LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Pemuliaan tanaman merupakan proses untuk mengubah susunan genetik

tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan pemulianya (Nuraida, 2012). Widodo (2003), menyatakan
bahwa pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang
mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang diwariskan
pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Peningkatan
produktivitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang paling sering dilakukan
pemulia dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena peningkatan produktivitas
berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Pemuliaan tanaman umumnya
mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi. Proses kegiatan
pemuliaan diawali dengan: usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber
keragaman, identifikasi dan karakterisasi, induksi keragaman, misalnya melalui
persilangan atau dengan transfer gen, proses seleksi, pengujian dan evaluasi dan
pelepasan atau release, distribusi serta komersialisasi varietas (Nuraida, 2012).
Intoduksi adalah mendatangkan bahan tanam dari tempat lain dimana
introduksi merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan keragaman

(variabilitas) genetik dalam pemuliaan tanaman. Seleksi penyaringan (screening)
dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat
dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Introduksi tanaman selain
menambah keragaman tanaman mempunyai manfaat lain, yaitu (1) memajukan
bidang industri, dengan mendatangkan tanaman-tanaman industri seperti tanaman
kehutanan, tanaman obat-obatan dan tanaman industri lainnya. (2) Untuk
mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi dari tanaman dengan jalan
memelihara tanaman yang diintroduksi di tempat tertentu kemudian dipelajari
data-datanya secara mendetail. (3) Memenuhi kebutuhan estetik dengan
mendatangkan tanaman-tanaman ornamental untuk melengkapi koleksi kebunkebun, taman-taman, gedung- gedung sehingga menciptakan keindahan tersendiri
(Lubis, 2005).

1

Pemuliaan secara konvensional teknik persilangan yang diikuti dengan
proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dilakukan dalam inovasi
perakitan kultivar unggul baru. Persilangan merupakan cara yang paling populer
untuk meningkatkan variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah,
efektif, dan relatif mudah dilakukan (Lahay, 2009). Selain persilangan, tumbuhan
dapat dikembangkan dengan cara tak kawin dan dengan bantuan manusia, biasa

disebut reproduksi secara vegetatif buatan seperti pada penyelamatan batang tua
Dendrobium sp. sehingga dihasilakan tunas baru.
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui keberhasilan tahap introduksi pada tahap awal pemuliaan
tanaman.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari teknik persilangan pada pemuliaan
tanaman secara konvensional.
3. Untuk mengetahui metode kerja perkembangbiakan vegetative anggrek pada
penyelamatan batang tua Dendrobium sp.

2

II.

METODE

II.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi trai semai, 5 pot, pinset, label, tissue, gunting,
baskom dan. Bahan yang digunakan meliputi benih hot pepper dan daun mint dari
Texas, 2 hibrida anggrek Dendrobium sp. berwarna ungu dan hijau, batang tua

anggrek Dendrobium sp., sabuk kelapa, rootone F, fungsisida, dan air.
II.2. Cara Kerja
1. Introdukasi benih hot pepper dan daun mint asal Texas
Benih hot pepper dan daun mint didapatkan dari Texas. Hot pepper dan
daun mint dalam kemasan ditanam pada trai semai dan 5 pot yang telah diisi
dengan tanah dan pupuk, trai semai untuk hot pepper dan pot untuk daun
mint. Pertumbuhan benih diamati apakah berhasil tumbuh atau tidak.
2. Persilangan anggrek hibrida anggrek Dendrobium sp. secara
konvensional
Dipilih tetua jantan dari anggrek hibrida hijau dan ungu. Kemudian
dilakukan kastrasi. Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan)
dengan sengaja agar tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan
pada saat bunga jantagn yang kotak sarinya belum pecah. Anggrek yang
menjadi tetua jantan, diambil benang sarinya dengan pinset dan dimasukkan
dalam putik tetua betina. Kemudian diamati apakah persilangan berhasil
dilakukan atau tidak. Apabila berhasil bunga tetua betia akan layu, mulai
menggembung dan membentuk kapsul biji anggrek yang menandakan
persilangan anggrek Dendrobium hijau dan ungu dapat disilangkan. Berikan
label pada tanaman. Hal ini berguna sebagai penanda tetua dan memberi
tanggal pelaksanaan persilangan.

3. Perkembangbiakan vegetative anggrek pada penyelamatan batang
tua Dendrobium sp.
Batang tua anggrek yang masih dalam satu rumpun, dipisahkan masingmasing satu batang. Akar batang tua yang sudah tua dipotong hingga
menyisakan yang masih baik dan berwarna hijau. Batang tua yang akarnya
3

sudah dipilih, direndam pada fungisida selama 15 menit, kemudian
direndam dalam rootone F selama 10 menit dan dikeringanginkan. Setelah
kering, batang tua diletakkan pada sabuk kelapa dan diikat dengan tali raffia
pada penyangga sehingga tumbuh vertikal. Diamati pertumbuhan akar dan
tunas pada batang tua anggrek.

4

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil
1. Introdukasi benih hot pepper dan daun mint asal Texas

Benih

1 MST

2 MST

3 MST

Hot pepper

0

4

0

Daun mint

0


0

0

2. Persilangan anggrek hibrida anggrek Dendrobium sp. secara
konvensional

Gambar 1. Tetua betina layu tetapi tidak menggembung

Gambar 2. Semua anggrek rontok

5

III.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan introduksi tanaman hot pepper dan daun mint
dari Texas. Hasil praktikum menunjukan bahwa hot pepper yang diintroduksi
tumbuh 4 biji dalam 2 minggu. Namun setelah tumbuh 2 daun, keempat tanaman
hot pepper mati. Hal ini berarti, introduksi yang dilakukan tidak berhasil.
Intoduksi adalah suatu cara mendatangkan bahan tanam dari tempat lain dimana
introduksi merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan keragaman

(variabilitas) genetik dalam pemuliaan tanaman. Berhasilnya introduksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu viabilitas benih dan lingkungan. Benih
yang didatangkan dari Texas dapat saja tidak memiliki viabilitas karena sudah
disimpan dalam waktu yang lama. Lingkungan juga merupakan salah satu factor
yang penting dalam pertumbuhan tanaman, dimana benih asal Texas tersebut
pertumbuhannya mengikuti lingkungan di Texas dan tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan di Indonesia. Kondisi lingkungan yang sesuai akan
merangsang pertumbuhan tanaman seperti suhu dan iklim. Perbedaan suhu yang
ekstrem akan menyebabkan terjadinya perusakan enzim sehingga benih tidak
tumbuh. Factor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Apabila tanaman ditanam diluar daerah iklimnya maka produktivitasnya sering
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat menyebabkan benih tidak
tumbuh ataupun mati (Sudarka dkk., 2009)
Benih ataupun biji adalah produk akhir dari suatu program pemuliaan
tanaman, yang pada umumnya memiliki karakteristik dan keunggulan tertentu,
mempunyai peranan yang vital sebagai penentu batas atas produktivitas dalam
menjamin keberhasilan budidaya tanaman. Pemuliaan tanaman dengan teknik
konvensional sampai saat ini merupakan teknik pemuliaan yang banyak
dilakukan, tetapi teknik tersebut memiliki banyak kelemahan di antaranya dalam
hal akurasi dan waktu yang cukup lama. Dalam praktikum yang dilakukan,

disilangkan anggrek hibrida Dendrobium hijau dan ungu namun bunga anggrek
menjadi layu kecoklatan dan ankhirnya semua anggrek rontok dan gagal
melakukan persilangan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu adanya
gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri, perbedaan periode matang
6

sebuk sari dan kepala putik, sterilitas dan inkompatibilitas dan serbuk sari mudah
diterbangkan angin tidak terjadi persilangan.
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan, (1). Penyesuaian waktu
berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan agar saat
anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. (2). Waktu emaskulasi dan
penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, padi harus
pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu
penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga
jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan
singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua
tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan.
Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umum tanaman
berbunga (Prasetiyono dkk., 2003).
Umumnya program pemuliaan tanaman dimulai dengan menyilangkan dua

tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman persilangan biasanya
digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam
rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, persilangan juga dimaksudkan
untuk memperluas keragaman. Tujuan utama melakukan persilangan adalah
Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas
keragaman genetik, memanfaatkan vigor hibrida atau menguji potensi tetua. Dari
keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa persilangan memiliki peranan
penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman
(Nasir, 2001).

7

IV.

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pemuliaan tanaman ini, yaitu:
1. Introduksi yang dilakukan tidak berhasil yang disebebkan oleh viabilitas
benih dan lingkungan

2. Persilangan anggrek hibrida ungu dan hijau gagal disilangkan karena
beberapa faktor seperti adanya gangguan mekanis terhadap penyerbukan
sendiri, perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik, sterilitas
dan inkompatibilitas dan serbuk sari mudah diterbangkan angin tidak
terjadi persilangan.

8

DAFTAR PUSTAKA
Lahay, R.R. 2009. Pemuliaan Tanaman Tebu. Medan: Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Lubis, K. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi Molekuler. Medan: Program
Studi Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Nasir. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Nuraida, D. 2012. Pemuliaan Tanaman Cepat dan Tepat Melalui Pendekatan
Marka Molekuler. El-Hayah. 2(2): 97-103.
Prasetiyono, J., Tasliah, H.Aswidinnoor, dan S. Moeijopawiro. 2003. Identifikasi
Marka Mikrosatelit yang Terpaut dengan Sifat Toleransi terhadap
Keracunan Alumunium pada padi Persilangan Dupa x ITA131. Jurnal

Bioteknologi Pertanian. 8 (2).
Sudarka, I. W., S.M. Sarwadana, I. G. Wijana, dan N. M. Pradnyawati. 2009.
Pemuliaan Tanaman. Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Widodo, I. 2003. Penggunaan Marka Molekuler pada Seleksi Tanaman. Makalah
Pribadi Tidak Diterbitkan. Program pasca sarjana. Bogor. IPB

9

LAMPIRAN

Gambar 1. Benih introduksi

Gambar 2. Limbah batang tua

Gambar 3. Fungisida
10

Gambar 4. Rootone F

Gambar 5. Sabuk kelapa

Gambar 6. Batang tua yang telah diletakkan pada sabuk kelapa

11