Siklus Penyusunan dan Penetapan APBD

Siklus Penyusunan dan Penetapan APBD

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik
Yang dibina oleh Ibu Wuryan Andayani, SE., M.Si., Ak.
Disusun Oleh :
Ahmad Hikam Hidayaturrahman
Dimas Ridlo Hanantiko

135020300111038
135020300111041

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

A. Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah
melaksanakan kegiatan keuangan dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis besar
terdiri dari:
1.

Siklus Penyusunan dan Penetapan APBD;

2.

Siklus Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;

3.

Siklus Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.
Ketika berbicara mengenai siklus anggaran pemerintah daerah maka Penyusunan dan

Penetapan Anggaran dilakukan 1 tahun sebelum tahun anggaran berjalan. Kemudian
pelaksanaan Anggaran dilaksanakan 1 tahun saat tahun anggaran berjalan. Selanjutnya
Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dilaporkan tiap semester (6 bulan sekali).
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam

rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian atas tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.

B. Siklus Penyusunan dan Penetapan APBD
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selalu diatur dengan peraturan
perundang-undangan dalam pembuatannya. Dimulai dengan Undang-undang 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta diarahkan pelaksanaannya dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain
itu, setiap Tahunnya Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun
anggaran berikutnya.

Berdasarkan Permendagri No. 52 Tahun 2015, Penyusunan APBD Tahun Anggaran
2016 didasarkan prinsip sebagai berikut:
1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah;

2. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat
untuk masyarakat;
3. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
4. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang APBD;
5. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundangundangan yang
lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
Penyusunan anggaran di daerah telah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 13 Tahun 2006 dan untuk Penyusunan APBD tahun anggaran 2016 diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 yang disajikan dalam bentuk tabel.
Pemerintah Daerah mempunyai jadwal penyusunan anggaran yang disusun oleh Bappeda
dengan tetap berpedoman pada Permendagri tersebut.

1. Musrenbang Desa
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) desa adalah forum musyawarah

tahunan para pemangku kepentingan (stakeholders) desa untuk menyepakati Rencana Kerja

Pembangunan Desa (RKP Desa) tahun anggaran yang direncanakan. Musrenbang desa
dilakukan setiap bulan Januari - Pebruari dengan mengacu kepada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Setiap desa diamanatkan untuk
menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu
RKP Desa.
Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh
lembaga publik, yaitu pemerintah desa, bekerjasama dengan warga dan para pemangku
kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan mampu membangun kesepahaman
tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber
pembangunan yang tersedia baik dari dalam maupun luar desa.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen
tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena
itu, Musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata
pemerintahan dan pembangunan.
Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum Musrenbang bersifat partisipatif
dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah mempunyai arti yang
jelas merupakan forum untuk merembugkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan
kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama, bukan seminar atau sosialisasi informasi.
Musrenbang desa adalah forum dialogis antara pemerintah desa dengan pemangku
kepentingan lainnya untuk mendiskusikan dan menyepakati program pembangunan yang

dapat memajukan keadaan desa. Dalam Musrenbang desa, pemerintah desa dan berbagai
komponen warga bekerjasama memikirkan cara memajukan desanya melalui program
pembangunan desa.
2. Musrenbang Kecamatan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan adalah forum
musyawarah tahunan para pemangku kepentingan/stakeholders di tingkat kecamatan untuk
mendapatkan

masukan

wilayah kecamatan terkait

mengenai
yang

didasarkan

kegiatan
pada


prioritas pembangunan
masukan

di

dari hasil Musrenbang

desa/kelurahan, serta menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang
bersangkutan.
Masukan

itu

sekaligus sebagai

dasar

penyusunan

Rencana


Pembangunan Kecamatan yang akandiajukan kepada SKPD yang berwewenang sebagai
dasar

penyusunan

Rencana

Kerja

Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah

pada


tahun

berikutnya. Musrenbang kecamatan dilakukan setiap tahun pada bulan Februari dengan
luaran

berupa Dokumen

Rencana

Pembangunan Kecamatan serta

masukan

untuk

Renja SKPD Kecamatan.
Lembaga

penyelenggaranya


adalah kecamatan dan Bappeda. Kecamatan bertugas

untuk menyiapkan teknis penyelenggaraan Musrenbang kecamatan serta mempersiapkan
dokumen

Rancangan

Rencana Pembangunan Kecamatan. Bappeda bertugas

untuk

mengorganisasi penjadwalan seluruh Musrenbang kecamatan, mempersiapkan Tim Pemandu,
dan dokumen-dokumen yang relevan untuk penyelenggaraan Musrenbang kecamatan.
3. Penyusunan Renja SKPD
Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif
waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk
periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri
dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan
Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD. Proses penyusunan
perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan sebagai berikut:
1.

SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat
indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

2.

Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana pembangunan
jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD,
lintas SKPD, dan program kewilayahan.

3.

Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang merupakan

penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk
jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja Pemerintah.

4.

Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun
berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun
sebelumnya.

4. Musrenbang Kabupaten / Kota
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dilakukan setiap tahun
sebelum memasuki anggaran tahun berikutnya. Musrenbang Kabupaten/Kota diawali
dengan musrenbang pada tingkat desa dan selanjutnya tingkat kecamatan. Pada prinsipnya,
usulan disusun dan disampaikan secara berjenjang/bertingkat mulai dari level RT/RW,
Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Data usulan dari semua Desa/Kelurahan yang telah
terkumpul, akan digodok dan dimusyawarahkan, hasil musyawarah kecamatan ini dituangkan
dalam satu dokumen berupa daftar usulan kegiatan kecamatan yang akan diusulkan pada
Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota.
Pada

tahap Musrenbang

Kabupaten/Kota,

semua

aspirasi

yang

masuk

melalui musrenbang Kecamatan akan ditampung bersamaan dengan usulan kegiatan dari
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Forum ini merupakan pembahasan usulan–
usulan yang masuk, juga merupakan sarana dan fasilitas untuk melakukan koordinasi
antara Kecamatan dengan SKPD yang

bersangkutan

khususnya

untuk

melakukan

singkronisasi terhadap usulan-usulan kegiatan setiap kecamatan. Usulan kecamatan akan
dikelompokkan dan disesuaikan dengan jenis kegiatan SKPD yang berwenang untuk
mengakomodir usulan tersebut. Pada tahap ini SKPD akan melakukan verifikasi terhadap
usulan kecamatan sebelum dituangkan dalam daftar usulan kegiatan SKPD. Program /usulan
kegiatan yang telah lolos pada tahap verifikasi akan dituangkan dalam Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat daerah (Renja-SKPD).
5. Penetapan RKPD
a. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas, pembangunan
dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik

yang dilaksanakan langsung oleh pemda maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
b. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah mempertimbangkan
prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
c. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
d. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun
anggaran sebelumnya.
e. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
f.
6. Pembahasan dan Kesepakatan KUA (Kebijakan Umum APBD)
Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:
a.

Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD

b.

(RKUA).
Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Sebagai contoh untuk bahan
penyusunan APBD Tahun 2016 Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan
Permendagri Nomor 52 Tahun 2015 tertanggal 18 Juni 2015 tentang Pedoman

c.

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.
Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggaran berikutnya, sebagai
landasan penyusunan RAPBD, kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan

d.

bulan Juni tahun anggaran berjalan.
RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD
(KUA).

e.

Substansi KUA/KUPA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan
tidak menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis.

7. Pembahasan dan Kesepakatan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara)
Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS). PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas
maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA adalah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemda dan DPRD membahas rancangan
prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang disampaikan oleh kepala
daerah.
b. Pembahasan PPAS.
c. Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan

Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan

Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
d. KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD
dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah
dan pimpinan DPRD.
e. Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman penyusunan
rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD
menyusun RKA-SKPD.
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 87 ayat (2) Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas
bersama antara TAPD dan panitia anggaran DPRD paling lambat minggu kedua bulan Juli
dari tahun anggaran berjalan. Setelah disepakati bersama PPAS tersebut ditetapkan sebagai
Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) paling lambat pada akhir bulan Juli tahun anggaran
berjalan.
8. Penyusunan RKA-SKPD dan RAPBD
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta
korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil
yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun RKA-SKPD harus mengacu kepada
dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan juga Prioritas dan Plafon anggaran (PPA).
Selain itu SKPD juga harus berpedoman kepada Renstra dan juga Renja SKPD yang dibuat
dengan mengacu kepada RKPD. Setelah RKA-SKPD dibuat kemudian diserahkan kepada
Tim tekhnis dari TAPD untuk melakukan verifikasi RKA-SKPD. Verifikasi yang telah
dilakukan kemudian akan disampaikan dalam forum TAPD sebelum dilakukan penyusunan
RAPBD. RAPBD yang telah disusun kemudian akan disampaikan kepada DPRD untuk
dilakukan pembahasan dan juga penetapan Raperda APBD.

9. Pembahasan dan persetujuan Rancangan Perda APBD dengan DPRD
RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala
SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk
penyiapan Raperda APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang
untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah. Raperda tentang APBD harus
dilengkapi dengan lampiran-lampiran berikut ini :




Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan
Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi
Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja,



dan pembiayaan
Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, dan



kegiatan
Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan








daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan
Daftar piutang daerah
Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah
Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain
Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan




dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
Dafar dana cadangan daerah, dan
Daftar penjaman daerah.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan

dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada
masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah

daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.
10. Evaluasi Rancangan Perda APBD
Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota
harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja.
Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan
kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta
untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.
Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan
kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas ) hari kerja terhitung sejak diterimanaya
Raperda APBD tersebut.
11. Penetapan Perda APBD
Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Peraturan Daerah
tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal
31 Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD ini disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal ditetapkan.

12. Penyusunan DPA SKPD
DPA-SKPD adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran.Rancangan DPA-SKPD adalah rancangan yang
berisi:
a. Sasaran yang hendak dicapai
b. Program dan kegiatan

c. Anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD melalui surat pemberitahuan untuk
menyusun rancangan DPA-SKPD, terhitung paling lambat 3 (tiga) hari setelah APBD
ditetapkan. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6
(enam) hari kerja.
PPKD mengotorisasi Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas SKPD
kemudian diserahkan kepada TAPD. TAPD kemudian melakukan verifikasi atas rancangan
DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas tersebut bersama-sama dengan Kepala SKPD,
paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Walikota tentang
Penjabaran APBD.
Berdasarkan hasil verifikasi PPKD mengesahkan Rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan Sekda dan pengesahan Rancangan Anggaran Kas SKPD dengan persetujuan
PPKD. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD, Satuan Kerja
Pengawasan Daerah, dan BPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.
13. Pelaksanaan APBD
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran
SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan kepada PPKD selaku BUD bersamaan
dengan rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan
bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD. PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas
pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPASKPD yang telah disahkan. Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk dan perkiraan
arus kas keluar yang digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Siklus penatausahaan penerimaan keuangan daerah terdiri atas dua siklus yaitu siklus
penatausahaan penerimaan keuangan daerah dan siklus penatausahaan pengeluaran keuangan
daerah.

Lampiran
1. Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 52 Tahun 2015

Daftar Pustaka
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015
Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2016
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
3. https://misbakhulmunir1922.wordpress.com/2013/05/27/tahap-perencanaan-apbd/ diakses
tanggal 27 September 2015