Larvaside effect of turmeric rhizome extract (Curcuma domestica val.) on dengue fever and dengue hemorrhagic fever vector Aedes aegypti in Banjarbaru
Penelitian Vol. 4, No. 1, Juni 2012
Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang
Hal : 1 - 6
(Epidemiology and Zoonosis Journal)
Penulis : 1 Larvaside effect of turmeric rhizome extract (Curcuma domestica1. Roselina Panghiyangani 2 val.) on dengue fever and dengue hemorrhagic fever vector Aedes
2. Leni Marlinae 2 aegypti in Banjarbaru
3. Yuliana 2
4. Fauzi R 2 Abstract
5. Dwi Noor F 2
6. Anggriyani WP Dengue Fever (DF) and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are part of the health problem in Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) in Banjarbaru city were 1.9% (2006), 1.8% (2007),
Korespondensi: 0.00% (2008) and 5.11% (2009) with Aedes aegypti as the vector. This study aimed to
1. Program Studi Kesehatan determine the effectivity of turmeric extract as Aedes aegypti larvasida in the communal
M a s y a r a k a t F a k u l t a s housing to overcome the problems of DF and DHF cases and apply it in several subdistricts in
Kedokteran Universitas Banjarbaru. This is an experimental study with purposive sampling method. The reserch
Lambung Mangkurat. Email: subjects were community residing in 5 health centers areas in 5 subdistricts with the total of [email protected] the sampels are 50 houses chosen based on the number of dengue cases occurred. Data
2. Bagian Biologi Kedokteran
F a k u l t a s K e d o k t e r a n analysis using regression test to determine the relationship between of exposure time (dead
U n i v e r s i t a s L a m b u n g time) with the number of larvae mortality. The results showed that turmeric extract is effectiveMangkurat to kill the larvae of Aedes aegypti. Maximum killing ability of turmeric extracts haven in the first 3 hours with mean mortality of 3-4 larvae and declined in the next hour with mean mortality
Kata Kunci : 1-2 deaths larvae. Time required to kill the entire larvae population tested was less than 24
Ekstrak rimpang kunyit hours. Regression tes showed 36.5% relation between time and number of larvae mortality
Larvasida and allowing another factors influence the larvae mortality such as dose, water, type of Larva Aedes aegypti. solvent, larvae durability (depend on the instar), mixing and place of activities.
Diterima :
10 April 2012
Efek ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica val.) sebagai
Disetujui :
27 April 2012 larvasida Aedes aegypti vektor penyakit demam dengue dan demam
berdarah dengue di kota Banjarbaru AbstrakDemam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan bagian dari masalah kesehatan di Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) di kota Banjarbaru sebesar 1,9% (2006), 1,8% (2007), 0,00% (2008) dan 5,11% (2009) dengan vektor nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak rimpang kunyit sebagai larvasida Ae.aegypti di lingkungan perumahan untuk membantu mengatasi permasalahan kasus DD dan DBD serta menerapkannya di beberapa kecamatan di Kota Banjarbaru. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan sampel yang diambil dengan metode convenience sampling. Subyek penelitian adalah masyarakat yang berada di 5 wilayah Puskesmasdi 5 kecamatan dengan total sampel sebanyak 50 buah rumah yang dipilih berdasarkan jumlah kasus DBD yang terjadi. Analisis data menggunakan uji regresi untuk mengetahui hubungan antara lama waktu pemaparan (waktu mati) dengan jumlah kematian jentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kunyit efektif dalam membunuh larva Ae.aegypti. Kemampuan ekstrak rimpang kunyit membunuh maksimal pada 3 jam pertama dengan rata kematian 3-4 larva dan kemudian menurun pada jam berikutnya dengan kematian rata-rata 2-1 larva. Waktu yang diperlukan untuk membunuh seluruh populasi larva yang diuji kurang dari 24 jam. Hasil uji statistik dengan menggunakan regresi menunjukkan ada hubungan sebesar 36,5% antara waktu kematian larva dengan jumlah kematian larva dan memungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi kematian larva yaitu dosis, air, jenis pelarut, daya tahan larva (tergantung instar), pencampuran dan tempat kegiatan.
Pendahuluan organisme hidup maupun lingkungan sekitar.
Belum adanya vaksin untuk pencegahan penyakit atsiri yang merupakan salah satu komponen aktif D B D d a n o b a t - o b a t a n k h u s u s u n t u k dalam rimpang kunyit (selain curcumin, tannnin, penyembuhannya sehingga pengendalian
R. Panghiyangani, dkk.
dalam air. Hal ini didukung oleh penelitian insektisida kimia dilakukan secara terus-menerus, Marlinae dkk. yang menyebutkan bahwa maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap
Ae.aegypti di Indonesia. Apabila penggunaan 10
Sejak tahun 1980 abate telah dipakai secara etanol absolut, eter, minyak tanah, kloroform serta massal untuk program pemberantasan larva dalam minyak lemak, sebaliknya kurang larut
pemberantasan vektor. Salah satu cara diketahui bermanfaat sebagai antiseptik, pemberantasan larva Ae.aegypti yaitu dengan antibakteri dan antijamur pada luka bernanah menggunakan insektisida kimia. Saat ini larvasida sehingga berpotensi digunakan sebagai alternatif yang paling luas digunakan untuk mengendalikan pembunuh larva yang mudah didapat, murah dan larva Ae.aegypti adalah temefos 1% (abate 1SG). berkhasiat tinggi. Minyak atsiri mudah larut dalam
resin, protein, vitamin (vitamin C) dan mineral), 2
penyakit DBD masih bergantung pada
volatile oil (turmerone, atlantore, zingiberone), gula,
Tanaman asli Indonesia yang juga memiliki 2009). kandungan minyak atsiri adalah kunyit. Minyak
Kandungan bahan aktif dari temephos seperti Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah
sebesar 34,30/100.000 penduduk dan tahun 2009 dengan fungsi yang sama. Selain itu, Noegroho et (periode Januari-September) sebesar al menjelaskan kandungan minyak atsiri daun jakut 52,09/100.000 penduduk. Case Fatality Rate juga dapat menjadi larvasida nyamuk Ae.aegypti (CFR) di kota Banjarbaru 1,9% (2006), 1,8% 10 pada instar IV. (2007), 0,00% (2008) dan 4,88% (Jan-Sept 4-6
Charica betle) ternyata memiliki zat beracun
Indonesia. Ini artinya kurang lebih 10% dari pasien khususnya Kota Banjarbaru. Penelitian insektisida 3 DBD meninggal dunia. Angka Insident Rate yang alamiah dalam upaya mengendalikan serangga, terjadi di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 khususnya pada stadium larva pernah dilakukan sebesar 35,59/100.000 penduduk, tahun 2008 pada ekstrak daun kemangi (Olium basilicum) pada sebesar 14,44/100.000 penduduk, dan tahun 2009 dosis 100 ppm (bagian per sejuta) yang dapat (periode Januari-September) sebesar menghambat pertumbuhan larva Ae.aegypti, 11,26/100.000. Sedangkan, di kota Banjarbaru penelitian lain menyebutkan bahwa kandungan angka Insident Rate yang terjadi pada tahun 2007 minyak atsiri dalam daun sirih (Piper betle atau sebesar 45,10/100.000 penduduk, tahun 2008
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dibuat epidemiologi DBD bersifat siklis, yaitu terulang alternatif pembunuh larva yang berasal dari bahan 2 pada jangka waktu tertentu. Tahun 2007 telah alami untuk mengurangi pemakaian insektisida terjadi kasus DBD sebanyak 139.695 kasus kimia, yang secara tidak langsung mampu dengan 1.397 orang meninggal di seluruh menurunkan kasus DBD di Kalimantan Selatan
Case Fatality Rate (CFR) mencapai 5%. Secara
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh merupakan bahan kimia yang jika digunakan terlalu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang 7-8 lama dapat bersifat toksik. Menurut WHO, kurang hampir terdapat di seluruh pelosok Indonesia, lebih 20.000 orang mati per tahun akibat keracunan kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih 1 insektisida. Selain itu, penggunaan insektisida dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Secara kimia dapat mengganggu kualitas dan umum 2,5 sampai 3 milyar orang berisiko keseimbangan lingkungan hidup akibat adanya terserang penyakit DBD dan dapat terjadi pada residu serta timbulnya resistensi pada hewan semua golongan umur. Jumlah kasus diperkirakan sasaran. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain 50 sampai 100 juta per tahun, dan 90% menyerang pembunuh larva Ae.aegypti yang bersifat alami anak-anak di bawah 15 tahun dengan rata-rata 9 untuk mengurangi penggunaan insektisida kimia.
Phasphorothioate 1% dan inert ingredient 99%
Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
T e t r a m e t h y i l T h i o d i . P - P h e n y l e n e ,
Larvasida rimpang kunyit kandungan curcumin dan minyak atsiri ekstrak penambahan CMC 0,5% sebagai pengencer rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) yang ekstrak kunyit. Selanjutnya dihitung jumlah berkisar antara 3-5% efektif membunuh 50% kematian larva Ae.aegypti instar I- IV pada tiap 11 populasi larva Ae.aegypti pada konsentrasi 7,49. kelompok (sampel larva sebanyak 25 ekor). Minyak atsiri rimpang kunyit terdiri dari senyawa d-
Larva uji langsung didapatkan berasal dari rumah
Metode
Rumus Abbot = Banjarbaru utara sebanyak 10 sampel, Kecamatan Banjarbaru Selatan dengan Puskesmas Banjarbaru kota sebanyak 7 sampel dengan jumlah
Larvasida rimpang kunyit
(0,4%), kelompok kontrol positif dengan untuk 250 ml air), persentasi rata-rata kematian penambahan temephos 1% air sebagai bahan yang larva awal dan persentasi rata-rata kematian larva sudah biasa digunakan sebagai larvasida di setelah dikoreksi masing masing sebesar 100%. masyarakat dan kelompok kontrol negatif dengan R. Panghiyangani, dkk.
Abbot dengan konsentrasi ekstrak LC 50 sebesar alkohol rimpang kunyit dengan konsentrasi LC 50 0,4% (didapat dari Dosis ektrak : 1 cc ekstrak kunyit
Hasil uji larvasida adalah 0,0032% untuk persen Penelitian ini menggunakan kelompok perlakuan, kematian kontrol negatif dan 96% untuk persen kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol kematian kontrol positif. Setelah di koreksi rumus negatif. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak
dengan kriteria bersedia dijadikan tempat rumus Abbot yaitu apabila persentase kematian penelitian dan terdapat jentik dikamar mandi atau pada kelompok pembanding 5 s/d 20%. tempat penyimpanan air bersih.
Abbot. Hal ini dilihat dari syarat dalam memakai
sampel sebanyak 50 buah rumah berdasarkan Dari hasil perhitungan diperoleh persen kontrol jumlah kasus DBD yang terjadi. Pengambilan sebesar 9%, maka harus menggunakan rumus sampel dilakukan secara convenience sampling
Puskesmas Sei Besar sebanyak 9 sampel, efektifitas ekstrak rimpang kunyit. Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Puskesmas
alfa-peladren (1%), d-sabien (0,6%), cineol (1%),
Waktu perlakuan = a + b (jumlah kematian larva) dengan Puskesmas Landasan Ulin sebanyak 6 Sedangkan untuk faktor koreksi menggunakan sampel, Kecamatan Banjarbaru Selatan dengan rumus Abbot (Abbot Formula) untuk mengetahui
Y = a + bx Payung dengan Puskesmas Guntung Payung sebanyak 18 sampel, Kecamatan Landasan Ulin
Analisis statistik menggunakan uji regresi linear Penelitian ini merupakan penelitian quasi untuk mengetahui hubungan antara waktu eksperimental dengan subyek penelitian adalah perlakuan dengan jumlah kematian larva pada masyarakat yang berada di 4 Kecamatan dengan 5 perlakuan menggunakan ekstrak rimpang kunyit wilayah Puskesmas. dengan persamaan sebagai berikut. Populasi sampel yaitu Kecamatan Guntung
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk 20 ml kemudian dicampurkan pada 5000 ml air menerapkan pemakaian insektisida alami ramah yang ada dalam penampungan air , diaduk selama lingkungan sebagai salah satu alternatif pembunuh 30 detik agar tercampur, diamkan selama 15 menit. larva Ae.aegypti penyebab DBD di beberapa Larva diambil dari penampungan dengan kecamatan di Kota Banjarbaru. Tujuan khususnya menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam adalah mengetahui efektifitas ekstrak rimpang ember yang sudah berisi ekstrak. Pengamatan kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam membunuh dilakukan selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva Ae.aegypti di lingkungan perumahan. larva yang mati. Larva yang mati yaitu larva yang sudah tenggelam atau sudah tidak bergerak lagi.
larvasida ekstrak kunyit dilakukan dengan dengan gamma-atlanton. mengambil ekstrak rimpang kunyit pipet sebanyak
seskuiterpen alkohol (5,8%), alfa-atlanton dan
Laboratorium. Selanjutnya pengujian efek
borneol (0,5%), zingiberen (25%), tirmeron (5,8%),
masyarakat tanpa sebelumnya dikolonisasi di
Hasil
Larvasida rimpang kunyit R. Panghiyangani, dkk.
Tabel 1. Hasil Penelitian uji larvasida ekstrak Rimpang Kunyit Tabel 3. Jumlah Kematian Kontrol (+) Menggunakan Temephos 1%
Waktu Jumlah kematian Rata-rata Waktu Jumlah kematian Rata-rata(Jam) Jentik kematian/Jam (Jam) Jentik kematian/Jam 1 55 1,1 1 168
3.36
2 70 1,4 2 206
4.12
3 99 1,98 4 110 2,2 3 220
4.4 5 119 2,38 4 157
3.14 6 121 2,42 5 148
2.96 7 123 2,46 6 113
2.26
8 98 1,96
7
85
1.7
9 85 1,7
10 75 1,5
8
54
1.08
11 65 1,3
9
43
0.86
12
50
1
10
13
0.26
13 41 0,82
11
13
0.26
14 33 0,66
15 21 0,42
12
14
0.28
16 5 0,1
13
8
0.16
17 6 0,12
14
8
0.16
18 7 0,14
15 19 4 0,08
20 3 0,06
16 21 5 0,1
17 22 5 0,1
18
23
24
19
20
21 Tabel 4. Hasil uji larvasida setelah di koreksi rumus Abbot
22 Konsentrasi Persentasi rata- Persentasi rata-rata
23 No. ekstrak LC rata kematian kematian larva
24 50 (%) larva awal (%) setelah dikoreksi (%) 1 0,4 100 100
Tabel 2. Jumlah Kematian Kontrol (-) Menggunakan CMC 0,5%
Pembahasan
Waktu Jumlah kematian Rata-rata
Alternatif pembunuh larva yang digunakan dalam
(Jam) Jentik kematian/Jam
1
1
0.02
penelitian ini adalah tanaman asli Indonesia seperti
2
1
0.02
kunyit yang mudah didapat, murah dan berkhasiat
3
1
0.02
4
tinggi dan tumbuhan ini diformulasikan dalam bentuk
5
1
0.02
ekstrak kunyit. Hal ini dikarenakan kunyit
6
7
mengandung minyak atsiri, yang mana telah diketahui
8
9
bahwa minyak atsiri dapat menjadi larvasida bagi
10 Ae.aegypti.
11 Hal ini didukung oleh penelitian insektisida alamiah
12
13
dalam upaya mengendalikan serangga, khususnya
14
15
pada stadium larva. Penelitian ekstrak daun kemangi
16
(Olium basikicum) pada dosis 100 ppm (bagian per
17
18
sejuta) dapat menghambat pertumbuhan larva
19 Ae.aegypti, penelitian lain menyebutkan bahwa
20
21
kandungan minyak atsiri dalam daun sirih (Paper
22 betle atau Charica betle) ternyata memiliki zat
23
24
beracun bagi serangga dan dapat digunakan sebagai insektisida alami dalam upaya membasmi larva nyamuk Ae.aegypti. Menurut Noegroho et al, kandungan minyak atsiri daun jakut dapat menjadi 10 larvasida nyamuk Ae.aegypti pada instar IV.
Menurut
penelitian Marlinae dkk, kandungan curcumin dan m i n y a k a t s i r i e k s t r a k r i m p a n g k u n y i t
(Curcuma domestica Val) efektif membunuh 50% aman dan mudah dalam penngunaannnya di populasi larva Ae.aegypti yaitu pada konsentrasi masyarakat. Minyak atsiri kunyit terdiri dari 11 7,49%. senyawa d-alfa-peladren (1%), d-sabien (0,6%),
karena minyak atsiri bekerja maksimal, kemudian Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui menurun pada jam selanjutnya karena kandungan bahwa ekstrak rimpang kunyit efektif dalam minyak atsiri menurun seiring lamanya tercampur membunuh larva Ae.aegypti. Kemampuan Ekstrak dalam air yang berisi larva. rimpang kunyit membunuh maksimal pada 3 jam
Larvasida rimpang kunyit
(vitamin C) dan mineral. Minyak atsiri sangat Penulis menyampaikan ucapan terima kasih potensial sebagai larvasida untuk larva Ae.aegypti kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Banjar dan Kepala Puskesmas Kertak Hanyar, bahan kimia dalam usaha membunuh larva yang Kepala Puskesmas Pasayangan, Kepala R. Panghiyangani, dkk.
curcumin, tannnin, volatile oil (turmerone, digunakan oleh masyarakat. atlantore, zingiberone), gula, resin, protein, vitamin
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kunyit warna kuning pada ekstrak kunyit dan membuat yang mengandung minyak atsiri sekitar 3-5% sediaan larvasida yang mudah dan murah untuk
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi pertama dengan rata kematian 3-4 larva dan menunjukkan ada hubungan sebesar 36,5% kemudian menurun pada jam berikutnya dengan antara waktu kematian larva dengan jumlah kematian rata-rata 1-2 larva. Walaupun terjadi kematian larva dan memungkinkan ada faktor lain penurunan dalam membunuh larva Ae.aegypti yang mempengaruhi kematian larva yaitu dosis, air, tetapi waktu membunuh larva secara keseluruhan jenis pelarut, daya tahan larva (tergantung instar), adalah kurang dari 24 jam. Berdasarkan hasil di pencampuran dan tempat kegiatan, tetapi hal itu atas maka dianjurkan untuk bisa digunakan oleh sudah diminimalkan oleh tim peneliti agar masyarakat sebagai alternatif larvasida alami mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan pengganti larvasida sintetik, tetapi perlu penelitian. pengolahan lebih lanjut untuk menghilangkan
kematian menurun hingga pada jam ke 7 dan jam maka akan termakan dan menimbulkan ke-14 dengan rata-rata kematian sebanyak 1-2 10-11 kematian. jentik. Kematian larva awalnya meningkat pada 3 jam pertama dan merupakan kematian maksimal
cineol (1%), borneol (0,5%), zingiberen (25%),
zone) dan pada saat jentik memerlukan makanan
kematian larva setelah dikoreksi berbanding sama bermanfaat sebagai antiseptik, antibakteri, dengan kematian larva awal. Hasil uji ini antijamur, serta luka bernanah dan hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kunyit berdasarkan percobaan pada minyak atsiri berkhasiat sebagai larvasida terhadap Ae.aegypti. 10-11 rimpang kunyit. Hal ini sesuai penelitian pendahuluan dengan tingkat kematian larva sebesar 40% menggunakan Kemampuan kunyit ini ditunjang kemampuan perasan air kunyit. minyak atsiri mudah dan larut dalam etanol absolut, eter, minyak tanah kloroform serta dalam minyak Ekstrak rimpang kunyit mampu membunuh larva lemak, sebaliknya kurang larut dalam air dan seluruhnya yang dijadikan sampel pada pengolahan yang dilakukan dengan proses konsentrasi yang sama pada waktu kurang dari 24 ekstraksi sehinga mampu untuk menyerap minyak jam yaitu pada waktu 14 jam. Kematian larva atsiri semaksimal mungkin. Faktor lain yang meningkat pada 3 jam pertama dengan rata-rata mempengaruhi kematian jentik misalnya kematian sebanyak 3-4 jam larva kemudian kebiasaan dan perilaku makan jentik, ekstrak akan menurun pada jam ke 4 dan jam ke 6 dengan rata terendap pada daerah makan jentik (larval feeding rata kematian sebanyak 2-3 larva kemudian
atlanton dan gamma-atlanton. Minyak atsiri
Abbot didapatkan bahwa persentase rata-rata
tirmeron (5,8%), seskuiterpen alkohol (5,8%), alfa-
Hasil uji larvasida setelah dikoreksi dengan rumus
Kesimpulan
Ucapan Terimakasih
Larvasida rimpang kunyit R. Panghiyangani, dkk.
Puskesmas Dalam Pagar, Kepala Puskesmas
8. Kristina, Isminah, Wulandari L. Demam Martapura atas bantuan dan kerjasamanya Berdarah Dengue Epidemiologi dan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue baik dan juga kepada Tim Puskesmas Kertak (DBD) di Indonesia. Badan Penelitian dan Hanyar, Tim puskesmas Pasayangan, Tim Pengenbangan Kesehatan Jakarta, 2004. puskesmas Dalam Pagar, Tim puskesmas
9. Moehammadi N. Potensi Biolarvasida Ekstrak Martapura dan Lurah Kertak Hanyar, Lurah
Herba ageratum conyzoides Linn dan Daun Pasayangan, Lurah Dalam Pagar, Lurah Martapura
Saccopetalum horsfieldii Benn. Terhadap dan segenap masyarakat wilayah penelitian atas larva nyamuk Aedes aegypti L. Berkas bantuannya selama pelaksanaan penelitian. Penelitian Hayati 2005; 10:1-4. Semoga Allah SWT berkenan menerima segala 10. Noegroho, Srimulyani, Mulyaningsih B. usaha kita.
Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun Jukut Hyptis suaveolens (L) Poit Terhadap Larva
Daftar Pustaka
Nyamuk Aedes aegypty, Instar IV dan Analisis
1. Sukamto. Data Kasus Demam Berdarah Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa.
Dengue (DBD) per Kabupaten/Kota Provinsi J o u r n a l o f P h a r m a c y 1 9 9 7 ; 8 : 7
Kalimantan Selatan 2009. Banjarmasin: Dinas (http://members.tripod.com)
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2009.
11. Marlinae L, Lisda H, Joharman, Maya V.
Effectiveness of Extract Rhizome Turmeric
2. Muhlisin A, Pratiwi A. Penanggulangan demam (Curcuma domestica Val.) in Killing Aedes berdarah dengue (DBD) di kelurahan a e g y p t i L a r v a C a u s e o f D e n g u e
Singopuran Kartasura Sukoharjo. Warta: Hemmorhargic Fever (DHF). Jurnal
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2006; Kesehatan Lingkungan 2006; 3 (2): 22-28. 9: 123129.
3. Anonymous. Aedes aegypti. 2009; (online), (http://wikipedia.com), diakses 9 September 2009.
4. Adhani R. Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan 2008. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2008.
5. Majaya S. Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan 2007. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2007.
6. Sukamto. Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan 2009. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2009.
7. Mahrina, Gafur A, Hardiansyah. Kerentanan Larva Aedes Aegypti dari Banjarmasin Utara terhadap Temefos. Bioscientiae: Universitas Lambung Mangkurat 2006; 3:73-82.