Perang Asia Pasifik dan Kedatangan Jepan

Diposkan oleh Fatma Wati | Label: ips, jepang, romusha, sejarah
undefinedundefinedundefined

Awal Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di Kota Tarakan
pada tanggal 10 Januari 1942. Selanjutnya, menduduki Minahasa, Balikpapan,
Ambon, Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali antara sampai
dengan Februari 1942.

Perang Asia Pasifik dan Kedatangan Jepang ke Indonesia
Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Jawa di tiga tempat,
yaitu di Banten, Indramayu, danBojonegoro. Hal itu tidak diduga oleh tentara
Belanda, Jenderal Imamura dengan pasukannya segera mendarat di Jawa.
Setelah terjadi pertempuran di beberapa tempat, akhirnya Belanda terdesak dan
banyak di antara mereka melarikan diri sampai ke Australia di bawah pimpinan
Van Mook. Tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang di Kalijati (Subang). Penerima penyerahan dari Jepang diwakili Jenderal
Imamura. Dengan demikian, sejak tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah kekuasaan
Hindia Belanda dan dimulailah masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Pendudukan Jepang dan Pengaruhnya bagi Bangsa Indonesia

Setelah berhasil menguasai Kepulauan Indonesia, Jepang mulai
mempropagandakan dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Dikatakan
pula bahwa bangsa Jepang dengan bangsa Indonesia sama saja. Juga
disebarluaskan pandangan bahwa bangsa Jepang adalah keturunan. Oleh karena
itu, kedatangannya di Indonesia harus dipandang sebagai pembebas dari
penjajahan Belanda dan sekaligus sebagai pelindung yang akan mendatangkan
kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.

Dengan propagandanya yang sangat menarik itu maka pada awal
kedatangannya, Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia. Apalagi tindakan
Jepang yang kemudian melarang penggunaan bahasa Belanda dan kebudayaan
Barat. Buku-buku Barat dilarang dan dimusnahkan. Sebaliknya, budaya dan
bahasa Indonesia diajarkan di sekolah-sekolah. Ini semua dalam rangka menarik
simpati bangsa Indonesia terhadap Jepang.
Ternyata semua itu adalah tipu muslihat. Di balik propaganda Jepang ingin
mengeruk kekayaan bumi Indonesia sebanyak-banyaknya. Jepang juga ingin
memperalat rakyat Indonesia untuk mendukung pelaksanaan Perang Asia Timur
Raya. Dengan demikian, pendudukan Jepang ini juga membawa pengaruh besar
dalam kehidupan Indonesia.


Misi Awal Jepang
Setelah berhasil masuk dan menduduki Indonesia, Jepang melaksanakan dua
pentingnya di Indonesia. Kedua misi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghapuskan segala hal yang berbau atau berhubungan dengan Belanda
dan Barat. Jepang mengizinkan penggunaan Bahasa Indonesia, pengibaran
bendera Merah Putih, dan pengumandangan lagu Indonesia Raya.
2. Memobilisasi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya. Untuk itu, Jepang membentuk organisasi-organisasi politik, badanbadan militer dan semimiliterserta pengerahan tenaga manusi (Romusha).

1. Pemerasan Ekonomi dan Kekayaan Alam
Latar belakang kedatangan Jepang ke Indonesia, selain memerangi Belanda
dan sekutu, juga untuk mencari daerah-daerah kaya bahan mentah. Jepang
segera melakukan pemerasan segala sumber kekayaan yang ada di Indonesia.
Adapun langkah-langkah yang diambil oleh Jepang, antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki beberapa sarana dan prasarana yang rusak. Rusaknya instalasi
dan sarana ekonomi karena memang dirusak oleh Belanda ataupun pemboman
yang dilakukan Jepang sewaktu melumpuhkan Belanda di Indonesia.
2. Tanah-tanah perkebunan banyak dihapus dan diganti menjadi tanah pertanian
yang kemudan ditanami padi dan pohon jarak. Tentara Jepang waktu itu sangat
membutuhkan buah jarak untuk pelumas mesin-mesin dan senjata. Namun, ada

beberapa jenis perkebunan yang masih berlangsung, seperti karet, tebu, dan
kina.
3. Jepang melakukan monopoli terutama beras dan garam
4. Rakyat dipaksa untuk menyerahkan hasil panen padinya kepada pemerintah
Jepang. Penyerahan sebanyak 30% dan 40% boleh dimiliki oleh petani. Sisanya
yang 30% disediakan untuk bibit . Akan tetapi, seringkali semuanya itu
dirampas oleh Jepang. Petani tidak mendapatkan apapun .Mereka terpaksa
makan ubi jalar, keladi yang gatal, dan sering pula mereka makan bekicot.

5. Untuk memperluas tanah pertanian, Jepang telah memerintahkan penebangan
hutan-hutan, misalnya di Tanah Karo, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.Teryata
penebangan hutan itu banyak dilakukan secara liar. Hal itu jelas akan
menimbulkan bahaya erosi dan banjir.
Sekalipun tanah pertanian diperluas, namun kegiatan dan hasil pertanian
justru merosot. Hal itu disebabkan hal-hal sebagai berikut.
A. Tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan bimbingan terhadap kemajuan
pertanian. Jepang memang menyediakan tenaga ahli tetapi tidak ahli bidang
pertanian.
B. Berkurangnya hewan ternak yang menurunkan kegiatan pertanian. Banyak
ternak dipotong untuk lauk makan para prajurit Jepang . padahal hewan-hewan

itu dapat sebagai alat bantu dalam mengerjakan tanah dan kotorannya untuk
pupuk.
C. Tenaga petani untuk mengolah lahan pertanian sangat kurang karena diantara
mereka banyak dijadikan romusha.
Semua kebijakan Jepang di bidang ekonomi tersebut semata-mata untuk
menopang kegiatan perang atau yang sering dikenal dengan Sistem Ekonomi
Perang. Pemerasan Jepang ternyata tidak hanya terbatas pada bidang pertanian
dan perkebunan, tetapi barang-barang kekayaan lain juga diambil oleh Jepang.
Misalnya, barang-barang perhiasan, bahkan pagar-pagar besi pekarangan rumah
warga penduduk pun dirampas.

1.Pengerahan Tenaga Manusia
A. Pengerahan Pemuda
Jepang pertama kali memlih kelompok pemuda dalam pengerahannya
sebab pemuda biasanya berani dan memiliki kekuatan fisik yang cukup. Untuk
para pemuda Indonesia, Jepang menanamkan jiwa satria (bushido), disiplin, dan
tidak rendah diri. Dalam rangka menanamkan nilai tersebut, Jepang
menyelanggarakan pembinaan dengan kegiatan pendidikan dan latihan-latihan
khusus.Berkaitan dalam upaya mengerahkan pemuda Indonesia, Jepang telah
membentuk wadah yang di sebutBarisan Pemuda Asia Raya (BPAR) . Pada

tanggal 11 Juni 1942. Kelompok BPAR itu dilakukan untuk melakukan
propaganda pro Jepang. Selain itu, ada lagi wadah pemuda yang disebut San A
Seinen Kunrensho. Wadah ini bertujuan menampung para pemuda yang sudah
aktif di organisasi, misalnya dari kepanduan. Sebagai pemrakarsa wadah tesebut
adalah H. Shimizu.
B. Bentukan Organisasi Semimiliter
Jepang membentuk organisasi semimiliter. Sesuai dengan kelompok atau
organisasi-organisasi masing-masing , anggota diberi latihan kemiliteran, antara
lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keibodan

Keibodan artinya Barisan Bantu Polisi, Keibodandidirikan pada tanggal 29
April 1943 seiring dengan berdirinya Seinendan. Anggota Keibodan adala lakilaki berusia 26 tahun. Ternyata banyak pemuda yang berminat memasuki
organisasi Keibodan. Tugas Keibodan adalah membantu tugas-tugas misalnya
menjaga lalu lintas dan memelihara keamanan. Keibodan berkembang lebih luas
bila dibandingkan Seinendan. Di luar jawa, Keibodan juga mengalami
perkembangan. Di Sumatera Keibodan disebutBogodan, di Kalimantan
disebut Borneo Hokokuda.Keibodan dibina khusus dan diawasi oleh
Departemen Kepolisian (Keimubu) agar tidak terpengaruh oleh kaum nasional.
2. Seinendan

Organisasi Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertepatan
dengan hari ulang tahun kaisar Jepang. Anggotanya adalah para pemuda berusia
14-22 tahun. Mereka diberi latihan kemiliteran. Organisasi ini dipersiapkan
untuk mempertahankan daerah masing-masing. Salah seorang pemuda yang
menjadi tokohSainendan adalah Latif Hendraningrat.
3. Fujinkai
Untuk para wanita dibentuk organisasi yang disebutFujinkai. Fujinkai didirikan
pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri dari para wanita yang berusia 15
tahun ke atas. Anak-anak gadis di organisasikan dalam Fuji-Seinentai (Barisan
gadis-gadis).
4. Seinentai dan Gakutotai
Pengerahan massa dilakukan Jepang pada semua tingkat usia dalam
masyarakat. Bahkan, boleh dikatakan tidak ada yang tertinggal. Para murid
sekolah juga di organisasikan. Untuk anak-anak SD dibentuk Seinentai dan
untuk anak-anak sekolah lanjutan dibentuk Gakutotai.
5. Barisan Pelopor
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14
September 1944 dibentuk Barisan Pelopor, sebagai bagian
dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor merupakan organisasi pemuda pertama di
masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis

Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang oleh Sukarno dibantu R.P. Suroso,
Otto Iskandardinata, dan Dr. Buntara Martoatmojo. Melalui berbagai pidato dari
para pimpinan nasionalis, Barisan Pelopor barhasil mangobarkan semangat
nasionalismedan rasa persaudaraan dikalangan rakyat. Mereka juga berlatih
kesiapsiagaan mliter dengan alat kayu dan bambu runcing. Anggota Barisan
Pelopor ini mencapai 60.000 orang.
6. Hizbullah

Jepang merencanakan membentuk kekuatan cadangan dari para pemuda
Islam. Rencana Jepang disambut baik oleh Masyumi sebagai organisasi islam
waktu itu. Masyumi mengusulkan untuk membantu pasukan sukarelawanpara
pemuda islam. Hal ini disetujui oleh Jepang. Oleh karena itu, pada tanggal 15
Desember 1944 dibentuk pasukan sukarelawan yang dinamakan Hizbullah
(Tentara Allah).
Adapun tugas-tugas Hizbullah, antara lain
A. Membina diri jasmani dan rohani
B. Menggiatkan usaha untuk kepentingan perang
C. Membela agama dan umat Islam di Indonesia
Pemimpin Hizbullah adalah K.H. Zainal Arifin. Wakilnya Moh. Roem.
Hizbullah ternyata cepat berkembang. Untuk membina kader dan pimpinanan di

daerah, pernah diadakan latihan khusus di Cisarua (Bogor).

A. Pembentukan Organisasi Militer
Ada dua Organisasi militer yang dibentuk di Indonesia, Yaitu Heiho dan
Pembela Tanah Air (Peta).
1. Heiho
Pada bulan April 1943, dibentuklah organisasi militer yang bertugas sebagai
pembantu tentara Jepang.Organisasi militer ini dsebut Heiho.Sebagai Organisasi
militer, Heiholangsung ditemptkan di dalam susunan organisasi tentara Jepang.
Kegiatan Heiho, antara lain membangun kubu-kubu pertahanan dan maju ke
medan perang untuk membantu tentara Jepang. Di antara mereka ada yang ikut
berperang sampai di Papua, bahkan ada yang sampai Malaya dan Birma.
Anggota Heiho sampai akhir pendudukan Jepang mencapai 42.000 orang.
2. Peta (Pembela Tanah Air)
Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia dari serangan musuh, Jepang
juga membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Secara resmi, Peta didirikan
pada tanggal 3 Oktober 1943. Banyak di antara pada pemuda Indonesia yang
tertarik untuk memasuki Peta. Para anggota diberi latihan kemiliteran dibawah
pengawasan tentara Jepang. Penanggung jawab dari latihan-latihan Peta adalah
Yanagawa. Peta berkembang tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Di

Jawa waktu itu memiliki anggota sekitar 37.000 orang dan Sumatera mencapai
20.000 orang. Di Sumatera, Peta dikenal dengan sebutan Giyugun(Prajurit
Sukarela).
B. Pengerahan Romusha dan Penderitaan Rakyat
Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat untuk dijadikan pekerja rodi atau
bekerja paksa. Mereka inilah yang dipaksa menjadi tenaga romusha. Mereka
diperlakukan sebagai tenaga kasar dan melakukan pekerjaan berat. Misalnya,
pada saat pembuatan pembuatan jalan, jembatan, pangkalan angkutan udara,

membangun kubu-kubu pertahanan dan jalan kereta api. Mereka juga dikirim
dan dipekerjakan di tanah-tanah perkebunan yang sulit medannya. Mereka
bekerja tanpa diberi gaji dan makan. Mereka yang dianggap malas bekerja akan
dihajar olehKenpeita ( Polisi militer jepang ). Akibatnya, banyak yang jatuh
sakit , kelaparan dan mati tidak terurus.
Pada waktu itu tanah Jawa yang padat penduduknya banyak tersedia tenaga
kerja romusha. Banyak diantara mereka tidak kembali ke kampung halamannya.
Kemungkinan mereka telah meninggal di perjalanan karena dianaiya. Melihat
banyak romusha yang bernasib menyedihkan itu membuat para pemuda dari
setiap daerah takut dan melarikan diri dari desanya. Banyak desa yang
penduduknya hanya tinggal wanita dan anak-anak. Hal ini juga menjadi sebab

makin merosotnya kegiatan pertanian di beberapa daerah.
Para romusha tidak hanya kekurangan makan, tetapi sulit juga untuk
mendapatkan pakaian. Oleh karana itu, banyak rakyat yang memakai pakaian
dari karung goni atau bagor. Bahkan, ada yang telanjang tidak memakai baju.
Dapat dibayangkan betapa beratnya penderitaan yang harus ditanggung rakyat
akibat tindakan Jepang yang keras dan kejam. Inilah salah satu bukti
penderitaan rakyat akibat kekejaman Jepang.

3. Cara-Cara Kooperasi
Cara-cara kooperasi maksudnya adalah cara perjuangan dengan bersedia
bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Karena bersikap keras dan kejam,
Jepang harus dihadapi dengan halus, tidak dengan kekerasan, tetapi sebaiknya
dengan bekerja sama. Cara kooperasi, yaitu para pimpinan bangsa Indonesia
ikut duduk didalam badan-badan yang dibentuk oleh Jepang. Ada beberapa
organisasi yang dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin perjuangan nasional
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
A. Gerakan Tiga A
Organisasi yang mula-mula dibentuk adalah Gerakan Tiga A ini dibentuk
pada bulan Maret 1942 dengan semboyan:
1) Nippon Cahaya Asia

2) Nippon Pelindung Asia
3) Nippon Pemimpin Asia
Gerakan itu dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuan Gerakan Tiga
A adalah untuk menanamkan semangat membela Jepang. Jadi, dengan
semboyan Jepang (Nippon) cahaya, pelindung,dan pemimpin Asia, diharapkan
rakyat Indonesia mengakui bahwa jepang akan menjadi penerang, pelindung,
dan pemimpin bangsa Asia, termasuk Indonesia.
Di berbagai daerah dibentuk cabang-cabang Gerakan Tiga A. Bahkan, didalam
gerakan Tiga A dibentuk seksi atau bagian agama Islam yang dipimpin oleh
Abikusno Cokrosuyoso. Dengan adanya ini, Abikusno Cokrosuyoso mencoba

memanfaatkan Gerakan Tiga A guna membina kesadaran orang-orang
Indonesia.
B. Pusat Tenaga Rakyat
Pada tanggal 1 Maret 1943, dibentuklah organisasi baru yang disebut Pusat
Tenaga Rakyat (Putera). Sebagai pimpinan Putera adalah Ir. Sukarno,
Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Kiai Haji Mansur. Keempat tokoh ini
dikenal dengan Empat Serangkai.
Tujuan Putera adalah untuk memusatkan segala kekuatan masyarakat untuk
membantu Jepang dalam perang. Bagi para pemimpin Indonesia Putera juga
bertujuan untuk memperbaiki segala sesuatu yang hancur akibat penjajahan
Belanda. Oleh karena itu, Putera juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan
sosial ekonomi rakyat.
Ternyata Putera mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Di berbagai
daerah dibentuk cabang-cabangnya. Bahkan beberapa organisasi yang ada pada
zaman Belandamelebur kedalam organisasi Putera, seperti Persatuan Guru
Indonesia, Pengurus Besar Istri Indonesia,dan Barisan Benteng.
Didalam Putera ini para pemimpin perjuangan nasional kita mulai membina
semangat para anggota dan rakyat Indonesia kea rah cita-cita kemerdekaan. Di
dalam Putera dibina kader-kader bangsa. Mental rakyat digamblenguntuk terus
berjuang mencapai kemerdekaan. Perkembangan Putera menimbulkan
kekhawatiran pihak Jepang sehingga tahun 1944 Putera dikabulkan.
C. Jawa Hokokai
Jenderal Kumakichi Harada membentuk organisasi baru yang disebut Jawa
Hokokai. Berbeda dengan Putera, didalam organisasi Jawa Hokokai ini
pimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan (Pimpinan Panglima Perang di
Jawa). Ir. Sukarno diangkat sebagai penasihat. Bidang kegiatan Jawa
Hokokai adalah guru, kewanitaan dan kesenian. Tugas Jawa Hokokai adalah
mengerahkan tenaga rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata,
besi tua, serta menanam jarak untuk kepentingan perang.
Dari segi kepentingan Jepang, Jawa Hokokai telah menjalankan tugas
pengerahan tenaga dan pengumpulan hasil bumi. Kalau dilihat dari segi
kepentingan perjuangan bangsa Indonesia peran Jawa Hokokai agak terbatas.
Namun, bagaimanapun juga Ir. Sukarno yang duduk sebagai penasihat tetap
berupaya membantu perjuangan rakyatnya. Apalagi setelah dibentuk Barisan
Pelopor (bagian Jawa Hokokai), para pemimpin kita melalui pidato-pidatonya
membakar semangat rakyat.
D. MIAI dan Masyumi
Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua partai politik yang pernah
berkembang sebelumnya dilarang. Akan tetapi, MIAI (Majelis Islam A’la
Indonesia) yang lahir pada tahun 1937 itu kemudian diizinkan berkembang. Hal

itu bertujuan untuk memikat hati orang islam yang merupakan warga mayoritas
di Indonesia. MIAI merupakan organisasi yang sangat penting waktu itu. Tujuan
yang dikembangkan MIAI, antara lain sebagai berikut.
1) Membangun umat Islam yang mampu menciptakan perdamaian dan
kesejahteraan rakyat.
2) Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya.
Program-program MIAI, antara lain :
1) Mendirikan Universitas Islam
2) Membentuk baitulmal
MIAI berkembang pesat ke berbagai daerah. Dengan adanya baitulmal,
MIAI menjadi makin kuat. Sikap politiknya sebagai organisasi perjuangan
makin jelas. Tokoh umat Islam di MIAI mulai berani menanyakan nasib
Indonesia dibawah pendudukan Jepang. Para pemimpin Islam dengan tegas
menolak melakukan seikerei(membungkukan badan seperti orang Islam rukuk,
tetapi untuk menghormati kaisar Jepang). Para pemimpin Islam juga menentang
larangan penggunaan bahasa Arab karena tidak sesuai dengan harapan Jepang,
pada tanggal 24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan. Jepang kemudian
mengizinkan berdirinya partai baru, yakni Masyumi(Majelis Syuro Muslimin
Indonesia). Ketua Masyumi saat itu adalah Hasyim Asy’ari dan wakilnya adalah
Kyai Haji Mas Mansyur dan Wachid Hasyi.
Masyumi juga cepat berkembang. Di setiap karesidenan didirikan cabang
Masyumi. Setelah tampilnya tokoh-tokoh muda, seperti Moh. Natsir dan
Harsono Cokroaminato, Masyumi makin berani dan sifat politiknya juga makin
nyata. Masyumi juga berkembang menjadi organisasi massa yang mendapat
dukungan masyarakat. Masyumi juga telah berjuang untuk menolak perintah
pengerahan tenaga romusha. Para pemimpin Islam telah membina anggotannya
untuk mencintai tanah air Indonesia.

4. Gerakan Bawah Tanah
Kelompok yang melakukan gerakan dan perjuangan secara rahasia atau
“gerakan bawah tanah”, dipelopori terutama oleh para pemuda. Tokoh utamanya
Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sukarni,dan Adam Malik. Kelompok ini
bersikap radikal dan tidak mau bekerja sama atau duduk di badan-badan yang
dibentuk Jepang.
Berbeda dengan gerakan kooperasi, kelompok “gerakan bawah tanah” tidak
bekerja sama dengan Jepang, tetapi berusaha bekerja sama dengan sekutu.
Dengan cara itu maka akan dapat bersama-sama menghancurkan Jepang. Untuk
itu, para anggota “gerakan bawah tanah” selalu mencari berita mengenai
perkembangan perang di Asia Timur Raya.
Sekalipun kedua kelompok itu berbeda cara melawan Jepang, namun antara
kelompok kooperasi dengan kelompok “gerakan bawah tanah” selalu ada kerja
sama. Sebagai contoh kesepakatan antara Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.

Mereka saling kontak dan tukar informasi mengenai perkembangan yang
diketahuinya.

5. Perlawanan Bersenjata
Perlawanan bersenjata ini disebabkan penderitaan rakyat yang makin parah.
Rakyat sudah tidak tahan lagi terhadap tindak kekejaman Jepang yang diluar
batas kemanusiaan. Oleh karena itu, timbul berbagai perlawanan di daerah dan
juga perlawanan yang dilancarkan oleh anggota peta.
A . Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang berkobar pada tanggal 10
November 1942. Timbulnya perlawanan ini disebabkan rakyat Aceh menentang
tindakan sewenang-wenang tentara Jepang. Rakyat dan para santri di Cot Plieng
dapat dikumpulkan oleh seorang ulama bernama Tengku Abdul Jalil. Setelah
gagal mengadakan perundingan damai maka subuh dini hari tanggal 10
November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng.
Rakyat pun mengadakan perlawanan, beberapa kali serangan tentara Jepang
dapat digagalkan. Namun, setelah meningkatkan kekuatannya tentara Jepang
kembali melakukan serangan. Serangan Jepang berhasil menghancurkan
pertahanan rakyat Aceh, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil lolos.
Jepang melakukan pengejaran dan berhasil menembak mati Abdul Jalil saat
sedang salat.
Perlawanan rakyat Aceh tidak berhenti sampai disitu, perlawanan muncul lagi
dibawah pimpinan Abdul Hamid. Namun, dengan licik menyandera seluruh
anggota keluarga Abdul Hamid. Jepang mengancam akan memusnahkan
seluruh keluarga Abdul Hamid jika perlawanan tidak dihentikan. Akhirnya,
dengan sangat terpaksa Abdul Hamid menghentikan perlawanan.
B. Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya) Jawa Barat
Masyarakat di Singaparna merupakan penganut islam yang fanatik. Mereka
anti terhadap setiap bentuk penjajahan yang ternyatasangat menyengsarakan
rakyat. Oleh karena itu, timbullah perlawanan terhadap Jepang di bawah
pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Kyai Haji Zainal Mustafa adalah seorang
pendiri pondok pesantren Sukamanah (5 km dari distrik Singaparna) yang
dikenal anti penjajahan.
Pada tanggal 25 Februari 1944, para santri dan rakyat sukamanah melakukan
perlawanan terhadap Jepang yang congkak dan kejam. Dengan meneriakkan
takbir serta bersenjatakan bamboo dan pedang, rakyat melawan tentara Jepang.
Dalam pertempuran ini, banyak rakyat yang tewas. Kyai Haji Zainal Mustafa
ditangkap dan diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, Zainal
Mustafa dan semua pengikutnya yang tertangkap dihukum mati.
C. Perlawanan di Indramayu

Perlawanan rakyat juga berkobar di Indramayu. Hal itu terjadi karena
rakyat sudah sangat menderita. Banyak kekayaan rakyat diisap oleh para
tengkulak dan juga diperas oleh tentara Jepang. Sebab perlawanan adalah setiap
panen para petani harus langsung menyerahkan hasilnya kepada Jepang dibalai
desa. Rakyat ingin meminta bagian dari sebagian hasil penennya, tetapi
dilarang. Oleh karena itu, pada bulan April 1944, meletus perlawanan di desa
Kaplongan, distrik Karangampel. Berikutnya pada bulan Juli muncul
perlawanan di Cidempet, Kecamatan Lohbener. Namun, semua perlawanan itu
dapat diatasi oleh Jepang.
D. Perlawanan di Kalimantan
Penindasan dan penderitaan juga dialami rakyat di Kalimantan. Di
Kalimantan berkobar perlawanan terhadap Jepang yang di pimpin oleh Pang
Suma (seorang pimpinan suku dayak). Dengan memanfaatkan kondisi alam
yang sulit, rakyat melakukan gerilya. Hal itu cukup memusingkan Jepang.
Untuk menghadapi perlawanan ini, Jepang menyebar mata-mata. Setiap orang
atau kelompok yang sekiranya memusuhi Jepang segera ditangkapi dan tidak
jarang yang dibunuh. Akibatnya, perlawanan makin surut.
E. Pemberontakan di Biak, Irian Barat
Tidak ketinggalan rakyat Irian Barat juga angkat senjata melawan Jepang
karena rakyat benar-benar diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dijadikan
budak dan dianiaya. Akhirnya, muncullah perlawanan yang dikenal sebagai
Gerakan Koreri di daerah Biak dipimpin oleh Rumkoren. Senjata yang
digunakan rakyat hanya tombak dan panah. Jepang bertindak sangat kejam,
mereka yang tertangkap langsung dipancung kepalanya di depan umum. Rakyat
tidak kenal menyerah. Dengan keadaan alam yang sulit, rakyat melakukan
perang gerilya, Jepang kewalahan dan meninggalkan Biak.
F. Perlawanan Peta di Blitar
Perlawanan terhadap kekejaman Jepang ternyata tidak hanya dating dari
rakyat, tetapi juga dari anggota peta. Perlawanan Peta terjadi di Blitar pada
tanggal 14 Februari 1945.
Kelaparan, kemelaratan, dan penderitaan rakyat serta tindakan sewenangwenang Jepang telah menyentuh hati para anggota Peta. Para anggota Peta
tersentuh melihat bangsanya diinjak-injak oleh tentara Jepang. Oleh karena itu,
Peta di Blitar ingin melancarkan perlawanan.
Shodonco Supriyadi dan kawan-kawannya memulai perlawanan dengan
melepaskan tembakan-tembakan. Setelah mengetahui Supriyadi melancarkan
serangan. Jepang mengirim pasukan untuk menindaskan Kota Blitar segera
diduduki dan dijaga dengan ketat. Jepang segera memerintahkan
memerintahkan kepada anggota Peta untuk menyerah dan kembali ke kompi
atau balion masing-masing. Ada beberapa anggota Peta yang memenuhi seruan

tentara Jepang tersebut. Namun, mereka yang kembali justru dilucuti dan
ditahan.
Supriyadi meneruskan perlawanan, sayang pasukannya makin hari makin
menipis. Banyak di antara pengikutnya terbunuh atau tertangkap dan akhirnya,
perlawanan Supriyadi dapat dipadamkan. Pimpinan dan para anggota Peta yang
tertangkap diadli di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Mereka diadili,
antara lain Muradi, Ismail, Sudarno. Mereka dijatuhi hukuman mati dan
hukuman seumur hidup. Hanya anehnya sampai sekarang nasib Supriyadi tidak
jelas dan tidak diketahui.
Perlawanan Peta di Blitar ternyata merupakan perlawanan paling besar
semasa pendudukan Jepang. Perlawanan terhadap Jepang selain di daerahdaerah tersebut, juga terjadi di daerah lain seperti di Gumilir Cilacap yang
dipimpin Khuseri.
http://belajaryuksf.blogspot.com/2014/09/masa-pendudukan-jepang-di-indonesia.html