Relasi Relawan Sosial dan Penyandang Dis
RELASI RELAWAN SOSIAL DAN PENYANDANG DISABILITAS
DALAM PROSES PEMBERDAYAAN BERBASIS EXCHANGE THEORY
(Studi Kasus Pada Orsos Kasih Sayang Desa Krebet Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo)
Rina Juwitasari
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2013
ABSTRAK
Desa Krebet merupakan salah satu desa di Ponorogo yang memiliki penyandang
disabilitas. Karena permasalahan tersebut desa ini terkenal dengan julukan “Kampung Idiot”.
Penanganan penyandang disabilitas dilakukan dengan pendirian Orsos Kasih Sayang rintisan
Kemensos RI, yaitu Orsos yang dijadikan Percontohan Nasional yang ada di Kabupaten
Ponorogo Jawa Timur dengan dibantu masyarakat Desa Krebet setempat yang bersedia
sebagai relawan. Mengingat kinerja relawan sosial bisa dibilang berat, dan imbalan yang
diterima berupa materi tidak seberapa, hal ini tentunya akan berpengaruh pada kelanjutan
pengabdiannya. Penelitian ini menggunakan teori Pertukaran Peter M. Blau dan Konsep
Pemberdayaan, menjelaskan interaksi dalam pertukaran yang berlangsung dalam proses
pemberdayaan dan rehabilitasi sosial antara relawan dan penyandang disabilitas di Orsos
Kasih Sayang. Jenis penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Menekankan pada metode wawancara mendalam dalam penghimpunan data (indepth
interview), sedangkan penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas relawan sosial
disini adalah perempuan, pola pertukaran yang terjadi lebih didasari karena kuatnya motif
intrinsik dilevel mikro. Didorong motif ekstrinsik di level makro khususnya yaitu dengan
adanya home industry bagi relawan, relawan menjadi semangat dalam melakukan
pendampingan. Dari kedua motif tersebut terlihat bahwa pertukaran memperkuat
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di Orsos. Proses pemberdayaan ini dilakukan melalui
penumbuhan kesadaran, pendidikan, pelatihan dan ketrampilan. Hasil dari proses
pemberdayaan, banyak penyandang disabilitas yang bisa mengurus dirinya sendiri, mampu
baca tulis dan sholat, kemampuan ketrampilan sudah mahir dan sudah banyak yang terjual,2
orang dibawa ke Temanggung untuk disekolahkan dan 12 orang di Orsos mendapat bantuan
modal 2.500.000/org dari pemerintah pusat.
Kata Kunci: Relawan, Penyandang Disabilitas, Orsos Kasih Sayang, Pemberdayaan
Pendahuluan
Penyandang disabilitas merupakan
salah
satu
kesejahteraan
penyandang
sosial
masalah
Handicaps)
bahwa
memberikan definisi,
dalam konteks dunia kesehatan,
perlu
disabilitas adalah setiap pembatasan atau
diperhatikan, diberdayakan, serta dilatih
kekurangan (akibat gangguan) kemampuan
kemandirian mereka dalam hal sosial
untuk melakukan suatu kegiatan dengan
ekonomi.
cara atau dalam rentang yang dianggap
ICIDH
yang
and
(International
Classification of Impairments, Disabilities
1
2
manusia.1Kementerian
dengan kondisi miskin.Yang terdapat pada
Sosial RI melaporkan pada tahun 2007
lima titik lokasi, yaitu Desa Sidoharjo,
penyandang
Desa Pandak, Desa Karangpatihan, Desa
normal
untuk
disabilitas
berjumlah
2
sebanyak 7,8 juta jiwa. Menurut
data
Krebet.
Kementerian Kesehatan pada tahun 2011
Sebutan “Kampung Idiot” bukan
jumlah penyandang disabilitas mencapai
berarti warga satu kampung mengalami
6,7 juta jiwa.3Sedangkan menurut catatan
idiot semua. Pada dasarnya kondisi desa
WHO
tersebut sama seperti desa pada umumnya,
(World
penyandang
Health
Organization )
disabilitas
Indonesia
jumlah
tersebut
Indonesia
terbesar
yang
di
dengan
menduduki
sejahtera. Yang membedakan, didalamnya
memiliki
ada beberapa warganya yang mengalami
Fenomena penyandang disabilitas
terdapat
masyarakatnya
keluarga sejahtera, menengah, maupun pra
penyandang disabilitas se-Asia Tenggara.4
juga
kondisi
Dalam
mencapai 36.841.956 juta jiwa.
angka
yaitu
Ponorogo,
yang
keterbelakanganan
mental.
Sebutan
”Kampung Idiot” lebih tertuju pada Desa
Krebet yang merupakan lokasi dari fokus
sebelumnya Ponorogo sempat diberitakan
penelitian
ini.
dan ditampilkan melalui media memiliki
disebabkan, sebelum tahun 2007 Desa
“kampung idiot” karena di desa tersebut
Krebet
beberapa diantara warganya mengalami
wilayah, dengan jumlah keluarga miskin
keterbelakangan mental, lokasi terpencil
dan penyandang disabilitas kurang lebih
belum
Hal
tersebut
melakukan
lebih
pemekaran
500 orang.
Setelah pemekaran wilayah, jumlah
1
Steven D. Edwards. 2005. Disability: Definition,
Value and Identity. New york: Redcliffe
Publishing. Hal: 11.
2
Edi Soeharto. Penerapan Kebijakan Publik bagi
Masyarakat
dengan
Kebutuhan
Khusus ,
Pengalaman Kementerian Sosial, disampaikan pada
diskusi terbatas . Pusat Kajian Manajemen
Pelayanan LAN RI di Hotel SahiraBogor, 9-10
Oktober 2010.
3
Hilmia Wardhani Nugroho. 2012. Yuk Merengkuh
tangan Penyandang Disabilitas . Dikases pada
http://benitoramionugroho.blogspot.com/2012/05/yuk-merengkuhtangan-penyandang.html . Sumber (jpnn.com,
11/4/2012). Diakses pada tanggal 25 Februari
2013. Pukul: 09:00 WIB.
4
Ageda. 2011. Disability in Southeast Asian
Countries.
Diakses
pada
http://www2.agendaasia.org/index.php/information
/disability-in-asean/88-disability-in-southeastasian-countries. Diakses Pada Tanggal 10 Juni
2013 Pukul: 21:34 WIB
keluarga miskin sebanyak 881 KK5 dan
penyandang disabilitas dengan macammacam
disabilitasnya
sejumlah
132
orang.6 Mulai dari tuna fisik, tuna grahita,
tuna wicara, tuna rungu, serta tuna fisik
dan mental mulai dari usia balita, anakanak, remaja, dewasa, dan lansia dengan
sebagian besar berada pada usia produktif
antara 30 sampai 40 tahun. Kondisi ini
diperparah dengan penyandang disabilitas
5
6
Data Profil Desa Krebet. 2011.
Data Orsos Kasih Sayang.. 2011.
3
mayoritas berasal dari keluarga miskin,
pendidikan
rendah
bahkan
tidak
Keberadaan relawan sosial yang
disebut sebagai kader pendamping di
berpendidikan serta terbatasnya lapangan
Orsos
pekerjaan di daerah setempat.
masyarakat
Penanganan
didirikannya
dilakukan
sebuah
organisasi
dengan
sosial
Kasih
Sayang,
Desa
berasal
Krebet
Kecamatam
Jambon Kabupaten Ponorogo
sangat
membantu
Kasih Sayang di Desa Krebet Kec. Jambon
masalah
oleh kementerian sosial RI pada tanggal 26
desanya.
dalam
penyandang
dari
tentunya
menangani
disabilitas
di
Oktober 2011. Sebagai wujud tanggung
Mengingat saat ini di Indonesia
jawab sosial dari pemerintah seperti yang
sedikitnya minat untuk menjadi seorang
tertuang dalam Undang-Undang No. 4
relawan sosial dalam proses pemberdayaan
Tahun 1997 tentang penyandang cacat/
dan rehabilitasi.8 Tidak jarang iklan yang
disabilitas.7
penyandang
harus
dipasang
berulang-ulang
Orsos
ini
karena tidak ada satupun yang mendaftar.
memiliki
program untuk rehabilitasi,
Jika formulir tersebut terisi, yang mengisi
upaya
pemberdayaan
yang
Sayang
sama
kinerjanya,
sebagai
Kasih
Dalam
mengarah
dan
pada
kemandiriaan
adalah
orang
yang
juga
merangkap
menjadi relawan di beberapa organisasi.9
penyandang disabilitas dengan membuat
Realitas yang miris ketika minat
kelompok kerja kader rehabilitasi berbasis
menjadi seorang relawan dari kaum muda
keluarga dan kader pendamping di Orsos
sangat
kurang.
berjumlah 25 orang, terdiri dari 20
berasal
dari
perempuan
menghabiskan waktunya dengan kegiatan
dan
5
pelaksanaan kinerja
laki-laki.
Awal
didampingi oleh
sosial.
Kebanyakan
orang-orang
Kecenderungan
relawan
tua
yang
yang
terlintas
BBRSBG (Balai Besar Rehabilitasi Sosial
ketika kita mengingat kata „‟relawan‟‟,
Bina Grahita) Kartini Temanggung dalam
persepsi masyarakat awam identik dengan
membantu
penyandang
penanganan dan evakuasi terhadap korban
Disabilitas yang bertujuan memutus tali
bencana alam. Hal tersebut tidak berbeda
rantai penyebab disabilitas.
halnya ketika di daerah Ponorogo, minat
penanganan
8
7
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1997. Tentang
Penyandang Cacat. Diakses Pada World Wide
Web
At:
http://adgi.or.id/wpcontent/uploads/2011/10/Undang-Undang-tahun1997-04-97-TENTANG-PENYANDANGCACAT.pdf. Diakses Pada Tanggal: 4 Desember
2012 Pukul. 14:33 WIB.
Febriansyah. 2009. Menjadi Relawan di
Australia . Diakses pada World Wide Web At:
http://gusfeb99.multiply.com/journal/item/31/Menj
adi-Relawan-diAustralia?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2
Fitem. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2012.
Pukul. 13:32 WIB
9
Loc.Cit
4
untuk
menjadi
relawan
sosial
dari
dirasa kurang. Akan tetapi para relawan
kalangan muda juga hampir tidak ada, di
masih
Desa Krebet sendiri kebanyakan yang
membantu
menjadi relawan adalah dari golongan usia
mau
mereka
untuk
yang
kurang
11
beruntung.
35 sampai dengan 40an tahun keatas yang
menyempatkan
Beberapa referensi dan penelitian
ingin mengisi waktu luang mereka dengan
ilmiah
tujuan mengabdi dan bermanfaat bagi
pemberdayaan
orang lain sesuai kesediaannya. Setelah
pelayanan bagi penyandang disabilitas.
setahun lebih organisasi sosial berdiri dan
Namum tidak begitu membahas dan
pendampingan
menekankan
yang
dilakukan
oleh
mayoritas
dan
pada
membahas
tentang
aksesibilitas
kebutuhan
serta
akan
relawan sosial atau kader pendamping
pentingnya tenaga kesejahteraan sosial.
terhadap penyandang disabilitas, relawan
Terutama relawan sosial
sosial di Organisasi Sosial Kasih Sayang
dengan keberlangsungannya dalam proses
beberapa diantaranya mulai merasakan
pemberdayaan
kejenuhan
apa
kesejahteraan sosial pada penyandang
imbalan yang diterima ketika mereka
disabilitas di daerah pedesaan seperti di
melakukan
Desa Krebet. Meskipun hal yang selalu
dan
terhadap
mempertanyakan
kegiatan
pendampingan
penyandang
disabilitas.
ditekankan
yang terkait
penyandang
oleh
masalah
pemerintah
adalah
Sedangkan mereka atau dalam hal ini
rehabilitasi berbasis masyarakat, namun
relawan
untuk
perlu diperhatikan dan diupayakan dalam
saja
membangun kesadaran dan kesediaan
sosial
memenuhi
merasa
kebutuhan
bahwa
sehari-hari
mereka kesulitan.10
masyarakat dalam membantu. Karena
bagaimana
kebanyakan masyarakat Indonesia ketika
kader pendamping atau dalam hal ini
melihat fenomena penyandang disabilitas,
disebut sebagai relawan sosial dalam
perasaan yang muncul adalah perasaan
bekerja
kasihan
Penekanannya
adalah
memberikan
sumbangsih
dan
perasaan
untuk
karena
takut
tenaganya di masyarakat dengan sedikit
berinteraksi
imbalan
menyinggung perasaan dari penyandang
namun
mereka
mau
melakukannya. Apalagi di zaman ekonomi
yang
serba
memenuhi
sulit
ini,
kebutuhan
seperti
sehari-hari
membantu
risih
disabilitas itu sendiri.
untuk
saja
10
Hasil wawancara dengan Pihak Dinas Sosial
Ponorogo dan Pengurus Organisasi Sosial Kasih
Sayang. 26 Desember Tahun 2012
11
Hasil wawancara dengan Pengurus Organisasi
Sosial Kasih Sayang. 26 Desember Tahun 2012
5
2. Individu melakukan sesuatu untuk
Tinjauan Teoritis
Peter
M.
Blau
dalam
teori
individu
yang
lain
hanya
pertukaran mengemukakan, bahwa pada
menginginkan sebuah kebersamaan,
dasarnya orang-orang yang melakukan
maupun
interaksi dengan membantu
Intrinsic).
orang lain
kebahagiaan
(Reward
adalah tidak benar-benar didasari oleh rasa
3. Melakukan sesuatu untuk individu
ketulusan, akan tetapi selalu terdapat
lainnya sebagai bentuk untuk mencari
maksud
sebuah
tertentu
didalamnya.
ekstrinsik
Baik
yang
itu
(keinginan
diinginkan
yang
bersifat
untuk
dipuji,
keserakahan, dsb) maupun
perhatian,
dengan
tujuan
mencari sorotan publik, maupun ingin
diapresiasi
keinginan
sebagai
seorang
good
helper (Exstrinsic).
untuk mendapatkan penghargaan sosial
Sedangkan struktur makro sifatnya
dari orang lain yang sifatnya intrinsik,
lebih pada hubungan antara kelompok satu
misalnya keinginan untuk mendapatkan
dengan kelompok yang lain tepatnya pada
kepuasan, kesenangan, kebahagiaan, dan
sebuah organisasi sosial, terdiri dari:
kebersamaan.
12
Asosiasi
sosial
yang
didalamnya terjadi interaksi sosial sebagai
1. Legitimasi (Collective Approval) dan
Organisasi
sebuah hubungan antara individu dengan
Organisasi merupakan koordinasi upaya
individu lainnya atau antara kelompok
kolektif (coordination of collective effort)
yang satu dengan kelompok lain.13
dengan beberapa orang didalamnya serta
Dalam proses sosial yang mendasar
proses dari hasil pertukaran (exchange)
dan
yaitu struktur mikro dan struktur makro.14
Kekuatan untuk mengorganisir kelompok
Struktur Mikro dipahami bahwa asosiasi
tersebut
sosial berlangsung antara individu dengan
adanya suatu legitimasi dan manajemen
individu lainnya yang saling berinteraksi.
yang baik. Dengan didalamnya terdapat
Terdapat tiga bentuk mikro struktur yaitu :
susunan
1. Kebahagiaan
Legitimasi
seorang
individu
kompetisi
meninggalkan sebuah kesedihan bagi
terhadap
individu lainnya.
kolektif
di
dengan
stabil
(hirarki)
ialah
membutuhkan
kepengurusan.
penerimaan
kekuasaan
mengakui
antara
mereka.15
tersebut terdapat dua jenis asosiasi sosial,
kolektif
(power),
secara
kekuasaan
atasan
maupun organisasi sehingga semua pihak
12
Oscar Grusky and George A. Miller. 1970. The
Sociology of Organizations . New York: The Free
Press. Hal. 128
13
Loc.Cit
14
Ibid., Hlm. 132
bersedia melakukan/melaksanakan aturan
15
Ibid., Hlm. 133
6
atau
perintah
organisasi.
Penerimaan
para pekerja akibat memberikan legitimasi
kekuasaan (power) secara kolektif adalah
tanpa adanya respect terlebih dahulu.
bagaimana si pekerja, anggota organisasi
3. Legitimate authority
maupun staff ini mau melakukan apa yang
Legitimate authority atau otoritas
menjadi tugasnya secara sukarela atau
legitimasi
tanpa paksaan. Namun bukan berarti tanpa
kolektif atas kekuasaan organisasi sebagai
mengharapkan imbalan (reward) apa pun,
balasan (exchange) dari reward yang telah
justru
(collective
diberikan organisasi terhadap anggota
approval) tersebut terjadi akibat rasa
maupun staff-nya. Otoritas membutuhkan
hutang budi anggota, staff maupun pekerja
legitimasi sosial. Hanya dengan nilai yang
terhadap
upah
maupun
dianut secara kolektif dapat melegitimasi
(reward)
lain
sebagaimana
penerimaan
kolektif
penghargaan
dijelaskan
bukan
kekuasaan
sekedar
(power)
penerimaan
atasan
(leader)
sebelumnya.
sehingga membentuk sebuah otoritas.16
2. Leadership (Kepemimpinan)
Artinya harus terdapat nilai-nilai dan
Kekuasaan (Power) yang terlegitimasi
didalamnya dipegang seorang pemimpin.
Sebagai
seorang
pemimpin
power) yang terlegitimasi oleh anggota-
anggotanya, sehingga pimpinan (leader)
otoritas
terhadap
anggota-
anggotanya untuk mengatur segala sesuatu
yang
berjalan
didalamnya.
bawahan terhadap legitimasi leader.
Nilai dan norma sosial muncul
memiliki
kekuasaan mengorganisasikan (organizing
memiliki
norma sosial dalam penerimaan kolektif
Terdapat
dinamika tersendiri ketika power seorang
leader diterima dan ditolak oleh anggota-
anggotanya. Bagaimana penerimaan sosial
yang telah memberi legitimasi kepada
pemimpin itu berbeda dari respect (sikap
menghargai dan mengakui kemampuan
pimpinannya). Jadi lebih baik pekerja
mengakui kemampuan seorang leader baru
memberikan legitimasi daripada nantinya
menimbulkan sebuah pemberontakan dari
seiring dengan loyalitas yang cenderung
munculkan pemenuhan terhadap perintah
menjadi
sebuah
kewajiban
yang
dipaksakan oleh bawahan itu sendiri.
Penerimaan kolektif bawahan terhadap
kinerja
maupun
posisi
atasan
yang
memberikan keuntungan secara bersamasama meningkatkan norma sosial yang
melegitimasi otoritas.17 Sehingga, untuk
mendapatkan otoritas legitimasi, seorang
leader bukan hanya perlu melakukan atau
menyebarkan
pengaruh
individunya
(personal influence) saja, tetapi harus
mendahulukan
bawahan
16
17
kepentingan
(collective
Ibid., Hlm. 138
Loc.Cit
kolektif
interest
of
7
subordinate) dan menciptakan kewajiban
tanggung jawab dan mengelola kontribusi
bersama (joint obligation ).18 Dari sinilah
anggota organisasi.
Teori pertukaran Peter M. Blau,
tercipta loyalitas dan nilai serta norma
sosial yang dianut oleh bawahan dalam
digunakan
untuk
melihat
memberikan persetujuan atau penerimaan
pemberdayaan di Orsos Kasih Sayang
kolektif (collective approval).
membuka
akses
bahwa
pertukaran
antara
Selain itu otoritas ini hanya dapat
penyandang disabilitas dan relawan sosial
muncul pada struktur sosial.19 Kekuasaan
Desa Krebet. Pemberdayaan menurut Jim
dari pengaruh individu dalam hubungan
Ife yang berarti menyediakan sumberdaya,
struktur
kesempatan, kosakata, pengetahuan dan
mikro
tidak
dapat
menjadi
otoritas. Hanya norma-norma umum dari
keterampilan
kumpulan bawahan dapat melegitimasi
kemampuan mereka untuk menentukan
kontrol pengaruh atasan dan berpengaruh
masa depan mereka sendiri, dan untuk
pada kemauan bawahan untuk memenuhi
berpartisipasi
perintah yang justru dipaksakan oleh
untuk
meningkatkan
serta
mempengaruhi
kehidupan masyarakatnya.
Setidaknya
bawahan itu sendiri, dalam artian bebas
21
dari
kegiatan
dari paksaan dan tekanan atasan.
pemberdayaan dapat memberikan sesuatu
4.
yang lebih bermanfaat guna pembangunan
Organizing Collective Efforts.
Fungsi otoritas legitimasi ialah untuk
kesejahteraan dan kemandirian dalam
mengorganisasikan atau mengelola kinerja
suatu
kolektif
dalam
imbalan (reward) dengan memberikan
secara
peningkatan
pada
meyakinkan
skala
akhir
besar
penerimaan
masyarakat.
memberikan
bagi
sebagian
suatu
besar
umum.20 Yang dimaksud dengan kinerja
masyarakat yang terpinggirkan sehingga
kolektif
menciptakan
ialah
setiap
anggota
dalam
masyarakat
lebih
mereka
para
organisasi bersedia memberikan kontribusi
berkeadilan
sebagai
atau
penyandang disabilitas dan relawan sosial.
penghargaan atas apa yang diberikan oleh
Dengan adanya kegiatan pemberdayaan,
organisasi
baik
intrinsik
maupun
para relawan memiliki keterampilan dan
ekstrinsik,
materiil
maupun
imateriil.
Karena
imbalan
itulah
diperlukan untuk
18
Loc.Cit
Ibid., Hlm. 140
20
Ibid., Hlm. 141-142
19
atas
reward
seperti
yang
berpengalaman
otoritas
legitimasi
penyandang
mangatur,
membagi
disabilitas
21
dalam
disabilitas.
yang
terisolir
mendampingi
Penyandang
dan
tidak
Jim Ife dan Frank Toseriro. 2008. Community
Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal.
510
8
terjangkau
layanan
mendapatkan
memungkinkan
pelayanan,
berupa
untuk radio, senter, maupun jam dinding
dianggap
dapat
menyuburkan
tanah,
keterampilan, pendidikan, kesehatan, dan
mereka gunakan untuk pupuk. Sehingga
bersosialisasi
menurut
untuk
membangun
hasil
penelitian
dari
Kabupaten
Dinas
kepercayaan diri mereka dalam sebuah
Kesehatan
Ponorogo,
lingkungan masyarakat.
kandungan garam dalam tanah di Desa
Metodologis
Krebet dibilang hampir tidak ada.
yang
Selain itu dulunya diduga karena
digunakan dengan pendekatan studi kasus.
adanya perkawinan sedarah, dalam hal ini
Studi kasus jenis intrisik dengan kasus
perkawinan sedarah dimaknai sebagai
tunggal,
level
perkawinan yang terjadi antar sepupu.
analysis, dan memakai penyajian secara
Karena sifat gen adalah menurun, setelah
deskriptif. Metode tersebut digunakan
beberapa generasi, ada keturunannya yang
untuk
pola
mengalami
pertukaran antara relawan sosial dan
Kemudian
penyandang
kemiskinan yang menyebabkan kurang
Jenis
penelitian
kualitatif
menggunakan
melihat
single
interaksi
disabilitas
dalam
dalam
proses
keterbelakangan
didukung
oleh
mental.
adanya
gizi, kurang informasi, sehingga muncul
pemberdayaan di Orsos Kasih Sayang.
Pelaksanaan metodologi dilakukan
kecacatan.
dengan wawancara mendalam, observasi
langsung, dan studi dokumentasi. Analisis
data
menekankan
pada
penggunaan
strategi umum teoritis, penjodohan pola,
analisis
deret
waktu
sederhana,
dan
observasi berulang.
Penyebab Disabilitas
Desa Krebet yang terkenal dengan
sebutan
kampung
idiot
dikarenakan
memiliki banyak penyandang disabilitas,
Hal yang menyebabkan kampung ini
memiliki penyandang disabilitas adalah
tanah
yang
ada
di
Desa
Krebet
mengandung zat kapur. Diawali dari
pemahaman orang-orang dahulu bahwa
dalam bubuk batu baterai yang digunakan
Gambar 1.
Penyandang disabilitas dan
Kegiatan Pendampingan Berbasis Keluarga
9
Relasi Relawan Sosial dan Penyandang Disabilitas dalam Interaksi Struktur Mikro
Kebahagiaan timbul
Kesedihan
Penyandang
Disabilitas
Attraction
Relawan: Harus bagi waktu, berpanaspanas,medan sulit, lupa masak, untuk
dampingi
penyandang
disabilitas.
Panggilan
Penyandang Disabilitas: Senang dapat
hati, Jiwa
ketrampilan di Orsos, tdk menganggur,
diperhatikan, makan gratis 2x/hr.
KeluargaPenya
Intrinsic
ndang
Bahagia bisa membantu, Puas
Disabilitas
Penyandang disabilitas semangat,
banyak teman bisa canda tawa,
Micro
Structure
Relawan
Sosial
Egoism
Reward
Upah Uang bensin 75rb/org/bln,
dapat
ilmu,
pengetahuan,
ketrampilan, sanjungan keluarga
Ekstrnsic
Altruism
Punishment
Rasa bersalah tdk
melakukan
pendampingan ,
Gambar 2. Pola pertukaran Relawan dan Penyandang Disabilitas dalam Interaksi Struktur Mikro
Terdapat proses sosial yang paling
penyandang disabilitas memiliki semangat
mendasar alasan relawan sosial Desa
dalam melakukan pendidikan, pelatihan
Krebet
dan
mau
melakukan
interaksi
keterampilan.
Maupun
bersifat
disabilitas,
ekstrinsic, seperti keinginan kapabilitasnya
yaitu karena adanya konsep reward dan
diterima sebagai relawan Orsos, ketika
punishment. Dalam mendapatkan reward
tugas pendampingan dilakukan. Selain
dan punishment tersebut terdapat 2 proses
egoism,
sederhana yaitu egoism dan attraction.
interaksi dengan penyandang disabilitas
Disebut egoism karena ketika melakukan
atas dasar adanya ketertarikan (attraction).
interaksi
Yaitu
mendampingi
penyandang
didasarkan
atas
keinginan
relawan
ketika
sosial
ketertarikan
melakukan
atas
dasar
sosial
panggilan dari hati yang mempunyai jiwa
(reward), baik itu yang bersifat intrinsic
sosial dan tertanam sejak lama, sebagai
seperti
ungkapan pengabdian untuk membantu
mendapat
imbalan/penghargaan
bahagia
bisa
membantu
penyandang disabilitas, kepuasan ketika
tanpa ada paksaan.
10
Hukuman (punishment) yang terjadi
dan kepentingan pribadi relawan.
secara tidak langsung dan dirasakan oleh
Sedangkan penyandang disabilitas
relawan adalah ketika rasa bersalah tidak
bisa mendapat asupan gizi cukup baik,
melakukan pendampingan, terpaksa tidak
senang mendapat kesibukan baru seperti
bisa hadir karena ada kesibukan lain,
keterampilan,
sangsi moral, maupun kurang maksimal
bersosialisasi,
dalam pendampingan. Karena itu bisa
perhatian. Bentuk yang kedua dan ketiga
berakibat, penyandang disabilitas tidak
struktur mikro adalah adanya imbalan
terurus, dan menjadi beban tersendiri
(reward) yang sifatnya instrinsik, bantuan
ketika
dan imbalan (reward)
ketidakhadiran
pembicaraan
menjadi
teman-teman
bahan
relawan
berkumpul
serta
Asas
pendampingan bagi penyandang disabilitas
(altruism)
dengan
mengandung
disabilitas
dalam
yang sifatnya
mengutamakan
interaksi yang terjadi diantara relawan
penyandang
mendapatkan
ekstrinsik.
lainnya.
Oleh sebab itu secara garis besar
dan
yang
unsur
didalamnya
juga
egoism,
yaitu
struktur mikro, terbagi kedalam 3 bentuk
keinginan untuk mendapatkan imbalan
yaitu: kebahagiaan individu menimbulkan
(reward).
kesedihan bagi individu lainnya, terjadi
mendampingi
ketika relawan harus membagi waktu
datang kerumah mencoba memberikan
dalam melakukan pendampingan terhadap
pengertian
penyandang disabilitas,
keluarga penyandang disabilitas, yang
berpanas-panas
Terlihat
ketika
keinginan
penyandang
disabilitas
dan
pemahaman
kepada
untuk
tadinya ditolak oleh keluarga penyandang
mengantarkan makanan bagi penyandang
disabilitas, sampai akhirnya merekapun
disabilitas di rumah, terkadang lupa belum
mau
memasak untuk keluarga di rumah, disisi
pendampingan dari relawan sosial. Hal ini
lain rasa bersalah ketika tidak melakukan
karena relawan sosial lebih memahami apa
pendampingan, terpaksa tidak bisa hadir,
yang
harus bisa menerima konsekuensi jika
mendampingi
kerjanya dalam pendampingan kurang
respon senang dari keluarga penyandang
maksimal karena tidak pernah hadir
disabilitas ketika mereka masih ada yang
sehingga
memperhatikan
dengan
medan
menjadi
yang
bahan
sulit
pembicaraan
menerima,
seharusnya
menganggap
dilakukan
penyandang
(reward)
merupakan
bahwa
penting
dalam
disabilitas,
bentuk
teman-teman relawan lain. Hal inilah yang
imbalan
kapabilitas
menjadi dilema tersendiri bagi relawan
(kemampuan) relawan dalam melakukan
ketika dihadapkan dengan pendampingan
pendampingan diakui dan diterima oleh
11
keluarga penyandang disabilitas.
semangat inilah yang harus tetap dipupuk.
Motif intrinsik ternyata disini lebih
Keterlibatan
relawan
yang
mayoritas
dominan dalam relasi relawan sosial
perempuan, menunjukkan begitu penting
melakukan
pendampingan
peran perempuan dalam mengupayakan
penyandang
disabilitas.
terhadap
Dibanding
imbalan yang diterima tidak sebanding
sebuah
perubahan
pembangunan
dalam
kehidupan
suatu
masyarakat
dengan pengabdian mereka selama ini,
Pertukaran Relawan Sosial di Orsos Kasih Sayang dalam Interaksi Struktur Makro
Tdpt Hierarki kepengurusan,
Relawan mengakui keberadaan
pimpinan adl TKSK dan
adanya pendirian Orsos.
Orsos Kasih Sayang
Legitimasi
dan
Organisasi
Relawan
Sosial
Tidak mengetahui kemampuan TKSK
sebelumnya, Rasa tidak puas dengan
pemimpin tetapi tetap melaksanakan
tugas niat mengabdi .
Leader
ship
Macro Structure
Mengusulkan bantuan ketrampilan
ekonomi produktif untuk relawan,
pelaksanaan home industry
Pimpinan
Orsos (TKSK)
Legitimate
Authority
Mengumpulkan relawan
di Orsos dan rapat
koordinasi
Organizing
Collective Effort
Gambar 3. Pola Pertukaran Relawan dalam Struktur Makro
Kekuasaan (power ) pimpinan dalam
apakah itu sifatnya koordinatif (kerjasama)
Orsos ini mendapat legitimasi dari para
atau sifatnya konstruktif (perintah secara
relawan sebagai anggotanya, meskipun
langsung).
manajemen organisasi yang dilakukan oleh
mengakui
pimpinan kurang bagus. Hal ini terlihat
sebagai pimpinan Orsos dan bersedia
dari hierarki kepengurusan yang terdiri
melakukan
dari 2 ketua, yaitu Ketua I dan Ketua II,
kinerja organisasi yaitu rehabilitasi dan
kemudan garis komando juga tidak jelas,
pemberdayaan
Secara
kolektif
kekuasaan
perintah
(power )
pimpinan
bagi
relawan
ketua
dalam
penyandang
12
disabilitas.
Relawan
yang
bersedia
bisa
ditangani.
Penerimaan
kolektif
melakukan apa yang menjadi tugasnya
tersebut juga disisi lain tiap bulannya
secara sukarela dalam organisasi, karena
relawan mendapat upah atau mendapat
niat mereka dari awal untuk mengabdi,
imbalan materi (reward ekstrinsic) seperti
berdasarkan
relawan
motif
instrinsik
dalam
bisa
mendapatkan
ilmu,
pembahasan mikro struktur sebelumnya.
pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan
Meskipun pimpinan dalam Orsos Kasih
ketika mereka mendampingi penyandang
Sayang tersebut bukan murni dari pilihan
disabilitas.
Kinerja tersebut diberikan imbalan
mereka.
Kekuasaan pimpinan atau dalam hal
ini
TKSK
untuk
mengorganisasi
berupa uang bensin dan uang tali asih
untuk transportasi per bulannya lebih
(Organizing Power ), terlegitimasi oleh
kurang
sebesar
relawan.
Selain
itu
Namun
bisa
dibilang
dari
Rp.
imbalan
75.000,00/orang.
lainnya
kekuasaan untuk mengorganisasikan Orsos
memelihara
ini memiliki tata kelola yang tidak stabil.
diberikan dalam bentuk pelatihan home
Tidak ada kekompaskan yang terjalin
indutry untuk para relawan khususnya ibu-
meskipun keduanya sama-sama relawan
ibu, dalam pembuatan misalnya krupuk
sekaligus
pengurus,
singkong, kacang telur. Semenjak ada
sesama
penguruspun
rapat
koordinasi
juga
jarang
keberlanjutan
untuk
relawan
pelatihan home industry ini, relawan sosial
khususnya para ibu-ibu menjadi lebih giat
dilakukan.
Meski kekuasaan (power ) untuk
untuk datang melakukan pendampingan di
stabil,
Orsos Kasih Sayang. Karena sebelum ada
oleh
kegiatan home industry tersebut, relawan
anggota. Namun demikian semua proses
kadang rajin dan terkadang tidak untuk
pemberdayaan
melakukan pendampingan.
mengorganisasi
keberadaan
tidak
mereka
bisa
terlegitimasi
dan
rehabilitasi
bagi
penyandang disabilitas berjalan cukup
Kepemimpinan
(Leadership)
dan
sebelum
kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan
sudah
dalam Orsos mendapat legitimasi dari para
mengetahui akan tugas-tugas organisasi
relawan. Hal ini dikarenakan dari 25
yang harus dijalankan. Yang didalamnya
relawan yang berasal dari Krebet, 20
bukan berarti tanpa mengharapkan sebuah
diantaranya mayoritas relawan adalah
imbalan
penerimaan
perempuan, dan relawan yang laki-laki
kolektif tersebut karena imbalan (reward)
hanya berjumlah lima orang. Kekuasaan
yang diharapkan penyandang disabilitas
(power ) pimpinan dalam hal ini adalah
lancar.
organisasi
Karena
memang
terbentuk,
(reward),
relawan
justru
13
TKSK
(Tenaga
Kesejahteraan
Sosial
seorang pemimpin
(Leader )
Kecamatan) menjadi ketua Orsos yang
kewenangan
ditunjuk secara langsung oleh pihak Dinas
sesuatu
Sosial Kabupaten Ponorogo. Relawan
pelaksanaan
yang
dan
makanan, persiapan tempat ketika ada
sebagai
kunjungan dari pihak luar. Penerimaan
tunjukan dinsos, maka mereka menerima
sosial relawan terhadap pimpinan ini
begitu saja pimpinan tersebut secara
dikarenakan menghargai TKSK sebagai
sukarela. Karena alasan sudah tunjukan
pimpinan (Leader ).
kebanyakan
mengetahui
perempuan
bahwa
TKSK
Dinsos, yaitu Dinsos merupakan salah satu
pemangku
kepentingan
yang
Ponorogo,
sedangkan
TKSK
pemangku
kepentingan
yang
Kecamatan
Jambon
sebagai
ada
di
sebagian
mempermasalahkan,
diantaranya
secara
yang
mengatur
berjalan,
segala
mulai
pendampingan,
dari
distribusi
Karena sebelumnya relawan tidak
mengetahui
akan
dari
pemberontakan
dan
pimpinan,
ada
pembicaraan oleh teman-teman relawan
di
lokasi
besar
tidak
sering
maka
kemampuan
sebagai
pendampingan dan pembinaannya.
Mereka
untuk
memiliki
terjadi
tanpa
pimpinan.
Keadaan
memperlihatkan
bahwa
sepengetahuan
tersebut
konflik
laten
namun
beberapa
berlangsung disini, dalam hal ini teori
tidak
langsung
pertukaran tidak memperhatikan peran
atas
perempuan yang memiliki pengaruh dalam
dasar karena pimpinan jarang ke Orsos,
keputusan perjalanan kinerja organisasi,
ego yang tinggi dari pimpinan, kurang
sehingga leadership yang terlegitimasi
pandai dalam mengarahkan organisasi,
memunculkan otoritas legitimasi.
mengungkapkan
kekecewaannya
serta kurang berpengalaman. Dari bahasan
Otoritas legitimasi terlihat dalam
tersebut, dinamika yang terjadi dalam
kinerja Orsos ini ketika relawan merasa
kinerja relawan di Orsos Kasih Sayang
jenuh melakukan pendampingan, mereka
yaitu adanya keberpihakan kelompok.
menginginkan sebuah keterampilan yang
Antara
bermanfaat
posisi
kelompok yang memihak pada
ketua
I dan
kelompok
yang
bagi
mereka.
Selain
itu
keterampilan Home Industry yang telah
memihak pada ketua II, serta kelompok
diberikan
yang netral.
relawan untuk datang ke Orsos melakukan
TKSK sebagai pimpinan organisasi
terbukti
memacu
semangat
pendampingan.
mengorganisasi
Nilai-nilai dan norma sosial yang
(Organizing Power ) yang terlegitimasi
diminta dan disepakati atasan dan bawahan
oleh anggotanya. Sehingga TKSK sebagai
sehingga memunculkan kewajiban dalam
memiliki
kekuasaan
14
melaksanakan perintah organisasi, terlihat
pembenahan,
jika
mereka
ketidakpuasan dan jalannnya organisasi
memberikan bantuan terhadap tetangga
tidak bisa maksimal. Rasa ketidakpuasan
kiri kanan Orsos dan PMKS (Penyandang
atas kinerja pimpinan sebagai pemegang
Masalah Kesejahteraan Sosial), sehingga
kekuasaan
tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
sebenarnya, pertukaran yang terjadi adalah
Selain itu mereka juga menginginkan suatu
tidak seimbang .
ada
bantuan
datang
karena
memperlihatkan
terdapat
bagaimana
ketrampilan, dan direspon oleh pengurus
Maka atas inisiatif dari pendiri
seperti home industry, dan pembuatan
Orsos, dilakukanlah pembenahan pengurus
usulan proposal untuk bantuan ternak lele,
pada tanggal 9 Februari 2013 bertempat di
bebek, keterampilan menjahit, membatik
rumah Kepala Desa Krebet.
serta keterampilan lainnya untuk para
relawan dan penyandang disabilitas ringan
yang diajukan ke Pemerintah Pusat melalui
Dinas Sosial. Jadi untuk mendapatkan
otoritas legitimasi, seorang leader harus
mendahulukan
Sehingga
kepentingan
dalam
hal
ini
bawahan.
relawan
melaksanakan tugas pemberdayaan bagi
penyandang disabilitas tanpa paksaan dari
atasan, namun dipaksakan oleh bawahan
itu sendiri.
Otoritas
legitmasi
untuk
mengorganisasikan dan mengelola kinerja
kolektif
pimpinan digunakan untuk
mengorganisasikan kinerja dalam Orsos
Kasih Sayang meskipun rasa tidak puas
terhadap pimpinan ada, namun kinerja
para relawan tetap semangat apalagi
semenjak
ada
home
industry
yang
dilaksanakan setiap malam rabu. Sehingga
tinggal pengurusnya yang harus dilakukan
15
Proses Pemberdayaan dan Rehabilitasi Penyandang Disabilitas
Kementerian Sosial RI
BBRSBG
Orsos Kasih Sayang
Makro
Struktur
Reward Intrinsic & Ekstrinsic/
Pimpinan
Mikro
Struktur
Kegiatan pemberdayaan
Organizing
Collective Effort
Relawan
-Kesadaran
keluarga
penyandang disabilitas,
kemandirian penyandang
disabilitas mengurus diri
-Ketrampilan bikin keset,
bunga2an, 2 Penyandang
disabilitas disekolahkan
di SLB temanggung
Penyandang Disabilitas
-Penanaman
Kesadaran
-Pendidikan
-Pelatihan dan
keterampilan
Hasil
Reward
Intrinsic
Relawan
Sosial
- Pemberian bantuan
modal bagi 12
Penyandang disabilitas
- Pengusulan bantuan
latihan dan keterampilan
baik bagi relawan maupun
Tindak
Lanjut
Gambar 4. Proses Pemberdayaan Orsos Kasih Sayang
Kegiatan
yang
sebentuk layanan berbasis masyarakat.
berlangsung didalam Rumah Kasih Sayang
Dilihat dari aspek kegiatan yang ditangani,
berawal dari instruksi Kementerian sosial
pemberdayaan dan rehabilitasi sosial ini
menunjuk Balai Besar Bina Rehabilitasi
ditekankan
Sosial (BBRSBG) Kartini Temanggung
pemberian pelayanan kemanusiaan seperti
untuk mendampingi dan mengarahkan
kesehatan,
dalam
ketrampilan, dan pendampingan secara
kinerja
pemberdayaan
Orsos
Kasih
Sayang.
Sebelum melaksanakan rehabilitasi dengan
pada
pengembangan
pendidikan,
dan
pelatihan
personal bagi penyandang disabilitas.22
tujuan pemberdayaan bagi penyandang
Pelatihan dibidang pendampingan
disabilitas, maka terlebih dahulu para
dan pelayanan penyandang disabilitas,
relawan
seperti pertama , memberikan pelayanan
diberi
pemberdayaan
pelatihan
dan
dalam
rehabilitasi
bagi
penyandang disabilitas.
Pemberdayaan
gizi
makanan
tambahan
kepada
penyandang disabilitas. Bertujuan agar
yang
dilakukan
penyandang
disabilitas
mendapatkan
dalam Orsos Kasih Sayang ini harapan
kedepannya
dapat
digunakan
sebagai
22
Jim Ife dan Frank Toseriero. Op.Cit. Hal: 474
16
asupan gizi yang cukup, yang sebelumnya
kesehatan dan kebersihan tubuh, bisa
dimasak di Orsos Kasih Sayang, kemudian
melakukan aktivitas di rumah seperti
di diantarkan oleh relawan ke rumah-
membersihkan rumah, mencuci piring,
rumah
bersosialisasi
penyandang
disabilitas
setiap
dengan
orang.
Namun,
tentunya juga memerlukan bantuan dan
harinya.
Kedua yaitu memberikan bimbingan
dampingan dari pihak orang tua maupun
dan pendampingan terhadap penyandang
keluarga. Selain itu bagi penyandang
disabilitas
keluarga.
disabilitas dewasa juga diberikan hewan
Pendampingan ini sifatnya lebih pada
ternak kambing oleh pihak BBRSBG
pendampingan secara personal dengan
Temanggung,
mengutamakan penumbuhan kesadaran.
kesibukan di rumah. Ada juga penyandang
Penumbuhan
dilakukan
disabilitas yang telah menikah dengan
terhadap orang tua penyandang disabilitas
sesama penyandang disabilitas, namun
untuk sekaligus berperan serta mendorong
anak mereka juga normal. Pendampingan
anaknya
Pendampingan
dilakukan terhadap penyandang disabilitas
berbasis keluarga yang dilakukan lebih
yang telah menikah tersebut dengan cara
ditekankan
secara
memberikan
personal ke rumah-rumah. Meskipun pihak
berkeluarga,
keluarga sempat menolak untuk didatangi.
mendidik anaknya.
dengan
berbasis
kesadaran
bisa
mandiri.
pada
pendekatan
Hasilnyapun
juga
cukup
agar
mereka
pemahaman
cara-cara
pengertian
merawat
pemberian
Ketiga,
punya
dan
pendidikan
menggembirakan, mereka yang tadinya
dilakukan melalui kegiatan membaca,
tidak mau mandi, tidak mengetahui cara
menulis, mewarnai, sholat dan mengaji.
merawat diri, menjadi bisa hidup mandiri
Kegiatan tersebut dilakukan di Orsos
minimal bisa mandi sendiri, mencuci baju
Kasih Sayang Setiap hari minggunya,
sendiri, menjaga kebersihan diri, awalnya
dengan
tidak
pendamping di Orsos Kasih Sayang.
mau
dandan
akhirnya
mau
didampingi
oleh
relawan
Tujuan dari kegiatan tersebut, penyandang
berdandan.
menunjang
disabilitas
bisa
tersebut, pihak BBRSBG memberikan
mengenal
warna,
sabun, pasta gigi, sikat, gayung, bedak,
pembinaan akhlak kepada mereka.
Sedangkan
minyak
wangi
untuk
pada
Keempat,
penyandang
membaca,
bisa
pelatihan,
menulis,
sholat
dan
merupakan
disabilitas. Hal ini dimaksudkan dengan
peran edukatif yang paling spesifik, karena
tujuan penyandang disabilitas mampu
hal
merawat
mengajarkan penduduk untuk melakukan
dirinya
sendiri,
menjaga
tersebut
melibatkan
bagaimana
17
sesuatu.23 Kegiatan Pelatihan ketrampilan
awalnya
membuat
bunga,
diantaranya dibawa ke Temanggung untuk
gantungan kunci, jepitan rambut, bando
sekolah, dua lagi tidak aktif, dan sisanya
rambut, bros jilbab, sulak rafia, anyaman
12
parsel, tempat tisu, dan menghias guci.
penyandang disabilitas yang lainnya ada
keset,
Hasilnya
merangkai
keterampilan
membuat
orang
kesibukan
sebanyak
masih
sendiri
16
orang,
aktif.
di
dua
Sedangkan
rumah
seperti
banyak,
memelihara ternak, pergi ke sawah, kerja
bunga-bungaan,
bangunan, fisik yang tidak memungkinkan
bros, gantungan kunci, jepitan rambut,
untuk pergi ke Orsos Kasih Sayang,
cukup bagus dan hasilnya juga banyak
sisanya karena akses jalan ke Orsos yang
terjual waktu ada kunjungan-kunjungan
cukup jauh dari rumah mereka dan mereka
bakti sosial dari berbagai instansi dan
tidak ada yang mengantarkan.
keset
lumayan
ketrampilan
bagus
membuat
dan
masyarakat, serta ketika ada bazar. Untuk
12 orang yang aktif di Orsos Kasih
keterampilan seperti tempat tisu, bando
Sayang ini diusulkan oleh pihak pengurus
rambut, menghias guci, dan anyaman
untuk dikasih modal terkait keberlanjutan
terkendala masalah bahan selain itu tidak
akan kemahiran mereka berketerampilan,
semua relawan selalu hadir di setiap hari
dan
minggu untuk pendampingan.
pemerintah pusat untuk dikasih bantuan
hasilnya
telah
di
respon
oleh
tersebut
modal sebesar Rp. 2.500.000,00/orang.
kemampuan
Untuk penggunaan modal tersebut terkait
mengingat
penggunaannya untuk pembelian bahan
penyandang disabilitas intelektual adalah
dan pemasaran hasilnya tetap didampingi
yang perlu diberdayakan melalui pelatihan,
oleh pihak Orsos Kasih Sayang.
sisanya yang mereka dibilang idiot dan
Kesimpulan dan Saran
Program-program
disesuaikan
dengan
penyandang
disabilitas,
tidak
mampu
bahkan
berat
diberi
phisyotherapi terutama anak usia balita
dan sedang dalam masa pertumbuhan,
dilakukan setiap hari selasa dan kamis
sebelumnya namun sudah berakhir pada
Desember 2012.
Dari 132 data penyandang disabilitas
yang bisa dan mau datang ke Orsos
1. Pembahasan relasi relawan sosial dan
penyandang disabilitas dalam struktur
mikro
menunjukkan,
motif
yang
mendasari dari kesediaan relawan sosial
dalam penanganan penyandang disabilitas
melalui kegiatan pemberdayaan di Orsos
Kasih Sayang dikarenakan adanya motif
reward intrinsic yang kuat. Sebagai wujud
ikatan emosional dengan kesadaran dan
23
Ibid., Hal: 590
18
jiwa sosial tinggi yang dimiliki oleh para
pemberdayaan
yang
relawan. Yaitu keinginan agar rantai
semakin dikembangkan. Kegiatan dalam
penyebab disabilitas dapat terputus, dan
pemberdayaan
penyandang disabilitas di desanya dapat
penyandang disabilitas diharapkan dapat
mandiri.
memungkinkan
dan
kemudian
rehabilitasi
penyandang
bisa
sosial
disabilitas
pimpinan
mandiri minimal untuk merawat diri dan
digunakan untuk menjalankan organisasi.
mandiri secara sosial ekonomi untuk
Meskipun keberadaan pimpinan bukan
jangka panjang bagi mereka yang bisa
atas pilihan anggota yang tergabung dalam
diberdayakan.
2. Otoritas
yang
dimiliki
Pelatihan
Orsos, namun relawan tetap menjalankan
dan
keterampilan
perintah organisasi. Hal ini dikarenakan
relawan menjadikan kinerja relawan lebih
selain adanya motif ekstrinsic, mayoritas
bersemangat
yang menjadi relawan disini adalah ibu-ibu
pendampingan. Sehingga perlu diupayakan
dan mereka menganggap pimpinan atau
usaha-usaha lanjutan untuk memotivasi
yang menjadi ketua berasal dari tunjukan
kinerjanya. Karena mereka merupakan
Dinsos.
bagian dari proses terwujudnya sebuah
Bagi mereka perintah dari ketua
proyek
dalam
pemberdayaan,
melakukan
baik
bagi
harus dilaksanakan karena kewenangan
penyandang disabilitas khususnya dan
yang dimiliki oleh ketua tersebut. Dari
jangka
situlah kewenangan yang dimiliki oleh
pemberdayaan berbasis masyarakat di
pimpinan
dalam
Desa Krebet. Melihat peran perempuan
kolektif
tersebut, mereka memegang peran yang
menjadi
mengorganisasikan
basic
kinerja
relawan dalam organisasi. Hal tersebut
strategis
menunjukkan
dimiliki
bahwa
pimpinan
membangun
dan
panjang
untuk
dalam
keberlanjutan
terwujudnya
kekuasaan
yang
pemberdayaan,
adalah
tidak
kemandirian bagi penyandang disabilitas.
justru
Saran
membuat
pertukaran menjadi tidak seimbang yang
diberikan
mengakibatkan
masa
terjadilah
perombakan
alam
sebuah
yang
dengan
depan
mengupayakan
kemudian
dapat
mempertimbangkan
organisasi
sebagai
pengurus.
percontohan nasional pertama yang ada di
3. Proses pemberdayaan yang berlangsung
kabupaten Ponorogo. Maka terkait dengan
didalam Orsos Kasih Sayang ini karena
efektifitas
didalamnya terdapat reward intrisik dan
keberlanjutan organisasi, dapat dilakukan
ekstrinsik, ini berarti dengan adanya
dengan
pertukaran
kepengurusan dan tugas kerjanya bagi
semakin
memperkuat
dalam
pengelolaan
memperjelas
dan
struktur
19
Teori Pertukaran Peter M. Blau
pengurus dan divisi-divisinya di orsos.
dalam
Berlaku dalam analisis penelitian Relasi
administrasi Orsos. Seminimal mungkin
relawan Sosial dan Penyandang Disabilitas
dalam waktu 2 atau 3 bulan sekali
dalam Proses Pemberdayaan di Orsos
diadakan
Kasih Sayang Desa Krebet Kecamatan
Memperhatikan
ketertiban
briefing,
rapat
koordinasi,
transparansi, dan evaluasi dalam kinerja
Jambon
organisasi
akademisi
anggota
dengan
melibatkan
sehingga
tidak
semua
menimbulkan
perempuan
yang
Ponorogo.
ingin
Bagi
melanjutkan
penelitian ini, bisa diadakan penelitian
tindak lanjut terkait kinerja pengurus yang
kecemburuan sosial.
Membentuk
Kabupaten
perkumpulan
untuk
khusus
mengembangkan
baru dengan melihat dari perkembangan
kegiatan
pemberdayaan,
pola
keterampilan
strukturasinya dan menganalisisnya dari
dengan melibatkan masyarakat setempat
sisi pemberdayaan, agen, dan struktur yang
yang diorientasikan pada perkembangan
berperan dalam organisasi tersebut. Selain
home industry di lingkungan Desa Krebet.
itu
Dinas
diaplikasikan
kegiatan
pelatihan
sosial
dan
perlu
perkembangan
mengupayakan
dan
berkelanjutan.
Dinas
memberikan
dan
orientasi
kewirusahaan
berkelanjutan
khususnya
juga
melihat
bisa
beragam
yang
masyarakat kita sehari-hari yang terkadang
dapat
tanpa disadari, serta dapat digunakan
pelatihan
untuk kepentingan pengembangan teori
UMKM
ketrampilan
untuk
ini
pertukaran yang terjadi didalam struktur
pengarahan
bantuan
pertukaran
melalui
Orsos
pendampingan
teori
manajemen
untuk
pertukaran itu sendiri.
secara
untuk
home
Daftar Pustaka
Data Profil Desa Krebet. 2011.
industry bagi penyandang disabilitas dan
relawan sosial. Bagi penerima manfaat
(relawan,
keluarga)
penyandang
kegiatan
disabilitas,
industri
ini
bisa
diorientasikan untuk kepentingan usaha
bagi relawan dan penyandang disabilitas
dibawah naungan Orsos untuk pemasaran
dan perrmodalan. Sedikit banyak kegiatan
ini akan memberikan keuntungan dengan
sendirinya
kesejahteraan.
dalam
mengusahakan
Data Orsos Kasih Sayang.. 2011.
Edwards. Steven D. 2005. Disability:
Definition, Value and Identity. New
york: Redcliffe Publishing.
Jim
Ife dan Frank Toseriro. 2008.
Community
Development.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kriyantono, Rachmad. 2007. Teknik
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenata Media Group.
20
Miller, George A. dan
Grusky, Oscar.
1970. The Sociology of Organizations .
New York: The Free Press.
Moleong, Lexy
J. 2006. Metodologi
Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Pardigma
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus: Desain
dan Metode. Yogyakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soeharto, Edi.
Penerapan Kebijakan
Publik bagi Masyarakat dengan
Kebutuhan Khusus, Pengalaman
Kementerian Sosial, disampaikan
pada diskusi terbatas . Pusat Kajian
Manajemen Pelayanan LAN RI di
Hotel SahiraBogor, 9-10 Oktober
2010.
Ageda. 2011. Disability in Southeast Asian
Countries.
Diakses
pada
http://www2.agendaasia.org/index.p
hp/information/disability-inasean/88-disability-in-southeastasian-countries.
Diakses
Pada
Tanggal 10 Juni 2013 Pukul: 21:34
WIB.
Wardhani Nugroho, Hilmia. 2012. Yuk
Merengkuh tangan Penyandang
Disabilitas.
Dikases
pada
http://benitoramionugroho.blogspot.com/2012/05/yukmerengkuh-tangan-penyandang.html
. Sumber (jpnn.com, 11/4/2012).
Diakses pada tanggal 25 Februari
2013. Pukul: 09:00 WIB.
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1997.
Tentang Penyandang Cacat. Diakses
Pada World Wide Web At:
http://adgi.or.id/wpcontent/uploads/2011/10/UndangUndang-tahun-1997-04-97TENTANG-PENYANDANGCACAT.pdf. Diakses Pada Tanggal:
4 Desember 2012 Pukul. 14:33 WIB.
Febriansyah. 2009. Menjadi Relawan di
Australia . Diakses pada World Wide
Web
At:
http://gusfeb99.multiply.com/journal
/item/31/Menjadi-Relawan-diAustralia?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem. Diakses Pada
Tanggal 8 Desember 2012. Pukul.
13:32 WIB.
DALAM PROSES PEMBERDAYAAN BERBASIS EXCHANGE THEORY
(Studi Kasus Pada Orsos Kasih Sayang Desa Krebet Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo)
Rina Juwitasari
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2013
ABSTRAK
Desa Krebet merupakan salah satu desa di Ponorogo yang memiliki penyandang
disabilitas. Karena permasalahan tersebut desa ini terkenal dengan julukan “Kampung Idiot”.
Penanganan penyandang disabilitas dilakukan dengan pendirian Orsos Kasih Sayang rintisan
Kemensos RI, yaitu Orsos yang dijadikan Percontohan Nasional yang ada di Kabupaten
Ponorogo Jawa Timur dengan dibantu masyarakat Desa Krebet setempat yang bersedia
sebagai relawan. Mengingat kinerja relawan sosial bisa dibilang berat, dan imbalan yang
diterima berupa materi tidak seberapa, hal ini tentunya akan berpengaruh pada kelanjutan
pengabdiannya. Penelitian ini menggunakan teori Pertukaran Peter M. Blau dan Konsep
Pemberdayaan, menjelaskan interaksi dalam pertukaran yang berlangsung dalam proses
pemberdayaan dan rehabilitasi sosial antara relawan dan penyandang disabilitas di Orsos
Kasih Sayang. Jenis penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Menekankan pada metode wawancara mendalam dalam penghimpunan data (indepth
interview), sedangkan penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas relawan sosial
disini adalah perempuan, pola pertukaran yang terjadi lebih didasari karena kuatnya motif
intrinsik dilevel mikro. Didorong motif ekstrinsik di level makro khususnya yaitu dengan
adanya home industry bagi relawan, relawan menjadi semangat dalam melakukan
pendampingan. Dari kedua motif tersebut terlihat bahwa pertukaran memperkuat
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di Orsos. Proses pemberdayaan ini dilakukan melalui
penumbuhan kesadaran, pendidikan, pelatihan dan ketrampilan. Hasil dari proses
pemberdayaan, banyak penyandang disabilitas yang bisa mengurus dirinya sendiri, mampu
baca tulis dan sholat, kemampuan ketrampilan sudah mahir dan sudah banyak yang terjual,2
orang dibawa ke Temanggung untuk disekolahkan dan 12 orang di Orsos mendapat bantuan
modal 2.500.000/org dari pemerintah pusat.
Kata Kunci: Relawan, Penyandang Disabilitas, Orsos Kasih Sayang, Pemberdayaan
Pendahuluan
Penyandang disabilitas merupakan
salah
satu
kesejahteraan
penyandang
sosial
masalah
Handicaps)
bahwa
memberikan definisi,
dalam konteks dunia kesehatan,
perlu
disabilitas adalah setiap pembatasan atau
diperhatikan, diberdayakan, serta dilatih
kekurangan (akibat gangguan) kemampuan
kemandirian mereka dalam hal sosial
untuk melakukan suatu kegiatan dengan
ekonomi.
cara atau dalam rentang yang dianggap
ICIDH
yang
and
(International
Classification of Impairments, Disabilities
1
2
manusia.1Kementerian
dengan kondisi miskin.Yang terdapat pada
Sosial RI melaporkan pada tahun 2007
lima titik lokasi, yaitu Desa Sidoharjo,
penyandang
Desa Pandak, Desa Karangpatihan, Desa
normal
untuk
disabilitas
berjumlah
2
sebanyak 7,8 juta jiwa. Menurut
data
Krebet.
Kementerian Kesehatan pada tahun 2011
Sebutan “Kampung Idiot” bukan
jumlah penyandang disabilitas mencapai
berarti warga satu kampung mengalami
6,7 juta jiwa.3Sedangkan menurut catatan
idiot semua. Pada dasarnya kondisi desa
WHO
tersebut sama seperti desa pada umumnya,
(World
penyandang
Health
Organization )
disabilitas
Indonesia
jumlah
tersebut
Indonesia
terbesar
yang
di
dengan
menduduki
sejahtera. Yang membedakan, didalamnya
memiliki
ada beberapa warganya yang mengalami
Fenomena penyandang disabilitas
terdapat
masyarakatnya
keluarga sejahtera, menengah, maupun pra
penyandang disabilitas se-Asia Tenggara.4
juga
kondisi
Dalam
mencapai 36.841.956 juta jiwa.
angka
yaitu
Ponorogo,
yang
keterbelakanganan
mental.
Sebutan
”Kampung Idiot” lebih tertuju pada Desa
Krebet yang merupakan lokasi dari fokus
sebelumnya Ponorogo sempat diberitakan
penelitian
ini.
dan ditampilkan melalui media memiliki
disebabkan, sebelum tahun 2007 Desa
“kampung idiot” karena di desa tersebut
Krebet
beberapa diantara warganya mengalami
wilayah, dengan jumlah keluarga miskin
keterbelakangan mental, lokasi terpencil
dan penyandang disabilitas kurang lebih
belum
Hal
tersebut
melakukan
lebih
pemekaran
500 orang.
Setelah pemekaran wilayah, jumlah
1
Steven D. Edwards. 2005. Disability: Definition,
Value and Identity. New york: Redcliffe
Publishing. Hal: 11.
2
Edi Soeharto. Penerapan Kebijakan Publik bagi
Masyarakat
dengan
Kebutuhan
Khusus ,
Pengalaman Kementerian Sosial, disampaikan pada
diskusi terbatas . Pusat Kajian Manajemen
Pelayanan LAN RI di Hotel SahiraBogor, 9-10
Oktober 2010.
3
Hilmia Wardhani Nugroho. 2012. Yuk Merengkuh
tangan Penyandang Disabilitas . Dikases pada
http://benitoramionugroho.blogspot.com/2012/05/yuk-merengkuhtangan-penyandang.html . Sumber (jpnn.com,
11/4/2012). Diakses pada tanggal 25 Februari
2013. Pukul: 09:00 WIB.
4
Ageda. 2011. Disability in Southeast Asian
Countries.
Diakses
pada
http://www2.agendaasia.org/index.php/information
/disability-in-asean/88-disability-in-southeastasian-countries. Diakses Pada Tanggal 10 Juni
2013 Pukul: 21:34 WIB
keluarga miskin sebanyak 881 KK5 dan
penyandang disabilitas dengan macammacam
disabilitasnya
sejumlah
132
orang.6 Mulai dari tuna fisik, tuna grahita,
tuna wicara, tuna rungu, serta tuna fisik
dan mental mulai dari usia balita, anakanak, remaja, dewasa, dan lansia dengan
sebagian besar berada pada usia produktif
antara 30 sampai 40 tahun. Kondisi ini
diperparah dengan penyandang disabilitas
5
6
Data Profil Desa Krebet. 2011.
Data Orsos Kasih Sayang.. 2011.
3
mayoritas berasal dari keluarga miskin,
pendidikan
rendah
bahkan
tidak
Keberadaan relawan sosial yang
disebut sebagai kader pendamping di
berpendidikan serta terbatasnya lapangan
Orsos
pekerjaan di daerah setempat.
masyarakat
Penanganan
didirikannya
dilakukan
sebuah
organisasi
dengan
sosial
Kasih
Sayang,
Desa
berasal
Krebet
Kecamatam
Jambon Kabupaten Ponorogo
sangat
membantu
Kasih Sayang di Desa Krebet Kec. Jambon
masalah
oleh kementerian sosial RI pada tanggal 26
desanya.
dalam
penyandang
dari
tentunya
menangani
disabilitas
di
Oktober 2011. Sebagai wujud tanggung
Mengingat saat ini di Indonesia
jawab sosial dari pemerintah seperti yang
sedikitnya minat untuk menjadi seorang
tertuang dalam Undang-Undang No. 4
relawan sosial dalam proses pemberdayaan
Tahun 1997 tentang penyandang cacat/
dan rehabilitasi.8 Tidak jarang iklan yang
disabilitas.7
penyandang
harus
dipasang
berulang-ulang
Orsos
ini
karena tidak ada satupun yang mendaftar.
memiliki
program untuk rehabilitasi,
Jika formulir tersebut terisi, yang mengisi
upaya
pemberdayaan
yang
Sayang
sama
kinerjanya,
sebagai
Kasih
Dalam
mengarah
dan
pada
kemandiriaan
adalah
orang
yang
juga
merangkap
menjadi relawan di beberapa organisasi.9
penyandang disabilitas dengan membuat
Realitas yang miris ketika minat
kelompok kerja kader rehabilitasi berbasis
menjadi seorang relawan dari kaum muda
keluarga dan kader pendamping di Orsos
sangat
kurang.
berjumlah 25 orang, terdiri dari 20
berasal
dari
perempuan
menghabiskan waktunya dengan kegiatan
dan
5
pelaksanaan kinerja
laki-laki.
Awal
didampingi oleh
sosial.
Kebanyakan
orang-orang
Kecenderungan
relawan
tua
yang
yang
terlintas
BBRSBG (Balai Besar Rehabilitasi Sosial
ketika kita mengingat kata „‟relawan‟‟,
Bina Grahita) Kartini Temanggung dalam
persepsi masyarakat awam identik dengan
membantu
penyandang
penanganan dan evakuasi terhadap korban
Disabilitas yang bertujuan memutus tali
bencana alam. Hal tersebut tidak berbeda
rantai penyebab disabilitas.
halnya ketika di daerah Ponorogo, minat
penanganan
8
7
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1997. Tentang
Penyandang Cacat. Diakses Pada World Wide
Web
At:
http://adgi.or.id/wpcontent/uploads/2011/10/Undang-Undang-tahun1997-04-97-TENTANG-PENYANDANGCACAT.pdf. Diakses Pada Tanggal: 4 Desember
2012 Pukul. 14:33 WIB.
Febriansyah. 2009. Menjadi Relawan di
Australia . Diakses pada World Wide Web At:
http://gusfeb99.multiply.com/journal/item/31/Menj
adi-Relawan-diAustralia?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2
Fitem. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2012.
Pukul. 13:32 WIB
9
Loc.Cit
4
untuk
menjadi
relawan
sosial
dari
dirasa kurang. Akan tetapi para relawan
kalangan muda juga hampir tidak ada, di
masih
Desa Krebet sendiri kebanyakan yang
membantu
menjadi relawan adalah dari golongan usia
mau
mereka
untuk
yang
kurang
11
beruntung.
35 sampai dengan 40an tahun keatas yang
menyempatkan
Beberapa referensi dan penelitian
ingin mengisi waktu luang mereka dengan
ilmiah
tujuan mengabdi dan bermanfaat bagi
pemberdayaan
orang lain sesuai kesediaannya. Setelah
pelayanan bagi penyandang disabilitas.
setahun lebih organisasi sosial berdiri dan
Namum tidak begitu membahas dan
pendampingan
menekankan
yang
dilakukan
oleh
mayoritas
dan
pada
membahas
tentang
aksesibilitas
kebutuhan
serta
akan
relawan sosial atau kader pendamping
pentingnya tenaga kesejahteraan sosial.
terhadap penyandang disabilitas, relawan
Terutama relawan sosial
sosial di Organisasi Sosial Kasih Sayang
dengan keberlangsungannya dalam proses
beberapa diantaranya mulai merasakan
pemberdayaan
kejenuhan
apa
kesejahteraan sosial pada penyandang
imbalan yang diterima ketika mereka
disabilitas di daerah pedesaan seperti di
melakukan
Desa Krebet. Meskipun hal yang selalu
dan
terhadap
mempertanyakan
kegiatan
pendampingan
penyandang
disabilitas.
ditekankan
yang terkait
penyandang
oleh
masalah
pemerintah
adalah
Sedangkan mereka atau dalam hal ini
rehabilitasi berbasis masyarakat, namun
relawan
untuk
perlu diperhatikan dan diupayakan dalam
saja
membangun kesadaran dan kesediaan
sosial
memenuhi
merasa
kebutuhan
bahwa
sehari-hari
mereka kesulitan.10
masyarakat dalam membantu. Karena
bagaimana
kebanyakan masyarakat Indonesia ketika
kader pendamping atau dalam hal ini
melihat fenomena penyandang disabilitas,
disebut sebagai relawan sosial dalam
perasaan yang muncul adalah perasaan
bekerja
kasihan
Penekanannya
adalah
memberikan
sumbangsih
dan
perasaan
untuk
karena
takut
tenaganya di masyarakat dengan sedikit
berinteraksi
imbalan
menyinggung perasaan dari penyandang
namun
mereka
mau
melakukannya. Apalagi di zaman ekonomi
yang
serba
memenuhi
sulit
ini,
kebutuhan
seperti
sehari-hari
membantu
risih
disabilitas itu sendiri.
untuk
saja
10
Hasil wawancara dengan Pihak Dinas Sosial
Ponorogo dan Pengurus Organisasi Sosial Kasih
Sayang. 26 Desember Tahun 2012
11
Hasil wawancara dengan Pengurus Organisasi
Sosial Kasih Sayang. 26 Desember Tahun 2012
5
2. Individu melakukan sesuatu untuk
Tinjauan Teoritis
Peter
M.
Blau
dalam
teori
individu
yang
lain
hanya
pertukaran mengemukakan, bahwa pada
menginginkan sebuah kebersamaan,
dasarnya orang-orang yang melakukan
maupun
interaksi dengan membantu
Intrinsic).
orang lain
kebahagiaan
(Reward
adalah tidak benar-benar didasari oleh rasa
3. Melakukan sesuatu untuk individu
ketulusan, akan tetapi selalu terdapat
lainnya sebagai bentuk untuk mencari
maksud
sebuah
tertentu
didalamnya.
ekstrinsik
Baik
yang
itu
(keinginan
diinginkan
yang
bersifat
untuk
dipuji,
keserakahan, dsb) maupun
perhatian,
dengan
tujuan
mencari sorotan publik, maupun ingin
diapresiasi
keinginan
sebagai
seorang
good
helper (Exstrinsic).
untuk mendapatkan penghargaan sosial
Sedangkan struktur makro sifatnya
dari orang lain yang sifatnya intrinsik,
lebih pada hubungan antara kelompok satu
misalnya keinginan untuk mendapatkan
dengan kelompok yang lain tepatnya pada
kepuasan, kesenangan, kebahagiaan, dan
sebuah organisasi sosial, terdiri dari:
kebersamaan.
12
Asosiasi
sosial
yang
didalamnya terjadi interaksi sosial sebagai
1. Legitimasi (Collective Approval) dan
Organisasi
sebuah hubungan antara individu dengan
Organisasi merupakan koordinasi upaya
individu lainnya atau antara kelompok
kolektif (coordination of collective effort)
yang satu dengan kelompok lain.13
dengan beberapa orang didalamnya serta
Dalam proses sosial yang mendasar
proses dari hasil pertukaran (exchange)
dan
yaitu struktur mikro dan struktur makro.14
Kekuatan untuk mengorganisir kelompok
Struktur Mikro dipahami bahwa asosiasi
tersebut
sosial berlangsung antara individu dengan
adanya suatu legitimasi dan manajemen
individu lainnya yang saling berinteraksi.
yang baik. Dengan didalamnya terdapat
Terdapat tiga bentuk mikro struktur yaitu :
susunan
1. Kebahagiaan
Legitimasi
seorang
individu
kompetisi
meninggalkan sebuah kesedihan bagi
terhadap
individu lainnya.
kolektif
di
dengan
stabil
(hirarki)
ialah
membutuhkan
kepengurusan.
penerimaan
kekuasaan
mengakui
antara
mereka.15
tersebut terdapat dua jenis asosiasi sosial,
kolektif
(power),
secara
kekuasaan
atasan
maupun organisasi sehingga semua pihak
12
Oscar Grusky and George A. Miller. 1970. The
Sociology of Organizations . New York: The Free
Press. Hal. 128
13
Loc.Cit
14
Ibid., Hlm. 132
bersedia melakukan/melaksanakan aturan
15
Ibid., Hlm. 133
6
atau
perintah
organisasi.
Penerimaan
para pekerja akibat memberikan legitimasi
kekuasaan (power) secara kolektif adalah
tanpa adanya respect terlebih dahulu.
bagaimana si pekerja, anggota organisasi
3. Legitimate authority
maupun staff ini mau melakukan apa yang
Legitimate authority atau otoritas
menjadi tugasnya secara sukarela atau
legitimasi
tanpa paksaan. Namun bukan berarti tanpa
kolektif atas kekuasaan organisasi sebagai
mengharapkan imbalan (reward) apa pun,
balasan (exchange) dari reward yang telah
justru
(collective
diberikan organisasi terhadap anggota
approval) tersebut terjadi akibat rasa
maupun staff-nya. Otoritas membutuhkan
hutang budi anggota, staff maupun pekerja
legitimasi sosial. Hanya dengan nilai yang
terhadap
upah
maupun
dianut secara kolektif dapat melegitimasi
(reward)
lain
sebagaimana
penerimaan
kolektif
penghargaan
dijelaskan
bukan
kekuasaan
sekedar
(power)
penerimaan
atasan
(leader)
sebelumnya.
sehingga membentuk sebuah otoritas.16
2. Leadership (Kepemimpinan)
Artinya harus terdapat nilai-nilai dan
Kekuasaan (Power) yang terlegitimasi
didalamnya dipegang seorang pemimpin.
Sebagai
seorang
pemimpin
power) yang terlegitimasi oleh anggota-
anggotanya, sehingga pimpinan (leader)
otoritas
terhadap
anggota-
anggotanya untuk mengatur segala sesuatu
yang
berjalan
didalamnya.
bawahan terhadap legitimasi leader.
Nilai dan norma sosial muncul
memiliki
kekuasaan mengorganisasikan (organizing
memiliki
norma sosial dalam penerimaan kolektif
Terdapat
dinamika tersendiri ketika power seorang
leader diterima dan ditolak oleh anggota-
anggotanya. Bagaimana penerimaan sosial
yang telah memberi legitimasi kepada
pemimpin itu berbeda dari respect (sikap
menghargai dan mengakui kemampuan
pimpinannya). Jadi lebih baik pekerja
mengakui kemampuan seorang leader baru
memberikan legitimasi daripada nantinya
menimbulkan sebuah pemberontakan dari
seiring dengan loyalitas yang cenderung
munculkan pemenuhan terhadap perintah
menjadi
sebuah
kewajiban
yang
dipaksakan oleh bawahan itu sendiri.
Penerimaan kolektif bawahan terhadap
kinerja
maupun
posisi
atasan
yang
memberikan keuntungan secara bersamasama meningkatkan norma sosial yang
melegitimasi otoritas.17 Sehingga, untuk
mendapatkan otoritas legitimasi, seorang
leader bukan hanya perlu melakukan atau
menyebarkan
pengaruh
individunya
(personal influence) saja, tetapi harus
mendahulukan
bawahan
16
17
kepentingan
(collective
Ibid., Hlm. 138
Loc.Cit
kolektif
interest
of
7
subordinate) dan menciptakan kewajiban
tanggung jawab dan mengelola kontribusi
bersama (joint obligation ).18 Dari sinilah
anggota organisasi.
Teori pertukaran Peter M. Blau,
tercipta loyalitas dan nilai serta norma
sosial yang dianut oleh bawahan dalam
digunakan
untuk
melihat
memberikan persetujuan atau penerimaan
pemberdayaan di Orsos Kasih Sayang
kolektif (collective approval).
membuka
akses
bahwa
pertukaran
antara
Selain itu otoritas ini hanya dapat
penyandang disabilitas dan relawan sosial
muncul pada struktur sosial.19 Kekuasaan
Desa Krebet. Pemberdayaan menurut Jim
dari pengaruh individu dalam hubungan
Ife yang berarti menyediakan sumberdaya,
struktur
kesempatan, kosakata, pengetahuan dan
mikro
tidak
dapat
menjadi
otoritas. Hanya norma-norma umum dari
keterampilan
kumpulan bawahan dapat melegitimasi
kemampuan mereka untuk menentukan
kontrol pengaruh atasan dan berpengaruh
masa depan mereka sendiri, dan untuk
pada kemauan bawahan untuk memenuhi
berpartisipasi
perintah yang justru dipaksakan oleh
untuk
meningkatkan
serta
mempengaruhi
kehidupan masyarakatnya.
Setidaknya
bawahan itu sendiri, dalam artian bebas
21
dari
kegiatan
dari paksaan dan tekanan atasan.
pemberdayaan dapat memberikan sesuatu
4.
yang lebih bermanfaat guna pembangunan
Organizing Collective Efforts.
Fungsi otoritas legitimasi ialah untuk
kesejahteraan dan kemandirian dalam
mengorganisasikan atau mengelola kinerja
suatu
kolektif
dalam
imbalan (reward) dengan memberikan
secara
peningkatan
pada
meyakinkan
skala
akhir
besar
penerimaan
masyarakat.
memberikan
bagi
sebagian
suatu
besar
umum.20 Yang dimaksud dengan kinerja
masyarakat yang terpinggirkan sehingga
kolektif
menciptakan
ialah
setiap
anggota
dalam
masyarakat
lebih
mereka
para
organisasi bersedia memberikan kontribusi
berkeadilan
sebagai
atau
penyandang disabilitas dan relawan sosial.
penghargaan atas apa yang diberikan oleh
Dengan adanya kegiatan pemberdayaan,
organisasi
baik
intrinsik
maupun
para relawan memiliki keterampilan dan
ekstrinsik,
materiil
maupun
imateriil.
Karena
imbalan
itulah
diperlukan untuk
18
Loc.Cit
Ibid., Hlm. 140
20
Ibid., Hlm. 141-142
19
atas
reward
seperti
yang
berpengalaman
otoritas
legitimasi
penyandang
mangatur,
membagi
disabilitas
21
dalam
disabilitas.
yang
terisolir
mendampingi
Penyandang
dan
tidak
Jim Ife dan Frank Toseriro. 2008. Community
Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal.
510
8
terjangkau
layanan
mendapatkan
memungkinkan
pelayanan,
berupa
untuk radio, senter, maupun jam dinding
dianggap
dapat
menyuburkan
tanah,
keterampilan, pendidikan, kesehatan, dan
mereka gunakan untuk pupuk. Sehingga
bersosialisasi
menurut
untuk
membangun
hasil
penelitian
dari
Kabupaten
Dinas
kepercayaan diri mereka dalam sebuah
Kesehatan
Ponorogo,
lingkungan masyarakat.
kandungan garam dalam tanah di Desa
Metodologis
Krebet dibilang hampir tidak ada.
yang
Selain itu dulunya diduga karena
digunakan dengan pendekatan studi kasus.
adanya perkawinan sedarah, dalam hal ini
Studi kasus jenis intrisik dengan kasus
perkawinan sedarah dimaknai sebagai
tunggal,
level
perkawinan yang terjadi antar sepupu.
analysis, dan memakai penyajian secara
Karena sifat gen adalah menurun, setelah
deskriptif. Metode tersebut digunakan
beberapa generasi, ada keturunannya yang
untuk
pola
mengalami
pertukaran antara relawan sosial dan
Kemudian
penyandang
kemiskinan yang menyebabkan kurang
Jenis
penelitian
kualitatif
menggunakan
melihat
single
interaksi
disabilitas
dalam
dalam
proses
keterbelakangan
didukung
oleh
mental.
adanya
gizi, kurang informasi, sehingga muncul
pemberdayaan di Orsos Kasih Sayang.
Pelaksanaan metodologi dilakukan
kecacatan.
dengan wawancara mendalam, observasi
langsung, dan studi dokumentasi. Analisis
data
menekankan
pada
penggunaan
strategi umum teoritis, penjodohan pola,
analisis
deret
waktu
sederhana,
dan
observasi berulang.
Penyebab Disabilitas
Desa Krebet yang terkenal dengan
sebutan
kampung
idiot
dikarenakan
memiliki banyak penyandang disabilitas,
Hal yang menyebabkan kampung ini
memiliki penyandang disabilitas adalah
tanah
yang
ada
di
Desa
Krebet
mengandung zat kapur. Diawali dari
pemahaman orang-orang dahulu bahwa
dalam bubuk batu baterai yang digunakan
Gambar 1.
Penyandang disabilitas dan
Kegiatan Pendampingan Berbasis Keluarga
9
Relasi Relawan Sosial dan Penyandang Disabilitas dalam Interaksi Struktur Mikro
Kebahagiaan timbul
Kesedihan
Penyandang
Disabilitas
Attraction
Relawan: Harus bagi waktu, berpanaspanas,medan sulit, lupa masak, untuk
dampingi
penyandang
disabilitas.
Panggilan
Penyandang Disabilitas: Senang dapat
hati, Jiwa
ketrampilan di Orsos, tdk menganggur,
diperhatikan, makan gratis 2x/hr.
KeluargaPenya
Intrinsic
ndang
Bahagia bisa membantu, Puas
Disabilitas
Penyandang disabilitas semangat,
banyak teman bisa canda tawa,
Micro
Structure
Relawan
Sosial
Egoism
Reward
Upah Uang bensin 75rb/org/bln,
dapat
ilmu,
pengetahuan,
ketrampilan, sanjungan keluarga
Ekstrnsic
Altruism
Punishment
Rasa bersalah tdk
melakukan
pendampingan ,
Gambar 2. Pola pertukaran Relawan dan Penyandang Disabilitas dalam Interaksi Struktur Mikro
Terdapat proses sosial yang paling
penyandang disabilitas memiliki semangat
mendasar alasan relawan sosial Desa
dalam melakukan pendidikan, pelatihan
Krebet
dan
mau
melakukan
interaksi
keterampilan.
Maupun
bersifat
disabilitas,
ekstrinsic, seperti keinginan kapabilitasnya
yaitu karena adanya konsep reward dan
diterima sebagai relawan Orsos, ketika
punishment. Dalam mendapatkan reward
tugas pendampingan dilakukan. Selain
dan punishment tersebut terdapat 2 proses
egoism,
sederhana yaitu egoism dan attraction.
interaksi dengan penyandang disabilitas
Disebut egoism karena ketika melakukan
atas dasar adanya ketertarikan (attraction).
interaksi
Yaitu
mendampingi
penyandang
didasarkan
atas
keinginan
relawan
ketika
sosial
ketertarikan
melakukan
atas
dasar
sosial
panggilan dari hati yang mempunyai jiwa
(reward), baik itu yang bersifat intrinsic
sosial dan tertanam sejak lama, sebagai
seperti
ungkapan pengabdian untuk membantu
mendapat
imbalan/penghargaan
bahagia
bisa
membantu
penyandang disabilitas, kepuasan ketika
tanpa ada paksaan.
10
Hukuman (punishment) yang terjadi
dan kepentingan pribadi relawan.
secara tidak langsung dan dirasakan oleh
Sedangkan penyandang disabilitas
relawan adalah ketika rasa bersalah tidak
bisa mendapat asupan gizi cukup baik,
melakukan pendampingan, terpaksa tidak
senang mendapat kesibukan baru seperti
bisa hadir karena ada kesibukan lain,
keterampilan,
sangsi moral, maupun kurang maksimal
bersosialisasi,
dalam pendampingan. Karena itu bisa
perhatian. Bentuk yang kedua dan ketiga
berakibat, penyandang disabilitas tidak
struktur mikro adalah adanya imbalan
terurus, dan menjadi beban tersendiri
(reward) yang sifatnya instrinsik, bantuan
ketika
dan imbalan (reward)
ketidakhadiran
pembicaraan
menjadi
teman-teman
bahan
relawan
berkumpul
serta
Asas
pendampingan bagi penyandang disabilitas
(altruism)
dengan
mengandung
disabilitas
dalam
yang sifatnya
mengutamakan
interaksi yang terjadi diantara relawan
penyandang
mendapatkan
ekstrinsik.
lainnya.
Oleh sebab itu secara garis besar
dan
yang
unsur
didalamnya
juga
egoism,
yaitu
struktur mikro, terbagi kedalam 3 bentuk
keinginan untuk mendapatkan imbalan
yaitu: kebahagiaan individu menimbulkan
(reward).
kesedihan bagi individu lainnya, terjadi
mendampingi
ketika relawan harus membagi waktu
datang kerumah mencoba memberikan
dalam melakukan pendampingan terhadap
pengertian
penyandang disabilitas,
keluarga penyandang disabilitas, yang
berpanas-panas
Terlihat
ketika
keinginan
penyandang
disabilitas
dan
pemahaman
kepada
untuk
tadinya ditolak oleh keluarga penyandang
mengantarkan makanan bagi penyandang
disabilitas, sampai akhirnya merekapun
disabilitas di rumah, terkadang lupa belum
mau
memasak untuk keluarga di rumah, disisi
pendampingan dari relawan sosial. Hal ini
lain rasa bersalah ketika tidak melakukan
karena relawan sosial lebih memahami apa
pendampingan, terpaksa tidak bisa hadir,
yang
harus bisa menerima konsekuensi jika
mendampingi
kerjanya dalam pendampingan kurang
respon senang dari keluarga penyandang
maksimal karena tidak pernah hadir
disabilitas ketika mereka masih ada yang
sehingga
memperhatikan
dengan
medan
menjadi
yang
bahan
sulit
pembicaraan
menerima,
seharusnya
menganggap
dilakukan
penyandang
(reward)
merupakan
bahwa
penting
dalam
disabilitas,
bentuk
teman-teman relawan lain. Hal inilah yang
imbalan
kapabilitas
menjadi dilema tersendiri bagi relawan
(kemampuan) relawan dalam melakukan
ketika dihadapkan dengan pendampingan
pendampingan diakui dan diterima oleh
11
keluarga penyandang disabilitas.
semangat inilah yang harus tetap dipupuk.
Motif intrinsik ternyata disini lebih
Keterlibatan
relawan
yang
mayoritas
dominan dalam relasi relawan sosial
perempuan, menunjukkan begitu penting
melakukan
pendampingan
peran perempuan dalam mengupayakan
penyandang
disabilitas.
terhadap
Dibanding
imbalan yang diterima tidak sebanding
sebuah
perubahan
pembangunan
dalam
kehidupan
suatu
masyarakat
dengan pengabdian mereka selama ini,
Pertukaran Relawan Sosial di Orsos Kasih Sayang dalam Interaksi Struktur Makro
Tdpt Hierarki kepengurusan,
Relawan mengakui keberadaan
pimpinan adl TKSK dan
adanya pendirian Orsos.
Orsos Kasih Sayang
Legitimasi
dan
Organisasi
Relawan
Sosial
Tidak mengetahui kemampuan TKSK
sebelumnya, Rasa tidak puas dengan
pemimpin tetapi tetap melaksanakan
tugas niat mengabdi .
Leader
ship
Macro Structure
Mengusulkan bantuan ketrampilan
ekonomi produktif untuk relawan,
pelaksanaan home industry
Pimpinan
Orsos (TKSK)
Legitimate
Authority
Mengumpulkan relawan
di Orsos dan rapat
koordinasi
Organizing
Collective Effort
Gambar 3. Pola Pertukaran Relawan dalam Struktur Makro
Kekuasaan (power ) pimpinan dalam
apakah itu sifatnya koordinatif (kerjasama)
Orsos ini mendapat legitimasi dari para
atau sifatnya konstruktif (perintah secara
relawan sebagai anggotanya, meskipun
langsung).
manajemen organisasi yang dilakukan oleh
mengakui
pimpinan kurang bagus. Hal ini terlihat
sebagai pimpinan Orsos dan bersedia
dari hierarki kepengurusan yang terdiri
melakukan
dari 2 ketua, yaitu Ketua I dan Ketua II,
kinerja organisasi yaitu rehabilitasi dan
kemudan garis komando juga tidak jelas,
pemberdayaan
Secara
kolektif
kekuasaan
perintah
(power )
pimpinan
bagi
relawan
ketua
dalam
penyandang
12
disabilitas.
Relawan
yang
bersedia
bisa
ditangani.
Penerimaan
kolektif
melakukan apa yang menjadi tugasnya
tersebut juga disisi lain tiap bulannya
secara sukarela dalam organisasi, karena
relawan mendapat upah atau mendapat
niat mereka dari awal untuk mengabdi,
imbalan materi (reward ekstrinsic) seperti
berdasarkan
relawan
motif
instrinsik
dalam
bisa
mendapatkan
ilmu,
pembahasan mikro struktur sebelumnya.
pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan
Meskipun pimpinan dalam Orsos Kasih
ketika mereka mendampingi penyandang
Sayang tersebut bukan murni dari pilihan
disabilitas.
Kinerja tersebut diberikan imbalan
mereka.
Kekuasaan pimpinan atau dalam hal
ini
TKSK
untuk
mengorganisasi
berupa uang bensin dan uang tali asih
untuk transportasi per bulannya lebih
(Organizing Power ), terlegitimasi oleh
kurang
sebesar
relawan.
Selain
itu
Namun
bisa
dibilang
dari
Rp.
imbalan
75.000,00/orang.
lainnya
kekuasaan untuk mengorganisasikan Orsos
memelihara
ini memiliki tata kelola yang tidak stabil.
diberikan dalam bentuk pelatihan home
Tidak ada kekompaskan yang terjalin
indutry untuk para relawan khususnya ibu-
meskipun keduanya sama-sama relawan
ibu, dalam pembuatan misalnya krupuk
sekaligus
pengurus,
singkong, kacang telur. Semenjak ada
sesama
penguruspun
rapat
koordinasi
juga
jarang
keberlanjutan
untuk
relawan
pelatihan home industry ini, relawan sosial
khususnya para ibu-ibu menjadi lebih giat
dilakukan.
Meski kekuasaan (power ) untuk
untuk datang melakukan pendampingan di
stabil,
Orsos Kasih Sayang. Karena sebelum ada
oleh
kegiatan home industry tersebut, relawan
anggota. Namun demikian semua proses
kadang rajin dan terkadang tidak untuk
pemberdayaan
melakukan pendampingan.
mengorganisasi
keberadaan
tidak
mereka
bisa
terlegitimasi
dan
rehabilitasi
bagi
penyandang disabilitas berjalan cukup
Kepemimpinan
(Leadership)
dan
sebelum
kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan
sudah
dalam Orsos mendapat legitimasi dari para
mengetahui akan tugas-tugas organisasi
relawan. Hal ini dikarenakan dari 25
yang harus dijalankan. Yang didalamnya
relawan yang berasal dari Krebet, 20
bukan berarti tanpa mengharapkan sebuah
diantaranya mayoritas relawan adalah
imbalan
penerimaan
perempuan, dan relawan yang laki-laki
kolektif tersebut karena imbalan (reward)
hanya berjumlah lima orang. Kekuasaan
yang diharapkan penyandang disabilitas
(power ) pimpinan dalam hal ini adalah
lancar.
organisasi
Karena
memang
terbentuk,
(reward),
relawan
justru
13
TKSK
(Tenaga
Kesejahteraan
Sosial
seorang pemimpin
(Leader )
Kecamatan) menjadi ketua Orsos yang
kewenangan
ditunjuk secara langsung oleh pihak Dinas
sesuatu
Sosial Kabupaten Ponorogo. Relawan
pelaksanaan
yang
dan
makanan, persiapan tempat ketika ada
sebagai
kunjungan dari pihak luar. Penerimaan
tunjukan dinsos, maka mereka menerima
sosial relawan terhadap pimpinan ini
begitu saja pimpinan tersebut secara
dikarenakan menghargai TKSK sebagai
sukarela. Karena alasan sudah tunjukan
pimpinan (Leader ).
kebanyakan
mengetahui
perempuan
bahwa
TKSK
Dinsos, yaitu Dinsos merupakan salah satu
pemangku
kepentingan
yang
Ponorogo,
sedangkan
TKSK
pemangku
kepentingan
yang
Kecamatan
Jambon
sebagai
ada
di
sebagian
mempermasalahkan,
diantaranya
secara
yang
mengatur
berjalan,
segala
mulai
pendampingan,
dari
distribusi
Karena sebelumnya relawan tidak
mengetahui
akan
dari
pemberontakan
dan
pimpinan,
ada
pembicaraan oleh teman-teman relawan
di
lokasi
besar
tidak
sering
maka
kemampuan
sebagai
pendampingan dan pembinaannya.
Mereka
untuk
memiliki
terjadi
tanpa
pimpinan.
Keadaan
memperlihatkan
bahwa
sepengetahuan
tersebut
konflik
laten
namun
beberapa
berlangsung disini, dalam hal ini teori
tidak
langsung
pertukaran tidak memperhatikan peran
atas
perempuan yang memiliki pengaruh dalam
dasar karena pimpinan jarang ke Orsos,
keputusan perjalanan kinerja organisasi,
ego yang tinggi dari pimpinan, kurang
sehingga leadership yang terlegitimasi
pandai dalam mengarahkan organisasi,
memunculkan otoritas legitimasi.
mengungkapkan
kekecewaannya
serta kurang berpengalaman. Dari bahasan
Otoritas legitimasi terlihat dalam
tersebut, dinamika yang terjadi dalam
kinerja Orsos ini ketika relawan merasa
kinerja relawan di Orsos Kasih Sayang
jenuh melakukan pendampingan, mereka
yaitu adanya keberpihakan kelompok.
menginginkan sebuah keterampilan yang
Antara
bermanfaat
posisi
kelompok yang memihak pada
ketua
I dan
kelompok
yang
bagi
mereka.
Selain
itu
keterampilan Home Industry yang telah
memihak pada ketua II, serta kelompok
diberikan
yang netral.
relawan untuk datang ke Orsos melakukan
TKSK sebagai pimpinan organisasi
terbukti
memacu
semangat
pendampingan.
mengorganisasi
Nilai-nilai dan norma sosial yang
(Organizing Power ) yang terlegitimasi
diminta dan disepakati atasan dan bawahan
oleh anggotanya. Sehingga TKSK sebagai
sehingga memunculkan kewajiban dalam
memiliki
kekuasaan
14
melaksanakan perintah organisasi, terlihat
pembenahan,
jika
mereka
ketidakpuasan dan jalannnya organisasi
memberikan bantuan terhadap tetangga
tidak bisa maksimal. Rasa ketidakpuasan
kiri kanan Orsos dan PMKS (Penyandang
atas kinerja pimpinan sebagai pemegang
Masalah Kesejahteraan Sosial), sehingga
kekuasaan
tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
sebenarnya, pertukaran yang terjadi adalah
Selain itu mereka juga menginginkan suatu
tidak seimbang .
ada
bantuan
datang
karena
memperlihatkan
terdapat
bagaimana
ketrampilan, dan direspon oleh pengurus
Maka atas inisiatif dari pendiri
seperti home industry, dan pembuatan
Orsos, dilakukanlah pembenahan pengurus
usulan proposal untuk bantuan ternak lele,
pada tanggal 9 Februari 2013 bertempat di
bebek, keterampilan menjahit, membatik
rumah Kepala Desa Krebet.
serta keterampilan lainnya untuk para
relawan dan penyandang disabilitas ringan
yang diajukan ke Pemerintah Pusat melalui
Dinas Sosial. Jadi untuk mendapatkan
otoritas legitimasi, seorang leader harus
mendahulukan
Sehingga
kepentingan
dalam
hal
ini
bawahan.
relawan
melaksanakan tugas pemberdayaan bagi
penyandang disabilitas tanpa paksaan dari
atasan, namun dipaksakan oleh bawahan
itu sendiri.
Otoritas
legitmasi
untuk
mengorganisasikan dan mengelola kinerja
kolektif
pimpinan digunakan untuk
mengorganisasikan kinerja dalam Orsos
Kasih Sayang meskipun rasa tidak puas
terhadap pimpinan ada, namun kinerja
para relawan tetap semangat apalagi
semenjak
ada
home
industry
yang
dilaksanakan setiap malam rabu. Sehingga
tinggal pengurusnya yang harus dilakukan
15
Proses Pemberdayaan dan Rehabilitasi Penyandang Disabilitas
Kementerian Sosial RI
BBRSBG
Orsos Kasih Sayang
Makro
Struktur
Reward Intrinsic & Ekstrinsic/
Pimpinan
Mikro
Struktur
Kegiatan pemberdayaan
Organizing
Collective Effort
Relawan
-Kesadaran
keluarga
penyandang disabilitas,
kemandirian penyandang
disabilitas mengurus diri
-Ketrampilan bikin keset,
bunga2an, 2 Penyandang
disabilitas disekolahkan
di SLB temanggung
Penyandang Disabilitas
-Penanaman
Kesadaran
-Pendidikan
-Pelatihan dan
keterampilan
Hasil
Reward
Intrinsic
Relawan
Sosial
- Pemberian bantuan
modal bagi 12
Penyandang disabilitas
- Pengusulan bantuan
latihan dan keterampilan
baik bagi relawan maupun
Tindak
Lanjut
Gambar 4. Proses Pemberdayaan Orsos Kasih Sayang
Kegiatan
yang
sebentuk layanan berbasis masyarakat.
berlangsung didalam Rumah Kasih Sayang
Dilihat dari aspek kegiatan yang ditangani,
berawal dari instruksi Kementerian sosial
pemberdayaan dan rehabilitasi sosial ini
menunjuk Balai Besar Bina Rehabilitasi
ditekankan
Sosial (BBRSBG) Kartini Temanggung
pemberian pelayanan kemanusiaan seperti
untuk mendampingi dan mengarahkan
kesehatan,
dalam
ketrampilan, dan pendampingan secara
kinerja
pemberdayaan
Orsos
Kasih
Sayang.
Sebelum melaksanakan rehabilitasi dengan
pada
pengembangan
pendidikan,
dan
pelatihan
personal bagi penyandang disabilitas.22
tujuan pemberdayaan bagi penyandang
Pelatihan dibidang pendampingan
disabilitas, maka terlebih dahulu para
dan pelayanan penyandang disabilitas,
relawan
seperti pertama , memberikan pelayanan
diberi
pemberdayaan
pelatihan
dan
dalam
rehabilitasi
bagi
penyandang disabilitas.
Pemberdayaan
gizi
makanan
tambahan
kepada
penyandang disabilitas. Bertujuan agar
yang
dilakukan
penyandang
disabilitas
mendapatkan
dalam Orsos Kasih Sayang ini harapan
kedepannya
dapat
digunakan
sebagai
22
Jim Ife dan Frank Toseriero. Op.Cit. Hal: 474
16
asupan gizi yang cukup, yang sebelumnya
kesehatan dan kebersihan tubuh, bisa
dimasak di Orsos Kasih Sayang, kemudian
melakukan aktivitas di rumah seperti
di diantarkan oleh relawan ke rumah-
membersihkan rumah, mencuci piring,
rumah
bersosialisasi
penyandang
disabilitas
setiap
dengan
orang.
Namun,
tentunya juga memerlukan bantuan dan
harinya.
Kedua yaitu memberikan bimbingan
dampingan dari pihak orang tua maupun
dan pendampingan terhadap penyandang
keluarga. Selain itu bagi penyandang
disabilitas
keluarga.
disabilitas dewasa juga diberikan hewan
Pendampingan ini sifatnya lebih pada
ternak kambing oleh pihak BBRSBG
pendampingan secara personal dengan
Temanggung,
mengutamakan penumbuhan kesadaran.
kesibukan di rumah. Ada juga penyandang
Penumbuhan
dilakukan
disabilitas yang telah menikah dengan
terhadap orang tua penyandang disabilitas
sesama penyandang disabilitas, namun
untuk sekaligus berperan serta mendorong
anak mereka juga normal. Pendampingan
anaknya
Pendampingan
dilakukan terhadap penyandang disabilitas
berbasis keluarga yang dilakukan lebih
yang telah menikah tersebut dengan cara
ditekankan
secara
memberikan
personal ke rumah-rumah. Meskipun pihak
berkeluarga,
keluarga sempat menolak untuk didatangi.
mendidik anaknya.
dengan
berbasis
kesadaran
bisa
mandiri.
pada
pendekatan
Hasilnyapun
juga
cukup
agar
mereka
pemahaman
cara-cara
pengertian
merawat
pemberian
Ketiga,
punya
dan
pendidikan
menggembirakan, mereka yang tadinya
dilakukan melalui kegiatan membaca,
tidak mau mandi, tidak mengetahui cara
menulis, mewarnai, sholat dan mengaji.
merawat diri, menjadi bisa hidup mandiri
Kegiatan tersebut dilakukan di Orsos
minimal bisa mandi sendiri, mencuci baju
Kasih Sayang Setiap hari minggunya,
sendiri, menjaga kebersihan diri, awalnya
dengan
tidak
pendamping di Orsos Kasih Sayang.
mau
dandan
akhirnya
mau
didampingi
oleh
relawan
Tujuan dari kegiatan tersebut, penyandang
berdandan.
menunjang
disabilitas
bisa
tersebut, pihak BBRSBG memberikan
mengenal
warna,
sabun, pasta gigi, sikat, gayung, bedak,
pembinaan akhlak kepada mereka.
Sedangkan
minyak
wangi
untuk
pada
Keempat,
penyandang
membaca,
bisa
pelatihan,
menulis,
sholat
dan
merupakan
disabilitas. Hal ini dimaksudkan dengan
peran edukatif yang paling spesifik, karena
tujuan penyandang disabilitas mampu
hal
merawat
mengajarkan penduduk untuk melakukan
dirinya
sendiri,
menjaga
tersebut
melibatkan
bagaimana
17
sesuatu.23 Kegiatan Pelatihan ketrampilan
awalnya
membuat
bunga,
diantaranya dibawa ke Temanggung untuk
gantungan kunci, jepitan rambut, bando
sekolah, dua lagi tidak aktif, dan sisanya
rambut, bros jilbab, sulak rafia, anyaman
12
parsel, tempat tisu, dan menghias guci.
penyandang disabilitas yang lainnya ada
keset,
Hasilnya
merangkai
keterampilan
membuat
orang
kesibukan
sebanyak
masih
sendiri
16
orang,
aktif.
di
dua
Sedangkan
rumah
seperti
banyak,
memelihara ternak, pergi ke sawah, kerja
bunga-bungaan,
bangunan, fisik yang tidak memungkinkan
bros, gantungan kunci, jepitan rambut,
untuk pergi ke Orsos Kasih Sayang,
cukup bagus dan hasilnya juga banyak
sisanya karena akses jalan ke Orsos yang
terjual waktu ada kunjungan-kunjungan
cukup jauh dari rumah mereka dan mereka
bakti sosial dari berbagai instansi dan
tidak ada yang mengantarkan.
keset
lumayan
ketrampilan
bagus
membuat
dan
masyarakat, serta ketika ada bazar. Untuk
12 orang yang aktif di Orsos Kasih
keterampilan seperti tempat tisu, bando
Sayang ini diusulkan oleh pihak pengurus
rambut, menghias guci, dan anyaman
untuk dikasih modal terkait keberlanjutan
terkendala masalah bahan selain itu tidak
akan kemahiran mereka berketerampilan,
semua relawan selalu hadir di setiap hari
dan
minggu untuk pendampingan.
pemerintah pusat untuk dikasih bantuan
hasilnya
telah
di
respon
oleh
tersebut
modal sebesar Rp. 2.500.000,00/orang.
kemampuan
Untuk penggunaan modal tersebut terkait
mengingat
penggunaannya untuk pembelian bahan
penyandang disabilitas intelektual adalah
dan pemasaran hasilnya tetap didampingi
yang perlu diberdayakan melalui pelatihan,
oleh pihak Orsos Kasih Sayang.
sisanya yang mereka dibilang idiot dan
Kesimpulan dan Saran
Program-program
disesuaikan
dengan
penyandang
disabilitas,
tidak
mampu
bahkan
berat
diberi
phisyotherapi terutama anak usia balita
dan sedang dalam masa pertumbuhan,
dilakukan setiap hari selasa dan kamis
sebelumnya namun sudah berakhir pada
Desember 2012.
Dari 132 data penyandang disabilitas
yang bisa dan mau datang ke Orsos
1. Pembahasan relasi relawan sosial dan
penyandang disabilitas dalam struktur
mikro
menunjukkan,
motif
yang
mendasari dari kesediaan relawan sosial
dalam penanganan penyandang disabilitas
melalui kegiatan pemberdayaan di Orsos
Kasih Sayang dikarenakan adanya motif
reward intrinsic yang kuat. Sebagai wujud
ikatan emosional dengan kesadaran dan
23
Ibid., Hal: 590
18
jiwa sosial tinggi yang dimiliki oleh para
pemberdayaan
yang
relawan. Yaitu keinginan agar rantai
semakin dikembangkan. Kegiatan dalam
penyebab disabilitas dapat terputus, dan
pemberdayaan
penyandang disabilitas di desanya dapat
penyandang disabilitas diharapkan dapat
mandiri.
memungkinkan
dan
kemudian
rehabilitasi
penyandang
bisa
sosial
disabilitas
pimpinan
mandiri minimal untuk merawat diri dan
digunakan untuk menjalankan organisasi.
mandiri secara sosial ekonomi untuk
Meskipun keberadaan pimpinan bukan
jangka panjang bagi mereka yang bisa
atas pilihan anggota yang tergabung dalam
diberdayakan.
2. Otoritas
yang
dimiliki
Pelatihan
Orsos, namun relawan tetap menjalankan
dan
keterampilan
perintah organisasi. Hal ini dikarenakan
relawan menjadikan kinerja relawan lebih
selain adanya motif ekstrinsic, mayoritas
bersemangat
yang menjadi relawan disini adalah ibu-ibu
pendampingan. Sehingga perlu diupayakan
dan mereka menganggap pimpinan atau
usaha-usaha lanjutan untuk memotivasi
yang menjadi ketua berasal dari tunjukan
kinerjanya. Karena mereka merupakan
Dinsos.
bagian dari proses terwujudnya sebuah
Bagi mereka perintah dari ketua
proyek
dalam
pemberdayaan,
melakukan
baik
bagi
harus dilaksanakan karena kewenangan
penyandang disabilitas khususnya dan
yang dimiliki oleh ketua tersebut. Dari
jangka
situlah kewenangan yang dimiliki oleh
pemberdayaan berbasis masyarakat di
pimpinan
dalam
Desa Krebet. Melihat peran perempuan
kolektif
tersebut, mereka memegang peran yang
menjadi
mengorganisasikan
basic
kinerja
relawan dalam organisasi. Hal tersebut
strategis
menunjukkan
dimiliki
bahwa
pimpinan
membangun
dan
panjang
untuk
dalam
keberlanjutan
terwujudnya
kekuasaan
yang
pemberdayaan,
adalah
tidak
kemandirian bagi penyandang disabilitas.
justru
Saran
membuat
pertukaran menjadi tidak seimbang yang
diberikan
mengakibatkan
masa
terjadilah
perombakan
alam
sebuah
yang
dengan
depan
mengupayakan
kemudian
dapat
mempertimbangkan
organisasi
sebagai
pengurus.
percontohan nasional pertama yang ada di
3. Proses pemberdayaan yang berlangsung
kabupaten Ponorogo. Maka terkait dengan
didalam Orsos Kasih Sayang ini karena
efektifitas
didalamnya terdapat reward intrisik dan
keberlanjutan organisasi, dapat dilakukan
ekstrinsik, ini berarti dengan adanya
dengan
pertukaran
kepengurusan dan tugas kerjanya bagi
semakin
memperkuat
dalam
pengelolaan
memperjelas
dan
struktur
19
Teori Pertukaran Peter M. Blau
pengurus dan divisi-divisinya di orsos.
dalam
Berlaku dalam analisis penelitian Relasi
administrasi Orsos. Seminimal mungkin
relawan Sosial dan Penyandang Disabilitas
dalam waktu 2 atau 3 bulan sekali
dalam Proses Pemberdayaan di Orsos
diadakan
Kasih Sayang Desa Krebet Kecamatan
Memperhatikan
ketertiban
briefing,
rapat
koordinasi,
transparansi, dan evaluasi dalam kinerja
Jambon
organisasi
akademisi
anggota
dengan
melibatkan
sehingga
tidak
semua
menimbulkan
perempuan
yang
Ponorogo.
ingin
Bagi
melanjutkan
penelitian ini, bisa diadakan penelitian
tindak lanjut terkait kinerja pengurus yang
kecemburuan sosial.
Membentuk
Kabupaten
perkumpulan
untuk
khusus
mengembangkan
baru dengan melihat dari perkembangan
kegiatan
pemberdayaan,
pola
keterampilan
strukturasinya dan menganalisisnya dari
dengan melibatkan masyarakat setempat
sisi pemberdayaan, agen, dan struktur yang
yang diorientasikan pada perkembangan
berperan dalam organisasi tersebut. Selain
home industry di lingkungan Desa Krebet.
itu
Dinas
diaplikasikan
kegiatan
pelatihan
sosial
dan
perlu
perkembangan
mengupayakan
dan
berkelanjutan.
Dinas
memberikan
dan
orientasi
kewirusahaan
berkelanjutan
khususnya
juga
melihat
bisa
beragam
yang
masyarakat kita sehari-hari yang terkadang
dapat
tanpa disadari, serta dapat digunakan
pelatihan
untuk kepentingan pengembangan teori
UMKM
ketrampilan
untuk
ini
pertukaran yang terjadi didalam struktur
pengarahan
bantuan
pertukaran
melalui
Orsos
pendampingan
teori
manajemen
untuk
pertukaran itu sendiri.
secara
untuk
home
Daftar Pustaka
Data Profil Desa Krebet. 2011.
industry bagi penyandang disabilitas dan
relawan sosial. Bagi penerima manfaat
(relawan,
keluarga)
penyandang
kegiatan
disabilitas,
industri
ini
bisa
diorientasikan untuk kepentingan usaha
bagi relawan dan penyandang disabilitas
dibawah naungan Orsos untuk pemasaran
dan perrmodalan. Sedikit banyak kegiatan
ini akan memberikan keuntungan dengan
sendirinya
kesejahteraan.
dalam
mengusahakan
Data Orsos Kasih Sayang.. 2011.
Edwards. Steven D. 2005. Disability:
Definition, Value and Identity. New
york: Redcliffe Publishing.
Jim
Ife dan Frank Toseriro. 2008.
Community
Development.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kriyantono, Rachmad. 2007. Teknik
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenata Media Group.
20
Miller, George A. dan
Grusky, Oscar.
1970. The Sociology of Organizations .
New York: The Free Press.
Moleong, Lexy
J. 2006. Metodologi
Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Pardigma
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus: Desain
dan Metode. Yogyakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soeharto, Edi.
Penerapan Kebijakan
Publik bagi Masyarakat dengan
Kebutuhan Khusus, Pengalaman
Kementerian Sosial, disampaikan
pada diskusi terbatas . Pusat Kajian
Manajemen Pelayanan LAN RI di
Hotel SahiraBogor, 9-10 Oktober
2010.
Ageda. 2011. Disability in Southeast Asian
Countries.
Diakses
pada
http://www2.agendaasia.org/index.p
hp/information/disability-inasean/88-disability-in-southeastasian-countries.
Diakses
Pada
Tanggal 10 Juni 2013 Pukul: 21:34
WIB.
Wardhani Nugroho, Hilmia. 2012. Yuk
Merengkuh tangan Penyandang
Disabilitas.
Dikases
pada
http://benitoramionugroho.blogspot.com/2012/05/yukmerengkuh-tangan-penyandang.html
. Sumber (jpnn.com, 11/4/2012).
Diakses pada tanggal 25 Februari
2013. Pukul: 09:00 WIB.
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1997.
Tentang Penyandang Cacat. Diakses
Pada World Wide Web At:
http://adgi.or.id/wpcontent/uploads/2011/10/UndangUndang-tahun-1997-04-97TENTANG-PENYANDANGCACAT.pdf. Diakses Pada Tanggal:
4 Desember 2012 Pukul. 14:33 WIB.
Febriansyah. 2009. Menjadi Relawan di
Australia . Diakses pada World Wide
Web
At:
http://gusfeb99.multiply.com/journal
/item/31/Menjadi-Relawan-diAustralia?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem. Diakses Pada
Tanggal 8 Desember 2012. Pukul.
13:32 WIB.