Audit laporan keuangan dan tanggung jawa (1)

Jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
 Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
o Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.. ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa
Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga
diharapkan dapat bersikap independen.
o Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.
 Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

 Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas
laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada
perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan
juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang diadaptasi
oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:
 Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat
pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor
khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.

Tanggung Jawab Auditor
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, pada tahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:
 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,
mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

 Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.
 Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
 Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.
 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau
ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan
kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi
dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

BENTUK BAKU LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut:
a.

Suatu judul yang memuat kata independen.

b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah diaudit

oleh auditor.
c.

Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan
tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
atas auditnya.

d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia.
e.

Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan dan
melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material.

f.

Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:

(1) Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah

dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
(2) Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang dibuat
manajemen.
(3) Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
g.

Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar
memadai untuk memberikan pendapat.

h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus kas
untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
i.

Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan publik

j.

Tanggal laporan auditor.

Sedangkan terdapat 4 tipe pendapat yang dinyatakan auditor atas laporan keuangan,
antara lain adalah sebagai berikut:

a.

Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku seperti yang
diuraikan dalam paragraf 08.

b.

Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan tertentu
mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan
yang lain) dalam laporan auditnya.

c.

Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan

bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

d.

Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

e.

Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakah
bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

3. BAHASA PENJELASAN YANG DITAMBAHKAN DALAM LAPORAN AUDIT BENTUK
BAKU
Keadaan tertentu seringkali mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan
(atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Adapun Keadaan-keadaan
tersebut meliputi:

a.

Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain

b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar
biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
c.

Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya
kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana
manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

d.

Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip
akuntansi atau dalam metode penerapannya.

e.


Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.

f.

Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review.

g.

Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI-DSAK telah dihilangkan, yang penyajiannya
menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan-keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai
dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.

h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak
konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

B.


LAPORAN AUDIT TIDAK BAKU
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang
berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:

a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang

mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua
alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum
paragraf pendapat. Ia harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk
ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus

berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan
pengecualian untuk. Pendapat wajar dengan pegecualian dapat disebabkan karena hal-hal
dibawah ini:
1. Pembatasan Lingkup Audit
Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan,
seperti waktu pelaksanaan audit, kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau
ketidakcukupan catatan akuntansi, mungkin mengharuskan auditor memberlikan pengecualian di
dalam pendapatnya atau pernyataan tidak memberikan pendapat. Dalam hal ini, alasan
pengecualian atau pernyataan tidak memberikan pendapat harus dijelaskan oleh auditor dalam
laporannya.
Keputusan auditor dalam memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pernyataan tidak memberikan pendapat karena pembatasan lingkup audit tergantung atas
penilaian auditor terhadap pentingnya prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut bagi
auditor dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
2. Perikatan dengan Pelaporan Terbatas

3. Penyimpangan dari Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
4. Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia yang Menyangkut
Risiko atau Ketidakpastian, dan Pertimbangan Materialitas.
5. Pengungkapan yang tidak Cukup


Opini Auditor
Munawir (1995) terhadap hasil audit memberikan beberapa pendapat sepotong-sepotong auditor,
antara lain:
 Pendapat Wajar Tanpa Bersyarat. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor
berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing, penyajian
laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU),
tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi (konsisten) dan mengandung
penjelasan atau pengungkapan yang memadai sehingga tidak menyesatkan pemakainya,
serta tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa (material).
 Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor menaruh
keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan
adalah wajar tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu yang
menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).
 Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang disyaratkan
dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Hal ini diberikan auditor karena
pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat materialnya (terdapat
banyak rekening yang tidak wajar).
 Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti bahwa
laporan audit tidak memuat pendapat auditor. Hal ini bisa diterbitkan apabila: auditor
tidak meyakini diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor hanya
mengkompilasi pelaporan keuangan dan bukannya melakukan audit laporan keuangan,
auditor berkedudukan tidak independent terhadap pihak yang diauditnya dan adanya
kepastian luar biasa yang sangat memengaruhi kewajaran laporan keuangan.
 Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat sepotongsepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan
yang diaudit secara keseluruhan.

Auditor Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah suatu keahlian
dalam profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari bahwa semakin banyak
transaksi keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem komputer. Maka dari itu perlu dibangun

sebuah kontrol yang mengatur agar proses komputasi berjalan menjadi baik. Saat ini auditor
sistem informasi umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar
transaksi berjalan secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar belakang IT atau
akuntansi tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pustaka
 Jusup haryono. Auditing (Pengauditan). STIE YKPN. Yogyakarta. 2001.
 Arens & Loebbecke. Auditing Pendekatan Terpadu. “tr by” Amir Abadi Yusuf. Salemba
Empat. Jakarta. 1996.
 Bastian Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE UGM. Yogyakarta. 2001
 http://deezona.blogspot.co.id/2014/03/laporan-audit-bentuk-baku-dan-laporan.html