Dara Puspitaningrum Headset dan Gangguan

Headset dan Gangguan Pendengaran
Sebuah penggunaan teknologi yang bijak

Oleh: Dara Puspitaningrum (Majelis VA)

“Me, aku mau nanya dong” Tanya Momo.
Diam membisu.
“Me, nanya dong” Tanya Momo lagi.
Diam membisu.
Dua jam kemudian.
Momo melempar berkas ke arah Meme (hanya dalam imajinasi).
“Me!!! Kamu ngapain sih serius banget? Sampai 1000 kali ak panggil, kamu tetap acuh”
bentak Momo ke arah Meme.
“Kamu lebay banget sih Mo, aku lagi ngerjain BAS nih, kamu ganggu banget. Emangnya
tadi kamu panggil aku?” Tanya Meme sambil melepas headset.
Momo pergi ke kantin (hanya dalam imajinasi).
“Me, jangan-jangan kamu ada gangguan pendengaran ya? Soalnya gak hanya kali ini,
sebelum-sebelumnya juga lo, kamu dipanggil gak denger-denger. Sampai yang manggil jadi
emosi.” Kata Momo.
“Masa sih? Tapi iya juga ya, akhir-akhir ini telinga aku agak kurang beres. Telinga aku sering
mendengung, terus kadang agak cenat-cenut” keluh Meme.

“Emang lagunya Smash ada cenat-cenutnya. Tapi aku punya kabar gembira buat kamu Me”
kata Momo.
“Halah, paling kabar gembira yang kemarin : ada ekstraknya itu kan?” tanya Meme.

“Itu udah lama, yang ini benar-benar kabar gembira. Kebetulan kemarin aku baca artikel
tentang gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh penggunaan headset, headphone,
dan earphone yang tidak bijak. Berikut ini artikel yang aku baca di harian Jawa Pos:

Nyaris Tuli Lantaran Headset
04 Juni 2014

SURABAYA – Mendengarkan musik lewat headset memang mengusir bosan. Tapi, kalau
terlalu lama, ia justru mendatangkan ketulian.
Itu dialami Anjani, nama samaran, calon mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di
Surabaya. Problem kesehatan tersebut diketahui Anjani saat menjalani tes kesehatan
telinga. ’’Aku diminta membelakangi dokternya. Terus, dia bisik-bisik di telinga,’’ ungkapnya.
Ternyata, Anjani tidak bisa mengulang beberapa kata yang diucapkan dokter. Khususnya,
bisikan yang mampir di telinga kanan. Menurut gadis 23 tahun asal Lumajang itu, ketika
dokter menggesek-gesekkan tangan di dekat kuping kiri, Anjani masih bisa mendengar suara
gemuruh. ’’Tapi, pas di telinga kanan, suaranya ada, tapi kecil,’’ aku Anjani.

Dokter pun mengatakan bahwa Anjani mengalami kerusakan atau turunnya kualitas
pendengaran. Dokter Nyilo Purnami SpTHT KL, yang menangani Anjani, menemukan
penyebabnya. Yakni, kebiasaan mengenakan headset selama tidur. Selain itu, menurut dia,
Anjani lebih sering tidur dengan posisi badan menghadap ke kanan. Akibatnya, telinga
kananlah yang punya intensitas paling banyak terpapar kebisingan selama berjam-jam.
Padahal, batas waktu seorang mendengarkan musik seharusnya hanya 80 desibel atau
setara dengan volume musik 60 persen. Durasi pemakaiannya pun tidak boleh lebih dari dua
jam. Selain itu, minimal setiap satu jam headset dilepas. Itu dimaksudkan untuk mencegah
kerusakan pada rumah siput. ”Kalau rumah siput (koklea) lelah, pendengaran bisa rusak
permanen,” tegasnya.
Padahal, batas waktu seorang mendengarkan musik seharusnya hanya 80 desibel atau
setara dengan volume musik 60 persen. Durasi pemakaiannya pun tidak boleh lebih dari dua
jam. Selain itu, minimal setiap satu jam headset dilepas. Itu dimaksudkan untuk mencegah
kerusakan pada rumah siput. ”Kalau rumah siput (koklea) lelah, pendengaran bisa rusak
permanen,” tegasnya.
Nyilo juga menyarankan agar Anjani tidak lagi mendengar musik saat tidur. Mendengarkan
musik dengan MP3/CD Player, iPod, handphone dalam keadaan tidur atau sedang
mengantuk justru mengandung risiko ketulian. Apalagi pemutar musik dilengkapi fasilitas
sistem audio playback, seperti yang digunakan Anjani.
Gangguan pendengaran akibat kebisingan tidak dapat diobati. Namun, itu dapat dicegah

dengan menurunkan volume musik, menghindari mengeraskan volume musik saat berada di
tempat yang ramai, serta menggunakan earplug untuk melindungi telinga dari suara bising.1)

“Wah serem juga ya” kata Meme.
“Nah, maka dari itu. Headset merupakan alat yang wajib dimilki oleh staf Sekretariat
Pengadilan Pajak (SetPP) seperti kita ini kan? Kita biasa menggunakan headset untuk
mendengarkan rekaman sidang dalam rangka mengerjakan Berita Acara Sidang (BAS).
Oleh karena itu, aku ingin membagi informasi ini buat kamu dan pembaca setia TC Media”
Terang Momo.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Seperti apa yang disampaikan Momo, penggunaan headset, headphone, dan earphone
dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Namun sebelumnya, menarik untuk diketahui
perbedaan antara ketiga alat yang sudah kita kenal tersebut2):

a.

Headset : memiliki miniature speakers (atau single speaker) ditambah sebuah mikrofon
(yang juga termasuk jenis dari transducer) dan digunakan untuk mendengarkan dan
berbicara di telefon, komputer, dan perangkat lainnya.

b.


Headphones : memiliki miniature speakers (disebut juga sebagai drivers dan
transducers dan receivers dan receiver elements) yang sering digunakan untuk
mendengarkan musik.

c.

Earphone : speaker kecil yang sesuai untuk dipasang di telinga, biasanya digunakan
untuk mendengarkan radio dan perangkat portabel lainnya.

Tanpa kita sadari penggunaan alat-alat tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari: di kereta, mobil, pesawat, kantor, rumah, trotoar (bagi pejalan kaki), dan
berbagai tempat lainnya. Bahkan mungkin kita pernah menemui orang (atau bahkan kita
sendiri) yang menggunakan alat-alat tersebut untuk mendengarkan lagu pengantar tidur.
Penggunaannya pun tidak hanya di kalangan muda, tapi juga dari usia anak-anak sampai
usia lanjut. Alat-alat tersebut (untuk selanjutnya disebut headset) memang bermanfaat untuk
mengurangi kebisingan dari suara luar yang tidak ingin kita dengar. Selain itu, headset juga
berguna untuk mengusir kejenuhan dengan mendengarkan radio atau lagu secara personal.
Sementara itu, penggunaan headset di lingkungan kantorSetPP adalah suatu kelaziman,
terutama bagi para staf di Majelis. Hal tersebut karena headset digunakan untuk

mendengarkan rekaman sidang dalam rangka membuat BAS. Hampir setiap hari, para staf
SetPP di Majelis menggunakan headset untuk mendengarkan rekaman sidang atau
mendengarkan musik ketika jenuh di kantor.

Sama halnya seperti dua sisi pisau, ada sisi tajam dan sisi tumpul. Ada sisi yang
menguntungkan tapi juga ada sisi yang merugikan. Penggunaan headset dalam jangka
waktu yang lama dan volume yang tinggi akan merusak pendengaran, terlebih jika telah
digunakan sejak usia muda. Seringkali kita tidak menyadari ketika mendengarkan musik di
tempat ramai, kita akan meningkatkan volume musik hingga terdengar jelas oleh telinga kita.
Jika digunakan dalam jangka waktu lama dan instensitastinggi, maka tinggal menunggu
waktu saja untuk timbulnya gangguan pendengaran.
Berikut ini merupakan efek negatif headset terhadap gangguan pendengaran dan
kesehatan tubuh lainnya3):
1.

Kerusakan permanen pada telinga
Hal ini terjadi bila telinga sudah tidak kuat lagi menanggung beban suara keras dari
headset yang langsung terhubung dengan lubang telinga, biasanya, hal ini terjadi pada
mereka yang masih berusia muda atau remaja.


2.

Kehilangan pendengaran di usia 20-an
Berdasarkan penelitian, efek penggunaan earphone atau headset yang berlebih ini
memang tidak akan langsung terasa. Kerusakan akibat penggunaan headset atau
earphone yang berlebihan ini akan muncul secara perlahan, biasanya efek akan mulai
terasa di usia 20-an. Di usia itu, si penderita akan mulai kehilangan pendengarannya.

3.

Kerusakan otak
Gelombang elektromagnetik akibat earphone atau headset ini diduga berpengaruh
terhadap listrik otak. Terbukti gelombang elektromagnetig ini berpengaruh pada listrik
otak pada tikus. Namun, hingga saat ini belum diketahui seberapa besar efek dari
gelombang elektromagnetik itu pada otak manusia. Tapi yang jelas kamu harus tetap
waspada.

4.

Ambang pendengaran

Paparan musik dengan earphone atau headset dapat mempengaruhi ambang
pendengaran manusia, terutama bila dilakukan dengan volume keras dan dalam jangka
waktu lama. Secara perlahan efek ini akan mengarah pada gangguan pendengaran
secara permanen.

Gejala-gejala yang muncul jika terjadi gangguan pendengaran akibat penggunaan
headset dengan volume dan intensitas yang tinggi4):
Menurut Ketua Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, Damayanti
Soetjipto, jika telah terjadi gangguan pendengaran akibat penggunaan headset yang salah
akan sulit untuk diobati dan disembuhkan. Bahkan hal terburuk yang akan terjadi adalah
mengalami tuli permanen. Pengobatan yang dilakukan pun hanya bisa mengembalikan
derajat ketulian menjadi 55 db dan ini termasuk dalam kategori ketulian derajat sedang-berat
yang tidak akan mungkin kembali normal.
Mengenai tingkat suara, suara tingkat ringan untuk dewasa berada antara 25 hingga 40
desibel, sedangkan anak-anak 20 hingga 40 desibel. Bertingkat semakin tinggi hingga suara
terberat berkualitas 90 desibel atau lebih yang masih dapat didengar.

Dan perlu diketahui, gejala awal gangguan ini hanya di nada tinggi sehingga sering tidak
dirasakan karena umumnya kita bercakap-cakap dalam nada rendah. Setelah semua
frekuensi terkena, baru terasa bahwa pendengaran terganggu dan sudah terlambat untuk

diobati.
Untuk menghindari kerusakan pendengaran dan gangguan kesehatan lainnya,
terdapat beberapa cara pencegahan dengan menggunakan headset dengan bijak
sebagai berikut:
a. Gunakan alat pemutar musik yang memiliki volume control4);
b. Mengurangi volume suara dan mengurangi waktu untuk mendengarkan dengan
headset.Volume tidak boleh lebih dari 80 db atau tombol volume dipasang pada 50-60
% total volume. Jangan terlalu lama mendengarkan musik melalui headset, apalagi
terus menerus. Beri istirahat telinga setiap ½ -1 jam. Sebab jika organ dalam koklea
merasa lelah, pendengaran dapat mengalami rusak permanen4).
c. Penggunaan headset sesuai kebutuhan saja, jangan berlebih. Sejumlah peneliti
menganjurkan semua perangkat suara yang menggunakan headset untuk tidak
melebihi batas 100 desibel. Mengingat suara yang ada di luar headset (suara mesin
mobil, disel atau pemotong rumput) juga bisa berpengaruh pada pendengaran
manusia3).
d. Penggunaan headphone yang besar atau earplug sehingga suara lebih terdistribusi dan
lebih menutup suara bising dari luar dibandingkan earphone yang kecil. Tipe earbuds
yang kecil mempunyai speaker kecil dengan volume besar yang diletakan di lubang
telinga sudah pasti memberikan efek lebih besar pada pendengaran dibandingkan
dengan headphone yang hanya ditempel pada telinga luar3).

e. Jangan gunakan alat pemutar musik dalam pesawat terbang atau pada lingkungan
ramai, sebab di situasi itu kita cenderung menaikkan volume yang akan merusak
pendengaran4).
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------“Nah, gimana Me informasinya?” tanya Momo.
“Wah bermanfaat banget Mo, mulai sekarang aku akan menggunakan headset dengan
bijak” jawab Meme.
“Alhamdulillah. Mulai dari sekarang kita harus menjaga karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Bayangkan saja jika kita tidak dapat atau sulit mendengar. Nikmat Tuhan mana lagi yang
kita dustakan? Teknologi sangat membantu manusia, namun harus digunakan secara bijak”
jelas Momo.
“Iya Mo, kamu bener banget. Yaudah ayo istirahat!” ajak Meme.
“Ayo!” jawab Momo.
Sementara itu BAS milik Meme pun harus menunggu untuk dikerjakan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi:

1)

Jawa Pos. 2014. Nyaris Tuli Lantaran Headset (http://www.jawapos.com) diakses 10

Juni 2014.

2)

Ablecomm. 2014. What's the difference between headsets and headphones?
(http://www.ablecomm.com) diakses 10 Juni 2014.

3)

Artikel Dokter Sehat. Bahaya Pemakaian Headset bagi telinga dan otak
(http://doktersehat.com/) diakses 10 Juni 2014.

4) Firman, Muhammad dan Lutfi Dwi Puji Astuti.2010. Tips Menggunakan Earphone
Supaya Tidak Tuli (http://teknologi.news.viva.co.id) diakses 10 Juni 2014.