tinjauan filosofis guru dan murid

Tinjauan Filosofis Tentang Guru dan Murid
Disusun oleh : Hikmatul Umami (932503112)
A. Pendahuluan
Manusia sebagai peserta didik menempati posisi yang menentukan
dalam sebuah interaksi pembelajaran. Pendidik tidak mempunyai arti apa-apa
tanpa kehadiran peserta didik, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peserta
didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. Hal
inilah yang menyebabkan kajian tentang peserta didik masih menarik dan
dianggap perlu dilakukan, terutama yang berkaitan dengan hakekat peserta
didik, karakteristik peserta didik, tugas dan tanggung jawab peserta didik dan
etika peserta didik.
Dalam sebuah proses pendidikan tentunya membutuhkan sebuah alat
yang mendukung terlaksananya kegiatan mendidik. Mengingat pentingnya alat
tersebut maka disini kita juga akan mengupas sebagian tentang alat pendidikan
tersebut karena pendidikan tidak dapat berlangsung tanpa adanya fasilitator
yang membawahinya, bisa disebut pendidik atau guru.
Peran seorang pendidik dalam pendidikan sangatlah penting serta
termasuk mendapatkan kedudukan yang tinggi didalamnya, menurut filsafat
pendidikan islam pendidik tidak hanya mendidik saja terhadap peserta didik
namun tidak dapat dinafikan pendidik juga membimbing, mengarahkan serta
membawa arah arus gerak yang positif tentunya.

Untuk itu, disini saya akan membahas dan menjelaskan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan guru dan murid ditinjau dari segi filosofis, meliputi
pengertian, karakteristik, tanggung jawab, tugas, dan hubungan guru dengan
murid dari segi tinjauan filosofis.
B. Pembahasan
1. Pengertian Guru
Guru adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan
atau bantuan kepada murid dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk

1

Allah SWT sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai
individu yang berdiri sendiri.1
Di dalam ilmu pendidikan, yang dimaksud guru adalah semua yamg
mempengaruhi perkembangan seseorang. Perkembangan tersebut meliputi
seluruh potensi murid, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Potensi ini sedemikan rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai
tingkat yang optimal. Sebagai seorang guru disini harus memberikan contoh
yangg baik agar muridnya dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh

gurunya.2
Jika ditinjau secara umum, guru dalam pendidikan Islam kaitannya
lebih luas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun pendidik
dalam pendidikan Islam yaitu :
1. Allah SWT.
Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah
mempunyai kedudukan sebagai pendidik bagi umat manusia dan alam
semesta ini, diantaranya adalah :
a. Surah Al-Fatihah ayat 2,

‫الحمد لله رب العالمين‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam”.
b. Surah An-Nahl ayat 89,

‫و نزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء و هدى و رحمة و بشرى للمسلمين‬
Artinya:“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al-Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Berdasarkan ayat di atas, Ramayulis dan Syamsul Nizar mengutip
al-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah SWT sebagai pendidik

dan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda, Allah SWT sebagai
pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia
adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah SWT tidak terbatas hanya terhadap
kelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.
1 Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm.173.
2 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 41

2

2. Rasulullah SAW.
Kedudukan Rasulullah SAW sebagai pendidik ditunjuk langsung
oleh Allah SWT, sebagai teladan bagi umat dan rahmat bagi seluruh alam.
Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ahmad yang berbunyi:

‫ت للأ أتحلممحم حصاللحح‬
‫عل حيثله حوحسل مححم لإن مححما بألعثث أ‬
‫عثن أ حلبي أهحريثحرحة حقاحل حقاحل حرأسوأل الل محله حص محلى الل محأه ح‬
‫ح‬
)‫ال ثأ حثخحلالق )رواه أحمد‬

Artinya:

“Dari Abu

“Sesungguhnya

saya

Hurairah
diutus

R.A,
(kepada

Rasulullah
manusia

SAW

bersabda,


hanyalah)

untuk

menyempurnakan akhlak.”.
Sebagai guru umat manusia yang mengajarkan agama Islam dan
ketauhidan

serta

etika

berkehidupan,

Rasulullah

SAW

memiliki


kepribadian dan akhlak yang sangat mulia, yang pantas dijadikan teladan
bagi seluruh ummat manusia, hal tersebut senantiasa tercermin dalam
kehidupannya.
3. Orang Tua.
Selain pendidik (guru), yang paling berperan penting yaitu orang
tua. Orang tua sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan
karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada
ditengah-tengah ayah dan ibunya. Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad
Saebani, tanggung jawab terbesar pendidikan Islam menurut ajaran Islam
dipikul oleh orang tua anak, karena orang tualah yang menentukan pola
pembinaan pertama bagi anak.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam mencapai tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien maka diperlukan mitra yang mendasar
antara orang tua dan pendidik (guru). Kerja sama yang terjalin bagus akan
memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan menyamakan langkah
dalam membimbing anak didik.
4. Guru
Dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1
disebutkan guru adalah pendidik professional. Sedangkan dalam UndangUndang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

1 ayat 6 disebut sebagai pendidik adalah tenaga kependidikan. Guru yang

3

bekerja sebagai tenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan ikut
bertanggung jawab dalam proses pendewasaan bagi anak didik tersebut.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa guru
dapat diartikan sebagai sosok yang mempunyai kewenangan dan
bertanggung jawab sepenuhnya di kelas atau di sekolah untuk
mengembangkan segenap potensi peserta didik yang dimiliki sehingga
mampu mandiri dan mengembangkan nilai kepribadian sesuai ajaran
Islam, dengan demikian tujuan akhirnya adalah kedewasaan dan kesadaran
untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah SWT.
2. Karakteristik Pendidik (Guru)
Seorang pendidik harus memiliki karakteristik tertentu agar apa yang
diberikan oleh pendidik kepada anak didiknya dapat didengar dan dipatuhi,
tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik. Adapun karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru / pendidik bersifat rabbani.
b. Ikhlas, yakni bermaksud mendapat keridhaan Allah, mencapai dan

menegakkan kebenaran.
c. Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik.
d. Mampu

menggunakan

metode

mengajar

yang

bervariasi

dan

menguasainya dengan baik.3
e. Memiliki sifat zuhud, yakni tidak mengutamakan materi dan mengajar
karena ridho Allah SWT semata
f. Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti mencintai anakanaknya sendiri.

g. Mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran
murid-muridnya, dan lain-lain.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.
Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Di samping itu,
pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar
mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara

3 Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm.182

4

baik dan dinamis. Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat
dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu4 :
a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan
pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
(baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
yang dilakukan.
4. Kompetensi Guru
Pengertian Kompetensi Guru Menurut Mulyasa, kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Guru sebagai agen pembelajaran
diharapkan memiliki empat kompetensi, yaitu :
a. Kompetensi paedagogik.
Kompetensi paedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak
didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang
dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian, berupa kepribadian yang mantap dan
stabil, dewasa arif, berwibawa dan berakhlak mulia, sehingga dapat
menjadi teladan. Bagi seorang guru hal ini merupakan modal dasar untuk
menjalankan tugasnya secara professional.
c. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional, menurut ahli pendidikan, sebuah pekerjaan
dikatakan profesi jika dilakukan untuk mencari nafkah, sekaligus
dilakukan dengan tingkat keahlian yang tinggi.
4 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) hlm. 91.

5

d. Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi,
menjalin kerjasama dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik itu
dengan anak didik, sesama pendidik, orang tua/wali, maupun dengan
masyarakat sekitar.5
5. Hakikat Peserta Didik (Murid)
Agar guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berhasil dalam
melakukan aktivitas pendidikannya, maka harus mengetahui beberapa
deskripsi mengenai hakikat peserta didik (murid). Adapun hakikatnya peserta
didik (murid) adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya
sendiri.6 Dalam hal ini pendidik harus membantu dan menolong anak
agar menjadi dewasa sejalan dengan perkembangan fisik dan psikisnya.
Dijelaskan dalam Q.S. Yusuf ayat 22 yaitu:
‫ج‬
‫حلسلنيثحن‬
‫جلزى ال ثأم ث‬
‫حول ح محما بحل ححغ أ حأش م حدأه أ حتحيثن حأه أحك ثمما حولعل ثمما حوك ححذللحك ن ح ث‬

“Setelah dia meningkat dewasa. Kami beri dia ilmu kebijakansanaan.
Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang
berbuat amal kebaikan”.
Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa setiap anak yang lahir untuk
mendapatkan ilmu kebijaksanaan yang benar, maka anak membutuhkan
bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dari pendidik.
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahaptahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu
diketahui agar aktivitas pendidikan islam dapat disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta
didik
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi baik yang menyangkut kebutuhan jasmani atau rohani
6. Komponen-komponen dalam peserta didik
5 J.B.Situmorang dan Winarno. Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Pendidik. (Klaten: Saka Mitra
Kompetensi, 2009), hlm. 18.
6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Prakti, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 48.

6

Dalam diri peserta didik terdapat fitrah, dimana didalamnya ada
berbagai

komponen

psikologis

yang

saling

berkaitan

dan

saling

menyempurnakan bagi kehidupan manusia. Adapun komponen-komponen
fitrah tersebut adalah:
a. Bakat, yaitu suatu kemampuan pembawaan yang potensial dan mengacu
pada kemampuan akademis, professional dalam berbagai bidang
kehidupan.
b. Instink atau gharizah, yaitu suatu kemampuan berbuat atau beraktivitas
tanpa melalui proses belajar.
c. Driver atau dorongan nafsu, yang mendorong pada perbuatan baik atau
buruk, yang menguntungkan atau merugikan.
d. Karakter atau watak, yaitu karakter yang berkaitan dengan tingkah laku
moral dan sosial serta etis seseorang. Karakter sangat erat kaitannya
dengan personalitas seseorang.
e. Intuisi merupakan kemampuan psikologis manusia untuk menerima
ilham Tuhan. Instuisi menggerakkan hati nurani khusus diluar kesadaran
akal pikirannya, tetapi mengandung makna yang bersifat konstruktif bagi
kehidupannya.7
7. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik
Menurut asma Hasan Fahmi, tugas dan kewajiban peserta didik
adalah:
a. Seorang murid harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia
menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah, dan tidak sah
ibadah kecuali dengan bersih hati.
b. Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh atau jiwa
dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan bukan
untuk bermegah-megah dan mencari kedudukan.
c. Wajib menghormati guru dan bekerja untuk memperoleh kerelaan guru
dengan mempergunakan bermacam-macam cara.8

7 Anas Salahudin, filsafat pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 174.
8 Asma Hasan, Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.
175

7

Dari semua hal di atas sangat penting dilaksanakan oleh peserta didik
untuk demi tercapainya tujuan pendidikan.
8. Etika peserta didik
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, peserta didik juga harus
menanamkan sifat-sifat baik didalam diri dan kepribadiannya. Di antara
sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki perserta didik misalnya; berkemauan
keras atau pantang menyerah , memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah,
dan tak mudah putus asa, dan lain sebagainya.
Sementara Imam al-Ghazali, yang juga dikembangkan oleh Said
Hawa, berpendapat bahwa seorang peserta didik memiliki beberapa tugas
zhahir (nyata) yang harus ia lakukan, yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah.
b. Mengurangi kecenderngan pada kehidupan duniawi di bandin ukhrawi
atau sebaliknya.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai
aliran.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama.
f. Belajar secara bertahab atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang
mudah (kongkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak).
g. Mempelajari suatu ilmu sampei tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu
yang lainya.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang di pelajari.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilm
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan,
serta memberi keselamatan hidup dunia maupun akhirat, baik untuk
dirinya maupun manusia pada umumnya.9
9. Hubungan antara guru dan murid ditinjau dari segi Filosofosnya
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu. Mereka satu
dalam jiwa, terpisah dalam raga. Sejak lahir, manusia mempunyai unsur
9 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm. 47

8

meniru, seperti hewan yang selalu meniru hal-hal yang dilakukan oleh
induknya. Begitu pun manusia, manusia mempunyai unsur meniru sehingga
harus ada orang atau pembimbing yang bisa untuk ditiru dan dicontoh, yaitu
seorang guru atau pendidik. Unsur inilah yang sering disebut dengan unsur
Behavior. Dimana pendidik menjadi teladan bagi peserta didik yang ingin
berbuat serupa. Maka perlu bagi guru memperhatikan segala gerak-geriknya
dalam berbuat. Selain itu, guru juga mempunyai peranan penting dalam
proses belajar mengajar, diantaranya adalah :
a. Sebagai Pelindung
Orang dewasa selalu menjaga kepada anak didiknya dan selalu
memperhatikan anak didiknya. Dengan demikian anak selalu diberikan
perlindunagan pada soal jasmaniah dan rohaniah.
b. Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan
Pendidik biasa menurut sertakan anak dengan apa yang dipikirkan, baik
yang menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang dipertimbangkan.
Jadi pendidik memberikan penjelasan-penjelasan tentang berbagai hal hal
kepada anak mengenai apa yang sedang dipikirkan.
c. Pencipta perasaan bersatu
Anak didik seolah-olah telah biasa di dalam suasana perasaan bersatu
dengan pendidik. Dari suasana ini anak akan mendapatkan pengalaman
dasar untuk hidup bermasyarakat, antara lain saling percaya, rasa setia,
saling meminta dan memberi.10
Sedangkan posisi murid dalam proses belajar mengajar sangatlah
penting menurut seorang guru, karena murid merupakan pemegang estafet
dari seorang guru. Muridlah yang akan meneruskan perjuangan guru, yang
menggantikan seorang guru mengajar dan mendidik di kemudian hari.
Sehingga guru sangat mementingkan pendidikan yang terbaik untuk
muridnya demi melangsungkan pendidikan dan menciptakan pendidikan
yang lebih baik di masa depan.
C. Kesimpulan

10 Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hlm. 192193

9

1. Pada hakikatnya, guru dan murid itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah
dalam raga. Sejak lahir, manusia mempunyai unsur meniru, seperti hewan
yang selalu meniru hal-hal yang dilakukan oleh induknya. Begitu pun
manusia, manusia mempunyai unsur meniru sehingga harus ada orang atau
pembimbing yang bisa untuk ditiru dan dicontoh, yaitu seorang guru atau
pendidik. Unsur inilah yang sering disebut dengan unsur Behavior. Dimana
pendidik menjadi teladan bagi peserta didik yang ingin berbuat serupa. Maka
perlu bagi guru memperhatikan segala gerak-geriknya dalam berbuat.
2. Sedangkan posisi murid dalam proses belajar mengajar sangatlah penting
menurut seorang guru, karena murid merupakan pemegang estafet dari
seorang guru. Muridlah yang akan meneruskan perjuangan guru, yang
menggantikan seorang guru mengajar dan mendidik di kemudian hari.
Sehingga guru sangat mementingkan pendidikan yang terbaik untuk
muridnya demi melangsungkan pendidikan dan menciptakan pendidikan yang
lebih baik di masa depan.
D. Daftar Pustaka
Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Azizi, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, (Sebuah Gagasan
Membangun Pendidikan Islam). Yogyakarta: Teras.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Khan, Shafique Ali. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: Pustaka
Setia.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992

10