Pengertian sejarah dan pemikiran khowari

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Perdebatan mengenai aliran ilmu kalam sudah ada sejak zaman ke khalifahan yaitu abad
pertama hijriah terutama setelah terbunuhnya Ali bin Abi thalib. Bermula pada perang
Shiffin antara Ali dengan Muawiyah pada saat Muawiyah dan pasukannya sudah terpojok
hampir kalah, mereka mengangkat sebuah mushaf pada ujung tombak dan menyerukan
perhentian peperangan dengan bertahkim. Akibat itu golongan Ali terbagi menjadi dua
golongan. Golongan pertama setuju dengan tahkim, yang kemudian menamakan dirinya
sebagai golongan syiah, sedangkan golongan yang lain tidak setuju dan pada akhirnya
menakan diri sebagai golongan khawarij.
Mereka yang tidak setuju dengan tahkim beralasan bahwa siapapun yang mau berdamai
dalam kecamuknya pertempuran adalah orang yang ragu akan pendiriannya dalam kebenaran
peperangan yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah mutlak kebenarannya. Mereka
mengatakan bahwa siapa pun yang melawan khalifah yang sah maka harus diperangi. Kaum
inilah yang kemudian dinamakan kaum Khawarij. Yang berarti kaum yang keluar. Yakni
keluar dari Saidina Muawiyah dan keluar dari Sayyidina Ali. Tidak memihak pada salah satu
pihak pun dan memilih untuk mendirikan golokngan sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana aqidah kaum Khawarij?
1.2.2. Bagaimana pemikiran, kiprah dan siapa saja tokoh-tokoh Khawarij?

1.3. Tujuan
1.3.1. Melalui makalah ini kami bertujan untuk mengetahui aqidah kaum Khawarij.
1.3.2. Melalui makalah ini kami bertujan untuk mengetahui pemikiran, kiprah dan tokohtokoh kaum khawarij.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian, sejarah, dan pemikiran khawarij
2.1.1. Pengertian Khawarij
Secara bahasa kata khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini
dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari
barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah
menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok Muawiyyah yang dikomandoi oleh
Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin ( 37H / 657 ).Jadi, nama khawarij bukanlah berasal
dari kelompok ini. Mereka sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau para
penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi
keridhaan Allah, sesuai dengan firman Allah QS.Al-Baqarah : 207.
Selain itu, ada juga istilah lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti
Haruriah, yang dinisbatkan pada nama desa di Kufah, yaitu Harura, dan Muhakkimah,
karena seringnya kelompok ini mendasarkan diri pada kalimat “la hukma illa lillah”
(tidak ada hukum selain hukum Allah), atau “la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara
selain Allah).


2.1.2. Awal mula munculnya dasar-dasar pemikiran Khawarij
pemikiran khawarij bermula pada masa Rasulullah SAW. Suatu ketika Rasulullah
shalallahu „alaihi wasallam membagi-bagikan harta rampasan perang di desa Ju‟ronah pasca perang Hunain- beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra‟ bin Habis dan
Uyainah bin Harits. Beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy
dan pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang diberikan kepada yang lainnya. Melihat
hal ini, seseorang (yang disebut Dzul Khuwaisirah) dengan mata melotot dan urat
lehernya menggelembung berkata: “Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan
tidak mengharapkan ridho Allah”. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada
Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam: “Berbuat adillah. karena sesungguhnya, engkau
belum berbuat adil!”. Sungguh, kalimat tersebut bagaikan petir di siang bolong. Pada

masa generasi terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani
berbuat lancang dan menuduh bahwa Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam tidak
berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam dengan wajah
yang memerah bersabda:“Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak
berbuat adil? Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia
bersabar.” (HR. Bukhari Muslim)
Saat itu seorang sahabat meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah
shalallahu „alaihi wasallam melarangnya. Beliau menghabarkan akan munculnya dari

turunan orang ini kaum reaksioner (khawarij) sebagaimana disebutkan dalam riwayat
berikutnya: “Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul sebuah golongan yang
pandai membaca al-quran akan tetapi sama sekali tak melewati tenggorokan mereka.
Mereka memerangi kaum muslimin dan membiarkan kaum kafir dan mereka keluar dari.
islam secepat keluarnya anak panah dari busurnya. Sungguh Jika aku nanti menemui
mereka, maka niscaya akan aku musnahkan sebagaiman musnahnya kaum „ad. (HR.
Muslim, 1761 Lihat Shohih Muslim, hal. 920 )
Demikianlah Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam mensinyalir akan munculnya
generasi semisal Dzul Khuwaisirah -sang munafiq-. Yaitu suatu kaum yang tidak pernah
puas dengan pemimpin manapun, menentang pemimpinya walaupun sebaik Rasulullah
shalallahu „alaihi wasallam. Dikatakan oleh Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bahwa
mereka akan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah busurnya.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus
bacaan al-Qur‟annya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca.
“Sesungguhnya sepeninggalku akan ada dari kaumku, orang yang membaca al-Qur‟an
tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka akan keluar dari Islam ini
sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Kemudian mereka tidak akan
kembali padanya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk.” (HR. Muslim).
Dari riwayat ini, kita mendapatkan ciri-ciri dari kaum khawarij, yakni mereka
dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan indah; tapi tidak memahaminya dengan benar.

Atau dapat memahaminya tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan hanya

dengan hawa nafsu dan emosinya. Ciri khas mereka lainnya adalah: “Mereka membunuh
kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir”
Sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap seorang yang shalih dan
keluarganya yaitu Abdullah –anak dari shahabat Khabbab bin Art radhiallahu „anhu.
Mereka membantainya, merobek perut istrinya dan mengeluarkan janinnya. Setelah itu
dalam keadaan pedang masih berlumuran darah, mereka mendatangi kebun kurma milik
seorang Yahudi. Pemilik kebun ketakutan seraya berkata: “Ambillah seluruhnya apayang
kalian mau!” Pimpinan khawarij itu menjawab dengan arif: “Kami tidak akan
mengambilnya kecuali dengan membayar harganya”. (Lihat al-Milal wan Nihal)
Maka kelompok ini sungguh sangat membahayakan kaum muslimin, terlepas dari
niat mereka dan kesungguhan mereka dalam beribadah. Mereka menghalalkan darah
kaum muslimin dengan kebodohan. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan
teror, pembunuhan, pembantaian dan sejenisnya terhadap kaum muslimin sendiri.
2.1.3. Sejarah Khawarij
Seperti yang disinggung sebelumnya dalam pendahuluan bahwa Khawarij lahir
dari komponen paling berpangaruh dalam khilafah Ali bin Abi Thalib. Yaitu dari tubuh
militer pimpinanya sendiri.
Pada saat kondisi politik yang makin tidak terkendali dan dirasa sulit untuk

mereda dengan prinsip masing-masing. Maka kubu Mu‟awiyah ra. yang merasa akan
dikalahkan dalam perang syiffin menawarkan untuk mengakhiri perang saudara itu
dengan Tahkim dibawah Al-Qur‟an. Semula Ali ra. Tidak menyetujui tawaran ini,
dengan prinsip bahwa kakuatan hukum kekhilafahannya sudah jelas dan tidak dapat
dipungkiri. Namun sebagian kecil dari kelompok militer pimpinannya memaksa Ali ra.
menerima ajakan kubu Mu‟awiyah ra. Kelompok ini terbukti dapat mempengaruhi
pendirian Ali ra. Bahkan saat keputusan yang diambil Ali ra. Untuk mengutus Abdullah
bin Abbas ra. menghadapi utusan kubu lawannya Amar bin al-Ash dalam tahkim, Ali ra.
malah mengalah pada nama Abu Musa al-Asy‟ary yang diajukan kelompok itu
menggantikan Abdullah bin Abbas ra. Anehnya, kelompok ini yang sebelumnya

memaksa Ali ra.untuk menyetujui tawaran kubu Mu‟awiyah ra. Untuk mengakhiri
perseteruannya dengan jalan Tahkim.
Pada akhirnya setelah Tahkim berlalu dengan hasil pengangkatan Mu‟awiyah ra.
Sebagai khilafah menggantikan Ali ra. Mereka kemudian menilai dengan sepihak bahwa
genjatan senjata dengan cara Tahkim tidak dapat dibenarkan dan illegal dalam hukum
Islam. Artinya menurut mereka, semua kelompok bahkan setiap individu yang telah
mengikuti proses itu telah melanggar ketentuan syara‟ karena telah melanggar prinsip
dasar bahwa setiap keputusan berada pada kekuasaan Tuhan (lâ hukma illa lillâh). Dan
sesuai dengan pokok-pokok pemikiran mereka bahwa setiap yang berdosa maka ia telah

kafir, maka mereka menilai bahwa setiap individu yang telah melangar prinsip tersebut
telah kafir, termasuk Ali ra. Sehingga Mereka memaksanya untuk bertobat atas dosanya
itu sebagaimana mereka telah bertobat karena ikut andil dalam proses Tahkim.
Demikianlah watak dasar kelompok ini, yaitu keras kepala dan dikenal kelompok
paling keras memegang teguh prinsipnya. Inilah yang sebenarnya menjadi penyabab
utama lahirnya kelompok ini (Syalabi: 333).
Khawarij adalah kelompok yang didalamnya dibentuk oleh mayoritas orangorang Arab pedalaman (al-a‟râbi). Mereka cenderung primitif, tradisional dan
kebanyakan dari golongan ekonomi rendah, namun keadaan ekonomi yang dibawah
standar tidak mendorong mereka untuk meningkatkan pendapatan. Ada sifat lain yang
sangat kontradiktif dengan sifat sebelumnya, yaitu kesederhanaan dan keikhlasan dalam
memperjuangkan prinsip dasar kelompoknya. Walaupun keikhlasan itu ditutupi
keberpihakan dan fanatisme buta.
Dengan komposisi seperti itu, kelompok ini cenderung sempit wawasan dan keras
pendirian. Prinsip dasar bahwa “tidak ada hukum, kecuali hukum Allah” mereka tafsirkan
secara dzohir saja. (Abu Zahrah: 63) Bukan hanya itu, sebenarnya ada „kepentingan lain‟
yang mendorong dualisme sifat dari kelompok ini. Yaitu; kecemburuan atas
kepemimpinan golongan Quraisy. Dan pada saatnya kemudian Khawarij memilih
Abdullâh bin Wahab ar-Râsiby yang diluar golongan Quraisy sebagai khalifah. Bahkan
al-Yazidiyah salah satu sekte dalam Khawarij, menyatakan bahwa Allah sebenarnya juga


mengutus seorang Nabi dari golongan Ajam (diluar golongan Arab) yang kemudian
menghapus Syari‟at Nabi Muhammad SAW. (Abu Zahrah: 63-64).
Nama khawarij diberikan pada kelompok ini karena mereka dengan sengaja
keluar dari barisan Ali ra. dan tidak mendukung barisan Mu‟awiyah ra. namun dari
mereka menganggap bahwa nama itu berasal dari kata dasar kharaja yang terdapat pada
QS: 4, 100. yang merujuk pada seseorang yang keluar dari rumahnya untuk hijrah di jalan
Allah dan Rasul-Nya. Selanjutnya mereka juga menyebut kelompoknya sebagai Syurah
yang berasal dari kata Yasyri (menjual), sebagaimana disebutkan dalam QS: 2, 207.
tentang seseorang yang menjual dirinya untuk mendapatkan ridlo Allah (Nasution:
13,Syalabi: 309). Selain itu mereka juga disebut “Haruriyah” yang merujuk pada
“Harurah‟ sebuah tempat di pinggiran sungai Furat dekatkotaRiqqah. Ditempat ini
mereka memisahkan diri dari barisan pasukan Ali ra. saat pulang dari perang
Syiffin.Kelompok ini juga dikenal sebagai kelompok “Muhakkimah”. Sebagai kelompok
dengan prinsip dasar “lâ hukma illa lillâh”. (Syalabi: 309).
2.1.4. Tokoh- tokoh dan sekte Khawarij
Diantara para tokoh Khawarij yang termaktub dalam lembar sejarah, kami
menghimpun beberapa nama yang kami pandang mempunyai pengaruh dalam
perkembangan faham khawarij. Diantaranya adalah; Urwah bin Hudair, Mustarid bin
Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq,' dan Abdullah bin
Basyir.

Berdasarkan catatan sejarah, gerakan kelompok khawarij ini terpecah menjadi dua
cabang besar yaitu :
1. Kelompok Khawarij yang bermarkas di wilyah Bathaih, yaitu kelompok yang
mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Persia dan sekeliling Irak.
Cabang ini dipimpin oleh Nafi‟ bin azraq dan Qatar bin Faja‟ah
2. Kelompok Khawarij yang bermarkas di Arab Daratan, yaitu kelompok yang
mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Yaman, Hadhramaut dan Thaif,
Cabang ini dipimpin oleh Abu Thaluf, Najdah bin „Ami dan Abu Fudaika

Dari dua kelompok besar, kelompok khawarij terbagi dalam Sekte-sekte dan
ajaran pokok. Terpecahnya Khawarij menjadi beberapa sekte ini mengawali dan
mempercepat kehancurannya sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah.
Sekte-Sekte tersebut antara lain adalah
:

1. Al-Muhakkimah
Merupakan golongan Khawarij asli yang terdiri dari pengikut-pengikut Ali dan
disebut juga sebagai golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka, Ali, Mu‟awiyah, Amr Ibn
Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy‟ari yang merupakan kedua perantara aqad damai dan
semua orang yang menyetujui kesepakatan berdamai itu menjadi kafir.

2. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru yang besar juga kuat sesudah
golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah kekuasaan
mereka terletak di perbatasan Irak dengan Iran. Nama ini diambil dari Nafi‟ Ibn AlAzraq. Khalifah pertama yang mereka pilih. mereka juga memberi gelar Amir AlMu‟minin kepadanya. Nafi‟ meninggal dalam pertempuran di Irak pada tahun 686 M.
3. Al-Nadjat
Najdah bin Ibn „Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya
pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi dalam
golongan ini timbul perpecahan. Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi‟ Ibn Al-Azraq,
diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham
bahwa orang Azraqi yang menolak berhijrah menuju lingkungan Al-Azariqah adalah
musyrik. Akan tetapi, mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir
dan kekal dalam neraka adalah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Adapun
pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, tetap akan mendapatkan siksaan, tetapi bukan
dengan dimasukkan dalam neraka, dan kemudian akan tetap masuk surga.
4. Al-Ajaridah

Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut AlSyahrastani merupakan salah satu kawan dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham mereka
berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagaimana diajarkan oleh Nafi‟ Ibn Al-Azraq
dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah diperbolehkan tinggal di
luar daerah kekuasaan mereka dan tidak dianggap kafir.

5. Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Paham mereka nyaris senada
dengan golongan Al-Azariqah.
6. Al-Ibadiyah
Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan
Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M. memisahkan
diri dari golongan Al-Azariqah.
2.1.5. Pemikiran dan aqidah kaum Khawarij
Secara umum hasil pemikiran dari kelompokKhawarij adalah:
1. Persoalan Khalifah.
a. Kelompok khawarij mengakui keabsahan khalifah Abu Bakar, Umar, dan
separo zaman kekhalifahan Ustman bin Affan. Pengangkatan ketiga
khlalifah tersebut sah sebab telah dilaksanakan dengan Syura yaitu
musyawarah ahlul halli wal aqdi. Akan tetapi akhir masa kekhakifahan
Usman bin Affan tidak diakui oleh mereka, sebab khalifah telah
melakukan penyelewengan dalam menetapkan pejabat-pejabat negara.
b. Khalifah Ali bin Abi Thalib, pada awal pengangkatan sebagai khalifah,
masih diakui oleh kelompok khawarij, namun kemudian khalifah
melakukan dosa besar dengan menerima tahkim, maka mereka pun tidak
mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menghukumnya kafir.

c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat.

e. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syari‟at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
2. Persoalan Fatwa Kafir.
a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir. Oleh sebab itu maka
halal darahnya, halal hartanya, halal anak istrinya dan kampung halamnya
adalah merupakan Dar al-Harb.
b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah,
Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku
tahkimtermasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir.
3. Persoalan Iman dan Ibadah.
a. Kaum khawarij berpendapat “iman bukanlah pengakuan dalam hati dan
ucapan dengan lisan semata, tetapi amal ibadah juga merupakan rukun
iman pula” Barang siapa yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan
lain-lain, maka orang tersebut telah menjadi kafir.
4. Persoalan Dosa.
Bagi kaum khawarij semua dosa adalah besar, jadi mereka tidak mengenal
perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil. “sekalian pendurhakaan pada
Tuhan itu (dosa) besar”

BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelompok khawarij lahir dari kekisruhan politik yang terjadisetelah mangkatnya
khalifah Usman bin Affan, yaitu terjadi perselisihan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyahpada perang siffin
2. Berdirinya kelompok khawarij bukan hanya berdampak pada perbedaan politik, akan
tetapi juga berkembang pada permasalahan teologis yang memiliki perbedaan yang tidak
mungkin untuk disatukan.
3. Pemikiran-pemikiran kelompok khawarij merupakan doktrin-dokrin yang bersifat
ekstrim yang berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti tentang khalifah, fatwa kafir, dosa
serta iman dan ibadah
DAFTAR PUSTAKA
http://awanaalfaizy.blogspot.com/2012/11/khawarij-dan-pemikirannya_5391.html
http://Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://PEMIKIRAN KALAMPEMIKIRAN KHAWARIJ, MURJI‟AH, QADARIYAH dan
JABARIYAH.html
http://Kumpulan Makalah KHAWARIJ. TOKOH, PEMIKIRAN, PENAMAAN DAN
PERKEMBANGANNYA.html Abdul Rozak, dkk .Ilmu kalam.Bandung: Pustaka
setia,2006.Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy.Sejarah dan pengantar ilmu
ketauhidan/kalam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2001