Makalah dan Pendidikan AntiKorupsi Smp

Makalah Pendidikan AntiKorupsi

Berikut ini kutipan dari makalah pendidikan antikorupsi, pendidikan
antikorupsi untuk perguruan tinggi / sekolah, pendidikan
antikorupsi yang pernah saya susun dan dikutip dr berbagai sumber.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
taufik hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang Pendidikan Anti Korupsi.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.
Kudus, Maret
2014
Penulis
Pendahuluan

Latar Belakang

Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan
kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia
pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negaranegara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara
ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi
dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara
khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan
penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar
biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang
terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak
akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja
tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat
terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak
pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak
hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya
pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi di
masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen
perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat.
Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan
yang
cukup
tentang
seluk
beluk
korupsi
dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi
dalam kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat
ditempuh dengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi,
kampanye, seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan

dipandang perlu membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar
mata kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa . Pendidikan
Antikorupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan
yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah
menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan
mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?
3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?

Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .
2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.
3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan
Korupsi.
Metode Penulisan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode

kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka
selain itu juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi
yang kami tuliskan.
Pembahasan
Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” .
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar
dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1.
2.
3.

4.

Perbuatan melawan hukum;
Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:
Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
Penggelapan dalam jabatan;
Pemerasan dalam jabatan;
Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
1.
2.
3.
4.


Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi
adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap

rakyat yang
tertentu.

telah

Bentuk

memberikan

dan

amanah

Faktor

dalam


mengemban

Penyebab

tugas

Korupsi

Bentuk-Bentuk Korupsi
 Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan
sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga
bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang
diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang
berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan,
suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.
 Penggelapan
(embezzlement)
penggelembungan (froud).


dan

pemalsuan

atau

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian
uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat
untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga
tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik penggunaan
informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.
 Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan
informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau
bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras
atau korban pemerasan.
 Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew”
(keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat
berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

Faktor Penyebab Korupsi
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI
Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks.
Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi
bisa juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi
seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar
penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.

Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri,
yang
dapat
dirinci
menjadi:
Aspek Perilaku Individu :
Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan
karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang
profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai
hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan

rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.
Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari
atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.
Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering
mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
Aspek Sosial :
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang
yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah
memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang
ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di
luar diri pelaku.
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh
karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi
terjadi karena :
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali

membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana
kekayaan itu didapatkan.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena
proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari
perbuatan korupsi.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang
disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka
namun tidak disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat
kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila
masyarakat ikut melakukannya.
Aspek ekonomi :
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
Aspek Politis :
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian
instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi :
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu
lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan

besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan
atasannya.
Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya
punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi
tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak
kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan
negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
Kurang
memadainya
sistem
akuntabilitas. Institusi
pemerintahan
umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi dan misi
yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya,
terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi
tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut
adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
praktik korupsi.
Kelemahan sistim pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen
merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam
sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen
sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi
anggota atau pegawai di dalamnya.
Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua,
yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan
dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena
beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada
berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas.
Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan
untuk memberantas korupsi :
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
1. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan
membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani
korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara di-dirikan lembaga
yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan
oleh Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada
tahun 1809. Peran lembaga ombudsman --yang kemudian
berkembang pula di negara lain--antara lain menyediakan sarana
bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilakukan
oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu lembaga ini

juga memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta
mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan.
Salah satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan
kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka
untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai
pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga anti
korupsi yang bernama Independent Commission against Corruption
(ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita
sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk
memberantas
korupsi.
Lembaga
tersebut
adalah
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja
lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah
jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak
memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat
oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk.
Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih
dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat
penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah
bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki keinginan
yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi, atau
justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi. Tentunya akan
menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan? Dimana lagi kita
mencari keadilan ?
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
1. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan
mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah
menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya
apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain
misalnya anggota keluarga.
2. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di
pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan lelang atau
penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi otoritas atau
akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan
atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem
yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut
memantau ataupun memonitor hal ini

3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan
anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi
dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga
perlu dikembangkan.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to
information). Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang
banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk
membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah
memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai
kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.
4. Pencegahan dengan memasukan pendidikan anti korupsi di sekolah /
perguruan tinggi.
Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu
nilai-nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa
pendidikan yang mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang
membuat orang merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi,
dan marah bila ia menyaksikannya. Menurut Suseno, ada tiga sikap moral
fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan
korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa
keadilan, dan rasa tanggung jawab.
Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa
sejak usia dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi
sekaligus konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Yang kedua,
juga memberikan proses pembelajaran tentang kepakaan terhadap
praktek-praktek korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik para
siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaranajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi penerus yang
bersih dari perilaku penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh citacita warga bangsa dalam menciptakan clean and good-goverment demi
masa depan yang lebih baik dan beradab.
Penutup
Kesimpulan.
Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa korupsi
adalah kejahatan yang sangat merugikan public. Korupsi adalah

penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang
telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah
umum yang berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap
sebagai kejahatan luar biasa. Melihat realita tersebut timbul public
judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun
walaupun begitu dengan upaya apapun memang harus terus dilakukan
untuk
memberantas
korupsi
.
Seperti
yang
sekarang
ini
kita
lakukan
di
lingkungan
mahasiswa ,memasukan Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan
intelektual, sifat kritis dan etika integritas mahasiswa agar kedepannya
bisa menghasilkan sosok sosok pembangun bangsa yang berjiwa anti
korupsi tentunya.

Pendidikan Anti Korupsi Berbasis
Keluarga
Ika Maryani, PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan UAD
Jangan sebut korupsi sebagai budaya! Karena budaya bangsa ini terlalu mahal untuk
dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang
seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai
aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan
dalam sistem birokrasi.
Korupsi disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan dengan
moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Untuk itu, agar terbebas
dari korupsi, perlu ditanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini mulai dari lingkungan
keluarga dan tempat tinggal. Pendidikan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini agar
generasi penerus bangsa memiliki jiwa anti korupsi.
Trend usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40
tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga. Lihat saja kasus
“dinasti” Banten yang melibatkan hampir seluruh keluarga besar Atut, kasus pengadaan AlQur'an yang "kompak" dilakukan oleh Bapak dan Anak. Serta yang tidak kalah adalah kasus
penangkapan Bupati Karawang beserta Istrinya karena melakukan pemerasan kepada salah
satu perusahaan yang tengah mengajukan ijin pembangunan pusat perbelanjaan di kota
tersebut. Tak hanya itu, Wali Kota Palembang Romi Herton dan istri, Masyitoh, juga
ditangkap karena kasus penyuapan terhadap mantan Ketua MK Akhil Mochtar, sedangkan
Bendahara Umum Partai Demokrat sekaligus anggota DPR Muh. Nazaruddin dan istrinya,
Neneng Sri Wahyuni, ditangkap karena sejumlah tindak pidana korupsi.
Fakta-fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat berpengaruh terhadap
tindakan seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini menjadi keprihatinan bersama
rakyat Indonesia. Wakil Ketua KPK Busro Muqoddas dalam kunjungannya ke Kampus 5
Universitas Ahmad Dahlan beberapa saat yang lalu memaparkan betapa besar peran keluarga
dalam pencegahan korupsi. "Tanpa kita sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang
untuk melakukan tindakan korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari
keluarga. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam
keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK saat ini”,
ujarnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadikan Yogyakarta (dimulai dari Prenggan,
Kotagede) sebagai pilot project pencegahan korupsi berbasis keluarga. Dengan merangkul
berbagai komunitas, institusi pemerintah, serta Perguruan Tinggi (khususnya Universitas
Ahmad Dahlan), KPK akan memberikan pendidikan antikorupsi di tingkat keluarga. Upaya
ini dilakukan mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi faktor utama
tindakan seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri, orangtua-anak, maupun
antartetangga menjadi sesuatu yang potensial untuk menanamkan nilai kejujuran berbasis
keluarga. Yogyakarta dengan local content yang sangat kuat menjadi tempat yang tepat

untuk memulai program pencegahan korupsi berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat
budaya yang kental akan nilai-nilai kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan
baik di wilayah Yogyakarta.
Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan
mengajak berbagai komponen masyarakat, salah satunya Universitas Ahmad Dahlan,
menjadikan program ini akan lebih cepat memberikan hasil dan dapat diadopsi oleh daerah
lain. Harapan besarnya adalah agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke dapat bersama-sama menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran serta menjadi bangsa besar yang terbebas dari korupsi.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan
sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama di
negeri ini. Yang paling terkenal adalah masalah reformasi birokrasi yang menyangkut
masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup. Reformasi birokrasi dilaksanakan
dengan harapan dapat menghilangkan budaya-budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi
yang paling sering terjadi di dalam instansi pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada
umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah sebagai perbaikan kembali sistem
remunerasi (penggajian) pegawai. Anggapan umum yang sering muncul adalah dengan
perbaikan sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur pemerintah tidak akan lagi
melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk kehidupan
sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi masih
terus terjadi walaupun gaji para pegawai pemerintah sudah tinggi.
Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga milyaran rupiah yang dilakukan para pejabat
pemerintah terus terjadi. Tentunya ini bukan angka yang sedikit, melihat kebutuhan
kenegaraan yang semakin lama semakin meningkat. Jika uang yang dikorupsi tersebut benarbenar dipakai untuk kepentingan masyarakat demi mengentaskan kemiskinan dan
meningkatkan kualitas pendidikan, mungkin cita-cita tersebut bisa terwujud. Dana-dana
sosial akan sampai ke tangan yang berhak dan tentunya kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu
“kebiasaan”. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menangani korupsi dan
hukum yang sangat tegas. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu
mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran
pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena
mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya tersebut.
Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu upaya jangka
panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi yaitu dengan memberikan pendidikan anti
korupsi dini kepada siswa Sekolah Dasar. Karena siswa Sekolah Dasar adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para pejabat terdahulu. Juga karena usia siswa
Sekolah Dasar sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih
mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana
korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian dari korupsi?
Apa yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?
Bagaimana metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi?
Bagaimana contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi Di Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penulisan

1.
2.
3.
4.

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan korupsi.
Menjelaskan tentang pendidikan anti korupsi.
Menjelaskan metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi.
Memberikan contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi Sekolah Dasar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau
kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap,tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil,
mental, dan umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Suryono, Hassan :
2013), “ korupsi berasal dari kata korup artinya buruk, rusak, busuk, suka memakai barang
(uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogo (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi.”
Korupsi dalam arti hukum, adalah tingkah laku yang menguntungkan diri sendiri
dengan merugikan orang lain, yang dilakukan oleh penjabat pemerintah yang langsung
melanggar batas-batas hukum. Menurut Johnson (dalam Suryono, Hassan : 2013)
mendefinisikan “ korupsi sebagai penyalahgunaan peran-peran, jabatan-jabatan publik atau
sumber-sumber untuk kepentingan pribadi.”
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain,
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian
bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau
perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
B. Pendidikan Anti Korupsi
Pengertian Pendidikan Anti Korupsi :
Menurut M. Ihsan Ananto (dalam Suryono, Hassan : 2013) , Pendidikan anti korupsi
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis
terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Anti korupsi bukan
sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada
upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan
(psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi.
Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :
Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidak bisa
diselesaikan hanya melalui penegakan hukum. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti
menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan)
tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya yang
membebaskannya.
Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah jalur penyelenggaraan
Pendidikan Antikorupsi selama ini tidak ada. Menurut Maheka (dalam Suryono, Hassan :

2013) , “ anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang
bagi berkembangnya korupsi.”
Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :
Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah
nusantara,bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan Hindia
Belanda. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik
kulminasi yang akut, tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah, juga
menjadi fenomena multi dimensional. Telah merambah dalam kehidupan sosial dan kultural.

C. Cara Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi
Dalam hal metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi, ada berbagai
pendapat yang berbeda-beda.
Elwina & Riyanto (dalam Yaramadani, Febri : 2012) menyarankan bahwa dalam
menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan cara atau metode yaitu sebagai
berikut :
1. Metode demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai
hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,
pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai
pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya.
Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.
Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat,
maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara
berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai
hidup secara benar dan jujur.
2. Metode Pencarian bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru.
Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam
masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis,
sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah
bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang
berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi
dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejak dalam proses pencarian
tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.
Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk
secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak
diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan
hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak
untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya
kemungkinan realita abu-abu.
3. Metode siswa aktif atau aktivitas bersama

Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran.
Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan
proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses
penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai
kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya
juang.
4. Metode keteladanan
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa
disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai
dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi
anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang
kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak,
demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku
anak juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan,
kekonsistenan hidup.
Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan
pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa
hal itu dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak
boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak
mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benarbenar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
5. Metode Live In
Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang
lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara
berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara periodik.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari
orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak
perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional
intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak
menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.
6. Metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.
Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa
perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup
dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat
terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami
pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi
nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.
Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap
baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada
dan tertanam dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam
pembelajaran nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang
dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa.
Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan
antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa
sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.

Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang
melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka
pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh
metode pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti
korupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan
dicapai juga sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam
penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan
disesuaikan dengan kemampuan anak didik.

D. Contoh Nyata Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi
Di Sekolah Dasar
Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar melalui analisis
berita.
KANTIN KEJUJURAN DONGKRAK KEJUJURAN MURID
MUARA BUNG0 – Banyak cara untuk mendidik murid yang baik dan
menyenangkan. Caranya tidak hanya didalam ruangan kelas saja, karena tempat jajan para
murid pun bisa dilakukan. Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 98 Muara Bungo mengajarkan
nilai-nilai kejujuran kepada murid-murid lewat katin kejujuran yang belum lama ini
dibangun.
Kepada koran ini, Deli Iriani, Kepala sekolah saat dikonfirmasi belum lama ini
mengatakan pembangunan kantin kejujuran sangat berdampak positif, pasalnya para murid
hingga saat ini melakukan aktvitas jajan dengan jujur.
“Kantin kejujuran sangat membantu mendidik para murid untuk berperilaku jujur,
“terang Deli Iriani.
Lebih lanjut, Deli menegaskan untuk mendapatkan pendidikan moral dan nilai-nilai
keagamaan memang sangat banyak cara yang bisa diterapkan, untuk itu melalui kantin
kejujuran ini pihaknya berharap bisa menjadi salah satu jalan agar harapan sekolah tercapai.
“Pendidikan moral tidak harus kita berikan di dalam kelas melainkan banyak cara
yang bisa kami terapkan untuk membiasakan kebaikan terhadap anak sejak dini sehingga di
harapkan mereka bisa terbiasa hingga dewasa nanti, ”ungkap Deli Iriani.
Ditambahnya, Deli yang belum lama ditugaskan di SDN 98 tersebut sangat berharap
para muridnya bisa mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga kwalitas pendidikan di desa
tanjung tersebut bisa beranjak naik.
Sumber : Bungo Tebo Ekspress
Berdasarkan berita dari SD N 98 Muara Bungo, yang menanamkan nilai kejujuran
kepada siswanya dengan membuat kantin kejujuran maka dapat dianalisis bahwa :
Kantin kejujuran merupakan upaya untuk mendidik akhlak siswa agar berperilaku
jujur. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual segala kebutuhan anak didik baik berupa
makanan,minuman serta segala perlengkapan siswa baik berupa alat tulis menulis maupun

buku tulis. Semuanya dipajang dalam etalase kantin kejujuran tanpa ada penjaga,
sebagaimana lazimnya sebuah kantin yang kita kenal selama ini. Didalam Kantin dipajang
kotak uang, yang berguna untuk menampung hasil transaksi siswa. Bila ada kembalian maka
mereka sendiri yang mengambil dan menghitung hasil kembaliannya. Dikantin ini dibangun
kesadaran siswa untuk berbuat jujur tanpa harus diawasi oleh guru ataupun pengelola kantin.
Tujuan utamanya adalah mengukur kejujuran anak didik sehingga dengan pengalaman
mereka itu ia akan menjadi anggota masyarakat yang jujur kedepan.
Kantin kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan anti
korupsi. Yang harus kita akui merupakan salah satu penyakit atau problema bangsa yang
hingga kini masih merajalela dibumi pertiwi. Virus korupsi telah merajalela hampir disemua
lini disetiap orde pemerintahan kita. Korupsi yang subur telah menyengsarakan rakyat banyak
secara berkepanjangan. Bahkan menghambat kemajuan bangsa dan negara ini kedepan.
Sangat sulit memang memutus mata rantai korupsi ini sebab kebanyakan dari kita
menganggapnya sebagai budaya. Padahal kalau kita bercermin dengan kultur budaya kita
mengambil sesuatu tanpa seizin pemiliknya adalah sangat memalukan. Sebuah persepsi yang
keliru jika menganggap korupsi adalah budaya.
Korupsi merupakan penyakit masyarakat, bukanlah budaya. Praktik korupsi juga
ditolak oleh Agama apapun. Oleh karena itu ,sifat jujur merupakan penangkal yang efektif
dari virus korupsi. Tanpa kejujuran, praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk
manipulasi lainnya akan tetap subur di negeri ini. Karena itulah Kantin Kejujuran merupakan
salah satu jalan untuk menanamkan sikap anti korupsi yang dimulai dari sekolah.
Program kantin kejujuran ini akan dapat berjalan dengan baik bila semua pihak terkait
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat mendukungnya. Program ini meskipun merupakan
kebijakan pemerintah yang meskipun beberapa oknumnya banyak terlibat korupsi patut kita
apresiasi untuk mendukung dan menyukseskannya. Diharapkan dengan program ini akan
mempermudah para guru untuk mendidik akhlak siswa. Sebab tugas guru tidak hanya
melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas tetapi lebih dari itu tugas guru bertanggung
jawab dalam membina kepribadian siswa.
Ide kantin kejujuran ini dianggap cara paling baik untuk mendidik para siswa agar
kelak jika telah menjadi orang tidak melakukan korupsi dimanapun mereka berada. Sebab
mereka dari awal diajar tentang kejujuran, bersikap apa adanya dan yang terpenting mereka
diberi kepercayaan untuk berbuat jujur tanpa ada yang mengawasi mereka.
Kantin Kejujuran merupakan ide yang sangat bagus untuk mengubah nasib bangsa
yang terpuruk akibat korupsi yang menggerogoti setiap lini kehidupan bangsa.
Kejujuran adalah sifat manusia yang hakiki. Bila diberi ruang dan berada dalam
lingkungan yang baik maka akan berkembang dengan sendirinya. Suasana untuk berbuat
jujur perlu didorong agar sifat yang hakiki tersebut dapat tumbuh dengan sendirinya.
Ciptakan suasana dimana kejujuran bisa mendapat tempat berupa penghargaan, dan
pelanggaran mendapat hukuman yang setimpal.
Sebagai generasi bangsa, siswa yang terlibat dalam kantin kejujuran kalau diberi
amanah untuk berbuat baik tentunya mereka mampu untuk melakukannya. Sebab inti dari
sebuah proses pendidikan tidak hanya pengetahuan semata tetapi mengubah perilaku menjadi
lebih baik. Pelajaran kejujuran ini perlu ditanamkan sejak dini, dimulai dari sekolah dasar
sebab dianggap langkah yang paling jitu dalam memberantas korupsi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah tersebut dapat disimpulkan yaitu korupsi
adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan
oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Yang dimaksud pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.
Cara atau metode penyampaian pendidikan anti korupsi di SD dapat dilakukan dengan
berbagai metode antara lain dengan metode demokratis, metode pencarian bersama, metode
siswa aktif atau aktivitas bersama, metode keteladanan, metode Live In, metode penjernihan
nilai atau klarifikasi nilai.
Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar salah satunya
dengan penanaman sikap kejujuran melalui kantin kejujuran. Dengan adanya kantin kejujuran
di harapkan dapat menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini.
B. Saran
Sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan calon pendidik, kita hendaknya lebih
memahami tentang pendidikan anti korupsi dan dapat menerapkan kepada peserta didik kita
nanti. Tentu saja dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu menanamkan sikap kejujuran
kepada peserta didik. Tidak hanya memerintah tetapi dengan mencontohkan perilaku kita
kepada peserta didik.
Pemerintah sebaiknya lebih serius dalam menangani korupsi yang terjadi di Indonesia
ini. Karena tanpa kita sadari, korupsi akan menghancurkan Negara kita secara perlahan. Dan
Negara kita akan di anggap rendah oleh Negara lain.

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (PAK)
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi (PAK)
Sudah diketahui dengan jelas bahwa korupsi yang terjadi di negara Indonesia ini sudah
sedemikian rumit dan mengurat akar, sehingga sangat sulit untuk memulai mengurai dari
mana kegiatan advokasi bisa dilakukan. Kesulitan ini bisa disebabkan kompleksnya
permasalahan korupsi, kompleksnya pelaku korupsi, dan kompleksnya aturan dan penegak
hukum yang seharusnya berdiri di depan mengawal sekaligus mengamankan kekayaan negara
dari tangan-tangan koruptor yang tidak bertanggungjawab.
Terungkapnya kasus korupsi di negeri ini adalah bukti belum mapannya dunia
pendidikan. Artinya orang-orang yang bergelar profesor, doktor, dan gelar akademik lainnya
pun tidak terlepas dari jeratan korupsi. Korupsi yang dilakukan dengan cara berjamah di
Kejaksaan Agung atau di mana pun juga merupakan bukti tidak berhasilnya pembinaan
mental bangsa Indonesia. Pendidikan selama belum mampu memberikan kontribusi nyata
terhadap pencegahan korupsi yang dilakukan alumni pendidikan sendiri. Kenyataan demikian
menjadikan dunia pendidikan kita semakin jauh dari realitas kehidupan umat manusia.
Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan proses penegakkan
hukum. Membumihanguskan korupsi juga perlu dilakukan dengan tindakan preventif, antara
lain dengan menanamkan nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti korupsi
melalui berbagai lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan tidak hanya sekolah, akademi, institut, atau universitas. Juga termasuk
lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah dirancang khusus untuk
meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan. Lembaga pendidikan memiliki posisi sangat
strategis dalam menanamkan mental antikorupsi. Dengan menanamkan mental anti korupsi
sejak dini di lembaga pendidikan baik pada level dasar, menengah maupun tinggi, generasi
penerus bangsa di negeri ini diharapkan memiliki pandangan yang tegas terhadap berbagai
bentuk praktik korupsi. Pembelajaran antikorupsi yang diberikan di berbagai level lembaga
pendidikan, diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus atau
mewarisi tindakan korup yang dilakukan pendahulunya.
Lembaga pendidikan mestinya tidak hanya melahirkan kaum intelektual, ilmuwan yang
pandai, cerdas dan terampil atau aparatur yang dibekali berbagai kemahiran dan keterampilan
yang mendukung aktivitasnya. Tetapi juga harus mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki rasa, memegang nilai religius dan moral yang salah satunya adalah
antikorupsi. Lembaga pendidikan bertujuan mendidik, bukan sekadar mengajar. Mendidik
dalam hal ini adalah menanamkan nilai luhur dan budi pekerti kepada peserta didik. Boleh
jadi nilai anti korupsi termasuk di dalamya. Sedangkan tugas mengajar lebih difokuskan pada
proses belajar-mengajar, dalam arti pengembangan kemampuan intelektual peserta didik.
Pembelajaran anti korupsi juga harus menjadi agenda pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah untuk meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah.
Menurut catatan ICW (Banjarmasin Post, 25 Januari 2007), pada 2006 tren korupsi
berdasarkan lembaga, eksekutif menempati peringkat pertama sebagai lembaga terkorup (69
persen) disusul BUMN/BUMD urutan kedua (49 persen) dan legislatif DPR/DPRD pada

peringkat ketiga (17 persen). Oleh karena itu, selayaknya penanaman nilai moral antikorupsi
atau pembelajaran antikorupsi menjadi fokus perhatian dan dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan di lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah.
Untuk melakukan kerja-kerja anti korupsi yang terencana dan tersistematis yang akan
mendukung terjadinya gerakan sosial anti korupsi yaitu dapat dimulai dari diadakannya
program pembelajaran anti korupsi. Pendidikan dirasa mampu mencegah atau setidaknya
memberi gambaran awal bahwa korupsi merugikan banyak kalangan dan menyengsarakan
diri sendiri. Institusi pendidikan dipandang sebagai institusi yang mengajarkan kepada
peserta didik arti ilmu pengetahuan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan
terpadu serta terbimbing dalam rangka menekan kerugian negara yang disebabkan oleh
tindakan korupsi. Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan balik
dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifannya mengenai penyimpangan korupsi (Tim
MCM, 2005: 42 ).
Di samping itu juga bertujuan untuk membentuk kesadaran publik terhadap setiap kegiatan
yang mengarah kepada adanya tindakan korupsi oleh para penguasa atau pengambil
kebijakan yang tidak mempedulika rakyat (Tim MCW, 2005: 43). Menurut Azyumardi Azra
(dalam Suara Karya Online edisi 30 Agustus 2006) perlunya penanaman nilai anti korupsi di
lembaga pendidikan ialah agar siswa lulus dan kelak sudah terjun di masyarakat dapat
membedakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang bukan sehingga mampu
menghindarinya.
Memerangi korupsi melalui pendayagunaan jalur pendidikan formal sebagai suatu bagian
menangani korupsi merupakan salah satu strategi yang diharapkan cukup signifikan,
mengingat masyarakat terdidik inilah yang perannya dimasyarakat cukup dominan. Mereka
tidak cukup hanya dibekali pengetahuan dan kemampuan bagaimana melakukan sesuatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat, tetapi yang lebih utama dalah bagaimana
menggunakan ilmu dan cara-cara tersebut dengan benar, tanpa harus melakukan korupsi,
bahkan termasuk kiat-kiat utnuk melawan k