadaan berwudhu dan mereka duduk bersila i’tikaf didalam masjid sembari menunggu imam datang. 4
Senada dengan pernyataan selanjutnya, wawancara peneliti kepada peserta didik yang kebagian jadwal melaksanakan salat dhuha, dia berkata bahwa:
Setiap hari saya harus bersiap-siap berangkat sekolah lebih awal mas, agar tidak terlambat dalam mengikuti kegiatan salat dhuha, karena kalau ada peserta didik yang kurang disiplin atau terlambat pasti kena hukuman mas, dan biasanya hukumanya itu mulai dari pus up, shit up,
jalan sambil berjongkok mengelilingi taman dan lain-lain. 5 Pernyataan itu di dukung oleh wawancara peneliti kepada satpam
yang bertugas di MTsN 1 Blitar, beliau mengatakan bahwa: Pada saat ada peserta didik atau siswa yang datangnya terlambat pasti
saya hukum mas, karena saya sebagai satpam selain bertugas untuk mengamankan madrasah, saya juga mengamankan siswa-siswi yang terlambat mas, dan untuk hukumanya, mulai dari saya suruh push up, shit up , menyanyikan lagu-lagu wajib nasional, kadang juga saya suruh berjalan sambil berjongkok mengelilingi taman yang ada di
depan kantor. 6 Data tersebut di dukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti:
Pada pukul 06.45 WIB peneliti melihat para peserta didik sudah duduk rapi dan beri’tikaf di dalam masjid, kemudian pada pukul 07.05
4 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
5 Wawancara dengan Nisa’ Fadhila Q, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 06. 30 WIB.
6 Wawancara dengan Sunar, selaku satpam di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 10.00 WIB.
WIB peneliti menuju ke tempat pos depan sebelah gerbang utama MTsN 1 Blitar, peneliti melihat ada 2 peserta didik yang terlambat dan dihukum
keliling taman dengan berjongkok. 7
Tujuan daripada pembiasaan kedisiplinan datang sebelum pukul 07.00 serta memberi hukuman bagi peserta didik yang terlambat adalah agar mereka tidak malas dalam mengikuti kegiatan salat dhuha, serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab yaitu melaksanakan hukuman apabila terlambat. Dari pembiasaan disiplin dan tanggungjawab dalam mengikuti kegiatan salat dhuha ini maka model Do untuk meningkatkan kecerdasan adversity tanpa disadari telah diaplikasikan dengan baik. Seperti halnya wawancara peneliti kepada Sofan Muhyidin, beliau mengatakan bahwa :
Kami para guru khususnya guru agama memang sengaja untuk membiasakan siswa-siswi kami disiplin dan bertanggungjawab dalam kegiatan salat dhuha ini, sebab ketika para siswa-siswi telah terbiasa disiplin dalam kegiatan salat dhuha ini, maka kedisiplinan dari salat dhuha ini akan memunculkan kedisiplinan-kedisiplinan yang lain yang terbawa sampai dirumah mas. Mereka menjadi pribadi yang aktif dan tidak suka malas-malasan, karena mereka yang suka malas-malasan itu kecenderungan mudah putus asa mas, jadi kami ini (bapak/ibu guru) terus berupaya agar siswa-siswi kami menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggungjawab dengan cara membiasakan mereka berangkat tepat waktu dalam mengikuti kegiatan dan memberi hukuman kepada mereka yang terlambat mengikuti kegiatan salat
dhuha ini. 8 Pernyataan itu didukung oleh wawancara peneliti kepada Miqdarur
Ridho, beliau mengatakan bahwa :
7 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 16 januari 2018 pukul 06.45 WIB di masjid al-Mukhlisun dan pos satpam MTsN 1 Blitar
8 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 08.30 WIB.
Setiap peserta didik yang datangnya tepat waktu mereka pasti memiliki tingkat kedisiplinan serta kesabaran yang tinggi, dalam artian mereka sudah dapat mengendalikan dirinya sendiri, yang mana kalau perilaku seperti ini terus dibiasakan pada peserta didik, lama- kelamaan mereka akan terbiasa dan menjadi luar biasa dengan sendirinya. Waktu liburan sekolah, pas dirumah mereka pasti akan tahu, ohh pada jam segini saya di sekolah sudah shalat dhuha, dan pada saat dirumah itu mereka dapat mengendalikan dirinya yaitu dalam bentuk keistiqomahan melakukan salat dhuha seperti halnya
waktu disekolah. 9
Adapun dalam kegiatan salat dhuha terdapat dua kegiatan, yang pertama adalah kegiatan i’tikaf, dan yang kedua adalah kegiatan salat dhuha empat rakaat dua kali salam dengan berjamaah.
a. Kegiatan I’tikaf I’tikaf adalah suatu kegiatan berdiam diri di dalam masjid, yang mana terlebih dahulu harus dalam keadaan suci dan diam ini bisa dalam keadaan duduk bersila atau bersandar sambil menjulurkan kaki.
Kegiatan i’tikaf ini merupakan kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik di MTsN 1 Blitar. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Sofan Muhyidin, beliau menyatakan bahwa:
Kegiatan i’tikaf ini, kami gunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt, serta melatih tingkat kesabaran peserta didik, yang mana pelatihan itu tanpa disadari oleh mereka. Dari hal-hal yang dilakukan secara tidak sadar dan menjadi kebiasaan inilah yang nantinya sangat berpengaruh pada kualitas peserta didik kami, mereka mempunyai tingkat religius serta kontrol terhadap diri yang baik hal ini bisa dilihat dari ketertiban mereka melaksanakan kegiatan keagamaan
mas. 10
9 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
10 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 08.30 WIB.
Data tersebut diperkuat oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti: Secara langsung peneliti mengamati peserta didik yang berada di masjid, yang mana ada sebagian dari peserta didik yang berdzikir dan ada juga yang cuma duduk bersila sambil menundukkan kepala
mereka. 11
Sebagaimana wawancara peneliti dengan Miqdarur Ridho, beliau menyatakan bahwa:
Ketika i’tikaf kami mengarahkan peserta didik untuk berdzikir pagi seperti melafalkan la ilaaha illallah, ya fattah u ya raza’ sebanyak- banyaknya, dengan menghitungnya pakai jari kanan atau tasbih. Untuk pelafalanya itu terserah peserta didik, mereka bisa melafalkanya dengan mulut dan bisa juga melafalkan dalam hati, namun kami lebih mengarahkan mereka untuk melafalkan dengan
mulut, agar mereka juga dapat pahala dari mulut. 12 Senada dengan hal tersebut sebagaimana wawancara peneliti dengan
Ahmat Mujahin, beliau mengatakan bahwa: Agar waktu i’tikaf para peserta didik tidak ngobrol sendiri dengan
temannya maka kami menyuruh mereka untuk berdzikir, membaca astagfirullah hal adim, ya fattah u ya raza’, la ilaha illallah, dan
kalimat-kalimat thayyibah yang lain sebanyak-banyaknya mas, dan tujuanya dari hal ini tak lain adalah agar hati mereka itu luas, sehingga tidak mudah marah dan hal ini sudah terbukti bahwa peserta didik kami tidak ada yang berkelahi atau melakukan
pengerusakan. 13 Melihat dari wawancara tersebut memang kegiatan keagamaan yaitu
i’tikaf sangat penting dalam membentuk ketaqwaan kepada Allah Swt, dan
11 Data Observasi MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018 Pukul 06.50 WIB di masjid al-Mukhlisun MTsN 1 Blitar.
12 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
13 Wawancara, dengan Ahmat Mujahin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 11.00 WIB.
melatih sikap sabar, sehingga mewujudkan perilaku yang baik kepada sesama. Dengan cara membiasakan peserta didik untuk berdzikir, dan menghitung dzikirnya dengan jari kanan atau pakai tasbih, baik dilafalkan dengan mulut maupun dengan hati, dan membiasakan peserta didik untuk bersabar yaitu mengendalikan diri sendiri.
Hubungan i’tikaf dengan kecerdasan adversity yaitu salah satu aspek daripada kecerdasan adversity adalah sikap sabar, dan dalam kegiatan
i’tikaf yang dilakukan di MTsN 1 Blitar, bertujuan untuk melatih sikap sabar peserta didik, sehingga peserta didik menjadi pribadi yang sabar dan religius. Dari aspek kecerdasan adversity serta dari tujuan kegiatan i’tikaf ini bertemu pada satu titik yang mana sama-sama berorientasi pada sikap sabar. Salah satu aspek dari kecerdasan adversity peserta didik (sikap
sabar) dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan i’tikaf yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar.
Cara atau strategi guru khususnya guru akidah akhlak dalam kegiatan i’tikaf di MTsN 1 Blitar ini sebagaimana hasil wawancara
kepada Miqdarur Ridho sebagai berikut: Strategi atau cara kami di kegiatan i’tikaf dalam salat dhuha ini
yaitu, pembiasaan dan pengajaran kepada peserta didik, yaitu membiasakan peserta didik untuk berdzikir sehingga membuat peserta didik menjadi pribadi yang bertaqwa, dan mengajarkan peserta didik untuk bersabar dengan duduk bersila didalam masjid menunggu imam datang, dengan begitu tanpa disadari oleh mereka, mereka telah dilatih untuk mengontrol diri sendiri. Peserta didik yang memiliki ketaqwaan yang baik dan terbiasa bersabar maka dia akan bisa mengontrol dirinya sendiri dimanapun dia berada tanpa bantuan dari orang lain. Karena dia akan sadar dan tahu akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, dan manfaat dari kegiatan ini sudah kita rasakan yaitu, tidak adanya peserta didik yaitu, pembiasaan dan pengajaran kepada peserta didik, yaitu membiasakan peserta didik untuk berdzikir sehingga membuat peserta didik menjadi pribadi yang bertaqwa, dan mengajarkan peserta didik untuk bersabar dengan duduk bersila didalam masjid menunggu imam datang, dengan begitu tanpa disadari oleh mereka, mereka telah dilatih untuk mengontrol diri sendiri. Peserta didik yang memiliki ketaqwaan yang baik dan terbiasa bersabar maka dia akan bisa mengontrol dirinya sendiri dimanapun dia berada tanpa bantuan dari orang lain. Karena dia akan sadar dan tahu akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, dan manfaat dari kegiatan ini sudah kita rasakan yaitu, tidak adanya peserta didik
Seperti yang diungkapkan siswa kelas VIII-2 yang aktif dalam kegiatan salat dhuha, dia mengungkapkan bahwa: Saya sebagai peserta didik sudah terbiasa duduk bersila dan
berdzikir mas, karena dengan begitu waktu saya menunggu imam datang tidak terbuang sia-sia dan menjadi pribadi yang selalu berbenah diri mas. Selain itu, saya juga selalu rajin mengikuti kegiatan salat dhuha, sebab setelah salat dhuha, otak saya itu seperti fresh, semangat saya untuk belajar jadi meningkat, saya jadi
mentaati tata tertib sekolah, dan tidak bolos. 15
Dari penelitian yang sudah terdata di atas, yang penulis dapatkan berdasarkan observasi pada waktu pelaksanaan kegiatan keagamaan, dan dari hasil wawancara dengan pembimbing kegiatan keagamaan, dan peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik di MTsN 1 Blitar, strategi atau cara yang digunakan yaitu pembiasaan peserta didik untuk berdzikir dan pengajaran peserta didik untuk bersabar dengan duduk bersila di dalam masjid. Dari beberapa cara yang dilakukan oleh guru akidah akhlak tersebut mampu mewujudkan peserta didik yang memiliki ketaqwaan kepada Allah Swt, serta memiliki sikap sabar dalam artian dapat mengendalikan diri sendiri. Hal ini di buktikan dari tidak adanya peserta didik yang terlibat perkelahian atau tawuran antara sesama peserta didik.
14 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
15 Wawancara dengan M. Khoirul Nizam, selaku siswa di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 10.00 WIB.
b. Kegiatan salat dhuha Salat dhuha dilaksanakan empat rakaat dua kali salam dengan berjamaah yang diikuti oleh para guru dan peserta didik. Dari pihak guru ada yang bertugas sebagai imam dalam pelaksanaan salat dhuha tersebut, dan jumlah rakaat pada salat dhuha tersebut adalah berjumlah empat rakaat, yang mana di setiap dua rakaat terdapat satu salam. Hal ini sebagaimana hasil observasi yang dilakukan peneliti:
Berikut adalah hasil observasi yang menggambarkan hal tersebut. Tepatnya pada pukul 07.00 WIB para peserta didik yang beri’tikaf berdiri dan merapatkan barisan, kemudian imam mengucapkan takbir tanda salat dhuha telah dimulai, dan peserta didik melaksanakan salat dhuha, setelah salat dhuha selesai imam langsung membaca doa dan diamini oleh jamaah, setelah doa selesai para peserta didik bergegas
menuju ke kelasnya masing-masing. 16 Data tersebut di perkuat oleh wawancara peneliti dengan Sofan
Muhyidin, beliau mengatakan bahwa: Dalam pelaksanaan salat dhuha ini para guru dijadwal bergiliran
untuk menjadi imam mas, nah kalau untuk jumlah rakaatnya sendiri itu empat rakaat dua kali salam, lalu di akhiri dengan membaca doa, dan untuk yang membaca doa yaitu, guru yang menjadi imam
pada salat dhuha tersebut. 17 Pernyataan ini di dukung oleh wawancara peneliti dengan Miqdarur
Ridho, beliau mengatakan bahwa:
16 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 25 januari 2018 pukul 07.00 WIB di masjid al-Mukhlisun MTsN 1 Blitar
17 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 08.30 WIB.
Salat dhuha yang dilaksanakan setiap pagi hari tersebut, berjumlah empat rakaat, dan di setiap dua rakaat kita akhiri dengan bacaan salam. Untuk bacaan surat pendek di setiap rakaat juga berbeda- beda mas, dirakaat pertama setelah membaca surat al-fatihah lalu membaca surat al-insyrah sebanyak tiga kali yang mana dengan membaca surat al-insyrah ini kami berdoa agar hati para peserta didik kami dilapangkan oleh Allah Swt dalam segala hal, kemudian dirakaat kedua setelah membaca surat al-fatihah lalu membaca surat al-ikhlas. Dan untuk dua rakaat setelahnya yaitu pada rakaat pertama setelah membaca surat al-fatihah lalu membaca surat al- kautsar , kemudian dirakaat kedua setelah membaca surat al-fatihah
lalu membaca surat ad-duha. 18 Senada dengan hal tersebut sebagaimana wawancara peneliti
dengan Ahmat Mujahin, beliau mengatakan bahwa: Berbicara mengenai surat-surat yang dibaca dalam salat dhuha
antara lain, surat al-insyrah biasanya dibaca sebanyak tiga kali dirakaat pertama mas, selanjutnya surat al-ikhlas, surat al-kautsar, dan surat ad-duha dan untuk kesemua surat ini masing-masing dibaca tiga kali. Manfaat dari surat ini berbeda-beda mas, contohnya untuk surat al-insyrah yang dibaca tiga kali itu memiliki makna atau permohonan agar siswa-siswi kami menjadi pribadi yang berjiwa besar. Untuk surat al-ikhlas yang dibaca tiga kali ini pahalanya sama dengan kita membaca al-Quran 30 juz, dan untuk surat al-kautsar yang dibaca tiga kali kami berharap agar siswa- siswi kami menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. Untuk surat ad-duha yang dibaca tiga kali ini kami berharap Allah Swt mencukupkan segala kebutuhan kita. Dan untuk manfaat dari salat dhuha empat rakaat sendiri yaitu, Allah mencukupkan rezeki kita, dan untuk rezeki itu tidak melulu soal harta mas, kalau rezeki untuk para siswa ini bisa berupa kemudahan dalam mencari ilmu, dan manfaat ini sudah terbukti dengan adanya peserta didik kami yang menjadi
juara di setiap kompetisi cerdas cermat lingkup kabupaten. 19 Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan
salah satu peserta didik, dia menyatakan bahwa:
18 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
19 Wawancara, dengan Ahmat Mujahin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 11.00 WIB.
Yang saya rasakan setelah mengikuti salat dhuha itu ada empat mas, pertama, hati saya menjadi tenang, kedua, saya semakin bersemangat dalam belajar, ketiga, temen saya menjadi banyak mas, sehingga saya jadi rajin kalau berangkat sekolah, keempat, saya jadi tidak mudah menyerah ketika menyelesaikan soal yang
sulit. 20 Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
salat dhuha yang dilakukan di MTsN 1 Blitar berjumlah empat rakaat dua kali salam. Disetiap rakaat berbeda-beda surat yang dibaca, dan surat yang dibaca antara lain adalah surat al-insyrah, surat al-ikhlas, surat al-kautsar dan surat ad-duha, yang mana setiap surat dibaca sebanyak tiga kali di masing-masing rakaat. Tujuan daripada salat dhuha yang dilaksanakan oleh peserta didik dan guru di MTsN 1 Blitar ini, berdasarkan wawancara peneliti dengan Sofan Muhyidin, beliau mengatakan bahwa:
Tujuan daripada diadakanya kegiatan salat dhuha yaitu yang pertama, agar peserta didik kami disetiap pagi terbiasa salat dhuha, yang kedua, dengan adanya salat dhuha ini para siswa-siswi kami menjadi pribadi yang berhati lembut dan tenang, yang ketiga, dengan adanya kegiatan salat dhuha yang dilakukan di masjid secara berjamaah ini Allah Swt, memudahkan peserta didik dalam
menggapai cita-citanya. 21 Pernyataan tersebut diperkuat oleh wawancara peneliti dengan
Miqdarur Ridho, beliau menyatakan bahwa: Dalam salat dhuha ini tujuan yang pertama adalah untuk
membiasakan para siswa-siswi untuk salat dhuha mas, karena manfaat dari salat dhuha ini kan banyak sekali, diantaranya dapat memudahkan peserta didik dalam menuntut ilmu. Tujuan yang kedua adalah menjadikan siswa-siswi menjadi pribadi yang berhati
20 Wawancara, dengan Ika Aprilia Zumrotus, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 12.50 WIB.
21 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 08.30 WIB.
lembut (tidak mudah marah), religius dan bertaqwa kepada Allah Swt. Tujuan yang ketiga adalah agar Allah Swt, mempermudah
para siswa-siswi kami dalam meraih cita-citanya. 22 Hal tersebut senada dengan wawancara peneliti dengan salah satu
siswi, dia mengatakan bahwa: Tujuan dari kegiatan salat dhuha yaitu untuk membiasakan kami
salat dhuha mungkin mas, sebab kalau kami terlambat mengikuti salat dhuha, kami dihukum mas oleh pak sunar dan untuk tujuan lainya agar kami tambah bertaqwa kepada Allah Swt, dan lain-lain
mas. 23 Dari hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kegiatan salat dhuha yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar memiliki tiga tujuan diantaranya sebagai berikut, pertama, membiasakan peserta didik salat dhuha, kedua, menjadikan peserta didik bertaqwa kepada Allah Swt, dan menjadi pribadi yang berhati lembut dan tenang, ketiga, sebagai jalan untuk memudahkan peserta didik dalam mencapai cita- citanya.
Hubungan kegiatan salat dhuha dengan kecerdasan adversity yaitu di dalam salat dhuha terdapat bacaan-bacaan surat khusus yang dibaca seperti surat al-insyrah yang dibaca sebanyak tiga kali, yang mana memiliki makna atau permohonan agar peserta didik menjadi pribadi yang berjiwa besar. Untuk surat al-ikhlas yang dibaca sebanyak tiga kali ini pahalanya sama dengan kita membaca al-Quran 30 juz, dan untuk surat al-kautsar yang dibaca sebanyak tiga kali harapanya agar
22 Wawancara dengan Miqdarur Ridho, selaku guru akidah akhlak di MTsN 1 Blitar, 16 Januari 2018, pukul 12.30 WIB.
23 Wawancara, dengan Ika Aprilia Zumrotus, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 12.50 WIB.
peserta didik menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. Untuk surat ad-duha yang dibaca sebanyak tiga kali harapanya adalah Allah Swt mencukupkan segala kebutuhan kita, dan salah satu aspek dari kecerdasan adversity adalah berjiwa besar. Dari aspek kecerdasan adversity serta dari bacaan-bacaan surat khusus yang dibaca dalam salat dhuha ini bertemu pada satu titik yang mana sama-sama berorientasi pada pribadi yang berjiwa besar. Salah satu aspek dari kecerdasan adversity peserta didik (berjiwa besar) didoakan dan diihtiyarkan melalui salat dhuha yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar.
Dari keseluruhan hasil wawancara, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa didalam kegiatan salat dhuha yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar terdapat dua aktivitas, yaitu i’tikaf dan salat dhuha empat rakaat dua kali salam, yang mana kedua aktifitas atau kegiatan tersebut berhubungan dengan kecerdasan adversity peserta didik. Contoh didalam kegiatan i’tikaf, dilihat dari tujuan kegiatan i’tikaf yaitu melatih sikap sabar, yang mana sama dengan salah satu aspek dari kecerdasan adversity yaitu sikap sabar, keduanya bertemu pada satu titik yaitu sikap sabar. Kemudian didalam kegiatan salat dhuha empat rakaat dua kali salam, dilihat dari bacaan-bacaan surat khusus yang dibaca didalam salat dhuha salah satunya yaitu, permohonan agar peserta didik menjadi pribadi yang berjiwa besar, yang mana sama dengan salah Dari keseluruhan hasil wawancara, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa didalam kegiatan salat dhuha yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar terdapat dua aktivitas, yaitu i’tikaf dan salat dhuha empat rakaat dua kali salam, yang mana kedua aktifitas atau kegiatan tersebut berhubungan dengan kecerdasan adversity peserta didik. Contoh didalam kegiatan i’tikaf, dilihat dari tujuan kegiatan i’tikaf yaitu melatih sikap sabar, yang mana sama dengan salah satu aspek dari kecerdasan adversity yaitu sikap sabar, keduanya bertemu pada satu titik yaitu sikap sabar. Kemudian didalam kegiatan salat dhuha empat rakaat dua kali salam, dilihat dari bacaan-bacaan surat khusus yang dibaca didalam salat dhuha salah satunya yaitu, permohonan agar peserta didik menjadi pribadi yang berjiwa besar, yang mana sama dengan salah
2. Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kecerdasan Adversity Peserta Didik Melalui Kegiatan Membaca al-Quran di MTsN 1 Blitar
Membaca al-Quran adalah kegiatan membaca kitab suci al-Quran yang dilakukan peserta didik secara bersama-sama dengan bapak atau ibu guru yang mengajar di masing-masing kelas pada jam pertama dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari kecuali pada hari jum’at, yang mana jadwalnya bergantian antara kelas depan dengan kelas belakang yaitu, kelas depan melaksanakan kegiatan membaca al-Quran pada hari selasa, kamis, dan sabtu, sedangkan untuk kelas belakang melaksanakan kegiatan membaca al-Quran pada hari senin dan rabu. Peserta kegiatan ini adalah seluruh peserta didik, terkecuali bagi siswi yang sedang mengalami haid. Dalam kegiatan membaca al-Quran ini, para peserta didik duduk di bangkunya masing-masing. Mereka melihat, dan membaca al-Quran yang ada di meja mereka. Para peserta didik mencermati dan membaca tiap ayat dari al-Quran dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti:
Para peserta didik duduk rapi di bangku tempat duduk mereka masing- masing, dan membaca al-Quran yang berada didepan meja mereka, dengan nada membaca yang tidak keras dan tidak pelan para peserta didik membaca al-
Quran dengan beriringan dan tidak ada yang mendahului satu sama lain. 24
24 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 25 januari 2018 pukul 07.10 WIB di kelas VIII-4 MTsN 1 Blitar
Data tersebut diperkuat oleh wawancara peneliti dengan Ahmat Mujahin, beliau menyatakan bahwa: Membaca al-Quran ini merupakan wujud syukur kita kepada Allah Swt
mas, dan dalam kegiatan membaca al-Quran ini ada yang membimbing serta mengawasi yaitu, bapak atau ibu guru yang pada saat jam pertama mengajar di kelas, jadi semua peserta didik yang ada dikelas membaca
bersama-sama, terkecuali bagi siswi kita yang sedang haid. 25 Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan
Khoirul Mutaqin, beliau mengatakan bahwa: Ketika membaca al-Quran para peserta didik didampingi oleh bapak atau
ibu guru yang mengajar pada jam pertama, hal ini dilakukan agar para peserta didik merasa di perhatikan oleh kita bapak ibu guru, sehingga dari hal tersebut mampu menciptakan sosial emotional yang baik antara peserta
didik dan guru, serta kekhusyukan dalam membaca al-Quran. 26 Pernyataan tersebut sejalan dengan wawancara peneliti dengan Miqdarur
Ridho, beliau mengatakan bahwa: Dalam kegiatan membaca al-Quran para siswa-siswi kami sudah khusyuk
atau bersunggguh-sungguh dalam mengikutinya mas, hal ini terlihat dari tidak adanya siswa maupun siswi yang berlalu lalang di depan kelas pada jamnya kegiatan membaca al-Quran, lalu bisa dilihat dari cara mereka duduk rapi didalam kelas dengan mata tertuju pada al-Quran yang ada didepanya, serta tidak terdengar suara lain selain bacaan al-Quran, dan cara mereka membaca dengan nada yang tidak keras dan juga tidak lirih, sehingga bisa dikatakan nada ketika siswa-siswi kami membaca al-Quran
itu sudah pas mas. 27 Pernyataan tersebut diperkuat dengan observasi peneliti di kelas VII-4
MTsN 1 Blitar: Pada tanggal 05 februari 2018 pada pukul 07:00 WIB. Peneliti menuju
kekelas VII-3, di kelas tersebut peneliti melihat guru dan para peserta didik
25 Wawancara, dengan Ahmat Mujahin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 25 Januari 2018, pukul 11.00 WIB.
26 Wawancara, dengan Khoirul Mutaqin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 11.00 WIB.
27 Wawancara, dengan Miqdarur Ridho, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 09.00 WIB.
membaca al-Quran dengan khusyuk, suasana dikelas terasa kondusif dan tidak terdengar suara kecuali suara dari bacaan al-Quran yang dibaca oleh guru dan
para peserta didik. 28 Dari wawancara dan observasi di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa, kegiatan membaca al-Quran dilakukan secara bersama-sama oleh peserta didik dan guru, sehingga dari hal tersebut tercipta suasana kondusif, yang membuat para peserta didik menjadi khusyuk yaitu, bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Tujuan dari kegiatan membaca al-Quran diantaranya yaitu, untuk menjaga kesehatan rohani, meningkatkan kelancaran membaca al- Qur’an, dan membiasakan diri untuk beribadah. Hal tersebut berdasarkan wawancara peneliti dengan Miqdarur Ridho, beliau menyatakan bahwa:
Melalui kegiatan membaca al-Quran juga cocok untuk meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik di sini, karena dengan menggunakan kegiatan ini para peserta didik dapat meningkatkan kelancaran membaca al-Quran dengan baik, treatment rohani, dan membiasakan diri untuk
beribadah dengan membaca al-Quran. 29 Pernyataan tersebut senada dengan wawancara peneliti dengan Khoirul
Mutaqin, beliau mengatakan bahwa: Tujuan yang paling pokok dalam membaca al-Quran yaitu sebagai obat
bagi hati, karena hati setiap manusia itu selalu berubah-ubah, kadang senang, dan kadang sedih, oleh sebab itu, dibutuhkan obat bagi hati dan obatnya yaitu dengan membaca al-Quran. Apabila seseorang telah senang dengan membaca al-Quran dan selalu continu dalam membacanya maka
28 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018 pukul 07:00 WIB di kelas VII-3. 29 Wawancara, dengan Miqdarur Ridho, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul
09.00 WIB.
hati orang tersebut akan tenang, sebab dia merasa selalu dekat dengan Allah Swt. 30
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan strategi yang matang sebagai berikut: Pertama, memberikan pengarahan kepada guru yang mengajar pada jam pertama, yaitu pada waktu rapat evaluasi kegiatan para guru agama khususnya akidah akhlak memberikan pengarahan kepada Bapak/Ibu guru yang masuk pada jam pertama untuk memberi pengawasan serta suri tauladan yang baik, agar peserta didik mengerti adab dalam membaca al-Quran dan bersemangat dalam membaca al-Quran. Kedua, berkeliling ke setiap kelas yang jadwalnya kegiatan membaca al-Quran. Ketiga, masuk ke kelas yang gurunya pada jam pertama berhalangan atau tidak hadir. Keempat, mengawasi peserta didik yang sedang membaca al-Quran agar tercipta kesan memberi perhatian dan kasih sayang kepada peserta didik. Kelima, menasehati dan memberi contoh kepada peserta didik yang kurang sopan ketika duduk dalam membaca al-Quran agar mereka memiliki adab yang baik dalam membaca al- Quran. Sebagaimana wawancara peneliti dengan Miqdarur Ridho, beliau menyatakan bahwa:
Dalam mensukseskan setiap kegiatan keagamaan kami melakukan berbagai macam cara atau strategi mas, dan untuk strategi dalam kegiatan membaca al-Quran ini diantaranya yaitu pada waktu rapat evaluasi kegiatan, para guru agama khususnya akidah akhlak memberikan pengarahan kepada Bapak/Ibu guru yang masuk pada jam pertama untuk memberi pengawasan serta suri tauladan yang baik kepada siswa-siswi kita, kemudian dari kami guru agama ada yang bertugas untuk berkeliling mengecek kelas yang jadwalnya membaca al-Quran, apakah guru yang masuk pada jam pertama dikelas tersebut masuk apa tidak, dan kalau ada guru yang pada jam pertama dikelasnya kebagian jadwal membaca al-
30 Wawancara, dengan Khoirul Mutaqin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul
11.00 WIB.
Quran tetapi tidak masuk, maka kami yang menggantikan tugas beliaunya tersebut. 31
Pernyataan tersebut sejalan dengan wawancara peneliti dengan Khoirul Mutaqin, beliau mengatakan bahwa: Guru agama khususnya akidah akhlak selalu memberikan kita pengarahan
kepada bapak ibu guru untuk selalu memberi pengawasan serta suri tauladan yang baik kepada peserta didik, pada waktu rapat evaluasi kegiatan mas. Kemudian didalam kegiatan membaca al-Quran, ada hal-hal penting dalam menyukseskan kegiatan tersebut, yaitu pertama adalah niat, kedua adanya guru yang mengawasi, dan ketiga bersungguh-sungguh, karena membaca al-Quran tanpa kesungguhan pasti bacaannya akan teledor atau keluar dari tajwid. Untuk selanjutnya kita mengarahkan peserta didik, bagaimana adab dalam membaca al-Quran dan cara duduk yang sopan dalam membaca al-Quran sebagaimana pengarahan waktu
rapat. 32 Dengan mengerti bagaimana adab dalam membaca al-Quran yang baik dan
benar, akan membuat para peserta didik bersungguh-sungguh dalam membaca al-Quran dengan baik, hal ini didukung oleh wawancara peneliti kepada salah satu peserta didik, yang ditanya mengenai kegiatan keagamaan apa yang paling disukai di madrasah ini, dia berkata bahwa:
Dari semua kegiatan keagamaan, yang paling saya sukai adalah membaca al-Quran, karena dengan membaca al-Quran tentunya bisa meningkatkan kelancaran membaca al-Quran saya, menambah amal kebaikan saya, dan hati saya menjadi tenang mas, jadi kalau kelas saya kebagian jadwal dalam
kegiatan membaca al-Quran, saya selalu bersemangat mengikutinya. 33 Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca
al-Quran memiliki tiga tujuan yaitu, pertama, untuk menjaga kesehatan rohani, kedua , meningkatkan kelancaran membaca al- Qur’an, dan ketiga,
31 Wawancara, dengan Miqdarur Ridho, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 09.00 WIB.
32 Wawancara, dengan Khoirul Mutaqin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 11.00 WIB.
33 Wawancara, dengan Olga Kusuma Sari, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 12.50 WIB.
membiasakan diri untuk beribadah dengan membaca al-Quran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada lima cara yang dilakukan, yang Pertama, memberikan pengarahan kepada guru yang mengajar pada jam pertama, yaitu pada waktu rapat evaluasi kegiatan para guru agama khususnya akidah akhlak memberikan pengarahan kepada Bapak/Ibu guru yang masuk pada jam pertama untuk memberi pengawasan serta suri tauladan yang baik, agar peserta didik mengerti adab dalam membaca al-Quran dan bersemangat dalam membaca al- Quran. Kedua, berkeliling ke setiap kelas yang jadwalnya kegiatan membaca al-Quran. Ketiga, masuk ke kelas yang gurunya pada jam pertama berhalangan atau tidak hadir. Keempat, mengawasi peserta didik yang sedang membaca al- Quran agar tercipta kesan memberi perhatian dan kasih sayang kepada peserta didik. Kelima, menegur dan memberi contoh kepada peserta didik yang kurang sopan ketika duduk dalam membaca al-Quran agar mereka memiliki adab yang baik dalam membaca al-Quran.
Hubungan membaca al-Quran dengan kecerdasan adversity yaitu dalam pengertian kecerdasan adversity membahas tentang kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan, dalam menghadapi setiap kesulitan jiwa atau ruhani kita pasti membutuhkan suplemen atau obat agar jiwa tetap kuat dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan, dan dalam kegiatan membaca al-Quran salah satu tujuanya yaitu sebagai treatment ruhani atau obat hati, bagi mereka yang membacanya dengan khusyuk atau sungguh-sungguh sesuai tajwid, dan akan lebih indah apabila dilantunkan dengan menggunakan nada yang halus dan pas dalam setiap lantunan ayatnya, sehingga manfaat yang Hubungan membaca al-Quran dengan kecerdasan adversity yaitu dalam pengertian kecerdasan adversity membahas tentang kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan, dalam menghadapi setiap kesulitan jiwa atau ruhani kita pasti membutuhkan suplemen atau obat agar jiwa tetap kuat dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan, dan dalam kegiatan membaca al-Quran salah satu tujuanya yaitu sebagai treatment ruhani atau obat hati, bagi mereka yang membacanya dengan khusyuk atau sungguh-sungguh sesuai tajwid, dan akan lebih indah apabila dilantunkan dengan menggunakan nada yang halus dan pas dalam setiap lantunan ayatnya, sehingga manfaat yang
mana sama-sama berorientasi pada jiwa atau ruhani. Kecerdasan adversity peserta didik (agar memiliki jiwa yang kuat dalam menghadapi setiap kesulitan maka dilatih dan di treatment melalui kegiatan membaca al-Quran yang dilaksanakan di MTsN 1 Blitar).
3. Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Kecerdasan Adversity Peserta Didik Melalui Kegiatan Salat Dhuhur Berjamaah di MTsN 1 Blitar
Kegiatan salat dhuhur berjamaah merupakan kegiatan rutin yang nampak pada siswa atau peserta didik. Salat dhuhur dilakukan dua gelombang, dikarenakan kondisi masjid yang belum memadai dengan jumlah jamaah yang ada. Guru agama membuat penjadwalan yang ditanda tangani kepala madrasah yaitu, setiap adzan dhuhur berkumandang pada pukul 12.10 WIB, siswa laki- laki, PDCI, dan excellent segera menuju ke masjid di dampingi oleh guru pada jam tersebut, sedangkan para siswi menunggu waktu istirahat datang yaitu pada pukul 12.30 WIB. Ibadah salat dhuhur berjamaah ini, madrasah mewajibkan bagi para siswa untuk melaksanakan.
Berikut adalah hasil observasi yang menggambarkan hal tersebut. Tepatnya pukul 12.10 WIB setelah adzan berkumandang siswa laki-laki, PDCI, dan excellent langsung berbondong-bondong menuju masjid didampingi oleh guru pada jam tersebut. Setelah itu, mereka melepas sepatu kemudian menuju Berikut adalah hasil observasi yang menggambarkan hal tersebut. Tepatnya pukul 12.10 WIB setelah adzan berkumandang siswa laki-laki, PDCI, dan excellent langsung berbondong-bondong menuju masjid didampingi oleh guru pada jam tersebut. Setelah itu, mereka melepas sepatu kemudian menuju
beserta guru-guru yang belum melaksanakan salat dhuhur. 34 Manfaat shalat dhuhur sendiri diantaranya adalah sebagai bentuk realisasi
ketaatan kepada perintah Allah Swt. Di dalam salat dhuhur berjamaah tersebut mengandung sikap sabar, dzikir, syukur kepada Allah, dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Shalawat adalah doa, karena dengan membaca shalawat berarti telah memuji kekasih-Nya, dengan itu berarti telah mendoakan baik untuknya. Dilihat dari manfaat shalat dhuhur berjamaah tersebut, pastinya dapat meningkatkan kecerdasan adversity peserta didik menjadi lebih baik.
Hal ini didukung oleh wawancara peneliti dengan Ahmat Mujahin, beliau mengatakan bahwa: Shalat dhuhur di madrasah ini ya seperti ini mas, ya seperti biasanya.
Sebelum salat kita berceramah dulu mas, yang mana strategi ceramah tersebut berguna untuk memotivasi siswa dalam menuntut ilmu. Baru kemudian salat berjamaah yang mana terbagi menjadi 2 gelombang. Masing-masing gelombang itu ada guru yang bertugas menjadi imam. Dengan adanya shalat dhuhur berjamaah ini mas, kami berusaha membiasakan peserta didik kami agar selalu shalat berjamaah dimanapun ia berada, sehingga menumbuhkan rasa sabar dan syukur kepada nikmat-
nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. 35 Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan Sofan
Muhyidin, beliau mengatakan bahwa:
34 Data Observasi di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018 pukul 12.10 WIB di masjid al- Mukhlisun MTsN 1 Blitar
35 Wawancara dengan Ahmat Mujahin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul
01.30 WIB.
Sebelum salat kita berceramah dulu kurang lebih 10 menit, dan tema dari ceramahnya itu bertema tentang kemuliaan dan kebesaran hati Rasulullah Saw, motivasi-motivasi dalam kehidupan, manfaaat-manfaat menuntut ilmu, dan lain-lain. Dari ceramah tersebut kami berharap para siswa-siswi kami tergugah hatinya untuk meniru akhlak Rasulullah dan cinta kepada Rasulullah Saw, mereka menjadi mengerti tentang keutamaan mencari ilmu, dan lain-lain. Kemudian setelah ceramah selesai dilanjut salat dhuhur
berjamaah. 36 Pernyataan tersebut sejalan dengan wawancara peneliti kepada salah satu
peserta didik, dia berkata bahwa: Alhamdulillah dari mendengar ceramah pak Mujahin dan guru-guru yang
lain saya menjadi optimis dan mengerti tentang berbagai kemuliaan akhlak Rasulullah, kebesaran hati Rasulullah, keutamaan menuntut ilmu, niat dan manfaat-manfaatnya seperti kita bisa jadi orang yang mulia karena ilmu, orang yang bersyukur karena ilmu dan lain-lain mas. Dan untuk kebiasaan shalat dhuhur berjamaah ini, saya di rumah jadi lebih rajin shalat ke masjid mas, ketika mendengar suara adzan dari masjid sebelah rumah saya, saya langsung cepat-cepat menuju masjid, dan untuk perubahan di sikap saya ini mas, saya lebih bersabar dalam menunaikan shalat, tidak seperti dulu
yang selalu terburu-buru ingin cepat selesai dan mengucapkan salam. 37 Dari observasi dan wawancara tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
sebelum salat dhuhur dilaksanakan terlebih dahulu diberikan ceramah singkat oleh guru. Ceramah tersebut memiliki banyak tema, dan tema tersebut bergantung pada guru yang berceramah, ada yang mengambil tema tentang kemuliaan akhlak Rasulullah Saw, kebesaran hati Rasulullah Saw, manfaat menuntut ilmu, dan lain-lain.
Dalam melaksanakan pembiasaan salat secara berjamaah tentu kerapatan dan kelurusan shof menjadi hal yang penting, karena dalam salat berjamaah
36 Wawancara dengan Sofan Muhyidin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 02.00 WIB.
37 Wawancara dengan M. Iqbal Febrian, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 12.40 WIB.
kita dianjurkan untuk merapatkan barisan atau shof. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan Ahmat Mujahin, beliau mengatakan bahwa:
Dalam melaksanakan salat para peserta didik berbaris rapat memenuhi setiap shof yang ada di masjid, ini merupakan hasil dari didikan kami, yang mana kami membiasakan mereka dalam salat berjamaah harus lurus dan rapat dalam shof. Bagi peserta didik yang tidak kebagian tempat, maka terpaksa mengikuti kegiatan salat dhuhur berjamaah pada gelombang
2. Dan dengan adanya kegiatan salat dhuhur berjamaah, para peserta didik dapat mempraktekkan apa yang telah didapatkan dari teori-teori yang telah diberikan di dalam kelas, sehingga dari praktek yang di lakukan setiap hari tersebut, dapat di bawa peserta didik di lingkungan masyarakat suatu saat
nanti dengan sebaik-baiknya 38 Hal tersebut diperkuat oleh hasil observasi pada tanggal 05 Februari 2018.
Peneliti berada di luar masjid dan melihat langsung kegiatan shalat dhuhur berjamaah yang di lakukan peserta didik, terlihat semangat mereka dalam mengikuti kegiatan ditandai dari rapatnya barisan shof dan kerasnya suara
ketika sedang berdzikir dan mengucapkan amin ketika imam berdoa. 39 Senada dengan hal tersebut, sebagaimana wawancara peneliti dengan Moh.
Jamil, selaku imam salat dhuhur, beliau mengatakan bahwa: Para siswa selalu berbondong-bondong ketika suara adzan sudah
terdengar, dan para siswa telah terbiasa seperti ini, dikarenakan tingkat kesadaran mereka untuk memenuhi panggilan salat telah tumbuh, juga dalam kegiatan ini para siswa harus cepat-cepat menempati shof, sebab kalau tidak cepat maka tidak akan kebagian tempat. Waktu salat mereka
baik, baiknya dalam artian tidak ada yang celometan. 40 Hal ini didukung oleh wawancara peneliti kepada salah satu siswa, dia
berkata bahwa:
38 Wawancara dengan Ahmat Mujahin, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 01.30 WIB.
39 Data Observasi MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, Pukul 12.10 WIB 40 Wawancara dengan Moh. Jamil, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 01.00
WIB.
Ketika salat dhuhur saya dan teman-teman tidak ada yang ramai mas, diam semua, tapi ketika waktu dzikir kami bersemangat sekali mas, terkadang malah keras-kerasan suara sama temen, dan yang saya rasakan ketika telah melaksanakan kegiatan salat dhuhur berjamaah ini seperti plong, tidak ada
beban sama sekali mas. 41 Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan Moh.
Jamil, beliau mengatakan bahwa: Ketika waktu dzikir memang sengaja kami keraskan mas, karena itu
merupakan strategi kami agar mereka yaitu para siswa-siswi bisa hafal dzikir setelah salat, karena masya allah luar biasa sekali mas manfaat dari dzikir setelah salat berjamaah ini, yang pertama membuat hati kita menjadi lunak, dalam artian kita menjadi orang yang mudah memaafkan, menerima segala sesuatu dengan lapang dada, dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Ketika para siswa-siswi kami telah terbiasa berdzikir, maka mereka pasti menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah Swt. Itulah tujuan kami berdzikir dengan keras, dan semisal kalau dzikir ini pelan maka bisa dipastikan para siswa-siswi akan ramai dengan sendirinya, mengobrol atau bercanda dengan teman-temanya. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka tidak berdzikir, dan seseorang ketika telah melaksanakan salat wajib namun tidak berdzikir itu ibarat orang makan tapi tidak minum mas, jadi
tidak baik atau kurang lengkap. 42 Melalui kegiatan salat dhuhur berjamaah tersebut, peserta didik akan
terbiasa salat berjamaah di manapun mereka berada, hafal berdzikir setelah salat dan selalu bersyukur akan nikmat beribadah. Disinilah letak peningkatan kecerdasan adversity tersebut yaitu terwujudnya pribadi yang berjiwa besar, mudah memaafkan, merenungi setiap kesalahan dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hubungan kegiatan salat dhuhur berjamaah dengan kecerdasan adversity yaitu sebelum salat dhuhur berjamaah dilaksanakan terlebih dahulu ada guru yang berceramah dan peserta didik mendengarkan dengan seksama, tujuan dari
41 Wawancara dengan Moh. Aqil Zaini M, selaku peserta didik di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 12.40 WIB.
42 Wawancara dengan Moh. Jamil, selaku guru di MTsN 1 Blitar, 05 Februari 2018, pukul 01.00 WIB.
ceramah tersebut ialah agar peserta didik meniru akhlak Rasulullah dan cinta kepada Rasulullah Saw, mereka menjadi mengerti tentang keutamaan mencari ilmu, dan lain-lain. Dari hal tersebut maka diharapkan membuat mereka menjadi pribadi yang dalam ranah kecerdasan adversity disebut dengan climbers, yaitu pribadi yang tidak pernah puas dengan satu ilmu, mereka selalu mencari ilmu guna menambah wawasan, selalu berharap untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kecerdasan adversity peserta didik (climbers) dilatih dan dikembangkan dengan mendengarkan ceramah tersebut.
Kemudian setelah ceramah selesai dilanjut salat dhuhur berjamaah. Didalam salat dhuhur berjamaah para peserta didik diajarkan untuk terbiasa salat berjamaah dimanapun mereka berada, dalam pembiasaan salat berjamaah mereka telah diajarkan untuk berusaha pantang menyerah, hal ini sejalan dengan aspek dari kecerdasan adversity yaitu sikap pantang menyerah. Sikap pantang menyerah merupakan doa yang hidup dan menghasilkan tenaga dan kekuatan yang hebat di dalam jiwa. Salah satu aspek dari kecerdasan adversity peserta didik (sikap pantang menyerah) dilatih dan dikembangkan melalui pembiasaan salat berjamaah dimanapun mereka berada, dan hal inilah yang diterapkan di MTsN 1 Blitar.