penjualan konsiyasi penjualan konsiyasi penjualan konsiyasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, tingkat persaingan di dunia bisnis

semakin keras. Ada beberapa strategi penjualan yang dilakukan perusahaan saat
ini, di antaranya adalah dengan penjualan secara konsinyasi. Saat ini penjualan
konsinyasi merupakan salah satu jenis penjualan yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan dalam kegiatannya untuk memperluas daerah pemasaran.
Penjualan konsinyasi merupakan pengiriman atau penitipan barang dari pemilik
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan. Pemilik barang disebut
dengan pengamanat(konsinyor) dan pihak yang dititipkan barang disebut dengan
komisioner (konsinyi).
B.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penjualan konsinyasi?
2. Apa saja karakteristik penjualan konsinyasi beserta sebab-sebab diadakan
perjanjian konsinyasi?

3. Apa saja hak dan kewajiban komisioner dalam perjanjian konsinyasi?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam penjualan konsinyasi?

C.

Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penjualan konsinyasi.
2. Mengetahui karakteristik penjualan konsinyasi dan sebeb-sebab diadakan
penjualan konsinyasi.
3. Mengetahui hak-hak dan kewajiban komisioner dalam perjanjian
konsinyasi.
4. Mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi dalam penjualan konsinyasi.

1

A.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengetian Penjualan Konsinyasi

Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang

menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamat,
sedang pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut consignee, factor,
commission merchant atau komisioner. Adapun pengertian penjualan menurut
Hadori Yunus Harnanto adalah:
“Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki
barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan
dengan memberikan komisi”.1
Dari segi pengamat transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner
biasa disebut “Barang-barang konsinyasi”,sedangkan dari segi komisioner dari
barang-barang yang diterimanya disebut sebagai “Barang-barang komisi”.
B.

Karakteristik Penjualan Konsinyasi
Terdapat 4 hal yang pada umumnya merupakan karakteristik dari transaksi

konsinyasi yang sekaligus merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan
transaksi penjualan, yaitu :
1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamat, maka

barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh
pengamat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai
persediaan oleh pihak komisioner.
2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya
pendapatan sampai saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga.
3. Pihak pengamat sebagai pemilik tetap bertanggungjawab sepenuhnya
terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang
konsinyasi sejak pengiriman sampai penjualan kepada pihak ketiga
kecuali ada perjanjian sebelumnya.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk
menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang
diterima.
C.

Sebab-Sebab Diadakan Perjanjian Konsinyasi

1 Hadori Yunus Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta,2009), hlm.141

2


Adapun alasan-alasan pihak pengamat mengadakan perjanjian konsinyasi
yaitu:
1. Cara untuk memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang
produsen, pabrikan atau distributor.
2. Meminimalkan resiko.
3. Untuk mendapatkan penjual khusus (specialist) dalam perdagangan
barang-barangnya.
4. Harga eceran barang, jumlah dan stock barang tetap dapat dikontrol oleh
pengamat.
Sedangkan alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara
lain:
1. Komisioner terlindungi dari resiko kerugian.
2. Resiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi.
D.

Hak Dan Kewajiban Komisioner
Ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara


tertulis antara kedua belah pihak, biasanya meliputi : komisi penjualan, syaratsyarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan piutang dan tanggung
jawab atas kerugian karena piutang tak dapat ditagih, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka penerimaan, penyimpangan dan
penjualan barang, penyelesaan kepada pengamat dan bentuk serta jangka waktu
laporan-laporan yang harus disajikan kepada pengamat. Selain itu di dalam
transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang di atur oleh
Undang-Undang yang berlaku dalam dunia perdagangan, antara lain:
1. Tentang Hak-Hak Komisioner
a) Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan pengantian biaya
yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan
jumlah yang diatur dalam perjanjian diantara kedua pihak. Komisi dan
biaya-biaya yang mendapatkan penggantian biasanya dikurangkan
langsung dari hasil penjualan sebelum penyelesaian keuangan dengan
pengamat dilaksanakan.

3

b) Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberikan hak
untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang
dijualnya.

c) Untuk menjamin pemasaran barang yang berasangkutan komisioner
berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan
seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang
sejenis, meskipun pengamat dapat mengadakan pembatasanpembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.
2. Tentang Kewajiban-kewajiban Komisioner
a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima
dari pihak pengamat.
b) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barangbarang milik pengamat sesua dengan ketentuan –ketentuan yang diatur
dalam perjanjian.
c) Mengelola secara terpisah dari segi phisik maupun administratip
terhadap barang-barang milik pengamat, sehingga identitas barangbarang tersebut tetap diketahui setiap saat.
d) Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang
diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-barang yang
masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan
seperti dinyatakan dalam perjanjian.

E.

Masalah-Masalah Akuntansi Penjualan Konsinyasi
1. Masalah Akuntansi bagi Komisioner

Prosedur akuntansi oleh komisioner:
a. Transaksi-transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga
pendapatan dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah dari
laba (rugi) dari kegiatan penjualan reguler.
b. Transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari transaksitransaksi penjualan reguler dari perusahaan komisioner, sehingga
tidak dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi)
penjualan reguler.
4

Contoh:
Fa Baru yang bertempat kedudukan di Semarang berusaha dibidang
perdagangan barang-barang elektronik. Khusus untuk pesawat TV yang
dijualnya Fa.Baru mengadakan kerjasama dalam bentuk perjanjian
konsinyasi dengan PT Jaya Electronic Industrial and Trading Company di
Jakarta. Beberapa ketentuan penting yang berhubungan dengan perjanjian
konsinyasi tersebut adalah sebagai berikut:



Kepada Fa baru diberikan komisi 25% dari hasil penjualan.

Ongkos angkut lokal yang dikeluarkan oleh Fa.Baru, seluruhnya



diganti oleh pihak pengamat.
Harga jual yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00/buah pesawat
TV

Pencatatan pada Buku-Buku Komisioner (Consigner) Fa Baru Semarang
Transaksi-Transaksi

Pencatatan Terpisah

Pencatatan Tidak
Terpisah
(Memorandum)*

1 Sept 1980
(Memorandum)*
(1) Penerimaan

barang komisi dari PT
Jaya berupa 100 buah
pesawat TV untuk
dijual dengan harga
@Rp 100.000,00
1 Sept-30 Sept 1980
Piutang Dagang(D) 10.000.000 a) Piutang
(2) Dijual 100
Barang-Barang(K)10.000.000
Dagang(D)10.000.000
pesawat TV dengan
Komisi
Penjualan(K) 10.000.000
harga @Rp
b) Pembelian (D) 7.500.000
100.000,00 komisi
Hutang(PT Jaya)(K)
penjualan 25%
7.500.000
(3)Dibayar ongkos

angkut lokal untuk
100 buah TV Rp
50.000
(4) Penerimaan
piutang dari
langganan atas
penjualan 100 buah
TV
30 Sept 1980
(5)Perhitungan

Barang-Barang
Komisi(D)
50.000
Kas(K)
50.000

Hutang
(PT Jaya)(D) 50.000
Kas (K)

50.000

Kas(D) 10.000.000
Piutang
Penjualan (K) 10.000.000

Kas(D) 10.000.000
Piutang
Penjualan(K)10.000.000

Barang-Barang
Komisi(D)
2.500.000

5

Komisi atas hasil
Pendapatan
penjualan 100 buah
Komisi(K)
2.500.000

TV
=25%X10.000.000
=Rp 2.500.000
(6) Pengiriman
Barang-barang
Hutang
perhitungan hasil
Komisi(D) 7.450.000
(PT Jaya)(D) 7.450.000
penjualan 100 buah
Kas(K)
7.450.000
Kas (K)
7.450.000
TV kepada PT Jaya
Jakarta sekaligus
pengiriman uang
sebesar Rp 7.450.000
Pencatatan dalam bentuk memorandum biasanya diselenggarakan pada buku
atau memo tersendiri. Apabila dikehendaki memorandum tersebut dapat juga
disusun jurnalnya dengan membentuk “rekening antara” yaitu Barang-Barang
Komisi. Contoh:
Tg
l

Uraian
Penjualan 100
pesawat TV
Ongkos angkut
lokal
Komisi
Penjualan
Pengiriman Kas

No.
Bukt
i
-

D

K

Saldo
D

10.000.00
0

K
10.000.000

-

50.000

9.950.000

-

2.500.00
0

7.450.000

-

7.450.00
0

-

Contoh bentuk umum laporan penjualan kepada pengamat sebagai berikut:

6

Fa. Baru
Jl. Diponegoro 27
Semarang
No : BK_27
Tgl : 30 Sept 1980
PERHITUNGAN PENJUALAN
Perhitungan penjualan untuk: 100 Pesawat TV
Penjualan untuk: PT Jaya Electronic and Trading Company
Penjualan: 100 buah pesawat TVRp 10.000.000,00
Biaya-Biaya:
Ongkos angkut lokalRp 50.000,00
Komisi PenjualanRp 2.500.000(Rp 2.550.000,00)
Penerimaan : Dikirim Cek sebesar Rp 7.450.000,00

2. Masalah Akuntansi bagi Pengamat (Consignor)
a. Penyelenggaraan Rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi :
1) Diselenggarakan secara terpisah dengan transaksi penjualan
reguler
2) Diselenggarakan secara terpisah dengan transaksi penjualan
reguler
b. Metode administrasi barang-barang dagangan yaitu:
1) Metode Perpetual
2) Metode Phisik
Contoh:
PENCATATAN PADA BUKU-BUKU PENGAMAT (PT JAYA,
JAKARTA)
Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah
Metode Peretual
(1) Pengiriman 100 buah pesawat TV
kepada Fa Baru, harga pokok @Rp
60.000
Jurnal:
Barang-barang
Konsinyasi(Fa Baru)(D) Rp6000.000
Persediaan Produk Jadi(K)
Rp6.000.000

Metode Phisik

Barang-barang
Konsinyasi (Fa Baru) (D) Rp6000.000
Pengiriman barang-barang
konsinyasi(K)
7

Rp6000.000
(2)Dibayar ongkos angkut pengiriman
sebesar Rp 50.000
Jurnal:
Barang-barang
konsinyasi(Fa Baru) (D) Rp40.000
Kas(K)
Rp40.000
(3) Diterima perhitungan penjualan atas
100 buah pesawat TV dari Fa Baru.
(a)Mencatat hasil penjualan
Piutang Dagang(Fa Baru)(D) Rp
7.450.000
Penjualan Konsinyasi(K) Rp
7.450.000
(b) Mencatat harga pokok penjualan
Harga Pokok
Penjualan Konsinyasi(D)Rp 6.000.000
Biaya Penjualan
Konsinyasi(D) Rp 40.000
Barang-barang
Konsinyasi(K) Rp6.040.000
(4)Di terima uang sebesar: Rp7.450.000
dari Fa.Baru sebagai penyelesaian atas
penjualan 100 buah pesawat TV
Kas(D) Rp7.450.000
Piutang Dagang(Fa Baru)
(K)Rp7.450.000
(5)Menutup/memindahkan kas saldo
pengiriman barang –barang konsinyasi
ke Rugi-Laba
Tidak dijurnal

Barang-barang
konsinyasi(Fa Baru) (D) Rp40.000
Kas(K)
Rp40.000

Piutang Dagang(Fa Baru)(D) Rp
7.450.000
Penjualan Konsinyasi(K) Rp
7.450.000
Harga Pokok
Penjualan Konsinyasi(D)Rp 6.000.000
Biaya Penjualan
Konsinyasi(D) Rp 40.000
Barang-barang
Konsinyasi(K) Rp6.040.000

Kas(D) Rp7.450.000
Piutang Dagang(Fa Baru)
(K)Rp7.450.000
Pengiriman barang-barang
Konsinyasi(D) Rp 6.000.000
Rugi-Laba(K) Rp 6.000.000

PENCATATAN PADA BUKU-BUKU PENGAMANAT
(PT JAYAKARTA,JAKARTA)
Transaksi Penjualan Konsinyasi tidak dicatat secara terpisah
Metode Perpetual
Pengiriman 10 buah pesawat TV
kepada Fa.Baru Semarang,harga pokok
Rp 60.000.000 per buah.

Metode Phisik

8

Jurnal:
Barang-barang
konsinyasi (Fa Baru)(D)Rp 6.000.000
Persediaan
produk jadi(K)Rp 6.000.000
(2)Dibayar ongkos angkut pengiriman
sebesar Rp 50.000
Ongkos angkut
Penjualan(D)
Rp 40.000
Kas(K)
Rp 40.000
(3)Diterima perhitungan penjualan atas
100 buah pesawat TV dari Fa Baru
a) Mencatat hasil penjualan *
Piutang dagang
(Fa Baru)(D)
Rp 7.450.000
Hasil penjualan(K)
Rp 7.450.000
HPP(D)
Rp 6.000.0000
Barang-barang Konsinyasi
(Fa Baru)(K) Rp6.000.0000
c) Menghapuskan saldo rekening
pengiriman barang-barang konsinyasi,
pada akhir periode tahun buku untuk
barang-barang yang telah terjual. **
Tidak dijurnal
4)
Diterima uang sebesar :
Rp 7.450.000 dari Fa Baru Semarang,
sebagai penyelesaian atas penjualan
100 buah pesawat TV.
Kas(D)
Rp 7.450.000
Piutang dagang
(Fa Baru)(K)
Rp 7.450.000

Barang-barang
Konsinyasi (Fa Baru)(D)Rp 6.000.000
Pengiriman barangbarang konsinyasi(K) Rp 6.000.000

Ongkos angkut penjualan(D)Rp 40.000
Kas(K)
Rp 40.000

Piutang dagang
(Fa Baru)(D)
Rp 7.450.000
Hasil penjualan(K) Rp 7.450.000
Tidak di jurnal
Pengiriman barangBarang konsinyasi (D)Rp 6.000.000
Barang-barang Konsinyasi
(Fa Baru)(K)
Rp 6.000.000

Kas(D)
Piutang dagang
(Fa Baru)(K)

Rp 7.450.000
Rp 7.450.000

3. Masalah akuntansi untuk penjualan Konsinyasi yang belum selesai
Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan melampaui
akhir periode akuntansi, sedang belum seluruhnya barang konsinyasi berhasil
dijual oleh komisioner maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya
yang bersangkutan dan terikat pada produk yang belum terjual (inventoriable
cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang yang belum terjual
baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan

9

oleh komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam
periode akuntansi yang bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain
ialah: biaya pengiriman, biaya pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut.
Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada seluruh unit produk yang
dikirim kepada komisioner. Apabila dikehendaki tetap dipertahankannya
keseragaman harga pokok produk, beban biaya untuk unit produk yang belum
terjual dapat dicatat secara terpisah dalam rekening “ Biaya-biaya penjualan
konsinyasi yang ditangguhkan pembebananya” (dalam hal transaksi penjualan
konsinyasi tidak dicatat secara terpisah).
Adanya penyesuaian terhadap inventoriable ini penting, dalam rangka
penentuan laba (rugi) periodiknya. Dengan demikian laba (rugi) periodik itu akan
mencerminkan pendapatan-pendapatan dengan seluruh biaya-biaya yang
bersangkutan.
Contoh :
Wijaya Furniture adalah produser meuble dan alat-alat rumah tangga yang
menjual produknya sebagian atas dasar perjanjian konsinyasi. Transaksi penjualn
konsinyasi dengan salah satu komisioner yang berlangsung dalam bulan
Desember 1980, adalah sebagai berikut :
Awal Desember 1980
1. Pengiriman 10 unit meja & kursi tamu model UK 150 kepada Toko Visiana
untuk dijual dengan harga sebesar Rp 600.000 per unit. Harga pokok produksi
per unit adalah Rp 200.000 sedang komisi penjualan ditetapkan 16,67% dari
harga jual, dengan senua biaya yang dikeluarkan oleh komisioner menjadi
tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak pengamanat.
2. Dibayar ongkos angkut pengiriman dan biaya pengepakan masing-masing
sebesar Rp 275.000.000 untuk ongkos angkut dan Rp 50.000 untuk biaya
pengepakan.
Akhir Desember 1980
3. Diterima perhitungan penjualan atas unit meja & kursi tamu dari Toko
Visiana beserta sebuah cek sebagai penyelesaiannya.
Pencatatan pada buku-buku pengamanat (Wijaya Furniture)

10

Prosedur pembukuan pada waktu pengiriman barang-barang maupun
pembayaran ongkos angkut dan biaya pengepakan, pada prinsipnya
diselenggarakan sama seperti halnya pada contoh no. 2 sesuai dengan metodenya
masing-masing. Akan tetapi prosedur pembukuan selanjutnya dalam hubungannya
dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan Desember 1980; terlebih dahulu
harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap 7 unit meja
dan kursi yang belum terjual sebagai berikut:

(1) Harga pokok
produksi
(2) Biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh
Wijaya Furniture :
Ongkos Angkut
Biaya
Pengepakan
(3) Biaya-biaya yang
dikuelurkan oleh
komisioner :
- Ongkos Angkut lokal
- Biaya Perakitan
- Komisi Penjualan

Jumlah

Harga pokok dan
biaya penjualan
barang-barang
konsinyasi, untuk
10 unit meja &
kursi

Harga pokok
penjualan dan
biaya penjualan
konsinyasi, untuk
3 unit meja &
kursi

Harga pokok
persediaan & biaya
yang ditangguhkan
pembebanannya,
untuk 7 unit meja &
kursi

Rp 2.000.000,00

Rp 600.000,00

Rp 1.400.000,00

Rp
Rp

Rp
Rp

Rp 192.500,00
Rp 35.000,00

275.000,00
50.000,00

Rp
75.000,00
Rp
30.000,00
Rp 300.000,00
Rp 2.730.000,00

82.500,00
15.000,00

Rp 22.500,00
Rp 30.000,00
Rp 300.000,00
Rp 1.050.000,00

Rp

52.500,00
Rp 1.680.000,00

a. Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah
Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar
perhitungan penjualan atas 3 unit meja & kursi yang dibuat oleh toko Visiana,
dicatat sebagai berikut :

11

Kas

Rp 1.395.000,00

Barang-barang Konsinyasi Toko Visiana
(ongkos angkut)

Rp

75.000,00

Komisi Penjualan

Rp

300.000,00

Biaya Perakitan

Rp

30.000,00

Penjualan Konsinyasi

Rp 1.800.000,00

Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian
diikuti dengan pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang
bersangkutan dengan barang-barang konsinyasi, atas dasar alokasi seperti tersebut
di atas sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan Konsinyasi

Rp 600.000,00

Biaya-biaya Penjualam Konsinyasi

Rp 120.000,00

Barang-barang Konsinyasi – Toko Visiana

Rp 720.000,00

Dengan demikian apabila jurnal untuk mencatat hasil penjualan dan harga
pokok serta biaya-biaya penjualan barang-barang konsinyasi tersebut, dibukukan
ke rekening Barang-barang Konsinyasi akan nampak sebagai berikut :
Barang-barang Konsinyasi – Toko Visiana
Tgl
Des
1

Des
31

Uraian
Harga pokok 10
unit meja & kursi;
model
UK-150
Ongkos Angkut
Biaya Pengepakan
Biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh
komisioner (ongkos
angkut lokal)
Harga pokok dan
biaya penjualan,
untuk 3 unit yang
terjual

D

K

Saldo

2.000.000,00
275.000,00
50.000,00

2.000.000,00 (D)
2.275.000,00 (D)
2.375.000,00 (D)

75.000,00

2.400.000,00 (D)

720.000,00

1.680.000,00 (D)

12

Saldo debit rekening Barang-barang Konsinyasi sebesar Rp 1.680.000,00
adalah merupakan harga pokok dan biaya-biaya yang melekat pada 7 unit meja &
kursi yang belum terjual sampai dengan akhir tahun buku 1980. Dalam hal
perusahaan menggunakan metode phisik, maka pada tanggal 31 Desember 1980
harus dibuat jurnal penutup untuk memindahkan saldo rekening “ Pengiriman
Barang-barang Konsinyasi ke Rugi-Laba ”
b. Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah
Apabila terhadap transaksi penjualan konsinyasi tidak diselenggarakan
pembukuan secara terpisah, maka ikhtisar jurnal untuk transaksi (penjualan)
konsinyasi dengan Toko Visiana akan nampak sebagai berikut :

Metode Perpetual
Pengiriman Barang :
Barang-barang Konsinyasi –
Toko Visiana
Rp 2.000.000,00
Persediaan Produk
Jadi
Rp 2.000.000,00
Ongkos Angkut :
Ongkos Angkut Penjualan
Rp 275.000,00
Kas
Rp 275.000,00

Metode Phisik

Barang-barang Konsinyasi –
Toko Visiana
Rp 2.000.000,00
Pengiriman Barangbarang Konsinyasi Rp 2.000.000,00
Ongkos Angkut Penjualan
Rp 275.000,00
Kas
Rp 275.000,00

Biaya Pengepakan :
Biaya Pengepakan Rp 50.000,00
Kas
Rp 50.000,00

Biaya Pengepakan
Kas

Penjualan dan Penerimaan Kas :
Kas
Rp 1.395.000,00
Ongkos Angkut
Penjualan
Rp
75.000,00
Biaya Perakitan Rp
30.000,00
Komisi Penjualan Rp 300.000,00
Hasil Penjualan
Rp 1.800.000,00

Kas
Rp 1.395.000,00
Ongkos Angkut
Penjualan
Rp
75.000,00
Biaya Perakitan Rp
30.000,00
Komisi Penjualan Rp 300.000,00
Hasil Penjualan
Rp 1.800.000,00

Harga Pokok Penjualan :
Harga Pokok Penjualan Rp 600.000,00
Barang-barang
Konsinyasi
Rp 600.000,00

Rp 50.000,00
Rp 50.000,00

-

13

Menutup rekening Pengiriman Barangbarang Konsinyasi yang telah terjual :
-

Pengiriman BarangBarang Konsinyasi Rp 600.000,00
Barang-barang
Konsinyasi
Rp 2.600.000,00

Penyesuaian & Tutup buku :
Biaya Yang Ditangguhkan pembebanannya
Rp 280.000,00
Ongkos Angkut
Rp 245.000,00
Biaya pengepakan
Rp 35.000,00

Biaya Yang Ditangguhkan pembebanannya
Rp 280.000,00
Ongkos Angkut
Rp 245.000,00
Biaya pengepakan
Rp 35.000,00

Pencatatan pada buku-buku Komisioner (Toko Visiana)
Pencatatan pada buku-buku Toko Visiana sebagai komisioner tidak banyak
mengalami kesulitan-kesulitan perhitungan apapun. Bagi komisioner pencatatan
secara formal (di dalam Buku Jurnal dan rekening-rekening pembukuannya)
terbatas pada barang-barang yang telah berhasil dijual kepada pihak ketiga dan
biaya-biaya yang telah dikeluarkannya.Bagi komisioner semua biaya yang telah
dikeluarkan baik untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan
terlebih dahulu dari hasil penjualannya.Penerimaan hasil penjualan setelah
dikurangi dengan keseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang
terutang baginya.Berdasarkan data pada contoh no.3 tersebut maka pencatatan
yang dilakukan oleh Toko Visiana akan tampak sebagai berikut:

Apabila transaksi konsinyasi
dicatat secara terpisah
Memo

Apabila transaksi konsinyasi
tidak dicatat secara tepisah
Memo

2) Penjualan tunai 3 unit
meja & kursi @
600.000,00 komisi 16,67
%.

Kas
Rp 1.800.000
Barang
Komisi Rp 1.800.000

a. Kas(D)
Rp 1.800.000
Penjualan(K) Rp 1.800.000
b.Pembelian(D)Rp 1.500.000
Hutang(K)
(PT.Jaya)Rp 1.500.000

3) Dibayar ongkos angkut
local untuk 10 unit meja &
kursisebesar Rp 75.000,00.

Barang-barang
komisi
Rp 75.000
Kas
Rp 75.000

Hutang
( PT Jaya)
Kas

Transaksi-transaksi
Desember 1980
1) Penerimaan 10 unit
meja & kursi dari PT
Wijaya Furniture.

Rp 75.000
Rp 75.000

14

31 Desember 1980
a. Perhitungan komisi
atas hasil penjualan
barang-barang komisi
sebesar 16,67% x
1.800.000,00= Rp
300.000,00

a. Barang-barang
Komisi Rp 300.000
Pendapatan
Komisi
Rp 300.000

b. Pengiriman perhitungan
b.Barang-barang
dan sekaligus pengiriman
Komisi Rp 1.395.000
cek hasil penjualan 3 unit
Kas
Rp 1.395.000
meja & kursi dipotong
ongkos-ongkos penjualan
dan komisi kepada PT
Wijaya Furniture sebesar
Rp 1.395.000,00

__

b.Hutang
(PT Jaya) Rp 1.395.000
Kas
Rp 1.395.000

Proses pencatatan selanjutnya yaitu penutupan rekening-rekening nominal
ke rekening Rugi-Laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke Laba Yang
Ditahan (Retained Earnings) dilakukan seperti biasa.
4. Barang-Barang Konsinyasi Yang Dikembalikan
Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat
(consignor),maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga
pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan
aktivitas untuk menjual barang tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya
perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan
untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi
sebagai bagian harga pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak perlu
ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya di masa
yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak sehingga
manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai
itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk
dapat menjual barang-barang tersebut,maka biaya perbaikan (reparasi)demikian
harus diakui sebaagai biaya periode yang bersangkutan.

5. Uang Muka Dari Komisioner

15

Perjanjian konsinyasi kemungkinan disertai dengan persyaratan akan
adanya uang muka yang harus dibayar oleh komisioner untuk barang-barang
titipan (komisi) yang diterimanya. Apabila hal ini terjadi maka terhadap uang
muka yang diterimanya itu harus dicatat sebagai “Uang Muka dari Komisioner”.
Jumlah uang muka yang diterima oleh pengamanat tidak boleh dikredit pada
rekening barang-barang konsinyasi. Uang muka yang diterima dari komisioner
harus disajikan sebagai hutang di dalam neraca sampai dengan perhitungan
penyelesaian atas barang-barang yang telah laku dijual dibuat oleh komisioner
yang bersangkutan.
6. Penyajian laba (rugi) Penjualan Konsinyaasi di dalam Laporan
Perhitungan Rugi-Laba
Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan
Perhitungan Rugi-Laba bagi pengamat, dengan cara menggabungkan data hasil
penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama
untuk transaksi penjualan regular. Akan tetapi apabila transaksi penjualan
konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya,
maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang
bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan
regular, seperti pada contoh berikut ini :

PT JAYAKARTA

16

Hasil penjualan
Harga pokokpenjualan
Laba kotor penjualan
Biaya Usaha:
Biaya penjualan
Biaya administrasi &
umum
Jumlah biaya usaha

Laporan perhitungan Rugi-Laba
untuk bulan September 1980
Penjualan
Penjualan
Regular
Konsinyasi
Rp 10.000.000
Rp 25.000.000
Rp 6.000.000
Rp 14.000.000
Rp 4.000.000
Rp 11.000.000
Rp 2.590.000
_

Jumlah
Rp 35.000.000
Rp 20.000.000
Rp 15.000.000

Rp 3.025.000

Rp 5.615.000
Rp 5.635.000

Rp 5.635.000

Rp 11.250.000

Rp 8.660.000

Rp

Rp 2.590.000
Laba usaha

3.750.000

Rp 1.410.000
Rp 2.340.000

PT JAYAKARTA
Laporan perhitungan Rugi-Laba
untuk bulan September 1980
Hasil penjualan

Rp 25.000.000

Harga pokok penjualan

Rp 14.000.000

Laba kotor penjualan

Rp 11.000.000

Laba penjualan konsinyasi

Rp

1.410.000

Rp 12.410.000
Biaya usaha:
Biaya penjualan

Rp 3.025.000

Biaya administrasi & umum

Rp 5.635.000

Jumlah biaya usaha

Rp 8.660.000

Laba usaha

Rp

3.750.000

17

BAB III
KESIMPULAN
Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang
menyarahkan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamat,
sedang pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut consignee, factor,
commission merchant atau komisioner.
Karakter penjualan kosinyasi ada empat, yaitu barang konsinyasi dilaporkan
sebagai persediaan oleh pengamat, pengiriman barang konsinyasi tidak
mengakibatkan timbulnya pendapatan, pihak pengamat bertanggung jawab penuh
terhadap biaya yang timbul dari penjualan konsinyasi, komisioner
bertanggungjawab atas barang komisi yang diterimanya.
Masalah akuntansi pada penjualan konsinyasi ada 3 yaitu:
1. Masalah akuntansi Bagi komisioner
2. Masalah akuntansi bagi pengamanat
3. Masalah akuntansi perjanjian penjualan konsinyasi yang belum selesai

18