NASIONALISME Antara Hak dan Kewajiban

NASIONALISME ;
Antara Hak dan Kewajiban
Nasionalisme adalah jiwa kebangsaan dalam kehidupan bernegara, yang pada hakekatnya
menyatakan tentang kesatuan rasa, pikir, tindak, dan manufaat, baik secara pribadi maupun
bersama-sama dalam sikap dan tindakan untuk mencintai dan membela negara. Untuk itulah
sebuah negara terbentuk karena dibutuhkan secara bersama-sama guna menyelenggarakan
kepentingan dan tujuan, yang tidak dapat dilakukan secara perseorangan atau hanya oleh
sekelompok kecil orang.
Membahas nasionalisme warga negara, yang perlu dipertanyakan lebih dahulu adalah seperti
apa hak-hak warga negara diselenggarakan yang merupakan kewajiban dari negara. Sehingga
kita dapat menterjemahkan kisruh kehidupan berbangsa negara Indonesia di saat ini, dengan
memunculnya sikap saling menyalahkan antar pihak, menuduh dan saling menakar kapasitas,
berupaya dengan berbagai cara menguasai kebenaran, makin masif terjadi diantar sesama
anak bangsa, baik perseorangan maupun kelompok. Saling berhadap-hadapan, atau dengan
negara(penguasa pemerintahan). Kondisi ini makin sering muncul dan ramai diperbincangkan
dan dipertengkarkan dengan saling menyalahkan. Warna perbedaan antara siapa berbuat apa
untuk negara, demikian juga mempertanyakan negara sudah berbuat apa untuk warga
negaranya. Narasi kebangsaan secara nasional ramai diperebutkan, melalui orasi, diskusi, opini
media masa, ceramah ilmiah dan agama, bahkan hingga khotbah shalat jum’at. Kesatuan
ruang nilai kebangsaan menjadi terkotak-kotak karena diperebutkan dengan membangun
secara sengaja maupun terbentuk tanpa disadari. Nasionalisme berbangsa seperti berada

dalam situasi tersekat, memisahkan ruang dan membagi para pihak menurut kebenaran
masing-masing pendapat dan pandangan masing-masing pihak.

Nasionalisme merupakan sifat umum kebersamaan suatu bangsa yang ditunjukan warga
negara dalam bersikap terhadap negaranya, ditunjukan dengan perilaku selalu lebih
mengutamakan kepentingan negara sendiri daripada negara lain.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), merupakan negara multi etnis dan kultur,
beragam ras, ratusan suku-bangsa, bahasa lokal dan adat-istiadat, berbagai agama dan
kepercayaan. Terpisah-pisah pada ribuan pulau oleh lautan, rentang kendali wilayah yang luas,
demikian juga masih mengalami ketidak-seimbangan karena belum sepenuhnya memperoleh
kesejahteraan dalam pembangunan, keadilan perlakuan dan kesamaan hak masih terekesan
diskriminatif, apakah itu oleh rezim penguasa negara maupun antara sesama anak bangsa.

Tujuan Bernegara
Sebuah negara terbentuk oleh adanya warga negara atau penduduk dan wilayah teritorial serta
ikatan rasa kebersamaan untuk menjadi satu. Bersatu dalam kesatuan karena memiliki
kesamaan keinginan dan kepentingan. Bersepakat bekerjasama memenuhi keinginan, meraih
cita-cita, dan untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan
kehidupan yang diinginkan yaitu kesejahteraan. Sebagaimana umumnya semua negara di
zaman modern saat ini, dengan bentuk dan sistem kekuasaan negara seperti apapun, maksud

dan tujuan bernegara yang diharapkan adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama. Bahwa,
adanya negara karena diperlukan untuk menyatukan orang atau penduduk dalam suatu wilayah
secara berdaulat dengan tujuan mensejahterakan rakyat – penduduk negaranya.
Setiap negara memiliki pemerintahan yang dipercayakan oleh rakyat guna menyelenggarakan
kekuasaan dan melaksanakan administrasi negara serta kebijakan untuk kepentingan rakyat.
Negara belum bisa mendahului bertanya, apa yang negara telah berikan kepada rakyat,
sebelum rakyat mendapat apa yang negara telah lakukan kepada rakyat. Rakyat tanpa diminta,
apalagi dengan cara paksa - karena tidak perlu demikian, bila negara sudah lebih dahulu
melaksanakan kewajiban memenuhi kepentingan rakyat. Bagi warga negara atau rakyat ketika
negara telah menghadirkan kelayakan kehidupan dalam makna kegunaan bernegara, maka
negara mudah melahirkan dan memperoleh balas berupa kewajiban dari rakyat melaksanakan
tanggungjawab membela kepentingan negara.

Rasa cinta dalam praktek bernegara, terselenggara ketika ada keseimbangan hak dan
kewajiban diantara masing-masing pihak, pemerintah(pelaksana kekuasaan) dan rakyat
(pemilik kekuasaan). Pemenuhan kedua hal dimaksud melahirkan kesadaran untuk tanpa
dipaksa pun, akan hadir sebagai penghargaan melalui sikap tulus membela dan berperan serta
secara aktif menunjukan cinta kepada negara. Rakyat akan merasa suka dan simpatik
melakukan kewajibannya, karena telah merasa merdeka dalam bernegara.
Jiwa dan sikap kebersamaan sebagai warga negara secara utuh sangat dituntut terhadap

kesatuan ikatan secara kenegaraan dalam suatu negara bangsa. Ikatan kebangsaan suatu
komunitas negara yang berdaulat, mampu memenuhi kepentingan mencapai tujuan bersama
warga negara secara layak dan pantas. Dengan begitu akan melahirkan sikap dan rasa
nasionalisme karena berada dalam sebuah negara dengan prasyarat, perangkat, kebijakan,
serta tujuan sebagai sebuah negara bangsa.

Nasionalisme adalah Keadilan Rasa
Kemajuan tekhnologi khususnya transportasi, komunikasi dan informasi, telah memperpendek
jarak, mempercepat jarak tempuh, dan mempermudah akses antar orang dan tempat atau
tujuan. Mengikuti perubahan ini, memungkinkan kemudahan dalam berbagai hal dan
kepentingan, termasuk bertambahnya pengetahuan tentang tata kelolah yang baik sebuah
pemerintahan(kekuasaan) dalam menjalankan kewajiban negara, dan rakyat makin terpahami
yang seharusnya hak yang azasinya. Teritorial dan otoritas suatu negara saat ini, tidak lagi
berdiri sendiri, sebagai bagian dari telah terjadi perubahan oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi. Makin mudah saling berhubungan, bersentuhan, berkaitan, mengetahui, dan
saling membutuhkan, antara rakyat maupun pemerintahan suatu negara dengan negara yang
lain. Setiap negara juga dituntut membuka diri untuk saling bertukar dan menerima kehadiran
negara lain dengan beragam kepentingan karena saling membutuhkan. Rakyat mudah
membandingkan “untung-rugi” manufaat dalam bernegara, antara negaranya sendiri dengan
negara yang lain.

Mempertanyakan nasionalisme seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah negara, tidak
sertamerta di-label-kan kepada pihak manapun, sebelum kewajiban oleh negara dilaksanakan
terhadap hak dan kepentingan warga negara. Sebab sesungguhnya yang dimaksudkan dalam
menjalankan kehidupan bernegara adalah ketika keseimbangan pada hak dan kewajiban telah
dipenuhi dan terselenggara secara merata dan berkeadilan.
Tidak bisa secara paksa dibangun rasa nasionalisme dalam ketidak adilan dan ketidak
bersamaan, tidak karena kepentingan kekuasaan. Memaksa seseorang untuk menjiwai dan
mencintai sesuatu hal dalam dirinya secara sadar, mesti memenuhi keinginan dalam pikiran
dan kenyataan menjalani keseharian maupun masa depan kehidupannya. Sehingga sungguhsungguh melahirkan rasa dan sikap mencintai yang tulus, tanpa pamrih, berinisiatif bersikap
membela dan mengibarkan semangat kebersamaan untuk mengutamakan dan membela
kepentingan negara.
Membenturkan keinginan dan pikiran nasionalisme sebatas pandangan kepentingan politik
sepihak dan sempit dengan tidak memenuhi hak dan kewajiban, sesungguhnya oleh negara
menurut pandangan kepentingan keutuhan secara rasional, yang sama-sama dapat dipahami
dan dimaknai. Hanya akan melahirkan benturan kepentingaan, karena akan saling berhadaphadapan antara pihak yang mendukung dan menolak. Apalagi dengan kecenderungan sepihak
utamanya dari penguasa negara(pemerintah) yang selalu menguasai kebenaran, sementara
warga negara seperti dipaksa tanpa pilihan harus mencintai negara bangsanya. Berucap
dengan bahasa multitafsir dan sinisme atas nama negara, tetapi mengabaikan kewajiban
mendudukan pokok masalah kepentingan mayoritas rakyat secara jujur. Menampik ketulusan
oleh bungkus kepentingan kekuasaan, maka jadilah hanya menebarkan kebohongan kepada

rakyat, tentu hanya akan menimbulkan kekecewaan dan antipati, selain kecurigaan pada level
pupusnya harapan pada hak, sehingga berakibat abainya kepedulian rakyat memenuhi
kewajibannya kepada negara.

Manufaat Bernegara
Tanggungjawab pemegang kekuasaan negara adalah untuk mensejahterakan rakyat dan
memakmurkan kehidupan dalam bernegara, sehingga tidak dibutuhkan usaha ekstra yang tidak
perlu, apalagi melalui cara pemaksaan dan pencitraan semu dan miskin bobot kejujuran dari
pemangku kekuasaan. Yakin bahwa nasionalisme warga negara, adalah bentuk sikap
berterima kasih dan penghargaan warga negara kepada negaranya atas kepentingannya yang
terselenggara dan terpenuhi dengan semestinya oleh kekuasaan negara.
Negara harus menghadirkan suasana kebersamaan dalam strata dan ketersediaan
kesempatan apapun secara adil dan merata. Dengan begitu akan melahirkan kecintaan secara
sadar dan tulus terhadap keberadaan negara, tidak pula menghadirkan nasionalisme
kebangsaan tanpa lebih dahulu digugah, apalagi dipaksakan dengan sengaja dan dicitrakan
melalui pesan “iklan” yang sifatnya menggurui. Nasionalisme yang dipaksakan melalui sistem
kekuasaan, malah akan memunculkan kebencian terhadap pemegang dan pelaksana
kekuasaan negara.
Saya tidak sedang berteori tentang bernegara dan kebangsaan untuk memahami apa itu
nasionalisme, baik hakekat atau arti bernegara, tetapi menyampaikan harapan akan fungsi dari

negara dalam menjalankan kewajibannya terhadap rakyat penduduk negara dimaksud. Tentu
sudah banyak oleh para ahli yang membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan
keberadaan bentuk negara dan sistem pemerintahan atau kekuasaannya. Semua teori
mengarah kepada penemuan makna yang cocok dan diperuntukan bagi kebaikan kehidupan
dalam bernegara. Dengan begitu, rasa dan jiwa nasionalisme kebangsaan kepada negara akan
secara sadar lahir dan hidup sebagai suatu dampak positif kebaikan bernegara. Artinya, bahwa
nasionalisme tidak hadir tanpa pemenuhan secara adil dan merata oleh negara terhadap hak –
hak setiap warga negara.
Keutuhan kehidupan kebangsaan secara nasional harus diselamatkan dari perpecahan sebagai
suatu bangsa. Seluruh warga negara, komponen bangsa dan institusi negara, perlu saling

mengingatkan, menuntun dan membangun kebersamaan, mempererat kesetiakawanan sosial
sesama anak bangsa, mendapatkan persamaan hak dan kesempatan, tidak terdapat perlakuan
tanpa membeda-bedakan. Tidak boleh ada sebagian warga negara yang merasa termarjinalkan
hak-haknya secara sengaja, atau merasa negara tidak hadir.
Manufaat bernegara adalah ketika nilai kesetaraan pada hak dirasakan adil telah dipenuhi
negara. Dengan demikian setiap warga negara dengan sadar dan alami berperan menunjukan
kewajibannya mencintai dan membela negara, yang berarti moral nasionalisme – kebangsaan,
Indonesia sudah terbangunkan, yang akan tetap terjaga, terpelihara, dan lestari.
Depok, 05 Pebruari 2017


Muhammad Thaha Pattiiha
#saveindonesia #nasionalisme #patriotisme #kebangsaan #kebhinnekaan
#bangsa #hak #kewajiban #indonesia #politik #ekonomi #sosial #budaya #

#negara