MAKALAH PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA ILMU

MAKALAH PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN”

Disusun oleh :
(Kelompok 6)

Anggota :
Dimas Aditria

(L1C016020)

Fransiskus Satria P.

(L1C016038)

Ghina Tazkia D.

(L1C016043)

Rifki Nur Faizan


(L1C016048)

Aldo Prayogo

(L1C016072)

Rahmayanti

(L1C016076)

PROGRAM STUDI ILMU KELUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, dan taklupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pancasila Sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak
selaku dosen mata kuliah Pancasila di Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pancasila Sebagai Paradigma ilmu di
Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Purwokerto, 1 Desember 2017

Penyusun


ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................

ii

Daftar Isi................................................................................................

iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................


2

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................

2

1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................

2

II. ISI
2.1. Pengertian Paradigma .................................................................

3

2.2. Pancasila sebagai Paradigma.......................................................

4

2.3. Hubungan Pancasila dengan Ilmu Pengetahuan..........................


5

2.4. Implementasi Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. .

6

2.5. Peran Sila-Sila Pancasila dalam Ilmu Pengetahuan....................

7

III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan...................................................................................

9

3.2.Saran.............................................................................................

10


DAFTAR PUSTAKA............................................................................

11

iii

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan
harkat

dan

martabatnya


maka

manusia

mengembangkan

ilmu

pengetahuan. Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang
disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Pancasila yang sila-silanya
merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi system etika
dalam pengembangan ilmu pengetahuan (Calam dan Sobirin, 2008).
Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai
peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu
pengetahuan.

Namun

dalam


perkembangannya,

timbul

gejala

dehumanisasi atau penurunan derajat manusia. Hal tersebut disebabkan
karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu teori maupun
materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya. Itulah sebabnya,
peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus
pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari
nilai-nilai kemanusiaan (Kuswanjono dkk, 2012).
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan
oleh para pendiri bangsa. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang –
Undang Dasar tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal dari akar
budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai suatu dasar Negara maka
Pancasila senantiasa dijadikan landasan dalam pengaturan kehidupan
bernegara, yang berarti bahwa segala macam peraturan perundangundangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Sedangkan


paradigma,

berkembang dalam ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu filsafat.
Paradigma memiliki persamaan kata yakni sudut pandang, tolok ukur, dan
kerangka pikiran yang mana di jadikan dasar untuk memecahkan suatu
masalah (Santoso dkk, 2003).

1

1.2.

Rumusan Masalah
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan
makalah ini, penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa itu paradigma ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma ?
3. Bagaimana mengimplementasikan Pancasila sebagai paradigma ilmu
pengetahuan ?

4. Bagaimana peran sila-sila Pancasila dalam ilmu pengetahuan ?
5. Apa hubungan Pancasila dengan ilmu pengetahuan ?

1.3.

Tujuan Penulisan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini, anatar lain :
1. Menjelaskan Pengertian paradigma
2. Menjelaskan Pancasila sebagai paradigma
3. Menjelaskan implementasi Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan
4. Menjelaskan peran sila-sila Pancasila dalam ilmu pengetahuan
5. Menjelaskan hubungan Pancasila dengan ilmu pengetahuan
1.4.

Manfaat Penulisan

Penyusunan makalah ini mempunyai manfaat bagi pembaca, seperti :
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari paradigma dan Pancasila
sebagai paradigma

2. Pembaca dapat mengetahui implementasi Pancasila sebagai paradigm imu
pengetahuan
3. Pembaca dapat mengetahui peran sila-sila Pancasila dan hubungannya
dengan ilmu pengetahuan
4. Kontribusi hasil penulisan bagi pemahaman pembaca

2

II.

ISI

Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam
aktivitas berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua
gabungan kata berbeda makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang
kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
metode tertentu (Dimyati, 2006).
2.1.

Pengertian Paradigma
Paradigma adalah suatu cara pendekatan investigasi suatu objek
atau titik awal mengungkapkan point of view, formulasi suatu teori,
mendesign pertanyaan atau refleksi yang sederhana. Akhirnya paradigma
dapat diformulasikan sebagai keseluruhan sistem kepercayaan, nilai dan
teknik yang digunakan bersama oleh kelompok komunitas ilmiyah (Ritzer,
2004). Paradigma identik sebagai sebuah bentuk atau model untuk
menjelaskan suatu proses ide secara jelas (Longman, 2002). Paradigma
sebagai seperangkat asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum serta
teknik-teknik aplikasi yang dianut secara bersama oleh para anggota suatu
komunitas ilmiah (Heriyanto, 2003).
Paradigma dikenal sebagai bukti empiris yang valid merupakan
arbiter yang ultimed untuk menyingkap winnowing (keunggulan) diantara
paradigma yang sekaligus memajukan pencapaian penjelasan paling baik
secara emperis dengan yang lain. Subjektifitas tidak berarti anything goes,
kreativitas individual yang saling tidak menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan. Paradigma bersifat incommensurability (dapat dibandingkan)
satu langkah lebih maju daripada teori terdahulu. Hegemoni paradigma
kiranya menjaga lebih baik separate (pemisahan) sehingga paradigma
yang kurang diketahui (dipahami) dapat berkembang mendominasi smug
proteksionisme (proteksi kepuasan) dengan paradigma lama (Nurkhalis,
2012).

3

Patton mendefinisikan pengertian paradigma untuk memberikan
kejelasan terhadap teori paradigma Kuhn yaitu:
“A paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down the
complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the
socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is
important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the
practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological
consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their
strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their
weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned
assumptions of the paradigm.” Paradigma dipahami sama dengan world view
(pandangan dunia), general perspective (cara pandang umum), atau way of
breaking down the complexity (cara untuk menguraikan kompleksitas). Makna
worldview sebagai kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam
pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan
sosial dan moral (Ninian, 2010).
2.2.

Pancasila sebagai Paradigma
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn (1937), Orang yang pertama kali
mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu
tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan
mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang
lain

seperti

bidang

politik,

hukum,

sosial

dan

ekonomi.

Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai
kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,
parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu
dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan
dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi
tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan
manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila
4

secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap
aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional (Kaelan, 2003)
Menurut Deal Savage & Amstrong (1996:704) Nilai-nilai dasar
Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis

tersebut

a.

Susunan

b.

Sifat

c.

kodrat

kodrat

mempunyai
manusia

manusia

ciri-ciri,

terdiri

sebagai

atas

individu

antara
jiwa

dan

sekaligus

lain:
raga
sosial

Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk

tuhan.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan
martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan
dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
dan

pertahanan

keamanan.

Pancasila

menjadi

paradigma

dalam

pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
(Suharjana, 2011).
2.3

Hubungan Pancasila dengan Ilmu Pengetahuan
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa
berorientasi pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut
terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu
yang menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa
fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah
akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri,
khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang
bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya (Iryanti, 2009).
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini
menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun

5

dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan
prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat
multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya (Kuswanjono, 2012)
Oleh karena itu. kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat
diperlukan dalam upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki
oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan zaman. Dengan
penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan
Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang
lain memiliki hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam
pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia. Di
lain sisi, kita juga harus tetap menggunakan dasar-dasar nilai Pancasila
sebagai pedoman dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi agar kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai
tujuan bangsa (Kuswanjono, 2012).
2.4

Implementasi Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabatnya maka manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). IPTEK pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusiameliputi akal, rasa
dan

kehendak.

Akal merupakan

potensi

rohaniah

manusia

yang

berhubungan dengan intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam
bidang estetis dan kehendak berhubungan dengan bidang moral (etika).
Atas dasar kreatifitas akalnya itulah maka manusia mengembangkan
IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang
Maha Esa. Oleh karena itu tujuan yang esensial dari IPTEK adalah
semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam masalah ini
pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK
demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil
budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan

6

yang adil dan beradab dari sila-sila yang tercantum dalam Pancasila
(Kaelan, 2002).
Kelompok kami juga setuju dengan pendapat tersebut karena
pengimplemtasikan Pancasila terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah

suatu

kesinambungan

dengan

Pancasila,

maka

dari

itu

pekembangan IPTEK pun harus sejalan dengan nilai nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya sudah tau
betul apa saja praktek-praktek yang bisa kita lakukan di dalam kehidupan
sehari-hari yang bisa menjadi bukti bahwa kita melakukan seluruh
kegiatan tersebut dengan tidak menghilangkan nilai-nilai dasar pancasila.
Dengan kata lain kita tetap menjadikan pancasila sebagai panutan untuk
melaksanakan segala aspek kehidupan.
Salah satu contohnya adalah dengan selalu menuntut ilmu di
manapun dan kapanpun kaki kita berpijak. Akan tetapi, tetap saja kita
memperhatikan hak orang lain. Untuk contoh sikap yang menunjukkan
bahwa kita melaksanakan kegiatan politik dengan tetap berpegang teguh
pada pancasila adalah dengan mengikuti PEMILU. Melalui kegiatan
tersebut kita bisa menggunakan hak pilih dengan sebaik-baiknya, kita bisa
memberikan kepercayaan kepada orang yang memang sudah jadi pilihan
kita sendiri bukan pilihan karena hasutan sesorang atau hasutan materi.
2.5.

Peran Sila-Sila Pancasila dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Kuswanjono dkk. (2012) peran setiap sila Pancasila
dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
Melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan antara yang
rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia
dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab :
Memberi

arah

dan

mengendalikan

ilmu

pengetahuan.

Ilmu

dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak
hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3) Sila Persatuan Indonesia :
7

Mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain,
sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem.
Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan
keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi.
4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan :
Mengimbangi

otodinamika

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan
secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan
massal.
5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia :
Menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan
kontributif,

dan

keseimbangan
kepentingan

keadilan

antara
individu

komutatif.

Keadilan

sosial

juga

menjaga

kepentingan

individu

dan

masyarakat,

karena

tidak

terinjak

oleh

kepentingan

semu.

boleh

Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas
dan inovasi.

8

III.
3.1.

PENUTUP

Kesimpulan
Dalam makalah ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa aspek
yang telah dijelaaskan seperti :

1. Paradigma adalah suatu cara pendekatan investigasi suatu objek atau titik
awal mengungkapkan point of view, formulasi suatu teori, mendesign
pertanyaan atau refleksi yang sederhana. Akhirnya paradigma dapat
diformulasikan sebagai keseluruhan sistem kepercayaan, nilai dan teknik
yang digunakan bersama oleh kelompok komunitas ilmiyah.

2. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
3. Pengimplemtasikan Pancasila terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah

suatu

kesinambungan

dengan

Pancasila,

maka

dari

itu

pekembangan IPTEK pun harus sejalan dengan nilai nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Dengan kata lain kita tetap menjadikan pancasila sebagai
panutan untuk melaksanakan segala aspek kehidupan. Salah satu

9

contohnya adalah dengan selalu menuntut ilmu di manapun dan kapanpun
kaki kita berpijak.
4. Peran Pancasia dalam lmu pengetahuan pada sila pertama yaitu
melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan antara yang
rasional dan irasional, antara rasa dan akal, sila kedua yaitu memberi arah
dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan dikembalikan pada fungsinya
semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu. Sila ketiga yaitu mengkomplementasikan universalisme dalam
sila-sila yang lain. Sila keempat yaitu Eksperimentasi penerapan dan
penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan
secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian sampai penerapan
massal. Dan sila kelima yaitu keadilan sosial juga menjaga keseimbangan
antara kepentingan individu dan masyarakat dan Individualitas merupakan
landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
5. IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki hubungan
yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga
dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap
menggunakan dasar-dasar nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi agar kita dapat tidak
terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.
3.2.

Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menganut ideologi pancasila,
hendaknya dalam mengembangkan maupun memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dan berdasarkan tujuan untuk kemaslahatan dan kelangsungan
hidup manusia baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang.

10

DAFTAR PUSTAKA

Calam, A. dan Sobirin. 2008. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jurnal SAINTIKOM. Vol. 4
No. 1
Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta.
Heriyanto,Husain. 2003. Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan
Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead. Teraju: Jakarta Selatan.
Iriyanto, Ws. 2009. Bahan Kuliah Filsafat Ilmu. Pascasarjana. Semarang.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa. Yogyakarta:
Paradigma.
Kaelan. 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Kuswanjono, Arqom., E. S Nurdin, I. Widisuseno, dan Mukhtar Syamsudin. 2012.
E-Materi Pendidikan Pancasila. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Longman. 2002. Longman Dictionary Of American English 3 rd Edition. Morton
Word Processing Ltd: China.
Ninian, Smart. 2010. Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief.
Charles Sribner's sons: New York.
Nurkhalis. 2012. Konsep Epistimologi Paradigma Thomas Kuhn. Jurnal
Substantia, 14(2): 210 – 223.
Patton, M. Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods , Edisi:
Second. Sage: Newbury Park.

11

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Pengetahuan Berparadigma Ganda 5th Edition.
Rajawali Press: Jakarta.
Santoso, Dwi dkk, 2003, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Balai
Pustaka, Jakarta.
Savage,T.V., & Armstrong. 1995. Effective teaching in elementary sosial studies.
Amerika: Merrill an lmprint of Prentie hall
Suharjana. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press.
Thomas S. Kuhn. 1937. The Structure of social Action. Cambrigde: Harvard
University.

12