Laporan Praktikum Teknologi dan Produksi

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA I
PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan 3

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

1

I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para
petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya.
Selain itu benih yang baik dan unggul dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat
meningkatkan berbagai produk pertanian. Dengan alasan tersebut, maka sangat
diperlukan pengujian kemurnian benih lebih lanjut untuk memudahkan petani
memperoleh benih murni yang baik dan berkualitasehingga tingkat usaha tani yang
dilakukan pun meningkat dan dapat menekan kerugian yang bisa terjadi karena kurang
baiknya benih yang digunakan.
Benih mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Usaha untuk
melakukan pengujian benih agar diperoleh benih yang berkualitas agar menghindarkan
konsumen, dalam hal ini adalah petani mengalami kerugian. Pengujian benih untuk
mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan karena walaupun pertumbuhan dari suatu
tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, namun pada umumnya benih bermutu
tinggi akan memberikan hasil produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan benih
bermutu rendah. Oleh sebab itu usaha pengembangan dan pengadaan benih bermutu
tinggi sangat penting dan harus sampai pada petani tepat pada waktu yang dibutuhkan.
Pemakaian benih bermutu tinggi adalah cara yang paling mudah diantara sekian banyak
teknik-teknik untuk meningkatkan hasil tanaman.


2

Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang
diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor
kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji
herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih. Usaha
pengujian benih telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang kita, walaupun hasilnya
kurang memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha taninya. Pengujian yang
mereka laksanakan biasanya menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium, dan
menggigit benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional. Hasil dari usaha
pengujian-pengujian benih yang mereka lakukan adalah mereka dapat mempertahankan
kelangsungan usaha taninya, serta mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam
jangka waktu panjang.

B. Tujuan
Membedakan benih murni, biji tanaman lain, kotoran benih dan menghitung
persentase kemurnian benih.

3


II. TINJAUAN PUSTAKA

Uji kemurnian benih merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni
yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air
dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari
benih murni, bukan dari benih campuran. Produksi benih berkualitas merupakan proses
yang panjang, dimulai dari pemilihan bahan tanaman, pemeliharaan tanaman, panen,
serta penanganan setelah panen dan memperhatikan lokasi produksi, iklim, isolasi,
ketersediaan serangga penyerbuk, tenaga yang terampil dan murah, serta sistem
transportasi yang memadai (Kuswanto, 1997).
Kualitas benih merupakan titik awal dan faktor yang paling penting bagi
keberhasilan produksi tanaman. Benih adalah penentu awal bagi perkembangan
tanaman dan bagi keberhasilan budidaya. Penggunaan benih yang berkualitas akan
memastikan kemajuan yang diperoleh dari aplikasi input lain pada produksi pertanian
seperti pemupukan dan pengairan. Hanya dengan penggunaan benih yang bermutu atau
berkualitas baik yang dapat memastikan hasil yang memuaskan dari budidaya. Hal
penting dalam penyediaan benih bermutu adalah kualitas benih. Kualitas benih ini
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu potensi genetik, kemasakan biji,
lingkungan selama tahap pembentukan biji, ukuran biji dan kerapatan tanam, kerusakan
mekanis, umur benih dan kemundurannya, serangan mikroorganisme, dan kerusakan

akibat chilling injury (Copeland, 1996).
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal
dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi,
tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih

4

baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi
dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan
benih rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah
(Kamil, 1986).
Menurut Kamil (1986) program pengembangan perbenihan yang terarah pada
dasarnya harus diarahkan kepada 2 bidang, yaitu :
1. Pengadaan dan pengaturan penyaluran benih bermutu tinggi yang murni sifat
genetiknya dan tepat waktunya sampai pada petani dengan jumlah yang cukup
sehingga kebutuhan petani akan benih unggul dapat terpenuhi.
2. Pengontrolan dan meningkatkan mutu (quality control) dan kemurnian hasil (benih).
Jika hasil pengujian kemurnian benih menunjukan persentase yang tinggi sekali, maka
working sample untuk pengujian kadar air dan viabilitas benih dapat diambilkan dari

submited sample (Kuswanto, 1997).
Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan utama dari analisa kemurnian benih
adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan
diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi
dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih.
Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu
benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran
(Kartasapoetra, 1992).
Benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan
penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari
suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak
masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya

5

lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa
pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud (Justice, 1990).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian
yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma

mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori
gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran
yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain/kotoran, termasuk
semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih
murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam,
jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1994).
Benih murni adalah semua benih masak utuh, benih berukuran kecil, mengkerut,
tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji, dan pecahan benih yang
ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, dengan catatan benih
tersebut sudah pasti merupakan benih dari varietas/spesies tersebut. Kotoran benih
mencakup partikel-partikel tanah, pasir, dan bagian tanaman seperti ranting, daun,
sedangkan benih tanaman lain/biji gulma termasuk semua pecahan benih yang tidak
memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih spesies lain, dan semua
benih/bagianvegetatif tanaman yang termasuk kategori gulma serta pecahan gulma
(Rustini, 2012).

6

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara I (Pengujian Kemurnian Benih) dilaksanakan di
Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Kegiatan
dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Juni 2015 jam 14.00 WIB.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah meja pemurnian, pinset, petridish, dan timbangan
listrik. Bahan yang digunakan adalah benih padi (20 gram).

C. Prosedur Kerja
1. Contoh kerja dari benih diambil dengan jalan pengurangan dengan memakai
pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan ditimbang.
2. Alat-alat yang digunakan disiapkan.
3. Contoh kerja sedikit demi sedikit diperiksa diatas meja pemurnian dengan teliti dan
dipisahkan kedalam komponen: benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma
dan kotoran benih.
4. Persentase berat komponen-komponen terhadap berat contoh benih dihitung.
Persentase benih murni adalah (100 % - jumlah persentase komponen-komponen).
5. Hasil perhitungan diisi pada tabel 2 dibawah ini.


7

Nomor Contoh
Kerja

Berat Komponen
BM

VL

KB

Keterangan:
1. BM

: Benih Murni

2. VL

: Varietas Lain


3. KB

: Kotoran Benih

8

Persentase
BM

VL

KB

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berat Komponen


Persentase

BM

VL

KB

BM

VL

KB

11,942

4,017

4,005


59,71

20,085

20,025

Berat Komponen:
BM : Berat Murni

Berat BM
= Berat Awal x 100 %→BM : 11,942 g

VL : Varietas Lain

Berat VL
= Berat Awal x 100 %→VL : 4,017 g

KB : Kotoran Benih

Berat KB
= Berat Awal x 100 %

Presentase:
BM =

11,942 g
x 100 %=59,71 %
20 g

4,017 g
VL = 20 g x 100 %=20,085 %
4,005 g
KB = 20 g x 100 %=20,025 %

9

→KB : 4,005 g

B. Pembahasan
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi-materi non benih/
serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Pengujian kemurnian benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni,
benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga
komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan
komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot
benih. Kemurnian benih perlu dilakukan karena mempunyai beberapa manfaat
diantaranya :
1.

Menjaga kualitas benih terutama varietas unggul

2.

Mengetahui persentase kemurnian benih dari suatu varietas (Heddy, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum diatas kita dapat memperoleh beragam informasi

bahwa pengujian kemurnian benih menurut Kartasapoetra (1992) merupakan kegiatankegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk
pula persentase berat dari benih murni, benih tanaman lain, benih varietas lain, bijibijian herba dan kotoran-kotoran pada masa benih. Manfaat pengujian kemurnian benih
adalah untuk mengetahui benih yang diuji termasuk semua varietas dari spesies yang
dinyatakan oleh pengirim atau berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium.
Komponen-komponen yang terdapat pada pengujian kemurnian benih adalah:
1.

Benih murni, meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui sebagai mana
yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di
laboratorium. Selain dari benih matang dan tidak rusak ke dalam benih murni juga
termasuk benih yang ukurannya kurang tetapi lebih dari setengahnya dari bagian
ukuran asalnya, mengkerut, kurang matang dan sudah berkecambah, dalam keadaan
dapat ditentukan dengan pasti sebagai spesies yang diakui.
10

2.

Benih tanaman lain/varietas lain, merupakan benih yang jenisnya tidak sama,
misalnya benih padi dengan benih gandum, sedang yang bervarietas lain
merupakan benih dari tanaman sejenis yang varietasnya berbeda misalnya padi
Serayu dengan padi Brantas.

3.

Biji-bijian herba, merupakan biji dari tanaman lain yang tidak dikehendaki, dan
bublet, tuber dari tanaman yang dinyatakan sebagai gulma, herba menurut undangundang, peraturan resmi atau pendapat umum.

4.

Kotoran atau benda mati, merupakan bagian-bagian dari sejumlah benih yang
sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya
mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam, serta bentukbentuk lain yang menyerupai benih dan gulma.
Sertifikasi Benih adalah suatu kegiatan yang termasuk dalam program produksi

benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genesis unggul
yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan. Benih bersertifikat
merupakan benih yang proses produksinya diterapkan cara-cara dalam persyaratan
tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih. Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini
adalah untuk memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan
secara kontinyu kepada petani.
Menurut Mugnisjah (2001) Sertifikasi benih adalahsuatu proses pemberian
sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian, pengawasan dan
memiliki semua persyaratan untuk diedarkan. Sertifikasi benih adalah kunci untuk
pengetahuan bahwa produksi benih ini dikontrol secara cermat di bawah sistem jaminan
kualitas yang tepat sejak awal. Menggunakan bibit bersertifikat akan memungkinkan
untuk

memanfaatkan

seluruh

sejarah

tindakan

ketertelusuran.

Benih

pokok

dipergunakan sebagai benih sumber pada perbanyakan kelas Benih Sebar. Tujuan

11

sertifikasi adalah untuk memelihara, menyediakan benih dan bahan perbanyakan
tanaman yang bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat,
sehingga didistribusikan serta ditanam dengan identitas genetik yang terjamin
Pengujian kemurnian benih erat kaitannya dengan sertifikasi benih, dimana benih
yang telah disertifikasi oleh badan yang syah secara aturan hukum yang telah
ditetapkan, maka benih tersebut telah terjamin kemurniannya, sehingga benih yang
belum di sertifikasi maka kemurniannya masih diragukan atau belum teruji dengan jelas
asal-usul benih tersebut.Pengujian kemurnian benih menurut ISTA (2006) dilakukan
secara duplo. Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau
lebih rendah dari 5%. Uji kemurnian benih, sampel benih yang telah ditentukan
ditimbang beratnya terlebih dahulu, kemudian dipisah-pisahkan atas komponen yang
ada yaitu benih murni, benih speises tanaman lain, benih gulma dan kotoran lainnya.
Untuk memisahkan sampel benih dari kotoran fisik yang lebih ringan dari benih dapat
menggunakan seed blower.
Komponen yang telah berhasil dipisahkan selanjutnya masing masing ditimbang,
lalu ditotal. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam menghitung kemurnian benih,
maka total berat semua komponen dibandingkan dengan berat awal sampel benih yang
diuji. Berat total dari semua komponen seharusnya sama dengan berat awal sampel
benih yang diuji, tetapi bisa juga kurang/lebih. Pelaksanaan uji kemurnian benih adalah
menghitung persentase dari setiap komponen benih yang diuji.
Metode pengujian kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
1.

Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.

2.

Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.

12

Skema pengujian analisis kemurnian benih adalah:

Dari skema diatas dapat diketuhi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan
secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi
jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat
contoh kerja. Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan
untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap
selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara
visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih
dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap
komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan perhitungan faktor kehilangan.

Faktor kehilangan =
Ket:

ck = contoh kerja
k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
13

Faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5%
dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja
baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan
menghitung presentase ketiga komponen tersebut.

% benih murni =

% benih lain =

% kotoran =
Ket. k1 = benih murni
k2 = benih tanaman lain
k3 = kotoran benih
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis.
Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
1. Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari
semua komponen harus 100%.
2. Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi
komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%,
sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
3. Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang
nialinya terbesar.
4. Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus
dicantumkan.

14

Contoh tabel hasil perhitungan kemurnian fisik benih

Tanggal

No.
Lab

Berat
Contoh
Kerja

Berat Komponen (gr)
Benih
Murni

Benih
Lain

Kotoran

% Komponen
Benih
Murni

Benih
Lain

Kotoran

Standar kemurnian benih merupakan revisi dari SNI 01-6233.3-2000, yang
didalamnya meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, cara pemeriksaan
lapangan, cara pengambilan contoh benih, cara analisa mutu, penandaan, pengemasan,
dan rekomendasi. Benih padi kelas benih sebar (BR) adalah keturunan pertama dari
benih penjenis (BS), benih dasar (BD) dan benih pokok (BP) yang diproduksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, sehingga keaslian varietas dapat dipelihara. Persyaratan
mutu terdiri dari syarat mutu di lapangan dan mutu di laboratorium. Syarat mutu di
lapangan meliputi campuran varietas lain/tipe simpang dengan batas maksimum 0.5%,
Isolasi jarak dengan batas minimum 3 m, dan Isolasi waktu dengan batas minimum 30
hari. Persyaratan mutu di laboratorium meliputi kadar air dengan batas maksimum
13,0%, Benih murni dengan batas minimum 98,0%, Daya berkecambah minimum
80,0%, Kotoran benih maksimum 2,0%, Biji benih tanaman lain 0,0%, Biji gulma 0,0%.
Analisa kemurnian benih mengharuskan pemisahan menjadi 4 komponen yaitu
benih murni, benih varietas lain, dan kotoran benih. Tujuan dari uji kemurnian benih
adalah:
1. Melindungi konsumen dan memberikan informasi kepada konsumen tentang
komposisi benih. Pengguna benih menginginkan agar benih yang dibelinya benarbenar benih dengan sifat yang sesuai dengan yang tercantum pada sertifikatnya.
Kesesuaian ini sangat penting karena dapat mempengaruhi jumlah benih yang
15

dibutuhkan, keragaman tanaman di lahan, pengelolaan dan kualitas hasil panen dan
apa saja yang tercampur dalam benih yang akan dipakai untuk usaha taninya.
2. Mengetahui macam varietas lain yang tercampur dalam benih. Jika benih tercampur
dengan biji dari spesies yang sama tetapi varietasnya berbeda maka hal itu akan
menyulitkan penangkar benih pada waktu melakukan roguing, karena perbedaan
sangat sedikit dan sukar dipilih sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya polusi kromosom atau sumber penyakit.
3. Untuk menentukan apakah presentase kemurnian benih dapat melampaui syarat
yang ditentukan oleh peraturan pemerintah untuk kelas benih tertentu sehingga benih
tersebut dapat memperoleh sertifikat (Kuswanto,1997).
Pengujian mutu fisik benih bertujuan untuk mengetahui kondisi penampilan fisik
benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/berat dan keseragaman
benih. Pengujian mutu fisiologis benih ini bertujuan untuk mengetahui daya hidup, daya
kecambah, daya tumbuh, kekuatan tumbuh/daya simpan (Vigor), dan kesehatan benih.
Pengujian mutu genetis bertujuan untuk mengetahui kemurnian varietas. Pengujian
laboratoris mutu genetis hanya dapat dilakukan terhadap varietas tertentu, dan
dilaksanakan secara manual berdasarkan cirri-ciri morfologis benih, secara kimia,
biokimia, dan atau penyinaran.
Jenis-jenis pengujian mutu benih yang dapat dilakukan dilaboratorium benih
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Pengujian standar/Rutin, adalah pengujian-pengujian untuk keperluan pengisian atau
pengecekan data, label, yang umumnya terdiri dari penetapan kadar air, pengujian
kemurnian fisik, pengujian daya tumbuh dan pengujian varietas lain.
2. Pengujian Khusus/Spesifik, adalah pengujian tentang sifat-sifat benih yang
mencirikan mutu spesifik dari pengirim/produsen benih, terdiri dari ujian viabilitas

16

benih secara biokhemis, penetapan 1000 butir, pengujian heterogenitas kelompok
benih, pengujian kesehatan benih, dan pengujian vigor
Kegiatan pengujian ini berupa pengambilan contoh benih yang dilakukan oleh pihak
IPSBTPH atas permintaan dari penangkar. Pengambilan contoh benih untuk diuji
penting agar informasi mutu benih yang diperoleh melalui pengujian benar-benar
mewakili kelompok benih yang diuji. Bila benih akan diuji kualitasnya yang diuji hanya
sebuah contoh yang mewakili seluruh jumlah benih. Pengambilan contoh benih yang
dianggap seragam dan memenuhi standar yang ditentukan ISTA Rules sebagai langkah
pertama dalam pelaksanaan pengujian benih.
Pengambilan contoh benih bertujuan untuk mendapatkan contoh dalam yang
sesuai untuk pengujian dan mempunyai komposisi komponen yang sama dengan
kelompok benihnya. Ada 4 macam contoh benih yang dinyatakan dalam peraturan
ISTA Rules, yaitu:
1.

Contoh primer
Menggunakan stick trier/nobbe trier dimana contoh benih diambil dari satu titik
contoh benih yang diperoleh dari satu kelompok benih. Pengambilan contoh benih
dilakukan secara acak agar mewakili seluruh benih yang kan diuji. Contoh benih ini
dimasukan kedalam kantong kedap air dengan segera dikirim ke laboratorium
disertai keterangan antara lain nama varietas, tanggal panen, macam pengujian yang
diminta dan nama serta alamat pengirim contoh benih.

2.

Contoh komposit
Contoh komposit merupakan gabungan dan pencampuran dari seluruh contoh
primer yang diambil dari suatu kelompok benih.Benih tersebut dimasukan kedalam
wadah atau kantong plastik yang kedap udara.

17

3.

Contoh kirim
Contoh kirim ialah contoh yang dikirim ke laboratorium pengujian benih yang
diperoleh dari contoh komposit yang volumenya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.Untuk benih padi yang akan diuji, berat contoh kirimya adalah 1000 gram
atau 1 kg. setelah itu contoh benih diberi keterangan dan dikirim kelaboratorium
setelah memalui pengadministrasian.

4.

Contoh kerja
Contoh kerja ialah contoh benih yang diperoleh dengan cara pengurangan yang
merata dan bertahap dari contoh kirim di laboratorium dan volume nya memenuhi
ketentuan yang berlaku. Setelah itu benih dihomogenkan dan dilakukan pembagian
dengan menggunakan soil devider sehingga benih homogen dan contoh kerja
didapat. Contoh kerja yang didapat merupakan langkah awal dalam pengujian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 tentang

karantina tumbuhan menyebutkan bahwa media pembawa adalah tumbuhan dan bagianbagiannya dan atau benda lain yang dapat membawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK). Salah satu tindakan karantina tumbuhan adalah
pemeriksaan kesehatan terhadap media pembawa OPTK yang dapat berupa biji-bijian
untuk benih. Biji-bijian untuk benih merupakan salah satu media pembawa OPTK yang
berisiko tinggi, sehingga penanganannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Agar hasil pemeriksaan mendapatkan akurasi yang optimal,maka diperlukan adanya
teknik pengambilan sampel yang representatif dengan mengacu kepada standar
internasional yang berlaku. Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah rangka
penyeragaman teknik pengambilan sampel biji-bijian untuk benih di UPT karantina
tumbuhan. Tidak ada ukuran yang membatasi kecuali ukuran maksimum lot

18

benih.Sampel kiriman merupakan sampel yang dikirim ke laboratorium untuk diuji.
Sampel kerja adalah sampel kiriman untuk keperluan uji laboratorium.
Sebelum mengambil sampel primer dari lot benih, petugas pengambilan sampel
(seed sampler) harus memeriksa lot benih untuk meyakinkan bahwakondisinya sesuai
dengan persyaratan dalam ketentuan yang tercantum dalam pedoman teknik
pengambilan sampel biji-bijian untuk benih, seperti penandaan (marking), penyegelan
(sealing), ukuran maksimum, homogenisitas/keseragaman, sajian lot benih.Keterangan
yang perlu dicatat oleh pengambil sampel adalah nama dan alamat pemilik, tanggal dan
tempat pengambilan sampel, ukuran lot, jumlah dan ukuran kemasan, tipe kemasan,
nama komoditas, nama varietas, nomor lot benih, jenis label dan segel, jenis perlakuan.
Faktor homogenitas lot benih sangat penting sehingga sebelum mengambil
sampel, petugas pengambil sampel harus memeriksa adanya indikasi yang jelas tentang
keragaman (heterogenitas) pada lot benih. Indikasi yang jelas tersebut dapat berupa
keragaman jenis kemasan, ukuran kemasan, tanda atau keterangan pada kemasan, jenis
segel. Petugas pengambil sampel juga harus mendapatkan keterangan yang jelas dari
pemilik tentang asal lot benih. Selama pengambilan sampel primer, petugas harus
membandingkan antara sampel primer satu dengan yang lain untuk memeriksa
keseragaman sampel meliputi spesies, warna, bentuk dan ukuran serta tingkat
ketidakmurnian biji. Apabila pengambilan sampel dilakukan dengan alat otomatis,
pemeriksaan keseragaman dilakukan terhadap sampel campuran.
Pengambil sampel harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.

Intensitas pengambilan sampel sesuai dengan ketentuan dalam pedoman ini

b.

Menggunakan peralatan pengambilan sampel yang sesuai

c.

Mengikuti teknik pengambilan sampel yang ditetapkan

d.

Melakukan prosedur reduksi sampel sesuai dengan ketentuan

19

e.

Melakukan pengambilan sampel ulang apabila pengambilan sampel sebelumnya
tidak dilakukan dengan cara yang benar.
Tujuan pengambilan sampel primer dari sebuah lot benih adalahdidapatkannya

sampel kiriman yang dapat mewakili keseluruhan lot benih secaraakurat, untuk itu
diperlukan metode yang sesuai. Kemasan dalam suatu lot benih sebaiknya mempunyai
jenis dan ukuranyang sama. Ketidakseragaman jenis dan ukuran kemasan akan
mengakibatkansampel kiriman yang diperoleh kurang terwakili, yang disebabkan oleh:
a. Perbedaan pola sebaran ketika pengisian
b. Kadar air biji-bijian tidak merata (moisture hot spot)
c. Perlengkapan pengambilan sampel dapat bervariasi.
d. Rencana pengambilan sampel secara sistematik (sistematic sampling plan).
Memperoleh suatu sampel kiriman yang mewakili, pengambilan sampel tidak
hanya dilakukan pada satu posisi namun sebaiknya mencakup keseluruhan posisi.
Apabila dilakukan pengambilan sampel dengan tangan, sebaiknya tidak mengambil dari
satu posisi yang sama, tetapiharus mewakili semua kemungkinan posisi dalam kemasan
baik secara random atau sistematik. Metode pengambilan sampel primer diperoleh dari
posisi diagonal susunan kemasan. Pengambilan sampel dengan tangan dapat dilakukan
apabila pengambilanmenggunakan alat bantu yang dapat mengakibatkan berbagai risiko
antaralain kerusakan biji dan kontaminasi silang dengan patogen.
Pelaksanaan pengujian kemurnian benih, komponen-komponen telah dipisahkan,
yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan benda-benda mati/kotoran,
selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja
dalam satuan gram, dengan memperhatikan ketentuan perhitungan karena dalam
praktikum ini praktikan menggunakan benih 50 gram maka setelah menghitung
persentase berat dari varietas lain dan kotoran kemudian dibandingkan dengan
20

jumlahnya terhadap berat asli maka hasil uji komponen benih murni tidak perlu
ditimbang, dianggap 100%, perhitungan selanjutnya 100% minus persentase berat
varietas lain dan kotoran (Copeland, 1996).
Factor-faktor yang mempengaruhi kemurnian benih adalah benih masak dan utuh,
benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah
sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam
species yang dimaksud. Benih species lain mencakup semua benih dari tanaman
pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak untuk diuji. Benih gulma
mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori
gulma. Pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang
sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain/kotoran, termasuk semua
pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni,
benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan
bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1994).
Hasil perhitungan kemurnian benih padi yang diuji dalam praktikum adalah
jumlah benih murni 59,71 %; kotoran benih 20,025 %; varietas lain 20,085 %. Dan
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa benih padi yang diuji
kemurniannya masih dibawah standar mutu benih indonesia yang mensyaratkan
minimal 88%. Sehingga benih yang diuji tidak layak untuk dilepas ke pasar atau petani.

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1.

Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang
peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam
mendapatkan produk hasil pertanian.

2.

Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam
suatu contoh benih.

3.

Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang
kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari
benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji -bijian
herba/gulma (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih.

4.

Persentase benih murni yang diuji adalah 59,71 % sehingga benih yang diuji tidak
memenuhi standar kemurnian benih nasional.
B. Saran
Sebaiknya alat-alat lebih dilengkapi lagi agar praktikum berjalan dengan tepat

waktu.

22

DAFTAR PUSTAKA

Copeland. 1996. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Justice. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Kamil. 1986. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa Raya. Padang.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswanto. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta.
Mugnisjah, W. Q., dan Setiawan, A. 1995. Pengantar Produksi Benih. Raja Grafindo
Press. Jakarta.
Rustini. 2012. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

23

LAMPIRAN

Proses Pemisahan

Benih Murni

Benih Varietas Lain

Kotoran Benih

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

24

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan 3

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

25

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan peningkatan produksi dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh
masukkan berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih
bermutu. Kesadaran petani untuk menggunakan benih unggul dalam meningkatkan
produksi usaha taninya sudah cukup tinggi namun dalam pelaksanaannya perlu disertai
dengan kesadaran penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi dan benar. Benih
bermutu yang digunakan diharapkan akan meningkatkan produktivitas per satuan luas,
dapat mengurangi serangan hama penyakit dll. Peningkatan produksi akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan petani apabila ada jaminan pasar dengan harga yang
memadai.
Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari pembiakan
generatif antara induk jantan dan betina yang merupakan salah satu faktor penting
dalam budidaya tanaman. Mutu benih terbagi atas mutu genetik, mutu fisik dan mutu
fisiologis. Mutu benih sangat tergantung oleh beberapa hal, salah satunya adalah kadar
air benih. Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang
karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam
persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya
kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut
& dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air
diantaranya untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan
kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas
benih tersebut.

26

Pengujian kadar air benih perlu memperhatikan beberapa hal yaitu contoh kerja
yang digunakan berupa benih yang diambil dan ditempatkan kedalam wadah yang
kedap udara, karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah
terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan
merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat
adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Pengujian kadar air benih harus dilakukan
sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin
berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan
penghancuran.
Prinsip metode yang digunakan untuk penentuan kadar air ada dua macam yaitu
metode dasar dan metode praktis. Metode dasar antara lain metode oven, metode
destilasi, metode karl fisher. Metode praktis terdiri dari metode calcium carbide dan
metode electric moisture meter. Pengujian kadar air benih dilakukan untuk mengetahui
kadar air dalam biji atau benih untuk menentukan waktu panen yang tepat dan
penyimpanan benih. Benih yang bermutu sangat diinginkan pasar dan petani, baik
sebagai komoditi perdagangan maupun bahan tanam untuk produksi pertanian. Kualitas
benih dapat dilihat dari beberapa variabel atau nilai, salah satunya adalah kadar air
benih.

B. Tujuan
Menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat pengukur.

27

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik
atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk
mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan
dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (Kartasapoetra, 1992). Benih
berukuran besar/benih berkulit keras harus digiling atau dipotong lebih kecil sebelum
penimbangan dan pengeringan jika tidak, kulit benih akan menahan penguapan air dari
benih. Air akan tetap berada di dalam benih setelah pengeringan sehingga kadar air
benih hasil pengujian menjadi terlalu rendah. Berat contoh kerja setelah digiling atau
dipotong sekurang-kurangnya per ulangan 5-10 gram (Sutopo, 1994).
Kadar air benih merupakan faktor penting yang mempengaruhi daya simpan
benih. Kadar air benih yang terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai
cendawan dapat tumbuh. Makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih
tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih antara 6%8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang
dapat berakibat habisnya bahan cadangan makanan dalam benih, selain itu merangsang
perkembangan cendawan patogen di tempat penyimpanan. Kadar air yang terlalu rendah
menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi
menjadi 2 macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih,
yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak
bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Sutopo, 1994).
Kadar air merupakan komponen dari mutu benih (kemurnian dan daya kecambah).
Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih. Kadar air
benih dapat memacu proses pernafasan benih sehingga akan meningkatkan perombakan

28

cadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada saat
diperlukan/berkecambah. Kadar air benih harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan,
maupun penyimpanan benih. Kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama
penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat
mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Tujuan penetapan kadar air untuk untuk
mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan menetapkan kadar air yang tepat
selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih (Amira, 2009).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan
menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %
karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh
autoksidasilipid didalam benih sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang
yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Kuswanto, 1997).
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya
kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu
dilakukan agar benih memiliki kadar air berstandar berdasarkan kebutuhannya. Kadar
air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari
metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di
dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu
tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode
cepat. Penetapan kadar air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium harus kurang
dari 70%. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi yaitu metode
oven suhu tinggi konstan 130-133°C (Kuswanto, 1997).

29

Pengeringan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman diproses
lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah
sebelum waktunya. Pengeringan benih perlu diketahui terlebih dahulu sifat benih
apakah ortodoks atau rekalsitran. Benih ortodoks memiliki kadar air pembentukan benih
sekitar 35-80 % dan pada saat tersebut benih belum cukup masak dipanen. Kadar air 1840 % benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih
peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis (Hewer, 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung
secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini
yang sering disebut dengan metode oven. Pengukuran kadar air secara tidak langsung
yaitu kadar air diukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan
hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biasanya
dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Hasanah, 2006).
Benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangkan tanaman. Benih siap dipanen apabila telah masak fisiologis. Ada
beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan,
fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah
terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan
dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan
berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat
masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan
(Prasetyo, 2004).

30

Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih
memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan
sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu
sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi benih
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. Untuk
mengatasi masalah perubahan kadar air benih tersebut, setelah benih diproses dengan
kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang
dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus
disimpan di ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil.
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan.
Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya (Sutopo, 1994).

31

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Acara II (Pengujian Kadar Air Benih) dilaksanakan di
Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Kegiatan
dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Juni 2015 jam 14.00 WIB.

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, timbangan, dan Moisture tester. Bahan yang
digunakan adalah benih padi (20 g) dan jagung (20 g).

C. Prosedur Kerja
1.

Metode Praktek
a. Alat Moisture tester disiapkan dan diperiksa, serta contoh benih yang akan
diuji.
b. Benih yang akan diuji diambil dari benih lama dan benih baru.
c. Alat telah disiapkan selanjutnya biji diambil dengan pinset

kemudian

dimasukkan kedalam lubang-lubang pengujian pada alat tersebut.
d. Sekrup penghancur benih diputar sampai benih benar-benar hancur.
e. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol
pilihan biji yang diuji dan hasil pengujian pada display dibaca.
f. Hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih dibandingkan
dan disimpulkan.

32

2.

Metode Dasar
a. Berat Awal benih ditimbang sebanyak 20 gr.
b. Benih dimasukkan kedalam kantong lalu di oven selama 2x24 jam.
c. Berat Akhirnya ditimbang setelah 2x24 jam.
KA

= Berat Awal – Berat Akhir

% KA

KA
= Berat Awal x 100 %

d. Hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih dibandingkan
dan disimpulkan.

33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1.

2.

- Metode Praktek (Jagung)

- Metode Praktek (Padi)

KA1

= 11,8 %

KA1

= 12,2 %

KA2

= 11,7 %

KA2

= 12,2 %

KA3

= 11,9 %

KA3

= 12,5 %

KA

=

KA 1+ KA 2+ KA 3
3

KA

=

=

11,8+11,7 +11,9
3

=

35,4
= 3

36,9
= 3

= 11,8 %

= 12,3 %

- Metode Dasar Jagung

Dik : Berat Awal : 20

Berat Akhir : 18,5

KA

Berat Akhir : 18,8

= Berat Awal - Berat Akhir

KA
% KA = Berat Awal x 100 %

12,2+12,2+12,5
3

- Metode Dasar Padi

Dik : Berat Awal : 20

KA

KA 1+ KA 2+ KA 3
3

KA= Berat Awal - Berat Akhir
KA
% KA = Berat Awal x 100 %

= 20 – 18,5 = 1,5

KA= 20 – 18,8 = 1,2

1,5
% KA = 20 x 100 %

% KA

= 7,5 %

1,2
= 20 x 100 %
=6%

34

Kesimpulan:
1. Hasil pengujian kadar air benih jagung 7,5 %, sedangkan kadar air standar jagung
11 – 12 %.
2. Hasil pengujian kadar air benih padi 6 %, sedangkan kadar air standar padi 11 –
12 %.
3. Jadi kadar air jagung metode praktik 11,8 %, sedangkan menurut literatur 11-12
%. Artinya metode yang di praktikan telah sesuai dengan literatur.
4. Jadi kadar air padi metode praktik 12,3 %, sedangkan menurut literatur 11-12 %.
Artinya metode yang di praktikan telah sesuai dengan literatur.

35

B. Pembahasan
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya
kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu
dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya. Kadar air
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari
metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di
dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu
tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode
cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar air benih, kelembapan udara nisbi
laboratorium harus kurang dari 70%. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar
air benih padi yaitu metode oven suhu tinggi konstan 130-133 ˚C (Kuswanto, 1997).
Pengujian kemurnian benihadalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan
tiga komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih yang selanjutnya
dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Kadar air benih, adalah berat
air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.
Kadar air benih mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih. Kadar air
benih dapat memacu proses respirasi benih sehingga akan meningkatkan perombakan
sadangan makanan benih, akibatnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada saat
diperlukan/berkecambah.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah
1.

Contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan
dalam wadah yang kedap udara

36

2.

Pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan
diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih:

1.

Tipe benih, menurut Sutarno (1997), secara teknologi dikenal benih yang bersifat
ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai
kadar air yang relatif sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak
mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relatif rendah. contoh
benih yang bersifat ortodoks antara lain adalah benih Acacia mangium W. (Akasia).
Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum
mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah. Contoh benih ini
adalah Agathis lorantifolia S. (Damar),

2.

Ukuran benih, menurut hasil penelitian Priestley (1986) menunjukkan bahwa
ukuran biji berpengaruh terhadap keseragaman pertumbuhan tanaman dan daya
simpan benih. Pada beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil dalam suatu lot
benih dari varietas yang sama mempunyai masa hidup yang lebih pendek.

3.

Penyimpanan, menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam
penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko
terserang cendawan.
Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu :

1.

Konvensional (Menggunakan Oven)

2.

Automatic

(Menggunakan

Balance Moisture Tester), dalam metode

ini

hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui (Nasrudin, 2009).
Pada metode oven, contoh benih dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu.
Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan selanjutnya dihitung sebagai kadar air benih

37

asal. Pada metode elektrik moisture tester, kadar air benih ditentukan berdasarkan atas sifat
konduktifitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan temperatur
benih. Penentuan kadar air benih dengan menggunakan alat ini dapat berlangsung dengan
cepat.

Kelebihan dari metode pengukuran secara langsung yakni dengan menggunakan
oven atau pengusangan yakni kevalidannya lebih tinggi (metode praktis dan tingkat
ketelitiannya cukup tinggi). Mekanisme penggunaan oven untuk pengukuran kadar air
dapat diperoleh dengan mengurangi bobot awal benih sebelum dioven terhadap bobot
benih sesudah dioven, nilai itulah yang merupakan kadar air benih. Selain itu
keunggulan lainnya adalah metode oven dapat digunakan untuk menguji kadar air
semua jenis benih dan pengujian dengan beberapa ulangan dengan jenis benih yang
sama hasilnya relatif sama atau seragam. Keseragaman hasil pengujian sangat penting
supaya hasil pengujian atau penelitian dapat digunakan untuk menentukan regulasi atau
kebijakan tertentu berkaitan pengelolaan benih berdasarkan kadar air yang telah diuji.
Beberapa keunggulan tersebut mendorong ISTA (International Seed Testing
Association) sebagai induk penelitian benih merekomendasikan penggunaan oven untuk
pengujian kadar air benih.
Kelemahan dari pengukuran kadar air dengan metode oven yakni membutuhkan
beberapa langkah untuk dapat memperoleh kadar air sehingga waktu yang dibutuhka
lebih lama. Selain itu jika kadar air benih terlalu tinggi > 17% harus dilakukan
pengeringan pendahuluan supaya kadar air dapat diturunkan. Ketentuan 17% tidak
berlaku secara umum melainkan berlaku untuk jenis benih tertentu saja, terutama benih
orthodox. Hasil pengukuran kadar air benih rawan terjadi penyimpangan jika tidak
dilakukan pengeringan dengan waktu yant tepat, misalnya jika terlalu lama proses
pengeringan berlangsung kadar air benih akan sangat rendah yang berakibat terjadinya

38

kerusakan pada benih. Sebaliknya jika waktu pengeringan kurang lama kadar air benih
terlalu tinggi sehingga membutuhkan pengeringan lebih lanjut. Kekurangan lain dari
metode oven yakni banyak membutuhkan peralatan yang dibutuhkan, harus sering
menimbang bahan yang diuji, serta pengujiannya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Keunggulan dari metode tidak langsung dengan mengunakan moisture tester yakni
hasil dapat diperoleh secara cepat setelah benih dilakukan pengujian. Pengukuran kadar
air hanya dilakukan satu tahap saja, tidak perlu mengulang seperti pada pengukuran
secara langsung dengan oven.Kelemahannnya adalah hasil pengukuran kadar air jenis
benih tertentu hasilnya tidak sama (tidak seragam), dan moisture tester tidak bisa
digunakan untuk digunakan dalam pengukuran kadar air untuk semua jenis benih.
Selain itu pada moisture tester perlu dilakukan kalibrasi setiap kali pengukuran, setiap
benih harus dilakukan kalibrasi yang berbeda karena mempunyai kode tertentu yang
berbeda. Moisture tester cenderung kurang teliti jika digunakan untuk mengukur kadar
air yang terlalu rendah. Perlu diketahui bahwa moisture tester bekerja berdasarkan
pengukuran daya hantar listrik (DHL) benih, sehingga kemampuan pengukurannya
berbeda-beda pada kadar air benih yang berbeda.
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung
secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini
yang sering disebut dengan metode oven. Pengukuran kadar air secara tidak langsung
kadar air diukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan alat
ukur secara digital yang bernama seed moisture tester (Gradness 2001). Seed moisture
tester adalah alat ukur kadar air biji yang sejenis biji-bijian, menguji kadar air benih
dengan menggunakan seed moisture tester lebih akurat