A. Tujuan Pembelajaran - Tren Akuntansi

  

Tren Akuntansi

A. Tujuan Pembelajaran

  Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi.

  2. Mengetahui topik-topik baru yang dalam perkembangan terakhir masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi.

B. Uraian Materi Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi

  Perkemmbangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidng akuntansi yang menjadi tren diantaranya adalah :

  1. Akuntansi Internasional atau akuntansi Global;

  2. Akuntansi Islam;

  3. Akuntansi Sumber Daya Manusia;

  4. Triple Entry accounting system;

  5. Employee Reporting;

  6. Value Added Reporting;

  7. Akuntansi perilaku;

  8. Multidiciplines Paradigm;

  9. Akuntansi dan Pembangunan berkelanjutan;

  10. Kegiatan Efficient MarketHypothesis (EMH)

  11. Krisis akuntansi Topik tiga pertama sudah disinggung di beberapa bab sebelumnya dan dalam bab ini kita akan membahas poin 4 dan seterusnya

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  1

1. Triple Entry System

  Kalau dahulu kita mengenal single Entry, double Entry maka sekarang kita mengenal triple entry. Dalam sistem ini transaksi dicatatdalam tiga dimensi.Model ini adalah pegembangan dari double entry bookkeeping system. Dalam model ini bukan saja transaksi yang mempengaruhi pos-pos pada posisi aktiva dan pasivayang dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkanya sehingga laporan neraca misalnya menyajikan wealth = capital = force. Triple entrymemiliki force account yang mencatat beberapa faktor antara lain perubahan harga, perubahan jumlah atau perubahan volumeterhadap arus hasil dan biaya. Misalnya jika harga suatu barang naik maka akan dibuat perkiraan force. Demikian juga kalau terjadi perubahan volume dan jumlah. Informasi yang dilakukan dalam melalui model ini disebut force statement. Wealth statement maleporkan kekayaan perusahaan (A-L) sedangkan capitalstatement melaporkan komposisi dan perubahan modal dimana informasi laba rugi dimasukan di dalamnya. Sementara itu,force statement memuat informasi perubahan kekayaan juga, tetapi yang dipengaruhi oleh kenaikan atau penurunan laba saja. Force statement ini akan didampingi oleh laporan variance analysis yang merinci komponen fixed dan variabel.

  Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Triple entry sistem ini juga menjelaskan marhin variance, volume variance, dan efficiency

  variance. Ketiga metode ini akan menghasilkan angka yang sama. Bisa juga

  mencatat aspek nilai daya beli yang dicatat sehingga pembaca mendapatkan informasi tentang daya beli atau dampak inflasi terhadap perusahaan.

  Dalam studies in accounting research yang ditulis Yuli Ijiri yang disponsori AAA menyatakan bahwa kalau double entry itu berdimensi dua maka triple entry ini berdimensi tiga jadi sebenarnya merupakan penyempurnaan dari sistem double entry. Bagi yang berniat mendalami ini

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  2 dapat dibaca studies in accounting research No 18 yang ditulis Yuli Ijiri (1982).

2. Employee Reporting

  Semakin besarnya kekuatan menawar seriakt pekerja di barat, khususnya di Eropa menimbulkan fenomena baru dalam tuntutan akan laporan keuangan yang dapat menggambarkan informasi yang dibutuhkan oleh kaum pekerja. Pegawai selaku salah satu dari stakeholders juga berhak akan informasi keuangan. Informasi keuangan seperti inilah yang disebut Employee

  Reporting. Employee Reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang

  memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee

  Reporting sangat berkembang di USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan

  telah diterapkan di beberapa negara seperti anggota Organization of Economic

  Cooperationand Development (OECD) seperti USA, Canada, Prancis, Denmark< Norwegia, Swedia, dan United Kingdom (Belkaoui, 1995).

  Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya Employee

  Reporting ini adalah (Purdy dalam Belkaoui, 1985):

  a. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure;

  b. Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan;

  c. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan; d. Perkembangn di negara lain akan perlunya informasi dimaksud.

  Disamping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan perusahan memasukan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja telah diatur oleh berbagai negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979, Swedia, USA, dan Kanada.

  Beberapa informasi penting yang diminta dilaporkan dalam Employee

  Reporting ini adalah:

  Jumlah pegawai; - Lokasi tempat kerja; - Umur karyawan; - Jam kerja; - Biaya tenaga kerja; -

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  3 Program pensiun; - Program jaminan sosial, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua; - Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path; - Pengakuan terhadap serikat pekerja; - Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin; - Dan sebagainya. -

  Bagi karyawan hal ini sangat penting untuk mengetahui hak-haknya, iklim atau atmosfir yang terjadi dalam perusahaan, jaminan sosial yang dapat dinikmatinya, pengembangan karir, dan sebagainya. Sedangkan bagi pemerintah hal ini dapat digunakan untuk mengetahui sampai dimana perusahaan menyesuaikan diri dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Bagi investor, informasi ini penting untuk mengetahui resiko yang mungkin timbul dalam perusahaan yang disebabkan kemungkinan tindakan karyawan.

  Informasi pada karyawan ini bisa disampaikan melalui laporan keuangan, majalah, media lain, newsletter maupun dalam bentuk surat, pidato, konferensi pers, upacara, atau memorandum internal lainnya.

  Dari suatu survei laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979 diketahui beberapa alasan pelaporan sebagi berikut (Lewis,et. al 1984).

  a. Menyampaikan perubahan.

  b. Menyajikan propaganda manajemen.

  c. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahaan.

  d. Menyampaikan keputusan manajemen.

  e. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.

  f. Menjelaskan tujuan perusahaan.

  g. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.

  h. Merespon tekanan legislatif atau serikat pekerja. i. Membangun image perusahaan

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  4 j. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkapan informasi yang dibutuhkan karyawan. k. Merespons kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun persaingan. l. Menunjukan perhatian besar terhadap karyawan.

3. Value Added Reporting

  Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai barkaitan juga

  dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di berbagai negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan Arus Kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi:

  a. Total produktivitas dari perusahaan;

  b. Share dari setiap stakeholder atau anggota tim yang ikut dalam proses manajemen yaitu: pemegang saham, kreditor, pegawai, dan pemarintah (Balkaoui, 1995).

  VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai yang dapat digunakan baik oleh pegawai maupun mereka yang berkepentingan lainnya terhadap informasi kegiatan SDM dan prestasi perusahaan.

  Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR menekankan pada upaya meng-generate kekayaan atau nilai tambah. Karena laba biasanya hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value

  

added adalah kenaikan nilai kekayaan yang di generate atau dihasilkan dengan

  penggunaan aset produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah. Sebenarnya konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  5 ekonomi terutama dalam perhitungan Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa Value added tidak sama dengan laba. Laba menunjukan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan pertambahan nilai mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders. Laporan Pertambahan Nilai jangan lupa disamakan dengan Pajak Pertambahan Nilai.

  Kesadaran akan pentingnya VAR ini sejalan dengan peralihan penekanan tujuan manajemen dari pertama-tama memaksimalkan profit kepada pemilik modal, ke memaksimalkan nilai tambah kepada stakeholders. Masyarakat yang semakin menyadari pentingnya keadilan sosial juga merupakan salah satu penyebab munculnya Var ini. Karena dianggap lebih adil dan lebih demokratis jika diberikan nilai tambah. Sehingga hubungan antara masing-masing pihak yang bekerja sama dalam satu tim lebih harmonis karena masing-masing nilai tambah yang diberikannya diukur. Indikator atau informasi ini tentu akan bisa digunakan untuk melakukan pembagian hasil yang lebih adil. Dalam konsep ekonomi islam tampaknya konsep VAR ini lebih sesuai karena konsep bisnis dalam islam didasarkan pada kerjasama (musyarakah atau mudharabah) yang adil, transparan, dan saling menguntungkan bukan salah satu mengeksploitasi yang lain.

  Sebenarnya di US dan Eropa konsep value added (VA) ini pun sudah dikenal khususnya dalam perpajakan. Konsep VA ini semakin populer pada tahun 1970 sejak keluarnya Corporate Report yang merupakan hasil kajian Accounting

  

standards Steering Comitte (sekarang namanya Accounting Standard Committe)

  pada bulan Agustus 1977. Pada survei yang dilakukan untuk nilai ini, pada tahun 1980 lebih 20% perusahaan terbesar di UK sudah mebuat laporan Pertambahan Nilai. Perkembangan ini didorong oleh desakan dari serikat buruh yang dikenal sangat kuat di Eropa. Bahkan sekarang dikenal VAIPS atau Value Added

  

incentive payment Scheme dimana dasar pemberian instensif didasarkan pada

pertambahan nilai.

  Isi Laporan Pertambahan Nilai

  Sebenarnya Lporan Pertambahan Nilai ini adalah modifikasi dari laporan Laba Rugi sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  6

  laba rugi ini. Langkah yang diikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba rugi adalah (Belkaoui, 1995):

  Langkah 1: Disini dihitung Laba Ditahan yang didapat dari Hasil Penjualan dikurangi Biaya, Pajak, Dividen atau: Penerimaan Penjualan Rp.................... Dikurangi: Pemelian Barang dan Jasa Rp.......................... Penyusunan Rp.......................... Biaya Karyawan Rp.......................... Biaya Bunga Rp.......................... Dividen Rp.......................... Pajak Rp.......................... Total Pengurangan Rp.................... Laba Ditahan Rp....................

  Langkah 2: Laporan Pertambahan Nilai dapat disusun dari data diatas dengan format sebagai berikut: Penerimaan Penjualan Rp............................. Dikurangi: Pembelian Barang dan Jasa Rp............................. Pertambahan nilai kotor Rp............................. Pertambahan nilai ini dirinci sbb: Penyusutan Rp.............................

  

Biaya Karyawan Rp.............................

Biaya bunga Rp.............................

Dividen Rp.............................

Pajak Rp.............................

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  7

  Total Pertambahan Nilai Rp.............................

  Berikut ini contoh Laporan Pertambahan Nilai yang di ambil dari data laporan Laba Rugi.

  PT. Sipangko Jaya Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang berakhir pada 2005 Penjualan Rp. 10.000.000

  Dikurangi: Bahan yang digunakan Rp. 1.000.000 Upah Tenaga Kerja Rp. 2.000.000 Biaya Jasa-Jasa Rp. 3.000.000 Biaya Bunga Rp. 600.000 Penyusutan Rp. 400.000

  Total Biaya Rp. 7.000.000

  Laba Sebelum pajak Rp. 3.000.000 Biaya Pajak 40%

  Rp. 1.200.000 Laba Setelah Pajak Rp. 1.800.000

  Dividen Rp. 500.000

  Laba Ditahan Rp. 1.300.000 S1 Akuntansi (UNPAM)

  PT. Sipangko Jaya Laporan Pertambahan Nilai Untuk Tahun yang berakhir pada 2005 Penjualan Rp. 10.000.000

  Dikurangi: Bahan yang digunakan Rp. 1.000.000 Biaya Jasa-Jasa Rp. 3.000.000 Penyusutan Rp. 400.000 Total Biaya Barang dan Jasa Rp. 4.400.000

  Pertambahan Nilai yang bisa Ditahan atau didistribusikan Rp. 5.600.000 jumlah ini dibagikan kepada:

  Upah Tenaga Kerja Rp. 2.000.000 Biaya bunga Rp. 600.000 Biaya pajak 40% Rp. 1.200.000 Dividen

  Rp. 500.000 Laba Ditahan Rp. 1.300.000

  Total Rp. 5.600.000

  Beberapa keguanaa dari Value AddedReporting ini dapat disebut sebagai berikut.

  a. Konsep ini dinilai objektif sehingga di anggap sebagai informasi yang absah sebagai dasar perhitungan reward.

  b. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).

  c. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional.

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  9 d. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambhan nilai kotor: 1) Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal. 2) Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double

  counting yang bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara dua perusahaan.

  3) Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini akan mendorong spiritteam atau sense of belonging pada perusahaan. Masing masing pihak mengetahui kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.

  4) Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tetapi juga kenaikan kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern.

  Informasi untuk kepentingan ini di-supply oleh Laporan Pertambahan Nilai. 5) Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan. 6) Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional. 7) Daat menilai proporsi masing-masing terhadap nilai tambah sehingga dapat mendorong keadilan. Namun, disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan Laporan Pertambhan Nilai ini, yaitu sebagai berikut.

  a. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerja sama dengan yang lain. Tidak jarang justru ada konflik sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.

  b. Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat seperti: 1) Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba;

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  10

  2) Kenaikan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham; 3) Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan nilai; 4) Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi ekonomi yang baik; 5) Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang tinggi.

  Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan

  Dilaksanakannya “Earth Summit” mengin yang diajukan oleh Club of Rome tahun 1975 yag lalu yaitu konsep Limit to

  Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini

  menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai faktor yang harus direm perkembangannya seperti perkembangan penduduk, investasi, konsumsi sumber alam, industri, ketidak adilan distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamatkan masa depan manusia dengan mengungatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk memudahkan para engambil keputusan dalam memanaje masalah pembangunan, lingkungan, dan aspek sosial ekonominya.

  Akuntansi sebagai Alat ukur

  Sebenarnya akuntansi diam-dia mempunyai perangkaat penting dalam mengamankan pembanguna bumi yang aman. Namun, para teknokrat barangkali belum tahu dan mungkin belum terfikir untuk memanfaatkannya. Bekas presiden Bank dunia A.W. Clausen pernah mengeluh bahwa karena ketiadaan alat yang dapat mencatat, mengukur, dan melaporkan posisi kejadian, dadmpak industri (pembangunan) kepada masyarakat, menimbulkan kesukaran kita mengawasi dampak itu.

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  11 Keluhan beliau ini sebenarnya dapat diatasi oleh disiplin akuntansi sebagai satu instrument measurement of quality. Para ahli akuntansi sejak awal tahun 1390-an sebenarnya sudah melakukan pengkajian yang intensif tentang bagaimana mencatat, mengukur national income, social accounting, dan dampak sosial yang di akibatkan oleh industri, perusahaan, atau kwgiatan pembangunan. Ini tidak berbeda dengan apa yang dibicarakan dalam KTT bumi tersebut. Dalam pengertian lingkungan termasuk didalamnya manusia, flora, fauna, air, lahan, dan segala isinya.

  Komitmen negara maju terhadap keselamatan lingkungan cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan ketatnya peraturan kongres, lembaga pemerintah seperti

  Security Exchange Commision (SEC), Organisasi Profesi (seperti AICPA), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terhadap penyajian laporan keuangan.

  Badan ini biasanya mewajibkan agar setiap lembaga termasuk perusahaan untuk membuaat laporan tentang dampak positif (social benefit) dan dampak negatif (social cost) dari setiap kegiatan yang dilakukannya. SEC misalnya meminta laporan tentang polusi, diskriminasi, pengaruh sosial ekonomi perusahaan pada pendapatan nasional, dan lain-lain.

  Kerusakan lingkungan yang terjadi disuatu negara memengaruhi dunia lain sehingga kerusakan lingkungan yang berlangsung di suatu negara tanpa dapat dibatasi negara lain. Negara berkembang ber[acu mengejar ketertinggalan ekonominya sehingga kadangkala kerusakan lingkunganpun terpaksa ditelan untuk mengejar ketertinggalan dan kemiskinan yang juga harus dipecahkan.

  Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, faktual, dan relevan. Keadaan yang faktual, valid, dan relevan dapat

  disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini

  disebutenvironmental accounting. Disiplin ini secara praktis, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  12

  Perlunya Akuntansi Lingkungan

  keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah ffdan negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamya dan juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industri sebenarnya hidup dari lingkungan. Ya faktor produksi alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan dia merusak dia sendiri sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.

  Kesulitan pengukuran

  Kelemahan utama dari akuntansi bidang ini adalah ketidaksepakatan para ahli dalam menentukan kriteria pengukuran. Mengukur nilai kerusakan lingkungan, nilai social cost maupun social benefit-nya tidak semudah yang dibayangkan. Contohnya kasus Cernobyl, kasus Union Carbides, dan lain sebagainya menuinjukan betapa sukarnya melakukan penetapan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan yang sama-sama diterima dan sesuai pula dengan prinsip akuntansi yang sudah baku.

  Namun, sebenarnya banyak lembaga yang sudah memberikan konsep pengukuran dan penyajian masalah ini antara lain Institute of Management Accountant, the American Accounting Association, dan beberapa para ahli seperti Flamholtz, Eipstein, Mcdonouch, Nikolai, Bazley, Brummet. Mereka ini telah barhasil mengidentifikasi beberapa kinerja perusahaan yang disorot untuk menilai keterlibatan perusahaan dalam masalah lingkungan ini seperti: keterlibatan sosial, pengembangan sumber daya manusia, penyehatan lingkungan, kualitas produk dan jasa, kesehatan, kontribusi sosial, ilmu pengetahuan, kualitas air, polusi, saura yang menggangu masyarakat, bau tidak sedap, dan lain-lain. Lihat bab Akuntansi Sosial Ekonomi.

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  13

  Penyajian

  Dari berbagai konsep yang diajukan lembaga dan para ahli ini ada yang menganjurkan metode penyajian: penjelasan dalam laporan keuangan (footnote disclosure, narrative disclosure), membuat pos tersendiri, laporan khusus tentang kerusakan lingkungan, Social Responsibility Report,

  environmental Exchange Report, Social Income Statement Report, Comprehensive Social Benefite Cost Model, dan Multidimensional Income Statement, SEC biasanya mengharuskan perusahaan yang listed di bursa New

  york Stock Exchange untuk melsporkan kal-hal yang bertalian dengan masalah lingkungan, dan social cost dan benefit lainnya.

  Semua negara tampaknya mempunyai kemampuan politik untuk ikut bertanggung jawab dalam keamanan bumi yang kita diami ini. Model ini sudah cukup menjadi pegangan dalam mengelolah lingkungan. Untuk mengelolah lingkungan diperlukan informasi yang sebenarnya dapat di supply oleh Environmental accounting yang masih terus dikembangkan oleh profesi akuntan. Indonesia yang uga bertanggung jawab terhadap buminya sudah selayaknya memulai mempelopori penyusunan prinsip akuntansi lingkungan. Dalam hal-hal tertentu akuntansi lingkungan sejalan dengan socio economis

  accounting. Dari kesepakatan global initiative pada tahun 2013 perusahaan haus membuat laporan tentang Triple P (Profit, People, Planet).

C. Latihan Soal/Tugas

  1. Bagaimana kontribusi akuntansi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan?

  2. Jelaskan hubungan antara akuntansi dengan pembangunan ekonomi negara perkembangan!

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  14

D. Daftar Pustaka Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

  Yogyakarta : BPFE Sofyan Syafri Harahap, 2007, Teori Akuntansi. Jakarta : Raja Grafindo

  Belkoui, dan Riahi, Ahmed. 2001. Teori Akuntansi Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

  S1 Akuntansi (UNPAM)

  15

Dokumen yang terkait

Pembaruan pendidikan islam KH. A. Wahid Hasyim ( Menteri Agama RI 1949-1952)

8 109 117

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Analisis Orientasi Pembelajaran Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing Pada IKM Sepatu Di Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Bandung

9 87 167

SOP Akuntansi Keuangan

7 62 5

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26