Asesmen Penetapan Prioritas Lokasi Pemba

ASESMEN PENETAPAN PRIORITAS
LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT TIK DESA / TELECENTER
DI LIMA KECAMATAN DI KABUPATEN SERANG DENGAN METODE AHP DAN
GIS1
Unggul Sagena2

Abstrak
Artikel ini adalah mini project sistem informasi geospasial dengan menerapkan teknik
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan ArcGIS (Teknik Overlay : Weighted dan Intersect)
terhadap desa di lima kecamatan di kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia.
Penggunaan AHP dan GIS dalam proyek asesmen penetapan prioritas lokasi pembangunan
pusat teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pusat TIK merupakan telecenter yang dapat
membantu masyarakat desa mengakses internet sebagai infrastruktur yang membantu
aktivitas masyarakat perdesaan khususnya untuk membantu peningkatan perekonomian
melalui sarana informasi dan produktivitas melalui pemasaran melalui internet.
Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process, Teknik Overlay, GIS

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa dan Internet : Malaysia dan Indonesia
Malaysia sudah lama memulai program internet masuk desa dengan program PID (Pusat

Internet Desa) yaitu sejak tahun 2003. Projek Pusat Internet Desa (PID) atau Rural Internet
Centre ini adalah salah satu program pemerintah Malaysia yang membangun basis telecentre
yg ada di sejak bulan April oleh Kementerian Tenaga, Air dan Komunikasi Malaysia
(KTAK). Terdapat 42 PID diseluruh negara dan disetiap PID dikelola oleh 2 orang yaitu
“penyelia” (supervisor) dan penolong penyelia (asisten supervisor).
PID ini adalah salah satu inisiatif Pemerintah Malaysia dalam rangka mencapai lima tujuan
yaitu menjembatani digital gap antara perkotaan dan perdesaan bridging digital divide
between rural and urban), menciptakan kesadaran pembangunan TIK (create awareness of
ICT development), melatih masyarakat pedesaan (training the rural community),
meningkatkan akses kepada aplikasi TIK (increase the access to technology and the internet
application), dan menciptakan kelompok relawan yang mendukung keberlanjutan program
TIK (create a group of committee volunteers to support a sustainable ICT program. (ITU,
2010).
Lazimnya, PID tersebut terletak berdekatan dengan kantor balai desa dan memiliki sekitar 57 komputer, sebuah printer dan sudah tersambung ke Internet. Di tahun 2008, PID
1

Paper Akhir Mini Project Simulasi Penggunaan Metode AHP dan GIS Dalam Penetapan Prioritas Pusat
Internet, Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor, 2014
2


Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (Relawan TIK Indonesia); [email protected]

pg. 1

memperoleh penambahan infrastruktur yaitu mesin faks, LCD Proyektor dan juga Webcam,
serta peralatan Wireless dari KTAK. Program-program yang dilaksanakan PID antara lain
berbagai pelatihan seperti Internet, Dasar-dasar TIK, Pembuatan Web dan pelatihan blog.
Juga menyediakan pelayanan service komputer untuk masyarakat setempat. Aktivitas di luar
TIK adalah misalnya “Hari PID” dimana masyarakat bersama PID membuat berbagai
Workshop dan Seminar umum untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat tentang
TIK (E-literasi atau Melek IT). Badan Usaha yang ditunjuk untuk mengelola program PID
adalah Warisan Global Sdn Bhd. Situs desa antara lain http://www.e-desa.net.my/ dan situs
PID di http://www.pid.net.my
Sepuluh tahun kemudian, Indonesia baru memulai secara swadaya dengan program Desa
Membangun yang dipelopori melalui inisiatif
gerakan “Desa Membangun”
www.desamembangun.or.id pada tahun 2013. Gerakan ini dipelopori oleh beberapa Desa di
Indonesia yang dimulai sejak 24 Desember 2011 di Desa Melung, Kedungbanteng,
Banyumas dengan perwakilan Desa Mandalamekar, Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya yang
hadir pada “Lokakarya Desa Membangun” yang di inisiasi oleh Pemerintah Desa Melung.

Disana, tukar-pikiran terjadi dan lahirlah gerakan yang disebut Gerakan Desa Membangun
(GDM).
Gerakan tersebut menegaskan kembali perlunya desa-desa untuk maju dan mandiri
sebagaimana fungsinya terdahulu sebagai pusat ekonomi masyarakat. Suatu masa, desa
menjadi lembaga “governan” yang otonom dan menjamin kesejahteraan masyarakatnya.
Struktur pemerintahan desa, lengkap dengan berbagai komponen pembantu Kepala Desa
(bahasa sekarang; perangkat desa) menjalani pola hubungan simetrikal yang mutualis selama
berabad-abad. Selain itu, UU Desa yang disahkan pada tanggal 18 Desember 2013 yang lalu
juga menegaskan adanya alokasi dana untuk pengembangan desa dari APBD dan dana dari
pusat melalui dana alokasi desa yang tersedia sebesar 42 trilyun dari 10% dana “on top” dari
APBN (sesuai pasal 72) yang jika dibagi rata kepada 72.000 desa yang ada, maka
mendapatkan sekitar 600 juta rupiah per-desa. (Sagena, 2014). Jumlah yang diharapkan
cukup untuk gaji perangkat desa dan meningkatkan profesionalisme pelayanan hingga
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa bersangkutan melalui berbagai program-program
kerja desa. Festival Jawa-Kidul dan kisah Kepala Desa 2.0 dengan program-program
“DemIT” Desa Melek IT menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan dalam “modernisasi”
desa yang dipelopori oleh GDM. Hal ini selain tuntutan perkembangan pelayanan, juga
diamanatkan oleh UU Desa dalam hal “sistem informasi desa” yang mampu menjawab
permasalahan perdesaan dari sisi penunjang infrastruktur teknologi.
Masalah internet di dunia perdesaan adalah masalah akses. Walaupun pada 2012, pengguna

internet di Indonesia sudah mencapai 63 juta atau penetrasinya 24,23 %, akan tetapi
persebarannya masih terkonsentrasi di kota-kota besar dengan penetrasi mencapai 57%
(APJII, 2012). Hal ini disebabkan minimnya infrastruktur TIK di kawasan perdesaan. Pusat
TIK di desa hampir tidak ada. Bantuan komputer dan sejenisnya yang seringkali menjadi
program pemerintah pusat pun tak disertai SDM yang memadai sehingga teronggok tak
berguna di sudut-sudut Balai Desa. Pada tahun 2010 ada 65% dari 66.778 desa di Indonesia
belum bisa mengakses fasilitas telekomunikasi (eMarketer, 2013). Akibatnya kesenjangan
digital semakin lebar antara desa-kota di Indonesia. Problem ini sebenarnya sama dengan
negara lain, akan tetapi penanganannya di Indonesia sungguh lambat dan terkesan tak ada
upaya yang konkret selain kirim-mengirim komputer yang tak dimanfaatkan tersebut.
Kesenjangan digital ini diperparah oleh berbagai kebijakan yang hanya sebatas macan kertas.
Program-program untuk desa jarang sekali menyentuh sisi TIK, hanya pemberdayaan secara

pg. 2

tradisional. Sedangkan kota-kota sudah sangat familiar dengan TIK dan menyelaraskan
prikehidupan sehari-hari berbasis TIK sehingga lebih efektif, efisien dan produktif.
Program pemberdayaan TIK misalnya, masih seputar perkotaan dengan sebagai contoh,
program Pusat Layanan Internet Kecamatan yang berbasis di kecamatan dan lebih banyak
berada di kota-kota besar saja dan rentan penyalahgunaan apabila tak diawasi oleh, misalnya,

Relawan TIK. Secara struktural, kesenjangan informasi merupakan dampak dari kebijakan
telekomunikasi yang sangat liberal. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang
telekomunikasi menyebabkan seluruh urusan telekomunikasi diserahkan pada sektor privat.
Akibatnya, penyelenggaraan layanan telekomunikasi didasarkan pada relasi produsenkonsumen dibanding negara-warganegara. Kegiatan yang dilaksanakan oleh para aktivis Desa
Membangun mendapat sambutan yang baik dari masyarakat maupun dunia internasional.
Sehingga program ini pun mendapat perhatian dari pemerintah. Pemerintah melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaksanakan berbagai program
misalnya Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan Mobil Pusat Layanan Internet
Kecamatan (MPLIK) serta Desa Berdering dan berbagai program lainnya yang intinya
membuat percepatan “Desa Melek IT” dengan pemberian berbagai infrastruktur TIK ke
masyarakat perdesaan.
Permasalahan
Dalam hal ini, studi mini project ini membahas mengenai kendala dalam menentukan lokasi
pemberian bantuan infrastruktur TIK yaitu pembangunan Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Desa (Pusat TIK Desa) yang merupakan program yang hampir sama dengan
Pusat Internet Desa (PID) milik Malaysia. Penentuan lokasi Pusat TIK Desa (Telecenter
Desa) ini menemui kendala karena adanya prioritas anggaran sehingga untuk kabupatenkabupaten perlu diberikan prioritas pemberian bantuan.
Tujuan
Mini project ini ingin menentukan prioritas pembangunan Pusat TIK (Telecenter) Desa
dengan keterbatasan dana dan perlengkapan yang ada sehingga bantuan infrastruktur TIK

yaitu pembuatan sebuah kantor Pusat TIK Desa yang memenuhi kriteria-kriteria yang
memudahkan bagi Pemerintah menyalurkan bantuan pembuatan gedung/kantor Pusat TIK
Desa yang dapat diakses masyarakat.
Studi Kasus
Contoh Mini project ini adalah penentuan prioritas Pembangunan Pusat TIK/Telecenter Desa
di desa-desa yang ada diantara lima kecamatan di Kabupaten Serang, yaitu Kecamatan
Cinangka, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Mancak, Kecamatan Padarincang, dan Kecamatan
Pabuaran. Hal ini dikarenakan walaupun berada di Pulau Jawa yang sarat infrastruktur,
ternyata masyarakat pedesaan di Provinsi termuda di Jawa, yaitu Banten masih belum
memiliki akses ke TIK sehingga tertinggal dengan daerah lain, apalagi dengan Malaysia.
Untuk itu, terdapat bantuan pembangunan infrastruktur TIK Desa dengan nama “Pusat TIK
Desa” yang diharapkan dapat dibangun di semua desa di Indonesia, dengan pilot project
adalah desa di pulau Jawa khususnya di Provinsi Banten.
Dari data provinsi Banten dan limitasi anggaran, maka diperlukan pembagian per-kabupaten
kemudian break down per-kecamatan untuk selanjutnya desa-desa di kecamatan tersebut
menjadi proyek pembangunan Pusat Internet Desa. Dari kecamatan yang ada di Banten,
diputuskan untuk melakukan asesmen per-lima Kecamatan dari 28 kecamatan di Kabupaten
Serang. Lima kecamatan tersebut perlu dipilih prioritas kecamatan mana yang desa-desanya
akan diberikan bantuan, dengan target pemerintah kabupaten nanti menentukan beberapa
pg. 3


desa di kecamatan yang terpilih di Kabupaten Serang. Dari desa-desa di kecamatan terdapat
range antara 8-15 desa sehingga dari bujet pemerintah melalui Kominfo yang bekerjasama
juga dengan swasta dapat ter-cover beberapa kecamatan di Kabupaten Serang sebagai pilot
project.
Lima kecamatan yang di-asesmen :
Kecamatan Cinangka
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Cinangka di Kabupaten Serang, Provinsi Banten :
1. Kelurahan / Desa Bantarwangi (Kodepos : 42167)
2. Kelurahan / Desa Bantarwaru (Kodepos : 42167)
3. Kelurahan / Desa Bulakan (Kodepos : 42167)
4. Kelurahan / Desa Cikolelet (Kodepos : 42167)
5. Kelurahan / Desa Cinangka (Kodepos : 42167)
6. Kelurahan / Desa Kamasan (Kodepos : 42167)
7. Kelurahan / Desa Karang Suraga (Kodepos : 42167)
8. Kelurahan / Desa Kubang Baros (Kodepos : 42167)
9. Kelurahan / Desa Mekarsari (Kodepos : 42167)
10. Kelurahan / Desa Pasauran (Kodepos : 42167)
11. Kelurahan / Desa Rancasanggal (Kodepos : 42167)
12. Kelurahan / Desa Sindanglaya (Kodepos : 42167)

13. Kelurahan / Desa Umbul Tanjung (Kodepos : 42167)
Kecamatan Ciomas
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Ciomas di Kabupaten Serang, Provinsi Banten :
1. Kelurahan / Desa Cemplang (Kodepos : 42164)
2. Kelurahan / Desa Cisitu (Kodepos : 42164)
3. Kelurahan / Desa Citaman (Kodepos : 42164)
4. Kelurahan / Desa Lebak (Kodepos : 42164)
5. Kelurahan / Desa Pondok Kahuru (Kodepos : 42164)
6. Kelurahan / Desa Siketug (Kodepos : 42164)
7. Kelurahan / Desa Sukabares (Kodepos : 42164)
8. Kelurahan / Desa Sukadana (Kodepos : 42164)
9. Kelurahan / Desa Sukarena (Kodepos : 42164)
10. Kelurahan / Desa Ujungtebu (Kodepos : 42164)
Kecamatan Pabuaran
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran di Kabupaten Serang, Provinsi Banten :
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

pg. 4

Kelurahan / Desa Kadubeureum (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Pabuaran (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Pancanegara (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Pasanggrahan (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Sindangheula (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Sindangsari (Kodepos : 42163)
Kelurahan / Desa Tanjungsari (Kodepos : 42163)

Kecamatan Padarincang
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Padarincang di Kabupaten Serang, Provinsi
Banten :
1. Kelurahan / Desa Ciomas (Kodepos : 42164)
2. Kelurahan / Desa Barugbug (Kodepos : 42168)
3. Kelurahan / Desa Batukuwung (Kodepos : 42168)
4. Kelurahan / Desa Bugel (Kodepos : 42168)

5. Kelurahan / Desa Cibojong (Kodepos : 42168)
6. Kelurahan / Desa Cipayung (Kodepos : 42168)
7. Kelurahan / Desa Cisaat (Kodepos : 42168)
8. Kelurahan / Desa Citasuk (Kodepos : 42168)
9. Kelurahan / Desa Curug Goong (Kodepos : 42168)
10. Kelurahan / Desa Kadubeureum (Kodepos : 42168)
11. Kelurahan / Desa Kalumpang (Kodepos : 42168)
12. Kelurahan / Desa Kramatlaban (Kodepos : 42168)
13. Kelurahan / Desa Padarincang (Kodepos : 42168)
Kecamatan Mancak
Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Mancak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten :
1. Kelurahan / Desa Angsana (Kodepos : 42165)
2. Kelurahan / Desa Balekambang (Kodepos : 42165)
3. Kelurahan / Desa Batukuda (Kodepos : 42165)
4. Kelurahan / Desa Cikedung (Kodepos : 42165)
5. Kelurahan / Desa Ciwarna (Kodepos : 42165)
6. Kelurahan / Desa Labuhan (Kodepos : 42165)
7. Kelurahan / Desa Mancak (Kodepos : 42165)
8. Kelurahan / Desa Pasirwaru (Kodepos : 42165)
9. Kelurahan / Desa Sangiang (Kodepos : 42165)

10. Kelurahan / Desa Sigedong (Kodepos : 42165)
11. Kelurahan / Desa Talaga (Kodepos : 42165)
12. Kelurahan / Desa Waringin (Kodepos : 42165)
13. Kelurahan / Desa Winong (Kodepos : 42165)

METODOLOGI
Dalam menentukan prioritas pembangunan Pusat TIK Desa ini melalui dua cara yaitu dengan
Kualitatif dan Kuantitatif. Wawancara merupakan instrumen metode penelitian kualitatif
untuk menemukan kriteria sesuai dengan metode Analytical Hirarchy Process (AHP).
Wawancara dilakukan secara informal oleh penulis kepada narasumber terkait pengembangan
internet desa baik pemerintah, swasta dan masyarakat sipil (civil society). Sedangkan
Kuantitatif diperoleh melalui juga AHP sederhana dan Teknik Overlay melalui Weighted
Overlay dan Intersect pada Aplikasi ArcGIS sehingga selain ditemukan parameter-parameter
yang menjadi kriteria dalam menentukan lokasi Pusat TIK Desa, juga didapat acuan peta
yang menunjukkan desa-desa pada kecamatan yang menjadi target prioritas.

pg. 5

Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di Lima Kecamatan di Kabupaten Serang. Hal ini karena
diantara lima kecamatan ini akan dipilih prioritas pengiriman bantuan pembangunan Pusat
Internet Desa dengan target masyarakat yang dilayani adalah penduduk usia produktif yang
dipelopori oleh pelajar SLTA di desa-desa tersebut. Peta awal diperoleh dari BP DAS
Kementerian Kehutanan untuk Geografis dan BPS untuk demografi.
Waktu penelitian (Wawancara dan Pembuatan Model AHP dan GIS) adalah di Bulan
Januari 2014, dan alat bantu yang digunakan dalam menetapkan tempat prioritas di desa
dalam membuat Pusat TIK/Telecenter Desa di kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang
adalah Teknik AHP dan ArcGIS (Teknik Overlay : Weighted dan Intersect).
Metode AHP
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, Profesor matematika dari University of
Pittsburgh. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif
atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya,
menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi
dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai
pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Penilaian yang diberikan dalam penggunaan metode AHP ini memberikan kita keluwuesan
dalam menilai, yaitu AHP menunjukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis
(Saaty, 1993:23). Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk
memberi pertimbangan. Selain itu AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemenelemen dari satu bagian masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh
hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami dan menilai interaksi dari
suatu sistem secara keseluruhan. Proses tersebut dilakukan pula pada studi ini, dimana
diidentifikasi dahulu kriteria-kriteria yang merupakan faktor penilai dalam penentuan
pemilihan lokasi kawasan pusat pemerintahan, kemudian memberikan bobot prioritas dari
alternatif lokasi sehingga dari penilaian tersebut akan dicapai duatu lokasi terpilih.
Prinsip Dasar AHP
Prinsip dasar AHP ( (Saaty, 1993:30-39, 102-103adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Hirarki (Dekomposisi)
Penyusunan hirarki adalah penyusunan berbagai elemen dari suatu sistem yang kompleks
secara hirarki agar dapat dipahami dalam pemecahan masalah.hirarki merupakan alat
dasar dari pikiran manusia dalam rangka menata suatu elemen ke dalam beberapa
tingkatan. Hirarki dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur dan fungsional. Pada
hirarki struktural sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut
hubungan esensialnya. Setiap set elemen dalam hirarki fingsional ,menduduki satu set
pg. 6

hirarki dimana tingkat puncak disebut fokus atau tujuan dan hanya memuliki satu elemen
dan merupakan sasaran keseluruhan atau tujuan diaplikasikannya model AHPdalam
analisis. Tingkat-tingkat berikut masing-masing dapat memiliki beberapa orang yang
paham terhadap permasalahan yang dikaji.
2. Pengisian Manusia (responden)
Berhubungan elemen-elemen dalam suatu tingkat akan dibandingkan satu elemen dengan
yang lain terhadap satu kriteria, maka pengisiannya dilakukan dengan menggunakan skala
1 – 9. pengisian matriks banding berpasangan merupakan penilaian responden dengan
menggunakan metode kuesioner atau simulasi dalam suatu kelompok. Sebelum
melangkah ke tahap selanjutnya, penilaian yang diberikan oleh responden atas dasar
persepsinya masing-maing terlebih dahulu diratakan antara satu responden dengan
lainnya. Apabila nilai persepsi tersebut telah ditempatkan dalam matriks tertentu sebelum
masuk kedalam analisis berikutnya.
3. Perhitungan Bobot atau Nilai Vektor Prioritas dan Penilaian Konsistensi
Perhitungan bobot prioritas maing-masing kriteria pada setiap matriks ditentukan sesuai
dengan besarnya nilai eigenvactor, dengan rata-ratanya disebut dengan eigenvalue.
Penentuan tingkat konsistensi terhadap penilaian persepsi digunakan perhitungan Indeks
Konsistensi ( Consistency Indeks). Rasio konsistensi (Consistency Ratio) harus bernilai
100% atau kurang sehingga dapat dianggap bahwa konsistensi responden dalam
memberikan persepsi relatif bernilai sahih atau valid. Apabila nilai ratio konsistensinya
lebih dari 10%, maka pertimbangan itu mungkin agak acak dan mungkin perlu diperbaiki.
4. Pengukuran Prioritas Global (Prioritas Akhir)
Nilai prioritas global diperoleh dari nilai prioritas lokasl (eigen local) dengan perhitungan
antara kriteria dengan nilai prioritas pada matriks yang terletak paling bawah dari suatu
hirarki.
AHP memasukkan aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia. Aspek kualitatif
untuk mendefinisikan persoalan dan hirarkinya, dan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan
penilaian preferensi secara ringkas padat. Proses dirancang untuk mengintegrasikan dua sifat
ini. Demi pengambilan keputusan yang sehat dalam situasi kompleks, dimana perlu
ditetapkan prioritas dan melakukan pertimbangan (trade offs) (Saaty, 1993:19). Dalam mini
project ini, akibat keterbatasan, AHP yang digunakan adalah perhitungan sederhana excel
tanpa menggunakan piranti lunak, yang biasanya digunakan yaitu Super Decision maupun
Expert Choice.

pg. 7

Diagram Alir Pemikiran

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

LANGKAH DAN HASIL ASESMEN PRIORITAS PUSAT TIK DESA
Langkah-langkah AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut :
1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk
memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan
pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat
ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini
menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga
elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan
dari suatu matriks perbandingan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat
hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan
pada tiap tingkat hierarki.

pg. 8

Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah :
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan
metode“pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsistensi
dengan hasil “tidak”, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan
data seperti semula, namun bila sebaliknya “iya” maka digolongkan data terbobot
yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
Penentuan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan
yaitu dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk tiap sub system hierarki. Perbandingan
tingkat kepentingan antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Intensitas
Pentingnya
variabel
1

Definisi Variabel

Penjelasan

Kedua variabel sama pentingnya

Kedua variabel mempunyai
pengaruh yang sama pentingnya
terhadap tujuan.

3

Sebuah variabel lebih lemah nilai atau
tingkat kepentingannya dibanding
yang lain

Pengalaman atau judgment sedikit
memihak pada sebuah variabel
dibandingkan variabel lainnya

5

Sebuah variabel adalah essensial atau
mempunyai tingkat kepentingan yang
kuat dibanding variabel yang lainnya

Pengalaman atau judgment secara
kuat memihak pada sebuah variabel
dibandingkan variabel lainnya

Menentukan jelasnya tingkat
kepentingan suatu variabel
dibandingkan variabel lain.

Sebuah variabel secara kuat disukai
dan dominasinya tampak dalam
praktek

7

Menunjukkan tingkat kepentingan dari
salah satu variabel
2,4,6,8

Nilai tengah diantara dua judgment
yang berdampingan

Kelebihan dari
angka diatas non
-zero

Bukti bahwa suatu variabel adalah
lebih penting dari pada variabel
lainnya adalah sangat jelas

Nilai diberikan bila diperlukan
adanya kompromi atau nilai antara
dua intensitas.

Bila variabel 1 mendapat salah satu
dari nilai datas non-zero pada saat
dibandingkan dengan variabel j, maka
j mempunyai nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i

Tabel 1
Skala perbandingan tingkat kepentingan antar variabel

pg. 9

Didapat informasi bahwa terdapat tiga parameter dalam menentukan kecamatan dimana desadesa dibawahnya layak untuk diberikan bantuan fasilitas Pusat TIK Desa. Yaitu :
1. Aspek Demografis, yakni adanya penduduk yang usia produktif, dimana dikerucutkan
lagi secara spasial menjadi adanya sekolah-sekolah SLTA disebabkan target
pengguna adalah kalangan pelajar yang sudah mengerti TIK dan secara hukum sudah
boleh melakukan aktivitas Internet seperti browsing dan chatting, mencari bahan di
search engine dan seterusnya.
2. Aspek Geografis, yakni adanya Akses desa-desa dengan infrastruktur layanan TIK
misalnya daerah fisik desa yang merupakan daratan landai. Lalu struktur masyarakat
desa yang dilihat secara spasial dari penggunaan lahan (land use) dimana karena
adanya target penduduk yang mengakses Internet, maka permukiman, perkebunan dan
pertanian menjadi acuan untuk prioritas dibanding desa yang masih banyak hutan dan
lain sebagainya.
3. Aspek Kelembagaan, yakni adanya jaminan kesinambungan program yang
ditunjukkan dengan perlunya Kas Desa untuk biaya koneksi karena pemerintah hanya
menyediakan peralatan infrastruktur namun tidak biaya operasional bulanan.
Kemudian adanya peraturan yang dapat menjamin keberlangsungan kegiatan di Pusat
TIK Desa ini kelak.
Dari hasil wawancara kepada narasumber, kemudian disusun penentuan prioritas dengan
skema AHP sederhana.

Gambar 2.
Skema Hirarki AHP dalam Asesmen Prioritas Pusat TIK Desa
Apabila diasumsikan Geografis 3 kali lebih penting daripada Kelembagaan sedangkan
Demografis 2 kali lebih penting dari Geografis, maka Demografis 6 kali lebih penting dari
Kelembagaan. Berdasarkan ilustrasi ini didapat pairwise comparison sebagaimana Tabel 2.
Fokus
Kelembagaan
Geografis
Demografis

Geografis
Demografis
Prioritas
1/3
1/6
0.1
1
3/6=1/2
0.3
6/2=2
1
0.6
Tabel 2.
Pairwise Comparison Asesmen Pembangunan Pusat TIK Desa

pg. 10

Kelembagaan
1
2
3

Untuk menentukan skala prioritas yang merupakan Eigen Vector dengan rumus sbb :
AW = nW

Matriks tersebut dikalikan dan dicari matrik “W” nya dengan eliminasi atau subsitusi sebagai
berikut :
(1) a + 1/3b + 1/6c = 3a
(2) 3a + b + 1/2c = 3b
(3) 6a + 2b + c = 3c
Maka didapat : a=0,1 b=0,3 c=0,6
Selanjutnya nilai a, b, c dimasukkan lagi ke dalam persamaan AW=nW yang berupa
matrik sbb :

Berdasarkan nilai matriks tersebut berarti Demografis merupakan kriteria terpenting karena
prioritasnya tertinggi yaitu 0,6 diikuti Geografis dengan skala prioritas 0,3 dan Kelembagaan
dianggap paling tidak penting dengan skala 0,1.
Metode Weighted Overlay dan Intersect
Selanjutnya, untuk memastikan prioritas lebih lanjut maka digunakan juga ArcGIS untuk
menguji parameter Demografis dan Geografis yang sudah ditentukan sebagai prioritas
(parameter penting) pertama dan kedua.
Dari ketiga data yang ada yaitu Jumlah Pelajar SLTA, Kemiringan Lereng daan Land Use,
sebelum di-overlay perlu dilakukan rasterisasi terlebih dahulu, kemudian dapat dilakukan
Weighted overlay dengan mempertimbangkan ketiga data tersebut.
Tahapan analisis dilakukan dengan langkah-langkah : Klik Spatial Analyst Tools. Klik
Overlay. Klik double Weighted Overlay. Kemudian dilakukan add raster (hasil dari raster:
curah hujan, kemiringan lereng, penutupan lahan, jenis tanah, dan formasi geologi). Lalu
Tentukan % influence dan scale value .
Output dari overlay ini adalah Peta Prioritas berdasarkan tumpang-tindih data Demografis
yaitu Jumlah SLTA yang ada di Lima Kecamatan, dan data Geografis yaitu Kelerengan dan
Penggunaan Lahan (Land use).
Berdasarkan masukan dari narasumber, maka disusun pembobotan skala 3 (tinggi, sedang,
rendah)

pg. 11

Faktor

Bobot

Perbandingan

Persentase (%)

Jumlah Pelajar SLTA

3

3/6

50

Kemiringan Lereng

2

2/6

30

Penggunaan Lahan (Land use)

1

1/6

20
100

Tabel 3. Faktor yang Mempengaruhi Prioritas Pembangunan Pusat TIK Desa
Hasil konversi ke Raster untuk semua kriteria yaitu Atribut Kependudukan (Jumlah
penduduk yang masih sekolah di SLTA), dimana Prioritas tinggi (3) adalah untuk penduduk
pelajar SLTA lebih dari 1.500, Sedang (2) untuk yang berada di antara 1000 sampai 1500,
sedangkan Rendah (1) untuk penduduk pelajar SLTA yang kurang dari seribu jiwa di lima
kecamatan

Gambar 4. Atribut Penduduk Pelajar SLTA
Atribut Kelerengan, dimana Prioritas tinggi (3) adalah untuk yang berbentuk Dataran, Sedang
(2) untuk yang berbukit dan kipas aluvial dan Rendah (1) untuk Gunung dan Lereng Lahar di
lima kecamatan

Gambar 5. Atribut Kelerengan
Sedangkan pada Atribut Land Use, Prioritas tinggi (3) adalah untuk Permukiman, Sedang
(2) untuk Sawah, Perkebunan dan Pertanian dan Rendah (1) untuk Hutan dan Belukar di lima
kecamatan

pg. 12

Gambar 6. Atribut Land Use
Hasil proses Weighted Overlay dapat dilihat pada tampilan berikut :

Gambar 7. Hasil Weighted Overlay
Hasil dari pembobotan dan setelah dilakukan Weighted Overlay dari tiga parameter tersebut
didapat perbedaan warna yang menunjukkan kaidah rendah, sedang dan tinggi yang
ditentukan di awal.
Kemudian untuk memudahkan interpretasi data, hasil weighted overlay dilakukan Intersect
sehingga didapat tampilan output baru yang lebih mudah dengan menampilkan gridcode.
Hasil dari intersect in menggabungkan semua atribut yang ada dalam satu tampilan baru
dengan satu tabel gabungan. Sebelum melakukan intersect, terlebih dahulu dilakukan
konversi lagi raster tersebut ke dalam bentuk polygon. Setelah itu baru melakukan klik pada
ArcToolbox, pilih Analysis tools, overlay dan kemudian pilih intersect.

pg. 13

Gambar 8. Persiapan Intersect
Setelah itu sebagai finishing, dilakukan perubahan Label menjadi Prioritas TIK dengan
Prioritas Rendah, Sedang dan Tinggi. Hal ini untuk memudahkan interpretasi bagi pembaca.
Warna Hijau tua menandakan prioritas tinggi, warna hijau muda prioritas sedang, dan warna
cokelat prioritas rendah.

pg. 14

PENUTUP
pg. 15

Hasil Peta yang sudah di-overlay dan intersect dan dilengkapi dengan aturan topografik
sehingga mudah untuk dipahami dapat dilihat pada gambar berikut :

pg. 16

KESIMPULAN
1. Desa-desa di Kecamatan Cinangka menjadi prioritas tinggi untuk pembangunan Pusat
TIK Desa. Hanya enam desa yang masuk kategori “Sedang”. Sehingga Kecamatan ini
masuk urutan PERTAMA prioritas bantuan untuk desa-desanya.
2. Desa-desa di Kecamatan Padarincang menjadi prioritas Tinggi dan Sedang untuk
pembangunan Pusat TIK Desa. Sehingga kecamatan ini masuk urutan KEDUA
prioritas bantuan untuk desa-desanya.
3. Desa-desa di Kecamatan Pabuaran menjadi prioritas Tinggi dan Sedang untuk
pembangunan Pusat TIK Desa. Karena persentase Tinggi masih lebih banyak
Padarincang, sehingga kecamatan ini masuk urutan KETIGA prioritas bantuan untuk
desa-desanya.
4. Desa-desa di Kecamatan Mancak menjadi prioritas Sedang untuk Pembangunan Pusat
TIK Desa. Sehingga kecamatan ini masuk urutan KEEMPAT prioritas bantuan untuk
desa-desanya.
5. Desa-desa di Kecamatan Ciomas menjadi prioritas Rendah untuk Pembangunan Pusat
TIK Desa. Sehingga kecamatan ini masuk urutan KELIMA prioritas bantuan untuk
desa-desanya.
SARAN
Apabila Pemerintah memiliki program bantuan yang hanya cukup untuk beberapa kecamatan
yang akan membagi desa-desanya untuk dipasang Pusat TIK Desa, maka skala prioritas
diatas menjadi penentu jika HANYA didasarkan kepada aspek Demografis dan Geografis.

pg. 17

Aspek Kelembagaan (Ada tidaknya Peraturan Desa dan Uang Kas Desa) yang tidak dianalisis
melalui ArcMAP dapat menjadi masukan untuk meningkatkan level akurasi prioritas
selanjutnya apabila data-data sudah didapat oleh Pemerintah (Kominfo). Dari Diagram 1
diatas kita dapat menambahkan akurasi melalui integrasi aspek Demografis, Geografis dan
Kelembagaan untuk menentukan prioritas bagi Pemerintah dalam menentukan satu dari lima
kecamatan di setiap Kabupaten di Indonesia dimana desa-desanya akan menjadi “pilot
project” program Pusat TIK Desa yang diharapkan dapat menyaingi Malaysia dalam
pemberdayaan Desa secara modern, mandiri dan meningkatkan produktivitas pereknonomian
masyarakat desa.

DAFTAR PUSTAKA
Barus, B. & Wiradisastra, U.S. 2009. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen
Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Bogor : IPB
Gerakan Desa Membangun. Siapa Kami. Tersedia di http://desamembangun.or.id/siapa-kami/
Diakses 11 Januari 2014 Pukul 22:00
Humas Protokol Provinsi Banten. Profil Kabupaten Serang. Tersedia di
http://humasprotokol.bantenprov.go.id/profil-kabupaten-serang/ Diakses pada 17
Januari 2014 pukul 10:22 WIB
Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta : Penerbit FE UI
Prasteyo, A. 2011. Modul Dasar Sistem Informasi Geografi. Laboratorium Analisis
Lingkungan dan Permodelan Spasial Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata. Bogor : IPB
Saaty, T.L 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta : Pustaka
Binama Pressindo
Saaty, T.L. . 2003. decision-making with the AHP: Why is the principal eigenvector
necessary. European Journal of Operational Research 145: 85-91
Sagena, U. 2014. UU Desa Untuk Jaman Baru. Tersedia di
http://www.unggulcenter.org/2014/01/18/uu-desa-untuk-jaman-baru/ Diakses 18
Januari 2014 Pukul 10:30 WIB
UNDP. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Dasar.
Telecentre.Org. Pusat Internet Desa (Rural Internet Centre/Telecentre) in Malaysia
Tersedia di http://community.telecentre.org/profiles/blogs/2086278:BlogPost:6446
Diakses 15 Januari 2014 Pukul 21:00
International Telecom Union. 2011. Rural Internet Centre. Tersedia di
http://www.itu.int/ITU-D/asp/CMS/Events/2010/ITUADB/Malaysia/PID_Tanjong_Malim.pdf Diakses 15 Januari 2014 pukul 22:16 WIB

pg. 18

Dokumen yang terkait

Analisis Investasi Melalui Penetapan Portofolio Saham Optimal Pada Saham LQ-45 Bursa Efek Indonesia (The Analysis of Invesment by Determination Optimal Portofolio of LQ-45 at Indonesian Stock Exchange)

0 45 7

PERANAN PEMERINTAH DALAM KASUS SENGKETA TANAH ANTARA PT. MAKIN GROUP DAN MASYARAKAT (Studi Kasus Perebutan Lahan Lokasi Transmigrasi VI/G dan Mekanisme Penyelesaiannya) DI KECAMATAN PARENGGEAN KAB. KOTA WARINGIN TIMUR KALIMANTAN TENGAH

0 73 2

Kajian Yuridis Pembatalan Penetapan Itsbat Nikah (Studi Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2686/Pdt.G/2009/PA.Lmj)

1 23 11

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Penyelesaian kewarisan ahli waris pengganti dan munasakhah di pengadilan agama (Analisis Penetapan Nomor: 108/Pdt.P/2014/PA.JB)

1 78 0

Penyelesaian perkara warsi benda agama di pengadilan agama bandung (Analisis Penetapan No.04/PDT.P/2013/PA.BDG)

2 98 90

Pengaruh Fasilitas,Pelayanan dan Lokasi Terhadap Keputusan Nasabah Menggunakan Jasa BMT (Studi Kasus Pada BMT El-Syifa Ciganjur, Jakarta Selatan)

0 15 0

Sistem Pendukung Keputusan Prioritas Kelayakan Kenaikan Pangkat Jabatan di Koperasi Serba Usaha Persada Madani Menggunakan Metode AHP

6 32 19

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Penetapan biaya overhead pabrik di PT.Dirgantara Indonesia Divisi Aircraft Service : laporan kerja praktek

0 13 48