keterkaitan faktor eksternal dan interna

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN
DIFUSI
“Keterkaitan Faktor Eksternal dan Faktor Internal”

Disusun oleh:
Nama

: Tutik Wulandari

NIM

: K4312065

Kelas

:B

Kelompok

:7


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

I.

II.

JUDUL
Pengaruh Perbedaan Jenis Larutan sebagai Faktor Eksternal dan Jenis
Biji sebagai Faktor Internal Terhadap Panjang Radikula
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pengaruh perbedaan jenis larutan sebagai faktor
eksternal dan jenis biji sebagai faktor internal terhadap

III.

panjang


radikula ?
TUJUAN
Mengetahuibagaimanakah pengaruh perbedaan jenis larutan sebagai
faktor eksternal dan jenis biji sebagai faktor internal terhadap panjang
radikula ?

IV.

DASAR TEORI
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponenkomponen benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tanaman baru (Ashari, 2006). Tipe perkecambahan ada dua
jenis dan yang membedakannya adalah letak posisi keping benih
(kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal
germination) dan kedua adalah tipe hipogeal (hypogeal germination).
Apabila keping benih terangkat di atas permukaan tanah dinamakan tipe
epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap tinggal di dalam tanah
disebut hipogeal. Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal
adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil
secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas

permukaan tanah.hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang
teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi
kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum
sativum).(Pratiwi. 2006). Tipe perkecambahan pada biji sebagai berikut :

Bewley & Black (1985) menyatakanperkecambahan yang sempurna
ditandai dengan penetrasi struktur embrio beruparadikula dari testa benih.
Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapatmenghasilkan
kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Padatingkat

sel, tahapan metabolisme dan imbibisi terjadi pada benih dorman danbenih
non-dorman

saat

sebelum

perkecambahan.

Proses


metabolisme

perkecambahan benih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih adalah
sifat dormansi dan komposisi kimia benih. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap perkecambahan benih adalah air, gas, suhu dan
cahaya
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perkecambahan
ialah faktor kedalaman tanam. Semakin dalam kedalaman tanam maka
benih yang ditanam akan semakin sulit tumbuh. Sebaliknya apabila benih
ditanam pada kedalaman tanam yang dangkal, benih akan mudah tumbuh.
Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang terdapat di dalam tanah. Kadar
oksigen akan semakin menurun dengan semakindalam lapisan tanah
(Ashari, 2006). Menurut Sutopo (2002) pada saat proses perkecambahan
berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan
energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan proses
perkecambahan benih.
Benih merupakan hasil perkembangbiakan secara generatif namun

ada pula yang mengatakan bahwa benih merupakan hasil dari
perkembangbiakan secara vegetatif. Terkait dengan hal itu pengertian benih
lebih cenderung kepada hasil perkembangbiakan tanaman secara vegetatif
maupun generatif (Kamil, 1985). Kualitas benih dapat dilihat dari
persentase

perkecambahan,

salah

satu

uji

konvensional

yaitu

mengecambahkan biji dan ditunggu sampai waktu tertentu sampai biji -biji
berkecambah (Saupe, 2009)

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau
bibit tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman.
Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya
radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar.
Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses

respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan
diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan
kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan
untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Sadjad,
1975).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwaperistiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang
sedang tumbuh – tergantung pada variabilitas benih, kondisi lingkungan
yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan
dormansi. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak
permeabel dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji
untuk membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air, dan Cara
mekanik. (Harjadi, 1986). Biji akan bekecambah setelah mengalami masa
dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih
berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang

tahan atau impermeabel, atau adanya penghambat tumbuh (Hidayat, 1995).
Daya hidup biji cukup tinggi. Persentase daya kecambahnya dalam 8 hari
mencapai 80%, bila biji yang dikecambahkan itu sebelumnya direndam
dalam air panas (80o C) selama 2-3 menit. Persentase ini dapat ditingkatkan
lagi

dengan

melakukan

pengocokan

dengan

air

panas.Dormansi

digambarkan sebagai peristiwa benih yang berkecambah, tidak akan
berkecambah walaupun faktor lingkungan mendukung untuk terjadinya

perkecambahan (Kuswanto,1996).
Proses Perkecambahan Biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1984)
1. Penyerapan air. Air masuk secara imbibisi dan osmosis melalui kulit biji
yang menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm hingga kulit
biji pecah dan radikula keluar.
2. Pencernaan. Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa
bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil,
sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan
dinding sel. Makanan cadangan utama pada biji yaitu pati, hemiselulosa,

lemak, protein. Aaktivasi enzim dilakukan oleh air setelah terjadinya
imbibisi. Enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau
kotiledon untuk mencerna cadangan makanan
3. Pengangkutan zat makanan. Hasil pencernaan diangkut dari jaringan
penyimpanan makanan menuju titik-titik tumbuh pada embrionik axis,
radicle dan plumulae. Biji belum punya jaringan pengangkut, sehingga
pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke
sel hidup lainnya
4. Asimilasi.


Merupakan tahapan terakhir dalam penggunaan cadangan

makanan. Merupakan proses pembangunan kembali, misalnya protein
yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi
protein baru. Tenaga atau energi berasal dari proses pernapasan
5. Pernafasan

(Respirasi).

Merupakan

proses

perombakan

makanan

(karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana dengan membebaskan
sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi pada embrionik axis setelah
cadangan habis baru beralih ke endosperm atau kotiledon. Aktivasi

respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus kulit.
6. Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis: Pembesaran
sel-sel yang sudah ada, Pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik
tumbuh Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan
untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit
biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk
berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan
dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio. Skema proses perkecambahan sebagai berikut :

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji
yaitu sebagai berikut:
1. Faktor dalam
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki
cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum

sempurna.
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan

berat mengandung cadangan

makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada
jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan
penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat
perkecambahan.
c. Dormansi
Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih- benih
sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi
yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat
berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan

benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2. Faktor Luar
a. Air
Perkembangan benih tidak akan dimulai apabila air belum terserap
masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen ( Darjadi,
dkk.1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai
55 persen (Kamil. 1979)
b. Suhu
Suhu

optimal

berlangsungnya

adalah

suhu

perkecambahan

yang
benih

paling

menguntungkan

dimana

presentase

perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara
26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002).
c. Oksigen
Oksigen juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dimana
pada Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo,
2002).
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,
kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).
e.

Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan
bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo,
2002).

Kacang merah atau kacang jogo (kacang buncis tipe tegak)
termasuk famili Leguminosa genus Phaseolus, dan spesies Vulgaris
(Rachmawan, 2001). Kacang merah merupakan tanaman semak yang
tegak dan ada yang merambat. Tinggi tanaman kacang merah sekitar 3,5 –
4,5 meter, warna biji bertotol-totol merah tua dan buahnya berbentuk
polong memanjang, sedikit lebih panjang dibandingkan buncis. Jumlah biji
kacang merah sekitar 2-3 biji dalam satupolongnya (Zebua, 2009).Struktur
biji kacang merah pada umumnya kacang merah tidak mempunyai
endosperma. cadangan makanan disimpan dalam kotiledon (daun embrio)
pada saat berkecambah , plumula (ujung embrio) / ujung calon
berkecambah diselubungi oleh koleorhiza . bagian batang pada kecambah
diatas kotiledon disebut hipokotil.Kacang merah memiliki struktur kulit
yang licin dan halus.Kacang merah kering merupakan sumber protein
nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, tiamin, kalsium, fosfor, dan
zat besi. Kacang merah memiliki kandungan lemak dan natrium yang
sangat rendah, mengandung sedikit lemak jenuh, serta bebas kolesterol
Kandungan gizinya, dalam 100 gram kacang merah terdapat energi sebesar
336 kilokalori, protein 23,1 gram; karbohidrat 59,5 gram; lemak 1,7 gram;
kalsium 80 miligram; fosfor 400 miligram; dan zat besi 5 miligram.
Selain itu juga terdapat vitamin B1 0,6 miligram. Itu artinya, kacang
merah memiliki kandungan karbohidrat kompleks yang lebih tinggi dari
pada kandungan protein. Kacang merah mengandung lebih dari 50% dari
protein globulin, 30% protein albumin dan 30% protein glutein dari total
protein.
Struktur biji kacang hijau terluar terdiri atas kulit, hilum, mikrofil,
dan khalaza. Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji
kacang hijau karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus
menjadi penutup dan pelindung embrio. Kulit biji berperan dalam
menentukan derajat dan kecepatan imbibisi air. Jumlah air yang diserap
benih menentukan kecepatan berkecambah benih. Hsu et al. (1983)
melaporkan suhu, konsentrasi larutan, dan kadar air awal benih berkorelasi

kuat dengan laju penyerapan air maksimal pada biji kacang- kacangan dan
jaringan palisade menjadi faktor penentu permeabilitas kulit biji.
Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah
ukuran dan warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan
biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras
lebih tinggi daripada varietas berbiji besar, makin besar ukuran biji maka
kandungan biji keras makin. Oleh karena itu, kacang hijau yang berbiji
besar dan biji berwarna hijau kusam lebih disenangi petani karena rasanya
lebih enak (pulen) serta harga jualnya lebih tinggi daripada yang berbiji
kecil. Karakterisasi terhadap kacang hijau berbiji besar 70−73 g/1.000 biji
(Hakim,

2008).Warna

biji

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi mutu bijikacang hijau. Kacang hijau yang berwarna hijau
kusam mempunyai mutu lebihkarena rasanya lebih enak (pulen) dan bila
dibuat bubur lebih tahan basidaripada yang berwarna hijau mengkilat
(Hakim, 2008).
Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi
adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor antara lain keadaan biji (keadaan khusus yang
menghambat perkecambahan biji kacang hijau adalah tidak mempunyai
endosperm sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji),
permeabilitas kulit biji, dan tersedianya air di sekeliling biji (Abidin, 1991)
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak
mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara keping biji.
Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah
jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai
umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan
tanah. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan
janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum)
yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat

mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses
pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau,
coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji
kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian
selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut
harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.
Kulit biji kedelai hitam sendiri cukup impermiabel dikarenakan
beberapa faktor antara lain karena keberadaan kutikula berlilin,
konsentrasi kalsium yang inggi dan fosfor yang rendah pada kulit biji,
adanya lapisan fenolik, tingginya kadar xilosa, sedikitnya pori pada kulit
biji, adanya substansi berlilin antar sel- sel palisade kulit biji, dan
lignifikasi pada sel- sel palisade tersebut. Menurut Futura et. al., (2002)
bahwa

kedelai

Anthosianin

berkulit

tinggi

hitam

mempunyai

mengandung
aktivitas

banyak

antioksidan

anthosianin.
besar,

juga

mempunyai kandungan 1,1 – diphenyl –2- picrylhydrazyl (DPPH) dan O2.
Ekstrak kedelai hitam yang direbus mengandung liver tert-butyl
hydroperoxide (t-BuOO) yang tinggi dan mencegah kuat generasi dari
thiobarbituric acid-reactive substances (TBARS) yang menyebabkan
gangguan pada hati. Sehingga kedelai berkulit hitam penting untuk
diperhatikan karena merupakan bahan dari produk makanan sehat dari
kedelai. Wang dan Prior (1997) dan Tsuda et. al., (1994) cit. Futura et. al.,
(2002) menerangkan bahwa pigment anthosianin mempunyai antioksidan
yang lebih tinggi dibandingkan tocoperol.
Kacang tunggak (Vigna unguiculata {L.} Walp) termasuk keluarga
Leguminoceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat yang
didasarkan atas keberadaan tetuanya, baik yang dibudidayakan maupun
jenis liar. Kacang tunggak tergolong tanaman bahan pangan, pakan, dan
bahan baku industri. Potensi hasil biji kacang tunggak cukup tinggi yaitu
dapat mencapai 1,5 – 2 ton/ha tergantung varietas, lokasi, musim tanam,
dan budidaya yang diterapkan. Kacang tolo mempunyai kulit ari yang
relatif sulit dipisahkandibandingkan dengan kulit ari kacang kedelai

sehingga

diperlukanpengupasan

kulit

ari

secara

kering

dengan

menggunakan mesinkulit kedelai dan secara basah dengan perendaman
dalamair selama semalam. Buah kacang berbentuk polong dengan panjang
rata-rata antara 7.5-45 cm. Biji kacang tunggak berbentuk bulat panjang,
berwarna merah tua, hitam atau putih dan mempunyai kelekukan di
tengahnya ( Andarwulan dan Hariyadi, 2005 ). Kacang tunggak kaya akan
asam

amino

lisin

tetapi

defisiensi

akan

asam

amino

sulfur.

Kandunganprotein kacang tolo relatif tinggi, yaitu sebesar 22,9 g/100 g
danmengandung

lisin

yang

tinggi,

sehingga

dapat

menyempurnakankualitas protein biji-bijian (Sadikin Somaatmadja, 1990).
Biji kacang tanah terdapat di dalan polong. Kulit luar (testa)
bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di
dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keeping biji, diliputi oleh kulit ari
tipis (tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung
agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi di dalam
polong (Adisarwanto dan Wudianto, 1998).
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang
ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa
manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50%
sakarosa. (Ansel et al., 2005).
Bahan utama sirup adalah gula pasir atau sukrosa dan air. Gula
pasir atau sukrosa memiliki fungsi utama sebagai pemanis. Sedangkan
fungsi lainnya adalah sebagai pengawet dan penambah citarasa karena
karena bersifat mengental. Pada pembuatan sirup dibutuhkan suatu bahan
pengikat yang juga berfungsi sebagai pembentuk dan pemantap sistem
dipersi

homogen,

agar

tidak

terjadi

pengendapan

pada

waktu

penyimpanan. Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah Carboxy
Methil Cellulosa (CMC). (Zatnika & Bachtiar, 1996)
Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam
siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3NA. Nama lain dari siklamat
adalah

natrium

sikloheksisulfamat

atau

natrium

siklamat.

Dalam

perdagangan, siklamat dikenal dengan mana assugin, sucaryl atau sucrosa.
Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang
disenangi. Garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak
berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, intensitas kemanisannya ±
30 kali kemanisan sukrosa. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin
bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan sebagai bahan
pengawet ( Indri Ambarsari. 2008)

(Cahaya Wisnu, 2005 :67-77)
Siklamat dalam bentuk garam Ca- dan Na- siklamat mempunyai
kelarutan tinggi dalam air (1 g/4-5 ml), bersifat elektrolit kuat, terionisasi
kuat dalam larutan encer, serta mempunyai Sedikit kapasitas bufer (Furia,
1980). Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan
pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti
sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam
pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng.
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa
rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan.
Asam askorbat atau vitamin C merupakan salah satu bentuk
antioksidan yang secara alami terdapat pada tumbuhan. Askorbat merupakan
senyawa metabolit utama pada tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai
antioksidan, yang melindungi tanaman dari kerusakan oksidatif yang
dihasilkan dari metabolisme aerobik, fotosintesis dan berbagai polutan.
Askorbat juga merupakan kofaktor untuk beberapa enzim hidroksilase
(misalnya prolyl hidroksilase) dan violaxanthin de-epoxidase. Askorbat
berada di dinding sel di mana ia adalah baris pertama pertahanan terhadap
ozon (Smirnoff, 1996).

Asam askorbat mempunyai peranan penting dalam perkecambahan
dan pertumbuhan tanaman. Khan et al. (2006) menyatakan bahwa aplikasi
asam askorbat dapat membantu meningkatkan perkecambahan dengan
menetralisasi radikal superoksida atau oksigen tunggal.Asam askorbat,
berlimpah, molekulnya relatif kecil dalam tanaman, memainkan peran ganda
dalam pertumbuhan tanaman, berfungsi dalam pembelahan sel, perluasan
dinding sel, dan proses perkembangan lainnya. Selain itu, asam askorbat
adalah substansi kunci dalam jaringan antioksidan tanaman, termasuk
glutathione dan antioksidan enzimatik yang mendetoksi H 2O2 untuk
menangkal radikal oksigen yang dihasilkan oleh reaksi Mehler dan
fotorespirasi (Noctor dan Foyer, 1998 dalam Behairy, 2012)Air adalah
kebutuhan dasar untuk perkecambahan benih yang penting untuk aktivasi
enzim, perombakan cadangan makanan, translokasi dan penggunaan
cadangan makanan. Proses pertama yang terjadi selama perkecambahan
adalah pengambilan air melalui proses imbibisi. Copeland & Mc.Donald
(2001)

menyatakan

imbibisi

tergantung

pada

komposisi

benih,permeabilitas kulit benih dan ketersediaan air.
V.

HIPOTESIS
Jenis larutan dan jenis biji berpengaruh terhadap panjang radikula

VI.

Alat dan Bahan
Alat :
1. Gelas ukur
2. Pinset
3. Kertas label
4. Cawan Petri
5. Mistar
Bahan :
1. larutan gula
2. larutan MSG
3. larutan garam
4. larutan KCL

( 1 buah )
( 2 buah )
(secukupnya)
(6 buah)
(1 buah)
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )

kimia

5. larutan sakarin
6. larutan KNO3
7. larutan sirup
8. larutan NPK
9. larutan vanili
10. larutan ZA
11. larutan vitamin C
12. biji kacang kedelai putih
13. biji kacang hijau
14. biji kacang tanah
15. biji kacang merah
16. biji kacang kedelai hitam
17. biji kacang tolo
18. air kran
19. kapas
VII. CARA KERJA

( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 100 ml )
( 6 biji )
( 6 biji )
( 6 biji )
( 6 biji )
( 6 biji )
( 6 biji)
(100 ml)
( 9 gram)

1. Mencatat panjang radikula masing-masing biji pada H0, dihitung dari
panjang radikula pertama setelah dinyatakan patah dormansi.
2. Menghitung pertambahan panjang radikula setiap hari selama 1 minggu
pada masing-masing biji.
3. Merata-rata pertambahan panjang radikula di setiap harinya pada jenis biji
yang sama.
4. Mencatat hasil perhitungan pertambahan panjang radikula di setiap
harinya pada tabel pengamatan kelompok.
5. Memasukkan data pada setiap kelompok di tabel data angkatan.
6. Menganalisis data yang diperoleh
VIII.

DATA PENGAMATAN

Jenis
larutan

1

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang kedelai putih
Hari ke
2
3
4
5
6

7

Larutan
Sirup

4,2

15,4

6,2

4

1,4

1,8

1,33

1%
Larutan

8,5

20,17

3,83

7,78

18

18,33

1,67

Vitamin
C 1%
Kontrol

12

Jenis
larutan

1

Larutan

1%
Kontrol

Larutan

22.83

2

29

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang hijau
Hari ke
2
3
4
5
6

0

7

14

5,8

6,5

3,7

2,8

0

11,4

13,4

9,5

7,5

5,5

6,67

3,17

21,67

22,5

25

27

0

0

0

Jenis
larutan

17.17

4

Sirup 1%
Larutan
Vitamin C

26.5

1

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang tanah
Hari ke
2
3
4
5
6

7

2

2,3

2,7

4

4,3

7,5

2

Vitamin

3,5

11,5

7,5

1

13

4,25

1,33

C 1%
Kontrol

5,5

14,67

11,83

15

5,75

10

3,3

Sirup1%
Larutan

Jenis
larutan

1

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang merah
Hari ke
2
3
4
5
6

7

Larutan
Sirup

0

12,75

4,5

5,5

4,25

3,2

15,6

0

7,76

21,17

11,5

9,67

8,17

2,67

1%
Larutan
Vitamin
C 1%

Kontrol

6

Jenis
larutan

1

16,33

16,33

5,67

3,9

7,3

0

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang kedelai hitam
Hari ke
2
3
4
5
6

7

Larutan
Sirup

0

0

0

0

0

0

0

Vitamin

0

0

0

0

0

0

0

C1%
Kontrol

0

0

0

0

0

0

0

1%
Larutan

Jenis
larutan

1

Pertambahan panjang radikula dalam 7 hari (mm)
Kacang tolo
Hari ke
2
3
4
5
6

7

Larutan
Sirup

2,7

6

4,2

6,7

2,2

1,8

5

Vitamin

9,4

11,6

4

9,83

12,8

7,6

2,33

C 1%
Kontrol

17,4

32,8

16,17

20,17

0

0

0

1%
Larutan

Grafik
Biji Kedelai Putih

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Kedelai Putih dalam 7 hari (mm)
35
30
25
LARUTAN SIRUP 1%
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

P
e
rta
m
b
a
h
a
np
a
n
ja
n
gra
d
ik
u
la(m
m
)

20
15
10
5
0

1

2

3

4

5

6

7

Hari ke-

Biji Kacang Hijau

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Hijau dalam 7 hari (mm)
30
25

Pertam
b
ah
anp
an
jan
grad
iku
la(m
m
)

20

Biji kacang tanah

LARUTAN SIRUP 1 %
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

15
10
5
0

1

2

3

4

Hari ke-

5

6

7

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Tanah dalam 7 hari (mm)
16
14

Pertam
b
ah
anp
an
jan
grad
iku
la(m
m
)

12
10

LARUTAN SIRUP 1%
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

8
6
4
2
0

1

2

3

4

5

6

7

Hari ke -

Biji Kacang Merah

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Merah dalam 7 hari(mm)
25

Pertam
b
ah
anp
an
jan
grad
iku
la(m
m
)

20
15

LARUTAN SIRUP 1%
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

10
5
0

1

2

3

4

Hari ke-

Biji Kedelai Hitam

5

6

7

P
e
rta
m
b
a
h
a
np
a
n
ja
n
gra
d
ik
u
la(m
m
)

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Kedelai Hitam dalam 7 hari (mm)
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

LARUTAN SIRUP 1%
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

1

2

3

4

5

6

7

Hari ke-

Biji Kacang Tolo

Pertambahan Panjang Radikula Kacang Tolo dalam 7 hari (mm)
35
30

Pertam
bahanpanjangradikula(m
m
)

25
LARUTAN SIRUP 1 %
LARUTAN VITAMIN C 1%
KONTROL

20
15
10
5
0

1

2

3

4

5

6

7

Hari ke-

IX.

PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Jenis Larutan sebagai

Faktor Eksternal dan Jenis Biji sebagai Faktor Internal Terhadap Panjang
Radikula” ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis larutan
sebagai faktor eksternal dan jenis biji sebagai faktor internal terhadap panjang
radikula.

Prinsip kerja dari praktikum ini adalah mencatat panjang radikula
masing-masing biji pada H0, dihitung dari panjang radikula pertama setelah
dinyatakan patah dormansi, dilanjutkan dengan menghitung pertambahan
panjang radikula setiap hari selama 1 minggu pada masing-masing biji. Setelah
mendapat data, membuat rata-rata pertambahan panjang radikula di setiap hari
pada jenis biji yang sama. Mencatat hasil perhitungan pertambahan panjang
radikula di setiap harinya pada tabel pengamatan kelompok.Menganalisis data
yang diperoleh.
Berdasarkan data pengamatan yang telah ditransformasikan ke grafik
menunjukkan bahwa :
a. Kacang Hijau
Perkecambahan kacang hijau pada perlakuan dengan pemberian
larutan vitamin C 1% pada hari pertama panjang radikulanya sebesar 11,4
mm, hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 13,4 mm, hari
ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar 9,5 mm, hari keempat
radikulanya bertambah panjang sebesar 7,5 mm, hari kelima radikulanya
bertambah panjang sebesar 5,5 mm, hari keenam radikulanya bertambah
panjang sebesar 6,67 mm, dan hari ketujuh radikulanya bertambah panjang
sebesar 3,17 mm.
Perkecambahan kacang hijau pada perlakuan dengan pemberian
larutan sirup 1% pada hari pertama panjang radikulanya sebesar 4 mm,
hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 14 mm,, hari ketiga
radikulanya bertambah panjang sebesar 5,8 mm, hari keempat radikulanya
bertambah panjang sebesar 6,5 mm, hari kelima radikulanya bertambah
panjang sebesar 3,7 mm, hari keenam radikulanya bertambah panjang
sebesar 2,8 mm, dan hari ketujuh radikulanya radikulanya sudah tidak
dapat dihitung karena sudah tumbuh plumula. Kecambah yang sudah
muncul plumulanya dinamakan tanaman baru/ individu baru dan tidak
termasuk perhitungan dalam praktikum yang dilaksanakan.
Perkecambahan kacang hijau pada perlakuan dengan pemberian air
kran pada hari pertama radikulanya tumbuh sepanjang 21,67 mm, hari
kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 22,5 mm, hari ketiga
radikulanya bertambah panjang sebesar 25 mm, hari keempat radikulanya

bertambah panjang sebesar 27 mm, hari kelima sampai hari ketujuh
radikulanya sudah tidak dapat dihitung karena sudah tumbuh plumula.
Kecambah yang sudah muncul plumulanya dinamakan tanaman baru/
individu baru dan tidak termasuk perhitungan dalam praktikum yang
dilaksanakan.
b. Kacang Tanah
Perkecambahan kacang tanah pada perlakuan dengan pemberian
larutan sirup 1% pada hari pertama panjang radikulanya sebesar 2 mm,
hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 2,3 mm,, hari ketiga
radikulanya bertambah panjang sebesar 2,7 mm, hari keempat radikulanya
bertambah panjang sebesar 4 mm, hari kelima radikulanya bertambah
panjang sebesar 4,3 mm, hari keenam radikulanya bertambah panjang
sebesar 7,5 mm, dan hari ketujuh radikulannya bertambah panjang sebesar
2 mm.
Perkecambahan kacang tanah pada perlakuan dengan pemberian
larutan vitamin C 1% pada hari pertama panjang radikulanya sebesar 3,5
mm, hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 11,5 mm,hari
ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar

7,5 mm, hari keempat

radikulanya bertambah panjang sebesar 1 mm, hari kelima radikulanya
bertambah panjang sebesar 13 mm, hari keenam radikulanya bertambah
panjang sebesar 4,25 mm, dan hari ketujuh radikulannya bertambah
panjang sebesar 1,33 mm.
Perkecambahan kacang tanah pada perlakuan dengan pemberian air
kran pada hari pertama radikulanya tumbuh sepanjang 5,5 mm, hari kedua
radikulanya bertambah panjang sebesar 14,67 mm, hari ketiga radikulanya
bertambah panjang sebesar 11,83 mm, hari keempat radikulanya
bertambah panjang sebesar 15 mm, hari kelima radikulanya bertambah
panjang sebesar 5,75 mm, hari keenam radikulanya bertambah panjang
sebesar 10 mm dan hari ketujuh radikulanya bertambah panjang sebesar
3,3 mm.
c. Kacang Merah

Perkecambahan kacang merah pada perlakuan dengan pemberian
larutan sirup 1% pada hari pertama biji kacang merah belum
berkecambah , hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 12,75
mm,, hari ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar 4,5 mm, hari
keempat radikulanya bertambah panjang sebesar 5,5 mm, hari kelima
radikulanya bertambah panjang sebesar 4,25 mm, hari keenam radikulanya
bertambah panjang sebesar 3,2 mm, dan hari ketujuh radikulannya
bertambah panjang sebesar 15,6 mm.
Perkecambahan kacang merah pada perlakuan dengan pemberian
larutan vitamin C 1% pada hari pertama biji kacang merah belum
berkecambah, hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 7,76
mm,hari ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar21,17 mm, hari
keempat radikulanya bertambah panjang sebesar 11,5 mm, hari kelima
radikulanya bertambah panjang sebesar 9,67 mm, hari keenam radikulanya
bertambah panjang sebesar 8,17 mm, dan hari ketujuh radikulannya
bertambah panjang sebesar 2,67 mm.
Perkecambahan kacang merah pada perlakuan dengan pemberian air
kran pada hari pertama radikulanya tumbuh sepanjang 6 mm, hari kedua
radikulanya bertambah panjang sebesar 16,33 mm, hari ketiga radikulanya
bertambah panjang sebesar 11,83 mm, hari keempat radikulanya
bertambah panjang sebesar 16,33 mm, hari kelima radikulanya bertambah
panjang sebesar 5,67 mm, hari keenam radikulanya bertambah panjang
sebesar 7,3 mm dan hari ketujuh radikulanya sudah tidak dapat dihitung
karena sudah tumbuh plumula. Kecambah yang sudah muncul plumulanya
dinamakan tanaman baru/ individu baru dan tidak termasuk perhitungan
dalam praktikum yang dilaksanakan.
d. Kacang Kedelai Putih
Perkecambahan kacang kedelai putih pada perlakuan dengan
pemberian larutan sirup 1% pada hari pertama radikulanya bertambah
panjang sebesar 4,2 mm , hari kedua radikulanya bertambah panjang
sebesar 15,4 mm,, hari ketiga radikulanya bertambah panjang 6,2 mm,
hari keempat radikulanya bertambah panjang sebesar 4 mm, hari kelima

radikulanya bertambah panjang sebesar 1,4 mm, hari keenam radikulanya
bertambah panjang sebesar 1,8 mm, dan hari ketujuh radikulannya
bertambah panjang sebesar 1,33 mm.
Perkecambahan kacang kedelai putih pada perlakuan dengan
pemberian larutan vitamin C 1% pada hari pertama radikulanya bertambah
panjang sebesar 8,5 mm, hari kedua radikulanya bertambah panjang
sebesar 20,17 mm,hari ketiga radikulanya bertambah panjangsebesar3,83
mm, hari keempat radikulanya bertambah panjang sebesar 7,78 mm, hari
kelima radikulanya bertambah panjang sebesar 18 mm, hari keenam
radikulanya bertambah panjang sebesar 18,33 mm, dan hari ketujuh
radikulannya bertambah panjang sebesar 1,67 mm.
Perkecambahan kacang kedelai putih pada perlakuan dengan
pemberian air kran pada hari pertama radikulanya tumbuh sepanjang 12
mm, hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 26,5 mm, hari
ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar 17,17 mm, hari keempat
radikulanya bertambah panjang sebesar 22,83 mm, hari kelima
radikulanya bertambah panjang sebesar 2 mm, hari keenam radikulanya
bertambah panjang sebesar 29 mm dan hari ketujuh radikulanya sudah
tidak dapat dihitung karena sudah tumbuh plumula. Kecambah yang sudah
muncul plumulanya dinamakan tanaman baru/ individu baru dan tidak
termasuk perhitungan dalam praktikum yang dilaksanakan.
e. Kacang Tolo
Perkecambahan kacang tolo pada perlakuan dengan pemberian
larutan sirup 1% pada hari pertama radikulanya bertambah panjang sebesar
2,7 mm , hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 6 mm,, hari
ketiga radikulanya bertambah panjang 4,2 mm, hari keempat radikulanya
bertambah panjang sebesar 6,7 mm, hari kelima radikulanya bertambah
panjang sebesar 2,2 mm, hari keenam radikulanya bertambah panjang
sebesar 1,8 mm, dan hari ketujuh radikulannya bertambah panjang sebesar
5 mm.
Perkecambahan kacang tolo pada perlakuan dengan pemberian
larutan vitamin C 1% pada hari pertama radikulanya bertambah panjang

sebesar 9,4 mm, hari kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 11,6
mm,hari ketiga radikulanya bertambah panjang sebesar 4 mm, hari
keempat radikulanya bertambah panjang sebesar 9,83 mm, hari kelima
radikulanya bertambah panjang sebesar 12,8 mm, hari keenam radikulanya
bertambah panjang sebesar 7,6 mm, dan hari ketujuh radikulannya
bertambah panjang sebesar 2,33 mm.
Perkecambahan kacang tolo pada perlakuan dengan pemberian air
kran pada hari pertama radikulanya tumbuh sepanjang 17,4 mm, hari
kedua radikulanya bertambah panjang sebesar 32,8 mm, hari ketiga
radikulanya bertambah panjang sebesar 16,17 mm, hari keempat
radikulanya bertambah panjang sebesar 20,17 mm, hari kelima sampai hari
ketujuh radikulanya sudah tidak dapat dihitung karena sudah tumbuh
plumula. Kecambah yang sudah muncul plumulanya dinamakan tanaman
baru/ individu baru dan tidak termasuk perhitungan dalam praktikum yang
dilaksanakan.
f. Kacang Kedelai Hitam
Pada biji kacang kedelai hitam baik yang diberi perlakuan dengan larutan
sirup 1% ,larutan vitamin C 1%

dan air kran biji tidak mengalami

perkecambahan.
Analisis hasil pengamatan dari data diatas adalah sebagai berikut :
Secara umum faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji ada dua
yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor eksternal
Dalam percobaan ini faktor eksternal

yang

mempengaruhi

perkecambahan biji adalah jenis larutan. Larutan yang digunakan
dalam percobaan ini berupa larutan sirup 1% dan larutan vitamin C
1%. Sirup merupakanlarutan pekat dari gula yang ditambah obat atau
zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah
sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa. (Ansel et
al., 2005).Bahan utama sirup adalah gula pasir atau sukrosa dan air.
Gula pasir atau sukrosa memiliki fungsi utama sebagai pemanis.
Kandungan dalam sirup terdapat sakarosa, sakarosa merupaka gula
majemuk yang terdiri dari gabungan gula sederhana (glukosa dan

fruktosa). Gula memiliki kemampuan menghambat perkecambahan
pada biji, hal ini disebabkan karena ukuran molekul gula besar dimana
berkaitan dengan daya absorbsi air, semakin tinggi konsentrasi larutan
gula maka daya absorpsi airnya semakin kecil atau rendah. Larutan
vitamin C terdiri dari asam askorbat, asam askrobat senyawa metabolit
utama pada tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai antioksidan, yang
melindungi tanaman dari kerusakan oksidatif yang dihasilkan dari
metabolisme aerobik, fotosintesis dan berbagai polutan. Askorbat juga
merupakan kofaktor untuk beberapa enzim hidroksilase (misalnya
prolyl hidroksilase) dan violaxanthin de-epoxidase. Asam askorbat
mempunyai peranan penting dalam perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman. Khan et al. (2006) menyatakan bahwa aplikasi asam askorbat
dapat membantu meningkatkan perkecambahan dengan menetralisasi
radikal superoksida atau oksigen tunggal.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi perkecambahan biji dalam
percobaan ini adalah kelembaban, cahaya dan oksigen. Dalam
percobaan ini biji untuk perkecambahan disimpan di lemari yang gelap
dan tertutup sehingga mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke
dalam tempat penyimpanan biji, hal tersebut juga mempengaruhi
kelembaban di dalam tempat penyimpanan biji terlihat dari beberapa
biji yang ditumbuhi oleh jamur. Mikroorganisme jamur pada umumnya
tumbuh pada tempat yang memilki kelembaban rendah. Banyak
sedikitnya oksigen dipengaruhi oleh kelembaban dan intensitas cahaya.
b. Faktor internal
Faktor internal dalam percobaan ini berupa jenis biji, setiap biji
memiliki masa dormansi yang berbeda tergantung pada tingkat
kematangan biji tersebut. Selain masa dormasi struktur biji juga
mempengaruhi perkecambahan biji, misalnya pada biji kedelai hitam
dan kacang merah memiliki kulit biji yang keras tersusun atas empat
lapisan

lignin

sehingga

diperlukan

perlakukan

khusus

untuk

mematahkan masa dormansi biji dan melanjutkan perkembangan
selanjutnya. Pada percobaan ini selain biji kedelai hitam juga

menggunakan biji kacang hijau, kedelai putih, kacang merah, kacang
tanah dan kacang tolo. Untuk biji kacang hijau, kacang tolo dan
kacang kedelai putih cenderung memiliki lapisan kulit ari yang lunak
apabila direndam dalam air dalam waktu yang singkat, lapisan kulit ari
mudah mengelupas hal ini disebabkan karena proses imbibisi yang
cepat dibanding biji yang memiliki struktur lapisan kulit ari yang
keras.
Untuk biji kacang tanah cenderung memiliki masa dormansi yang
lama, hal ini disebabkan karena kandungan lemak lebih banyak di
banding dengan kandungan proteinnya. Peran protein dalam proses
dormansi sangat penting, karena mempengaruhi daya absorbsi air yang
sangat penting dalam proses imbibisi, dimana proses imbibisi
merupakan salah satu tahap dalam perkecambahan.
X. KESIMPULAN

XI.

Referensi
Abidin, Z. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung: Angkasa
Adisarwanto, T. dan R. Wudianto, 1999. Meningkatkan Hasil Panen
Kedelai di Lahan Sawah Kering dan Pasang Surut. Jakarta :Penebar
Swadaya
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI press. Jakarta. 490 pp.
Bewley, J.D dan M. Black. 1978.Physiology and biochemistry ofseeds in
relation to germinate.Berlin Heidelberg. New York
Darjadi, dkk., 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Dirjen Kehutanan
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. CV.Rajawali. Jakarta. 237pp.
Kamil, J. 1979. Teknologi benih. Angkasa Raya. Padang.
Hakim, L.,2008. Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Kacang Hijau.
Jurnal Penelitian. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Tanaman Pangan Bogor

Kuswanto, H. 1996. Dasar- dasar teknologi, produksi, dan sertifikasi
benih. Andi Offset. Yogyakarta
Sadjad, S. 1975. Proses Metabolisme Perkecambahan Benih dalam dasardasar Teknologi benih. Capita selekta. Departemen AgronomiBuku.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 138 p
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis
dan Suptropis Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Buku Gramedia Jakarta.
185 p
Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan
Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Pangan. Bogor

g. Lampiran
-

1 Lembar laporan sementara

-

1 Lembar perencanaan

-

1 lembar dokumentasi

-

Jurnal yang mendukung

Surakarta, 08 November 2014
Praktikan

Yunita Nur A.
NIM.K4132078