PELESTARIAN BANGUNAN SEJARAH PENINGGALAN sejarah

PELESTARIAN BANGUNAN SEJARAH PENINGGALAN
IR.SOEKARNO DI KABUPATEN ENDE
Nama : Zulkifli H.Achmad
Magister Arsitektur Lingkungan Binaan, Universitas Brawijaya
Jln. MT Haryono 167 Malang 65145
E-mail : [email protected]

Abstrak
Pelestarian terhadap bangunan bersejarah didefinisikan sebagai suatu upaya untuk memilihara dan
melindungi suatu peninggalan bersejarah baik berupa artifak, bangunan, kota maupun kawasan
bersejarah sesuai dengan keadaanya dan mengoptimalkan peninggalan tersebut. Pelestarian dalam
bangunan sejarah merupakan salah satu daya tarik bagi sebuah kawasan.Kota Ende merupakan
kota dimana dasar negara Indonesia, Pancasila, dilahirkan. Selama pengasingan Bung Karno
meninggalkan jejak-jejak berupa artifak atau bangunan yang perlu dilestarikan. Terdapat situs atau
bangunan peninggalan Bung Karno selama pengasingan di Ende,Flores yaitu, Pelabuhan, Pos Militer,
Rumah Pengasingan Bung Karno, Taman Bung Karno, Masjid Arabita, Gereja Katedral, Rumah
Pastoran, Gedung Pertunjukan, Eks. Toko De Leew dan Makam Ibu Amsi. Tujuan dari tulisan ini
upaya untuk melestarikan bangunan sejarah peninggalan Bung Karno selama pengasingan di Ende
selama 4 tahun (1934-1938).
Kata Kunci : Pelestarian, Bangunan Bersejarah, Bangunan Peninggalan Bung Karno


I. Pendahuluan
Pada perkembangan kota menyisakan berbagai elemen-elemen kota yang menjadi
saksi bisu dari perkembangan yang terjadi.Elemen-elemen kota yang dimaksud merupakan
peninggalan berupa benda-benda bersejarah, monument atau bangunan bersejarah.
Peninggalan bangunan bersejarah tersebut merupakan kekayaan yang tidak dapat
tergantikan. Selain itu juga akan memberikan kesan visual terhadap kota atau kawasan
tersebut. Menurut K. Lynch (1960) dalam bukunya “The Image of the city” bahwa kualitas
lingkungan binaan yakni citra (imageability) dan kejelasan (legibility) bangunan-bangunan
memberi kontribusi pada munculnya identitas yang menonjol pada suatu tempat.
Pelestarian terhadap bangunan bersejarah dapat didefinisikan sebagai suatu upaya
untuk memilihara dan melindungi suatu peninggalan bersejarah baik berupa artifak,
bangunan,

kota

maupun

kawasan

bersejarah


sesuai

dengan

keadaanya

dan

mengoptimalkan peninggalan tersebut. Dengan adanya peiestarian maka kelestanan
lingkungan dan bangunan bersejarah dapat menjadi aset komersial bagi kegiatan wisata
internasional, dapat memperkaya pengalaman visual, dapat memberikan suasana yang
permanen dan menyegarkan, memberikan keamanan psikologis bagi seseorang untuk
melihat, menyentuh dan merasakan bukti-bukti sejarah serta dengan adanya pelestarian
maka kelestarian warisan arsilektur dapat terjaga.

Bangunan bersejarah mempunyai nilai dan informasi penting dari generasi ke
generasi. Selain itu, bangunan bersejarah merupakan kekayaan budaya bangsa yang
penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan sehingga perlu dilindungi. Oleh karena dilakukan upaya untuk melestarikan

terhadap bangunan bersejarah tersebut. Pelestarian dalam bangunan sejarah merupakan
salah satu daya tarik bagi sebuah kawasan. Terpeliharanya satu bangunan kuno bersejarah
pada suatu kawasan akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat, antara masa kini
dan masa lalu. Menghancurkan bangunan kuno bersejarah sama halnya dengan
menghapuskan salah satu cermin mengenai sejarah dan tradisi masa lalu.
.Kota Ende merupakan salah satu tempat atau daerah, Ir. Soekarno presiden
pertama kita pernah diasingkan oleh pemerintah Kolonial Belanda selama 4 atahun (19341938). Di balik perjuangannya selama pengasingan di Ende telah membenamkan kesan
mendalam bagi presiden pertama kita ini. Selama pengasingan, Bung Karno ditemani oleh
keluarganya. Soekarno tiba di Ende pada Februari 1934 dengan kapal Jan van Riebeeck
dan meninggalkan kota ini pada Februari 1938 dengan kapal De Klerk milik KPM menuju
Surabaya. Soekarno dan Ende akhirnya mempunyai hubungan yang patut ditelusuri
kembali.
Selama pengasingan Bung Karno meninggalkan jejak berupa bangunan atau tempat,
dimana Bung Karno beraktivitas selama pengasingan. Terdapat situs atau bangunan
peninggalan Bung Karno selama pengasingan di Ende,Flores yaitu, Pelabuhan, Pos Militer,
Rumah Pengasingan Bung Karno, Taman Bung Karno, Masjid Arabita, Gereja Katedral,
Rumah Pastoran, Gedung Pertunjukan, Eks. Toko De Leew dan Makam Ibu Amsi.
Kabupaten Ende yang merupakan bagian dari Pulau Flores memiliki sejarah yang sangat
panjang dan meninggalkan bukti-bukti fisik hasil kegiatan manusia pendukungnya di masa
lampau. Bukti fisik tersebut berupa sejumlah peninggalan arkeologi yang ditemukan tersebar

di seluruh wilayah Kabupaten Ende. Peninggalan arkeologi berupa warisan budaya masa
lalu sangatlah beragam, peninggalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang
lebih kecil yaitu berdasarkan bahan, ukuran, zaman, fungsi maupun jenis.

Gambar 1 Tempat Peninggalan Bung Karno di Ende
Sumber : http://www.bungkarnodiende.com

II. Pembahasan
Pelestarian
Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasala dari kata lestari, yang artinya
adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan bahasa
Indonesia,

penggunaan

awalan

pe-

dan


akhiran

–an

artinya

digunakan

untuk

menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). (Endarmoko, 2006). Lebih rinci
A.W. Widjaja (1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara
terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan
adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif. (Ranjabar,
2006:115). Pelestarian terhadap bangunan bersejarah dapat didefinisikan sebagai suatu
upaya untuk memelihara dan melindungi suatu peninggalan bersejarah baik berupa artifak,
bangunan,

kota


maupun

kawasan

bersejarah

sesuai

dengan

keadaanya

dan

mengoptimalkan peninggalan tersebut dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan
fungsi lama atau menerapkan fungsi yang baru untuk membiayai kelangsungan
eksistensuiya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas sehingga dapat menarik kesimpulan, bahwa
kegiatan pelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak

berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna mewujudkan
tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta kegiatan pencerminan dinamika
seseorang. Tujuan dari kegiatan pelestarian menurut Martoatmodjo adalah sebagai berikut:






Menyelamatkan nilai informasi dokumen
Menyelamatkan fisik dokumen
Mengatasi kendala kekuarangan ruang
Mempercepat perolehan informasi

Bangunan Bersejarah
Defenisi bangunan mengacu pada Undang-Undang No.5 Tahun 1992 tentang
Bangunan Cagar Budaya yaitu "benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang
berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang berumur
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan". Sedangkan Berdasarkan pasal 1 angka 1

UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya menyatakan bahwa : Cagar budaya adalah
warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
struktur cagar budaya, situs cagar budaya, kawasan cagar budaya di darat/atau di air yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pemdidilan, agama dan kebudayaan melelaui proses penetapan.
Hal tersebut menjelaskan bahwa bangunan sejarah nerupakan cagar budaya yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah. Lingkup
Pelestran cagar budaya meliputi:
a) Pelindungan, merupakan upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,
kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,
Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
b) Pengembangan, merupakan peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar
Budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara
berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.
c) Pemanfaatan, merupakan pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan
sebesar-besarnya

kesejahteraan

rakyat


dengan

tetap

mempertahankan

kelestariannya.

Bangunan Peninggalan Soekaro di Kabupaten Ende
1.Pelabuhan Bung Karno (Pelabuhan Ende)
Pelabuhan Ende merupakan salah satu tempat yang menjadi saksi bisu,
pengasingan Bung Karno selama di Ende. Pelabuhan ini menjadi tempat pertama kali
Sukarno menginjakkan kaki di Ende. Pada saat berlayar dari Surabaya ke Ende
menggunakan Kapal Jan van Riebeeck dan meninggalkan kota ini pada Februari 1938
dengan kapal De Klerk milik KPM menuju Surabaya melalui Pelabuhan Ende. Pada saat ini

pelabuhan Ende digunakan sebagai sarana transportasi masyarakat Kabupaten Ende dan
sekitarnya unutk berpergian. Selain itu Pelabahuan ini juga digunakan sebagai aktivitas
pereekonomian di Pulau Flores khusunya Kabupaten Ende dan sekitarnya.Sebelum

berganti nama menjadi Pelabuhan Bung karno, pelabuhan ini dinamai Pelabuhan Ende.
Melalui kapal yang datang secara teratur setiap bulan, Bung Karno menerima dan
mengirimkan surat-surat sebagai sarana komunikasi untuk terus mengglorakan semangat
juang kebangsaan. Pelabuhan Ende menjadi simbol penghubung antara Sukarno dengan
dunia luar.

Gambar 2 Pelabuhan Ende
Sumber : http://www.bungkarnodiende.com

2. Pos Militer
Di tempat inilah ketika pertama kali di Ende, pegawai yang mengawal Bung Karno
dari Surabaya menyerahkan beliau kepada pemerintah setempat. Begitu tiba di Ende, Bung
Karno dan keluarganya di bawa oleh prajurit Belanda menuju sebuah Pesanggrahan yang
saat ini menjadi Markas Polisi Militer (POM). Di pos ini pula Bun Karno harus melapor
secara rutin. Di Ende, ruang gerak Bung Karno sangat dibatasi. Ia tak boleh pergi lebih dari
5 km dari Ende. Walupun serba dibatasi secara fisik namun Bungkarno tetap mengobarkan
semangat juang kebangsaan, baik melalui komunikasi surat maupun karya budaya.Pos
Militer saat ini digunakan sebagai Kantor Polisi Militer di Kabupaten Ende yang letaknya di
jalan Kartini.


Gambar 3 Pos Polisis Milter
Sumber : http://www.bungkarnodiende.com

3. Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah pengasingan Bung karno selama di Ende terletak di Jln. Perwira. Rumah ini
menghadap ke timur dengan luas bangunanya 9 x 18 m2 dan memiliki tiga kamar yang
berderet satu kamar tidur untuk Bung Karno, satu kamar untuk Ibu Inggit bersama Ibu
Amsih, dan satu kamar lagi untuk ruang tamu.. Rumah ini pada awalnya merupakan rumah
milik warga ende yaitu H.Abdullah Ambuwaru yang kemudia dikontrak oleh Bung Karno. Di
belakang rumah ini juga ada sebuah ruangan yang sering digunakan Bung Karno untuk
salat dan bermeditasi. Masih membekas dua telapak tangan Bung Karno ketika ia bersujud.
Ada juga sebuah sumur yang airnya masih dapat digunakan hingga sekarang. Pada saat ini
bangunan tersebut tidak ada yang berubah dari tahun 1927 kecuali seng yang sering bocor
disaat musim hujan. Selain itu. Bangunan pertama berupa bangunan yang menghadap timur
yang memiliki 6 buah ruangan dan sebuah serambi belakang. Bangunan kedua berupa
bangunan yang menghadap ke utara yang memiliki 5 ruangan. Bagian timur dan selatan
situs dibatasi oleh pagar besi yang dikombinasi dengan pilar campuran semen, bagian barat
dibatasi oleh tembok berbahan batako dan di sisi utara dibatasi tembok rumah penduduk
dan pagar besi.
Rumah ini sejak tahun 1954 resmi dijadikan museum dan setelah Indonesia
merdeka, Bung Karno sudah tiga kali berkunjung, yaitu tahun 1951, 1954 dan 1957. Tahun
1952 rumah ini pernah dijadikan Kantor Sosial Daerah Flores dan tempat bersidang DPRD
Flores. Dirumah ini masih tersimpan naskah- naskah tonil Bung Karno selama pengasingan
antara lain “Dokter Setan”, “Aero Dinamik”, “Jula Gubi”, dan “Siang Hai Rumbai”. “Rahasia
Kelimutu”, “Tahun 1945”, “Nggera Ende”, “Amuk”, “Rendo”, “Kutkutbi”, “Maha Iblis”, dan
“Anak Jadah”. Naskah-naskah tonil tersebut digunakan Bung Karno untuk mengobarkan
semangat rakyat merebut kemerdekaan.

Gambar 4 Rumah Pengasingan Bung Karno
Sumber : http://www.bungkarnodiende.com

4. Taman Bung Karno
Lokasi ini merupakan tempat beristirahat/bersantai Bung Karno di dekat pantai
pelabuhan Ende.Terdapat pohon Sukun, Mahoni dan Asam Jawa. Letaknya berapa di
Tengah Kota Ende dan langsung menghadap ke Laut. Di taman perenungan Bung Karno ini
sebuah patung Bung Karno yang menghadap ke sebuah pohon Sukun. Pohon Sukun itulah
yang menjadi saksi perenungan Bung Karno selama dalam masa pengasingan. Selama
dalam masa pengasingan itu Bung Karno tinggal dalam suatu rumah yang letaknya tidak

jauh dari taman perenungan ini, hampir setiap sore hari, Bung Karno ke pantai, merenung
dan membaca di bawah pohon sukun. Berdasarkan beberapa sumber bahwa pohon sukun
yang ditanam Soekarno tumbuh dengan bercabang lima berdasarkan butir-butir dari
pancasila. Saat ini, telah menjadi area taman dengan patung Bung Karno di pusat taman.
Serta perkerasan conblock dan keramik. Diyakini gagasannya yang cemerlang akan
Falsafah Negara Pancasila terlahir dalam proses permenungannya di bawah pohon Sukun
ini. Dan ini diakui sendiri oleh Presiden Soekarno pada saat kunjungan kerja ke Ende tahun
1955. Pohon sukun yang menjadi naungan Bung Karno saat itu telah tumbang di tahun 60an karena termakan usia dan sekarang adalah pohon kedua yang ditanam kembali sebagai
duplikat untuk mengenang tempat Bung Karno merenungkan Dasar Negara dan pohon ini
tumbuh subur dengan lima cabang yang diyakini oleh masyarakat Ende sebagai perwujudan
ke-lima sila dari Pancasila.

Gambar 5 Taman Bung Karno dan Pohon Sukun
Sumber : http://endefloresntt.blogspot.com

5. Masjid Ar-Rabithah.

Selama pengasingan di Ende, Bung Karno sering mengikuti shalat Jumat di masjid
ini. Masjid ini letaknya di jalan masjid, kelurahan Kota Ratu dan juga merupakan masjid
pertama yang ada di Kabupaten Ende.Kondisi bangunan saat ini cukup baik dan mengalami
beberapa pemugaran. Masjid ini bukan masjid yang dibangun oleh Bung Karno melainkan
bangunan masjid yang sudah ada yang digunakan penduduk sekitar melakukan ibadah
setiap hari.Saat ini masjid tersebut digunakan sebagai tempat ibadah pada umumnya.
Kondisi bangunannya cukup baik dan terawat.

Gambar 6 MAsjid Ar-Rabithah
Sumber : http://endefloresntt.blogspot.com

6. Gedung pertunjukan Immaculata atau percetakan nusa indah.

Sebuah bangunan gedung tua yang sering di gunakan oleh Bung Karno untuk
mementaskan drama/ tonil hasil tulisannya selama masa pembuangan di Ende . Di tempat
ini telah dipentaskan tonil drama karya Bung Karno dengan tema-tema perjuangan melawan
penjajah. Lokasi bangunan gedung ini terletak di jalan Kathedral yang berjarak kurang lebih
1 km dari pusat kota Ende. Dokter Syaitan merupakan salah satu sandiwara hasil garapan
yang dipentaskan dan dilakoni oleh masyarakat lokal yang juga merupakan rekan
seperjuangan

Bung

Karno.

Suatu

upaya

pencerdasan

masyarakat

disamping

membangkitkan rasa kebersamaan dan nasionalisme lewat dunia seni. Sesuatu yang dapat
membangun kesadaran, mencetus opini bahwa kemauan dan kreativitas tak akan pernah
dapat dipadamkan oleh intimidasi dan kondisi terbelenggu.
Tercatat, ada 13 karya drama yang telah dihasilkan oleh Bung Karno. Saat ini
kondisi bangunan kurang terawat, beberapa bagian bangunan mengalami kerusakan. Telah
ada perubahan pada beberapa elemen bangunan, seperti jendela dan tritisan. Tidak ada
penanda yang menunjukkan Bung Karno pernah memanfaatkan bangunan tersebut untuk
pertunjukan tonil.

Gambar 7 Penerbit Nusa Indah & Gedung Immaculata
Sumber : http://endefloresntt.blogspot.com

7. Rumah Pastoran
Merupakan tempat Bung Karno berinteraksi dengan para pastor. Di tempat ini
presiden kita dipinjami ruang untuk membaca dan menulis. Selain itu presiden kita sering
berdikusi dengan para pastor-pastor adalah Pastor P. Gerardus Huijtink dan Pastor Dr. Jan
(Johanes) Bouma, yang banyak disebut Bung Karno, ketika berbicara tentang masa-masa
pembuangannya di Ende (14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938). Kedua orang Belanda
inilah yang menjadi teman berbincang sekaligus lawan diskusinya.. Kondisi saat itu
bangunan masih cukup terawatt dan hingga sekarang bangunan tersebut masih digunakan
sebagai rumah pastoran di Kabupaten Ende.

Gambar 8 Gedung Pastoran
Sumber : http://www.bungkarnodiende.com

8. Eks Toko De Leew
Toko De Leew merupakan tempat Bung Karno berkirim surat ke sahabatsahabatnya. Pada saat ini bangunan aslinya sudah hilang dan digantikan menjadi tempat
perdagangan pakaian atau sejenis ruko.

Gambar 9 Toko De Law
Sumber : http://endefloresntt.blogspot.com

9. Makam Amsi.
Makam Amsi merupakan tempat peristirahatan terakhir mertua Bung Karno (ibunda
Inggit) di Ende. Ibu Amsi memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat dan
motivasi Soekarno selama di pengasingan di kota Ende. Makam Ibu mertua Bung Karno
(Ibu Inggit Gunarsih) atau yang lebih dikenal dengan nama Ibu Amsi yang ikut menemani
Bung Karno selama menjalani masa pembuangan/ pengasingan di Ende dari tahun 1934 1938. Makam ini terletak di sebuah kompleks pemakaman keluarga pejuang kemerdekaan
dari Ende Bharanuri yang berada di wilayah Kelurahan Rukun Lima Kecamatan Ende
Selatan dengan jarak sekitar 1,5 km dari pusat kota. Tidak ada yang istimewa dalam makam
ini. Hanya berupa beratapkan seng dengan empat tiang sebagai penahannya. Sebuah
realitas yang memperkuat anggapan bahwa sebuah perjuangan menuntut pengorbanan dan
pejuang sejati rela mengorbankan segalanya.

Gambar 9 Makam Ibu Amsi
Sumber : http://endefloresntt.blogspot.com

Kesimpulan
Secara umum bangunan peninggalan Bung Karno masih tetap terjaga,
namun ada beberapa bangunan yang sudah rusak atau punah. Seperti Eks toko
Toko De Leew yang digantikan fungsinya sebagai tempat perdagangan dan gedung
Imacaluta yang biasa digunakan Bung Karno untuk mementaskan drama/ tonil hasil
tulisannya selama masa pembuangan di Ende yang kondisinya tidak terawat. Oleh karena
itu pemerintah Kabupaten Ende perlu melestarikan dan menjaga bangunan-bangunan
tersebut agar tidak hilang atau termakan usia. Sejauh ini pemerintah Kabupaten Ende telah
menjalis kerja sema dengan Yayasan Ende Flores yang didirikan atas inisiatif Prof.Dr
Boediono (Mantan Wakil Presiden RI) yang diketuai oleh Dr.Ignad Kleden. Namun sejauh ini
masih 2 tempat Bung Karno yang sudah di renovasi yaitu rumah pengasingan Bung Karno
dan Taman perenungan Bung Karno.Berdasarkan beberapa sumber di Kabupaten Ende
merupakan kota dimana dasar negara pancasila dilahirkan, hal ini diperkuat disaat
kedatangan Bung Karno pada tahun 1950 pada saat itu. Selain itu bangunan tersebut
bias dikembangkan menjadi wisata sejarah.

Daftar Pustaka

Antariksa. Pelestarian Bangunan Kuno Bersejarah Di Kota Malang
Azizu N.N, Antariksa, Wardhani D.K, Pelestarian Kawasan Benteng Keraton Buton. Jurusan
PWK, Universitas Brawijaya
Perkasa P (2010). Konservasi Bangunan Bersejarah di Desa Bahu Palawa. Universitas
Kristen Palangkaraya.Vol.5 No.1
Utomo T.P, Tipologi dan Pelestarian Bangunan Bersejarah, Jurnal Ornamen Vol.2, Ni 1
Januari 2005. STSI Surakarta
Wiraswati A.V. Rimadewi S (2012). Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbesais
Partisipasi Masyarakat, Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1
Dari Internet
http://eprints.undip.ac.id/40744/2/Bab_2.pdf
http://www.bungkarnodiende.com/id/tentang-kami/yayasan-ende-flores#&panel1-1
http://diasporaiqbal.blogspot.com/2014/05/rumah-pengasingan-bung-karno-di-ende.html
https://caderabdul.wordpress.com/2013/09/15/bung-karno-dan-pohon-sukun/
https://rosodaras.wordpress.com/tag/ende/