Sejarah pra Islam dan peradaban

MENELUSURI JEJAK-JEJAK SEJARAH DI JAMAN PRA-ISLAM
SEHINGGA MUNCULNYA AJARAN AGAMA ISLAM

Allah di Jaman pra-Islam.
Menurut pakar theologia Islam (Mullah, Maulana, Mulavi, etc.), atau ajaran kitab suci
Islam “Al-Quran”– Allah adalah tuhan tertinggi atau pencipta yang suatu hari berbicara atau
memperkenalkan diri kepada Nabi Muhammad lewat malaikat Jibril dan mengatakan bahwa
Allah adalah yang menciptakan semuanya di alam semesta ini.
99% muslim percaya bahwa nama “Allah” dikenal atau dimulai pada saat Jibril
mengatakannya kepada Muhammad dalam goa di Gunung Hira dan memberikan Quran
kepada Muhammad. Muslim percaya bahwa sebelum pengungkapan ini, dunia Arab berada
dalam masa kegelapan (Andhakar Zuug/jahiliyah) dan memuja berbagai dewa-dewi dan
bahwa mereka orang-orang jahat.

Nama “Allah” telah digunakan Kaum Berhala Arab sebagai nama dewa tertinggi.
1. Jaman pra-Islam dulu, orang Arab menyembah dewa-dewi dan pada dasarnya animistik.
Lewat, bulan, bintang, matahari, planet, binatang, pohon, batu, goa dan sumber air serta
berbagai obyek-obyek alam lainnya, manusia bisa berhubungan dengan dewa. Di Mekkah,
“Allah” adalah dewa tertinggi bangsa Quraish, sukunya Nabi. Allah memiliki 3 puteri: Al
Uzzah (Venus) yang paling dipuja dan senang dengan korban manusia; Manah, dewi nasib
dan Al Lat, dewi tumbuh-tumbuhan. Mereka dianggap paling kuasa dan campur tangan

mereka atas nama pemuja sangat penting.
2. Arab sering menamakan anak-anak mereka —Abdullah (budak Allah). Adapun nama ayah
Muhammad adalah “Abdullah”. Analogi logis disini adalah: jika memang tidak ada kata
“Allah” di jaman pra-islam, maka tidak juga akan ada anak-anak yg dinamakan Abdullah
atau budaknya Allah di wilayah Arab.
3. Jaman sekarangpun di seluruh dunia Arab, bahkan non-Muslim di wilayah Arab maupun
daerah Timur tengah (Yahudi, Kristen, Sabian, Bahai, Atheist dsb.) mengatakan —“Ya
Allah” sebagai ungkapan sedih/kaget.
4. Pernyataan Albert Hourani: “Nama Islam bagi Tuhan adalah Allah, yang sudah dipakai
untuk dewa-dewa setempat ” (bahkan dipakai orang Yahudi dan Kristen yg berbahasa
Arab–lihat A history Of Arab people by Albert Hourani, 1991, page-16, Belknap press of
Harvard University, USA).

Pra-Islam dan Bukti Sejarah yang Obyektif.
Adapun

referensi

penelitian-penelitian


sejarah

pra-Islam,

telah

berkali-kali

membuktikan bahwa :
1.

Nama “Allah” adalah nama dewa yang eksis di jaman pra-Islam.

2.

Masyarakat penyembah berhala di jaman pra-Islamic memuja “Allah” yang ditujukan
sebagai dewa tertinggi mereka yaitu dewa bulan.

Berbagai nama dewa bulan (Sin, Hubul, Ilumquh, Al-ilah) telah digunakan oleh
berbagai suku Arab di jaman pra-islam. Adapun suku-suku bangsa Arab di jaman pra-islam

memuju sekitar 360 dewa-dewi. Mereka juga memuja matahari, bulan, bintang dan
membangun pura/rumah peribadatan bagi dewa-dewi mereka. Dewa bulan merupakan dewa
tertinggi bagi berbagai suku Arab pada saat itu. Suku-suku Arab memberi nama yang
berbeda-beda bagi dewa bulan mereka.
Adapun kata Allah berasal dari “Al-ilah” yang merupakan dewa bulan tertinggi yang
paling dihormati suku-suku Arab pada jaman pra-Islam dan membawahi semua dewa-dewi
yang ada. Ka’bah awalnya dibangun sebagai rumah dewa bulan “Hubul”. Patung dewa bulan
Hubul diletakkan di atas Ka’bah. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai “Rumah Alilah/Allah”. Nama Allah akhirnya dipilih untuk menggantikan Hubul sebagai nama dewa
bulan.
Al-Lat, Al-Uzza dan Manat disebut “puteri-puteri Allah”. Yusuf Ali menjelaskan di
fn. 5096, hal. 1445, bahwa Lat, Uzza dan Manat dikenal sebagai “puteri-puteri Allah”, dan
hingga saat ini Muslim masih memberi tempat bagi al-Lat, al-Uzza dan Manat (Surah 53:1920). Ayat hasil abrogasi ini merupakan ayat untuk menghargai puteri-puteri Allah. Hal ini
seperti mengisyaratkan bahwa ayat ini memberi posisi terhadap pemujaan setan-setan dimasa
itu.

Menurut Sejarah: Ada 2 Teori Eksistensi Allah di dan sekitar Ka’bah Sharif.
1. Kaum berhala Arab menyebut patung terbesar diantara ke 360 dewa-dewi itu
ALLAH—yg mereka anggap dewa tertinggi (God).
2. Kaum berhala Arab memuja 360 dewa-dewi di dalam Kabah Sharif, dan mereka
dianggap lebih kecil dan di bawah penguasaan penuh dewa tertinggi yang disebut

“ALLAH” yang tidak dapat dilihat (Nirakar) dan Maha Kuasa, Maha Tahu dan sangat
tidak dapat diketahui.

Persamaan Dengan Ajaran Hindu
Teori nomor (2) diatas itu sangat mirip dengan kepercayaan Hindu. Agama Hindu
memuja berbagai dewa-dewi, tapi mereka percaya akan satu dewa yang tidak nampak
bernama “Bhagaban” (atau “Ischhaar”) yang mereka panggil “Nirakar”.
Dan, herannya tidak ada satupun bentuk maupun penampakan dewa yang satu ini
dalam patung ataupun seni visual bagi sosok Bhagaban/Nirakar ini. Namun Hindu tetap
memujanya. Apa yang akan terjadi jika seorang nabi menyuruh orang Hindu untuk berhenti
memuja para dewa-dewi kecuali sang Bhagaban/Nirakar dan membuatnya menjadi agama
monotheis? Ada sedikit kemiripan dengan Islam.
Beberapa Faktor yang menunjukkan “Allah” adalah Dewa Bulan kaum Arab pemuja
berhala:
1.

Dalam Qur’an paling tidak ada 12 Surah dimana Allah berulang-ulang bersumpah atas
nama bulan, matahari, planet, malam, angin dsb. Memang tidak dapat diterima logika
mengapa sang pencipta “Allah” harus bersumpah atas ciptaan-Nya sendiri yang lebih
rendah derajatnya.

Biasanya sumpah ditujukan atas nama sesuatu yang lebih superior, misalnya: atas
nama Tuhan atau orangtua. Manusia saja sejatinya tidak pernah bersumpah atas nama
sesuatu yang lebih rendah.
Namun dalam Qur’an gaya Allah bersumpah pada bulan atau bintang menunjukkan
bahwa Allah menganggap hal-hal ini lebih tinggi darinya (“Nay, verily by the Moon,
Surah 74:32”). Dan ini mengakibatkan munculnya suatu pertanyaan, siapa sebenarnya
yang bertindak sebagai Allah dalam Qur’an?
Dalam sanggahannya, Yusuf Ali berkomentar, “Bulan dipuja sebagai dewa pada
saat-saat gelap (fn. 5798, pg. 1644). Mungkin, sumpah Allah ini akibat kebiasaan budaya
yang sudah mendalam menyembah bulan sebagai Tuhan.

2.

Yusuf Ali menjelaskan (Page:1921-1623 of his English Translation of Holy Quran),
“Pemujaan Bulan sangat populer dalam berbagai bentuk. Apollo dan Diana
saudara kembar, mewakili bulan dan matahari. Dalam agama Vedic India, dewa bulan
adalah Soma, dewa planet. Jaman India kuno dulu, bulan adalah dewa (laki-laki). Bulan
juga dewa (laki-laki) dalam agama Semitik kuno dan kata Arab bagi bulan, “qamar’, juga
memiliki gender maskulin. Sementara, kata Arab bagi matahari “shams” adalah gender
feminin. Kaum berhala Arab nampaknya menganggap matahari sang dewi dan bulan

sang dewa. Dewa-dewi berhala yang paling terkenal di sekitar Mekkah adalah Lat, Uzza,
dan Manat. Ke 360 dewa-dewi di Kabah itu juga kira-kira mewakili jumlah hari dalam
satu tahun. Ini sebenarnya pemujaan berhala yang dikenal kaum Quraish pada jaman
nabi kami.”

3.

Pengaruh Bulan pada Islam.
Siapa yang bisa membantah pentingnya pengaruh bulan dalam kehidupan Muslim?
Dalam Islam, bulan dianggap obyek astronomi yang paling sakral dan bulan adalah
patokan segala festival/ritual Islam. Kontradiksi dan konflik sangat umum dengan
tanggal-tanggal Idul Fitri dan Ramadhan dan jelas ini problem kronis dan bulan adalah
sumber segala permasalahan ini. Bulan sabit adalah lambang pada bendera negara-negara
Muslim, mesjid, kuburan dsb.

Nabi Muhammad memanfaatkan kaum berhala untuk mendirikan Islam di
semenanjung Arab.
Muhammad menggunakan taktik mengadaptasi ritual berhala dalam Islam agar dapat
mengakomodasi kaum berhala. Ia terikat berbagai perjanjian politik dengan para pemimpin
kaum berhala seperti Abu Sofyan guna mengakomodasi agama barunya ini dan setuju untuk

mencakupkan ritual-ritual berhala dalam Islam. Muhammad meminta para penyembah
berhala agar hanya memuja “Allah” dewa paling besar dan menghancurkan lambanglambang dewa-dewi lainnya yang eksis dalam Ka’bah.
Untuk mendirikan monotheisme-nya Allah, ia berkali-kali meminta mereka agar tidak
menomorduakan (not to make any partners to) Allah. Itulah kenapa kita bisa menemukan
ratusan surah Qur’an meminta agar “not to make any partners to Allah”. Akhirnya, Nabi
sanggup meyakinkan (tentunya dengan kekerasan) agar kaum berhala menghancurkan semua
patung dewa-dewi dan sebagai gantinya setuju untuk membiarkan nama-nama alternatif dewa
yang paling penting “Allah” maka dari itulah Islam memiliki 99 NAMA ALLAH.

Nabi Muhamad memerintahkan pengikutnya agar turut serta dalam upacara berhala
saat kaum berhala masih menguasai Mekkah.
Lihat Yusuf Ali, fn. 214, page.7 ...“seluruh hijrah (berhala) diberi arti spiritual dalam
Islam, ...the whole of the [pagan] pilgrimage was spiritualized in Islam...” (Yusuf Ali: fn. 223
page. 80). Dalam Tafsir (Quran-2:200) Maulana Yusuf Ali mengatakan : “Dalam masa
pemujaan berhala, setelah hijrah, para peziarah biasanya berkumpul dalam kelompokkelompok dan menyanyikan pujian-pujian pada nenek moyang mereka”.
Seluruh ritual hijrah diberi arti spiritual dalam Islam, jadi akhirnya Hijrah juga dispiritualisasi. Dianjurkan agar para peziarah untuk tinggal selama 2 atau 3 hari setelah hijrah,
tetapi mereka harus menggunakannya untuk sholat dan pemujaan kepada Tuhan. (#223 of
Shane’nazul by Maoulana Yousuf Ali, page-81)

Dalam Islam banyak ritual Muslim atas nama Allah ada hubungannya dengan

pemujaan berhala yang ada sebelum Islam. Praktek berhala Hijrah di Ka’bah sekali setahun–
puasa Ramadan, lari keliling Kabah 7 kali, mencium batu hitam Aswad, mencukur kepala,
korban binatang, lari keatas dan kebawah 2 bukit, melemparkan batu kepada setan,
mendenguskan air dari hidung, sholat beberapa kali sehari menghadap Mekkah, zakat, sholat
Jumat,dsb diikuti secara ketat oleh umat Muslim. Tetapi tidak ada yang bisa mengingkari
fakta bahwa, ritual-ritual tersebut eksis jauh sebelum adanya Islam.
Sangat masuk akal bahwa mencakupkan ritual berhala dalam agama baru -saat ituIslam, nabi dengan sukses mengurangi risiko pemberontakan dari kaum berhala dan menjadi
salah satu langkah penting untuk dapat menarik pengikut.
Kesimpulannya bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa Islam bukan agama baru, namun
bentuk reformasi pemujaan terhadap berhala. Semua agama monotheis memiliki asal usul
yang sama, pemikiran monotheis dinyatakan oleh para raja Faraoh, Raja Mesopotamia
Hamarubi (3000 SM) dan Alexander the Great (300 SM.). Dan pada akhirnya, raja-raja ini
menuntut bahwa merekalah tuhan yang harus dipuja orang.

Gbr. Patung Raja Babilon Nabonidus. Lihat lambang di sebelah kanannya adalah lambang Bulan Sabit dan Bintang.

Sejarah mengatakan bahwa Nabonidus pernah tinggal di oasis subur di Temâ, Arabia
selama tujuh tahun. Tentunya saat itu pula dia menyebarkan kepercayaan menyembah Dewa
Bulan di daerah Arabia. Taurat dan Tanakh beberapa kali menyebut anak-anak perempuan
Babilon. Yang dimaksud dengan anak2 perempuan Babilon itu adalah pecahan dari

kepercayaan masyarakat Babilon.
Jadi penyembahan terhadap Dewa Bulan di Timur Tengah sudah berlangsung lama
sekali sebelum jaman Islam. Konsep dan nama Dewanya bisa bermacam-macam, tapi yang
disembah tetap sama yaitu Bulan di langit. Misalnya, dewa bulan di Simeria dan Babilon

dikenal dengan nama Sin atau Nana. Nama dewa Bulan di Pantheon Minea adalah Wadd
(Hitti, 2002, hal. 97–98 ). Nama dewa Bulan bagi masyarakat Sabean adalah Almaqah.
Nama-nama lain dari Allah adalah Ilu bagi orang-orang Babylon dan Assyria, El bagi
orang Kanaan, dan Ilah bagi orang Arab tengah (Walker, 2004, p. 420). Masyarakat Nabasia
juga menyembah Allah, dan juga dua dewa lain yang lebih rendah derajatnya yakni arRahman dan ar-Rahim. Baik ar-Rahman maupun ar-Rahim dipuja bersama sebagai lambang
kehormatan dan kemuliaan. Herannya Qur’an juga menyebut kedua nama dewa Pagan ini,
meskipun menganggap kedua nama ini milik Allah. Sura pertama Qur’an (Sura Fatiha)
menyebutkan kedua nama itu. Juga Sura 19 (Sura Maryam) didominasi oleh nama-nama
kedua dewa tersebut.
Di jaman pra-Islam, Dewa Bulan Hubal atau Allah Ta’ala adalah dewa tertinggi bagi
masyarakat pagan Quraish. Allah Ta’ala versi Quraish beristri dan beranak Allat, Uzza dan
Manat.
Muhammad tidak suka akan konsep ini, karena beliau terinspirasi konsep satu tuhan
dari agama-agama Yahudi, Kristen, Hanif, Zoroastria, dll. Meskipun begitu, konsep satu
tuhan yang dimengerti Muhammad sangat berbeda dengan konsep satu tuhan dalam agama

Yudaisme dan Kristen. Keterangan tentang ini telah ditulis panjang lebar oleh Duladi.
Jika Dewa Bulan Quraish beranak-beristri, maka Dewa Bulan versi Muhammad tidak
beranak sebab tidak bisa/tidak mau cari istri. Ingatlah Q 6:101.
Jika jaman dulu Dewa Bulan versi Quraish bertoleransi terhadap agama lain, tapi
Dewa Bulan versi Muhammad sangat anti agama lain. Rupanya si Hilal tidak suka dengan
pandangan toleransi masyarakat Quraish terhadap agama lain, sehingga dia merasa perlu
mengutus nabinya untuk bikin konsep agama Dewa Bulan baru yang lebih ganas, lebih
memaksa, lebih kerazh terhadap umatnya sendiri, apalagi terhadap umat lain.
Karena banyaknya nama-nama Dewa Bulan di Jazirah Arabia, Muhammad perlu
menambah gelar Dewa Bulan miliknya agar tampil beda dengan Dewa-dewa Bulan yang lain:
Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT).

Tiga-3 Bukti Logis & Faktual Allah swt Bukan Tuhan

Keprimitifan nenek moyang suku Quraish menganggap batu hajar aswad sebagai
Tuhan. Suku Quraish sendiri begitu yakin, sangat-sangat yakin, kalau batu itu adalah Tuhan.
Batu tersebut merupakan TUHAN SANG PENCIPTA (wujud dari berhala dewa bulan sabit).
Bila kita menelusuri dari sejarah bangsa-bangsa kuno, terutama mereka yang begitu
terbelakang, mereka mempercayai JIMAT, batu bertuah atau batu jeda sebagai “DZAT”
yang memiliki kekuatan supranatural (adikodrati) dan dapat mempengaruhi kelangsungan

jagat raya ini, termasuk hidup matinya makhluk hidup. Hingga saat ini budaya tersebut
terbawa turun-temurun, terbukti masyarakat muslim sangat menyukai hal-hal yang berbau
mistis, hal-hal ghoib dan bebatuan yang dianggap mampu memberi petuah.
Berdasarkan dari sampel batu yang diterima, penelitian NASA belum lama ini
mengidentifikasikan bahwa Batu Aswad merupakan bongkahan dari meteor rasi bintang yang
jatuh ke bumi, NASA mengungkapkan meteor jenis ini memang mengeluarkan berupa zat
yang beraroma wangi (pemerintah Arab meminta agar hal ini tidak dipublikasikan).
Memang tidak bisa dipungkiri, Muhammad secara sengaja hendak menjadikan tuhan
lokal mereka menjadi tuhan universal, dengan cara memaksa bangsa-bangsa lain untuk turut
menyembahnya. Secara psikologis, bila awloh disembah di seluruh dunia berarti derajat
bangsa Arab akan terangkat pula, dan itu memberi keleluasaan bangsa Arab untuk dapat
berkuasa penuh di bumi. Itu secara umum; dan secara khususnya, dengan mengorbitkan
awloh sebagai satu-satunya sesembahan yg agung, berarti mengangkat citra bani Quraish
(penduduk kota Mekkah) sebagai suku yang terhormat.
Bisa dibayangkan sewaktu seluruh dunia mengucapkan kalimat: “Laa illa ha
illalaaa…. Laa illa ha illalaaa….” betapa bangganya peradaban suku Quraish, nama
sesembahan nenek moyang mereka diakui dan diagungkan dunia. Mereka yang pintar atau
dunia yang sedang diperhadapkan dengan pembodohan.
1. Arah Kiblat ke Ka’bah, menunjukkan bahwa sesembahan Muslim adalah berhalanya
Quraish.
2. Simbol bulan sabit, adalah simbol DEWA BULAN.
3. Ritual cium batu oleh para calon haji, yg diikuti dengan seruan “Ya allah, aku datang
kepadamu.”

Maka dari itu, sebagai umat muslim yang berintelektual dan berfikir kritis dapat
menelaah hal-hal sebagai berikut :
1. Kiblat sholat mengarah ke Kabah di mana disitulah batu Allah sembahan para
nenek moyang suku Quraish. Hal ini mengidentifikasikan bahwa bukanlah SANG
PENCIPTA yang disembah, melainkan tuhannya Quraish, penduduk kota Mekkah.

Perhatikan juga ucapan Muhammad ini:
QS. 27 An Naml: 91 “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (allah
sembahan Quraish Mekkah) Yang telah dijadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala
sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Surat ALBAQARAH (2:62) “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benarbenar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati”.
Siapakah awloh? Awloh adalah batu hajar aswad, “Tuhan” bagi suku Quraish.
Sebelum Muhammad memproklamirkan diri sebagai nabinya awloh, batu hajar aswad
sudah demikian dikultuskan, dan menjadi salah satu penghuni Ka’bah di samping 360
berhala lain sembahan suku-suku di Arab.
Ini dapat diketahui dari riwayat pengangkatan batu tersebut
sewaktu Ka’bah rusak ditimpa banjir besar. Ingat! Waktu itu
Muhammad belum jadi “nabi”. Suatu ketika di saat Muhammad
berusia 35 tahun, Ka’bah rusak ditimpa banjir. Orang-orang
bersepakat membangun kembali kuil itu, tidak ketinggalan
Muhammad. Ketika sampai pada saat mengembalikan Hajar
Aswad (Batu Keramat berwarna Hitam) ke tempatnya semula,
timbul kericuhan. Masing-masing merasa lebih berhak mendapat

kehormatan mengerjakan hal itu. Orang bersitegang, hingga seluruh pekerjaan terhenti
karenanya.
Akhirnya

dimufakati

untuk

menyerahkan

keputusan

persoalan

kepada

barangsiapa yang esok harinya paling dahulu berada di Masjid al-Haram. Ternyata orang
itu ialah Muhammad, padahal dia tidak sengaja berusaha datang lebih pagi. Kemudian,
Muhammad membentangkan selembar kain, mengangkat dan meletakkan batu keramat itu
di atas kain tersebut. Kemudian para kepala keluarga/kelompok/kafilah/orang terkemuka
diajak beramai-ramai mengangkat dan membawa kain itu ke tempat di mana batu hitam
akan diletakkan dan Muhammad sendiri meletakkannya di atas tempatnya semula. Sejak
saat itu Muhammad mendapat tempat terhormat di hati orang-orang Mekkah. Kewibawaan
Muhammad naik di mata rakyat. Dan sejak saat itu pula, Muhammad semakin sering
bersemedi di dalam gua, sebuah gua yang sempit dan gelap gulita, namanya gua Hira.
Untuk memasuki gua tersebut, orang harus merangkak. Gua itu terletak di bukit Hira ±9
km dari Mekkah.
2. Simbol Bulan Sabit, Awloh adalah dewa bulan, yg simbolnya adalah bulan sabit. Ini
sudah cukup dikenal oleh bangsa-bangsa primitif di Timur Tengah sejak ribuan
tahun yang lalu sebelum Muhammad lahir.

Gbr 5. Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun, di atasnya terdapat lambang bulan sabit.
Gbr 6. Lambang bulan sabit yang terdapat pada masjid-masjid di zaman sekarang.
Gbr 7. Perunggu bulan sabit ditemukan di benteng kuno Asyiria yang berusia 3000 tahun. Bulan sabit
adalah simbol dewa bulan Asyiria.

Gbr. 8, 9, 10 Dewa-dewa bulan sabit yang bersimbolkan bulan sabit.

Gbr. Ilustrasi persamaan Bulan sabit dan Allah swt

3. Ritual apa yang dilakukan oleh jemaah haji di Mekkah? Sebelum muter-muter
ka’bah, sebisa mungkin mereka melakukan sunnah Muhammad yaitu mencium
“awloh”. Dan sebelum mencium awloh, mereka mengucapkan: “Ya awloh, aku
penuhi panggilanmu.” Hal itu dicontohkan Muhammad ketika dia melakukan
ibadah haji:
Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 26, Number 673: Dikisahkan oleh Salim
bahwa ayahnya berkata: Aku melihat Rasul Allah tiba di Mekkah; mula-mula dia
mencium batu hitam (hajar aswad) ketika akan melakukan tawaf dan berlari-lari kecil di
tiga putaran (tawaf) pertama dari tujuh kali putaran (tawaf).

Muwatta, Book 20, Number 20.33.113: Yahya bercerita padaku dari Malik apa
yang dia dengar bahwa ketika Rasul Allah SAW telah selesai Tawaf Kabah, sholat dua
rokaat, dan ingin berangkat ke Safa dan Marwa, dia akan memberi hormat ke sudut tempat
Batu Hitam berada sebelum berangkat.
BATU HITAM “allah” itu begitu penting dalam ritual haji muhammad di mekkah.
Pertama, dia cium batu hitam, terus berlari keliling kabah 3 kali, dan berjalan keliling
kabah 4 kali.
Hadis Muslim, Book 007, Number 2832: Abdullah B.‘Umar (Allah be pleased
with them) melaporkan: Rasul Allah (mpbuh) mengamati Tamattu’ in Hajjat-ul-Qada’,
Pertama-tama dia pakai Ihram utk Umroh dan kemudian utk Haji, dan lalu memberi
korban binatang. Jadi dia bawa binatang kurban itu bersamanya dari Dhu’l-Hulaifa. Rasul
Allah (mpbuh) memulai Ihram utk Umroh dan dg demikian mengumumkan juga Talbiya
utk Umroh. Lalu (memakai Ihram utk Haji) dan mengumumkan Talbiya utk Haji. Dan
orang2 melakukan Tamattu’ ditemani Rasul Allah (mpbuh). Mereka memakai Ihram utk
Umroh (pertama tama) dan kemudian yang untuk Haji. Beberapa dari mereka membawa
binatang kurban. Jadi ketika Rasul Allah (mpbuh) datang ke Mekah, dia bilang pada
orang2: Dia yang membawa serta binatang kurban tidak boleh menganggap apapun yang
tidak hak baginya menjadi hak baginya sampai dia menyelesaikan Haji; dan dia, yang
tidak membawa binatang kurban harus mengelilingi Kabah dan berlari diantara al-Safa’
dan al-Marwa dan memotong (rambutnya) dan melepas Ihram lalu memasang Ihram utk
berhaji dan memberi kurban. Tapi dia yang tidak menemukan kurban, harus melakukan
puasa selama tiga hari selama haji dan tujuh hari ketika dia kembali kepada keluarganya.
Rasul Allah (mpbuh) mengelilingi (kabah) ketika dia sampai di Mekkah: Dia
pertama-tama mencium sudut (Kabah yang ada batu Hitam), lalu berlari tiga keliling dari
tujuh dan berjalan empat keliling. Dan lalu ketika dia selesai mengelilingi Kabah dia
melakukan sholat dua rokaat pada station (ibrahim), lalu mengucap Salaam (karena selesai
Rokaat), dan berangkat ke al-Safa’ dan berlari tujuh kali antara al-Safa’ dan al-Marwa.
Setelah itu dia tidak memperlakukan apapun sebagai hak segala sesuatu yang
bukan hak sampai dia melengkapi hajinya dan mengurbankan kurban dihari kurban (hari
ke-10 Dhu’l-Hijja). Dan lalu kembali secepatnya (ke Mekkah) dan mengelilingi Kabah
(dikenal sebagai tawaf ifada) setelah itu semua yang bukan hak baginya menjadi hak. Dan
mereka yang membawa hewan kurban bersama mereka melakukan apa yang dilakukan
Rasul Allah (mpbuh). Hadis ini diriwayatkan atas otoritas Aisha. Istri dari Rasul Allah
(mpbuh), mengenai Tamattu dari Haji dan Umrah dan bagaimana melakukan Tamattu oleh

para sahabat. Ada lagi ritual selain mencium dan menghormat BATU HITAM “awloh”.
muhammad juga sering menunjuk menggunakan tongkat ke arah BATU HITAM seraya
meneriakkan, ‘allahuakbar’!…
Hadis Bukhari, Volume 2, Book 26, Number 677: Diriwayatkan oleh Ibn
Abbas: Dalam Haji Terakhirnya nabi melakukan Tawaf Kaba dengan naik unta dan
menunjuk sudut (kabah yg ada batu hitam) dengan tongkat yang berujung bengkok.
Hadis Bukhari, Volume 2, Book 26, Number 697: Diriwayatkan oleh Ibn
Abbas: Rasul Allah melakukan Tawaf (kabah) dengan naik unta (saat itu kaki nabi sedang
terluka). Ketika sampai ke sudut (yang ada batu hitam) dia menunjuk kearah batu itu
memakai sesuatu pada tangannya dan berkata, “Allahu-Akbar.”

Gbr. Muslim yang beribadah haji diwajibkan untuk mencium batu hitam (berhala)

Hadis Sahih Muslim 1190: “Tatkala Rasulullah SAW tiba di Mekah, mula-mula beliau
datangi Hajar Aswad lalu beliau mencium.”
Hadis Sahih Muslim 1150: Sebelum mencium Hajar Aswad itu, Muhammad mengucapkan:
“Labbaik allahuma labbaik” yang berarti : “Ya Allah atas panggilanMu aku datang
kepadaMu.”
Abu Dawud, Book 10, Number 1813: Diriwayatkan Abdullah ibn Abbas: Nabi (pbuh)
berkata: Orang yang melakukan umrah harus berteriak talbiyah sampai dia menyentuh Batu
Hitam. [Talbiyah = "Ya Allah, aku datang memenuhi undanganmu. Tiada sekutu bagimu..."]
Bukannya batu merupakan sekutu?

Berdasarkan 3 (tiga) bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa allah swt yang dikenal
selama ini awalnya hanya penyembahan terhadap dewa bulan, hal ini telah berlangsung
puluhan ribu tahun yang lalu, ini merupakan tradisi ritual budaya Arab yang primitif.
1. Ka’bah, sebelum dibersihkan oleh Muhammad, berisi 360 berhala. Satu di antaranya
adalah Allah taala yg wujudnya BATU. Orang Quraish yg primitif itu menganggap BATU
tersebut adalah TUHAN SANG PENCIPTA. Demikianlah pandangan bodoh itu terus
diadopsi hingga sekarang, tapi dikaburkan supaya tidak diketahui oleh dunia bahwa allah
taala itu sebenarnya cuma sebuah batu.
2. Bangsa-bangsa kuno di Mesopotamia menyembah DEWA BULAN, simbolnya BULAN
SABIT. Dan sekarang Arab memakai simbol tersebut untuk agamanya, masihkah Anda
mengelak dari kenyataan ini?
3. Batu Hajar Aswad dicium, lalu diikuti seruan: “Ya allah, aku datang kepadamu”.
Masihkah Anda membantah kalau batu itu bukan allah?

Gbr. Lambaikan tanganmu ke kamera. (camera action!!)

Pertanyaan-pertanyaan:
Jika BATU HITAM itu AWLOH, kenapa ditempatkan di luar Kaabah, bukan di
dalamnya?
Masih ingat dengan istilah “PENUNGGU KAABAH”? Bangsa Arab percaya bahwa
awloh menjaga “RUMAH”-nya dengan cara berdiri di salah satu sudut rumahnya. Di
samping itu, awloh tidak sendirian, dia juga dikawal oleh 8.888 jin, yang diberi nama
“Huda Al-Fitiri”. Jadi, menempatkan batu “awloh” di luar, terutama di salah satu
sudut bangunan Kaabah memiliki arti “MENJAGA” atau “MENUNGGUI
RUMAHNYA”.

Jika BATU HITAM yang ukurannya kecil itu AWLOH, bukankah ini bertentangan
dengan konsep “ALLAHU-AKBAR”?
Bangsa Arab tidak memandang ukuran fisiknya. Pengertian dari “akbar” di sini bukan
menyatakan ukuran fisiknya, tapi kekuasaannya. Bangsa Arab meyakini, walaupun
awloh “seukuran batu” namun kekuasaannya meliputi seluruh alam semesta. Itulah
kenapa ada mitos “ALLAHU-AKBAR”.
Muhammad sendiri memahami konsep tersebut, seperti terlihat dari hadist berikut ini:
Hadis Bukhari, Volume 2, Book 26, Number 697: Diriwayatkan oleh Ibn Abbas:
Rasul Allah melakukan Tawaf (kabah) dengan naik unta (saat itu kaki nabi sedang
terluka). Ketika sampai ke sudut (yang ada batu hitam) dia menunjuk ke arah batu itu
memakai sesuatu pada tangannya dan berkata, “Allahu-Akbar.”
Jika BATU HITAM itu awloh, kenapa Muhammad tidak berterus-terang menulis dalam
Qurannya kalau awloh itu berwujud batu?
Walaupun bangsa Arab itu primitif, namun mereka tidak bodoh-bodoh amat. Mereka
juga dekat dan berinteraksi dengan agama-agama lain, terutama dengan agama-agama
kitab seperti Yahudi dan Nasrani. Tentu saja bangsa Arab akan merasa malu bila
sampai dunia tahu kalau awloh itu cuma sebuah batu. Walau begitu, mereka tetap
tidak bisa menyembunyikan identitas awloh sembahan mereka itu sebagai batu secara
sempurna. Mereka masih menyebut awloh sebagai “DZAT” (benda wujud). Bangsa
Arab menganggap Tuhan itu “DZAT” yang unique, distinct dan absolut (berbeda
sendiri, tidak ada yang menyamai bentuknya, dan tidak bisa berubah wujud), karena
memang seperti itulah hakikat BATU HITAM. Selain itu, penyebutan awloh sebagai
tauhid juga mengarah pada identitas kebendaan (tunggal secara bendawi).

Apa Hubungan SABIT dengan BATU HITAM?
Sabit adalah simbol dewa bulan. Orang-orang kuno di Mesopotamia menyembah
bulan sabit sebagai Tuhan, dan mewujudkannya dalam bentuk patung manusia
(Hubal). Di Ka’bah juga terdapat Patung Hubal, sebagai salah satu di antara 360
berhala. Tapi, walau suku Quraish Jahiliyah sama-sama menyembah Dewa Bulan,
namun mereka tidak memakai patung Hubal sebagai perwujudannya, melainkan
sebuah BATU HITAM “HAJARUL ASWAD”. Jadi, Patung Hubal adalah dewa
bulannya suku lain di Arab, sementara BATU HITAM adalah dewa bulannya suku
Quraish. Ketika Muhammad berhasil menaklukkan Mekkah, dia menyingkirkan
berhala-berhala lain, termasuk patung dewa bulan “Hubal” itu. Patung Hubal dia

singkirkan, karena patung Hubal itu bukan sesembahan bani Quraish, walau samasama diklaim oleh suku lain sebagai Dewa Bulan. Sama-sama Dewa Bulan, tapi
bentuknya beda, dan namanya pun juga beda. Bisa jadi, di dalam Ka’bah masih ada
lagi Dewa Bulan-Dewa Bulan lain dengan bentuknya masing-masing sesuai dengan
keinginan suku pemiliknya. Nama “Allah” adalah eksklusif milik suku Quraish
Mekkah, dan tidak diterapkan pada patung lain, kecuali BATU HITAM itu. Dan
Muhammad masih memakai simbol sabit, karena sabit adalah identitas bagi BATU
HITAM, untuk menegaskan bahwa BATU HITAM itulah Dewa Bulan yang
sesungguhnya, bukan patung-patung yang lain.

Gbr. Batu Hitam “Hajar Aswad/Syahwat”
Hal ini juga seperti mengisyaratkan bahwa surga pria terletak di selangkangan para wanita.
Sesungguhnya apabila kamu berSyahwat, maka Hajarlah/lampiaskanlah ke wanita.
itulah mengapa dimasa hidupnya Muhammad bergelar “Playboy cap Onta”

Bila Awloh itu Berhala, kenapa Muhammad tidak pernah merasa menyembah Berhala?
Bagi orang Arab primitif, berhala itu wujudnya makhluk, seperti misalnya: wujud
manusia atau wujud hewan. Bila bentuknya batu (tidak menyerupai apapun), maka
dianggap bukan berhala. Muhammad akan sangat murka bila sesembahannya
diserupakan dengan apapun. Allah taala dewa bulan itu absolut, unique dan distinct.

Tak ada yang menyamai bentuknya, sangat unik dan berbeda dari ciptaannya, serta
tidak akan pernah berubah wujud sampai kapan pun walau untuk sementara waktu
(absolut secara kebendaan). Banyak ayat-ayat Quran yang dia karang yang isinya
melarang pengikutnya menyerupakan awloh dengan makhluk. Muhammad benci pada
patung, tapi cinta pada batu. Karena bagi Muhammad, batu yang tak berbentuk atau
tidak menyerupai apapun di muka bumi bukanlah patung (berhala).
Bila Arab penyembah bulan, kenapa tidak ada ritual menyembah bulan secara langsung?
Orang Jepang penganut agama Shinto, walau mereka menyembah Matahari, tapi
mereka tidak menjalankan ritual-ritual yg secara menyolok mengarah langsung pd
pemujaan Matahari, karena Sang Dewa sudah dialihkan ke dalam atribut lain, seperti
berupa patung atau jimat-jimat. Demikian pula Arab. Mereka tidak menunjukkan
ritual pemujaan yg langsung mengarah pada bulan di langit, karena Sang Dewa sudah
dialihkan ke bentuk batu bernama Hajar Aswad. Jadi, persembahyangan mereka
ditujukan tidak lagi terhadap bulan di langit, tapi kepada batu tersebut. Kenapa terjadi
pengaburan? Apakah ini bertujuan untuk mengelabuhi orang lain supaya tidak kentara
kalau mereka sesungguhnya penyembah benda-benda langit? Salah satu alasannya
bisa begitu, karena perkembangan informasi antar agama dan kemajuan Iptek
membuat mereka merasa malu kalau sampai diketahui dunia bahwa mereka adalah
penyembah bulan. Jadi, sosok sesungguhnya yg mereka sembah dengan sengaja
disamarkan. Muhammad pun dengan cerdiknya menutupi hal ini, seperti terlihat pada
ayat berikut:
QS 2:189 Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintupintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Tetapi tetap saja dia tidak dapat menutupi hal ini secara sempurna, karena simbol itu,
biar bagaimanapun, masih harus dipakai sebagai simbol “Tuhan”.

Kenapa mula-mula sholat Islam diarahkan ke Yerusalem yang tidak ada BATU HITAMnya?
Itu tidak benar. Karena sholat mula-mula di Mekkah tidak mempunyai kiblat. Muslim
bebas menghadap ke arah mana pun. Setelah hijrah ke Medinah, pada awal-awal
interaksinya dengan orang Yahudi di kota itu, Muhammad menyamakan kiblat
muslim dengan orang Yahudi, yaitu ke Yerusalem. Hal itu terjadi selama lebih kurang
17 bulan.
Itu hanya trik awal Muhammad saja untuk menggaet orang-orang Yahudi Medinah
agar tertarik dan bersedia masuk Islam jadi pengikutnya.
Hadis Sahihu’l-Bukhari, Kitabu’l-Imam, vol. i. p. 18:
Pada awalnya, sang Nabi memerintahkan sembahyang dengan Qibla ke arah
Yerusalem selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan dia senang ketika Mekkah
menjadi arah Qibla.
Ketika tahu orang-orang Yahudi tetap tidak bersimpati padanya dan tidak mau
mengakuinya nabi, maka Muhammad menjadi sangat membenci umat itu, dan
memutuskan untuk mengubah arah kiblat ke kotanya sendiri, yaitu Mekkah.
Hal itu tampak dalam ayat-ayat Medinah tentang pemindahan kiblat yang
dikarangnya:
QS 2:143 Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
QS 2:144 Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
QS 2:149 Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu
yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.
QS 2:150 Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orangorang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan

takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya
kamu mendapat petunjuk.

Apakah ALLAH adalah bagian dari PERSERIKATAN (KELOMPOK) 360 Berhala yang
ada di Ka’bah?
Itu benar sekali. Allah adalah salah satu dari 360 berhala yang bersembunyi di
Ka’bah. Itulah kenapa, ada ayat-ayat seperti ini (mohon perhatikan baik-baik):
QS 7:191 Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala
yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan
orang.
QS 17:42 Katakanlah: “Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana
yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang
mempunyai ‘Arsy.”
QS 22:26 “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu
pun dengan Aku (=awloh) dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf,
dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.”
Ketika Muhammad menghancurkan berhala-berhala dari dalam Ka’bah, Muhammad
menyisakan HAJAR ASWAD. Kenapa? Karena HAJAR ASWAD itulah ALLAH.
(Perhatikan kembali ayat-ayat di atas, sebagai pedoman Muhammad untuk
melegalkan sepak terjangnya). Betapakah seorang nabi sangat pandai bersilat lidah?

Kalau awloh bukan salah satu dari 360 berhala, mengapa ada ayat-ayat di atas?
Dan kenapa HAJAR ASWAD tidak turut dimusnahkan?

HAJAR ASWAD = ALLAH.
Hajar aswad sekedar nama samaran, sedangkan ALLAH adalah nama yang sesungguhnya.
Arab-arab itu licik, mereka tidak ingin agamanya ditertawakan oleh umat agama Samawi,
jadi mereka perlu bersekongkol untuk menipu dunia dan berusaha mengaburkan sosok awloh
yang sesungguhnya. Tapi, mereka tetap tidak bisa menutupinya secara sempurna.

Lihat, apa yang diperbuat Muhammad terhadap HAJAR ASWAD:
Muwatta, Book 20, Number 20.33.113: Yahya bercerita padaku dari Malik apa yang dia
dengar bahwa ketika Rasul Allah SAW telah selesai Tawaf Kabah, sholat dua rokaat, dan
ingin berangkat ke Safa dan Marwa, dia akan memberi hormat ke sudut tempat Batu Hitam
berada sebelum berangkat.
Hadis Bukhari, Volume 2, Book 26, Number 697: Diriwayatkan oleh Ibn Abbas: Rasul
Allah melakukan Tawaf (kabah) dengan naik unta (saat itu kaki nabi sedang terluka). Ketika
sampai ke sudut (yang ada batu hitam) dia menunjuk kearah batu itu memakai sesuatu pada
tangannya dan berkata, “Allahu-Akbar.”
Apakah Muhammad pernah hormat kepada Ka’bah? TIDAK PERNAH.
Apakah Muhammad pernah menunjuk ke arah Ka’bah, lalu berseru: “ALLAHUAKBAR”? TIDAK PERNAH.
Hadis Muslim, Book 007, Number 2907: Salim melaporkan atas otoritas
ayahnya bahwa Rasul Allah tidak menyentuh sudut manapun dari Kabah, kecuali
sudut Hitam (yang ada Batu Hitam terpasang) dan bagian kecil di dekatnya, yang
mengarah ke arah rumah2 suku Jumuhi.
Kalau masih ada orang yang menyangka Ka’bah itulah ALLAH, ini salah.
Karena HAJAR ASWAD itulah ALLAH YANG SEBENARNYA.
Abu Dawud, Book 10, Number 1813: Diriwayatkan Abdullah ibn Abbas:
Nabi (pbuh) berkata: Orang yang melakukan umrah harus berteriak talbiyah sampai
dia menyentuh Batu Hitam.
Jadi Talbiyah, adalah seruan-seruan terhadap awloh?

“Kami penuhi penggilan-Mu, kami penuhi panggilan-Mu, kami penuhi panggilan-Mu,
tiada sekutu bagi-Mu, kami penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan
kenikmatan bagi-Mu, dan kerajaan (bagi-Mu) tiada sekutu bagi-Mu.”
Muhammad tidak saja menghormat dan meneriaki Hajar Aswad sebagai “allah yang maha
akbar”, tapi juga menyentuh, mengelus dan menciumnya, ibarat seorang pemuja jimat yang
sangat cinta pada jimatnya.

Abu Dawud, Book 10, Number 1884: Diriwayatkan Abdullah ibn Abbas: Nabi (pbuh)
menjepit jubah pada ketiak kanannya dengan ujung jubah itu ada pada bahu kirinya, dan
menyentuh sudut (batu hitam), lalu meneriakkan “Allahu-Akbar” dan berjalan dengan
bangganya mengelilingi Kabah tiga kali. Ketika mereka (para sahabat) mencapai sudut
Yaman, dan menghilang dari mata orang Quraish, mereka berjalan seperti biasa; ketika
muncul dihadapan mereka mereka berjalan dengan gagah dan langkah yang cepat. Dengan itu
kaum Quraish berkata: Mereka seperti rusa (yang sedang lompat). Ibn Abbas berkata: oleh
karena itu hal ini lalu menjadi Sunnah (suri tauladan Nabi).
Hadis Bukhari Volume 2, Book 26, Number 673: Dikisahkan oleh Salim bahwa ayahnya
berkata: Aku melihat Rasul Allah tiba di Mekah; mula2 dia mencium batu hitam (hajar
aswad) ketika akan melakukan tawaf dan berlari-lari kecil di tiga putaran (tawaf) pertama
dari tujuh kali putaran (tawaf).

Gbr. Ritual Pagan Islam
Kumpulan manusia berbaju putih menyembah dan mencium ke batu berhala “Hajar Aswad”
Bagaikan kumpulan sperma yang hendak mencari kehidupan di dalam rahim wanita “Vagina Syahwat”