Metode dan Teknik Penyuluhan. docx

8

III. DASAR PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN
A. Sasaran
Khalayak sasaran dalam penyuluhan pertanian ini dalah masyarakat tani
yang mengelola tanaman pangan dan mengembangkan usaha tani. Penyuluhan
ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan aspek dasar pemasaran,
ketrampilan dan strategi untuk memasarkan produk. Metode yang digunakan
adalah presentasi, ceramah, diskusi mengenai peningkatan nilai tambah suatu
produk pertanian (Fitriani, 2012).
Semua materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh,
pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut harus senantiasa mengacu
kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh masyarakat sasarannya.
Kenyataannya seringkali penyuluh menghadapi kesulitan untuk memilih dan
menyajikan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat sasarannya,
hal ini disebabkan oleh karena keragaman sasaran yang dihadapi, sehingga
menuntut keragaman kebutuhan yang berbeda atau keragaman materi yang
harus disampaikan pada saat yang sama (Suwardi, 2009).
Sasaran penyuluhan dibedakan menjadi 3 kelompok sasaran, yaitu 1)
sasaran utama, yaitu sasaran penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam
kegiatan bertani dan pengelolaan usaha tani. Termasuk dalam kelompok ini

adalah petani dan keluarganya, 2) sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian,
yaitu yang bukan pelaksana kegiatan bertani dan berusaha tani. Termasuk
dalam kelompok ini adalah penguasa (pemimpin wilayah), tokoh-tokoh
informal, para peneliti dan para ilmuwa serta lembaga perkreditan, dan 3)
sasaran pendukung penyuluhan pertanian, yaitu pihak-pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan
pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan
penyuluhan pertanian.

Termasuk kelompok ini adalah para pekerja sosial

(seniman), konsumen hasil-hasil pertanian, dan biro iklan (Mardikanto, 1993).
Sasaran merupakan fokus kegiatan yang dilakukan selama kurun waktu
tertentu sesuai rencana yang telah ditetapkan. Sasaran produksi/produktivitas

8

9

pada kurun waktu yang ditentukan diharapkan selalu ada peningkatan baik

secara kualitatif maupun kuantitatif, dari berbagai macam komoditas baik dari
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perkebunan.
1.

Sektor Pertanian
Tabel 3.1 Sektor Pertanian Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
No

Komoditas

Luas tanam
Luas panen
Produksi (ton/ha)
(ha)
(ha)
1 Padi Organik
169
169
6,7
2 Padi

1.987
1987
7,1
3 Jagung
220
220
3,2
4 Kacang Tanah
86
86
18,3
Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Kecamatan Kalijambe Tahun 2015
Berdasarkan data diatas sektor pertanian padi yang non organik
banyak diminati oleh petani, karena produksi yang lebih banya
dibandingkan pertanian padi organik, yaitu untuk non organik sebanyak
7,1 ton/Ha dan untuk organik sebanyak 6,7 ton/Ha, dibandingkan dengan
sektor pertanian Kacang tanah dan jagung petani lebih memilih untuk
memanfaatkan lahan untuk sektor pertanian padi.
2.


Komposisi Penduduk
Tabel 3.2 Komposisi menurut jenis kelamin penduduk Kecamatan
Kaliijambe
Tahun
2010
2011
2012
Jumlah
Sumber

Laki-laki
Perempuan
Jumlah
23.975
23.314
47.289
24.107
23.328
47.435

25.658
24.527
50.185
73.740
71.169
144.909
: UPT Dinas KBPMD Kecamatan Kalijambe

Berdasarkan tabel 3.4 komposisi penduduk tahun 2010 untuk lakilaki berjumlah 23.975 jiwa, tahun 2011 sebanyak 24.107 jiwa dan untuk
2012 sebanya 25.658 jiwa, dengan jumlah total dari 2010-2012 adalah
sebanyak 73.740 jiwa. Komposisi penduduk perempuan pada tahun 2010
sebanyak 23.314 jiwa, tahun

2011 sebanya 23.328 jiwa, tahun 2012

sebanyak 24.527 jiwa dan jumlah penduduk perempuandari 2010 sampai
2012 adalah sebanyak 71.169. maka dapa disimpulkan bahwa jumlah laki-

10


laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan pada keamatan kalijambe
dar kurun waktu 2010-2012.
3.

Kepadatan Penduduk
Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk geografis dan agraris Kecamatan
Kalijambe
Tahun

Jumlah
Penduduk

Luas Daerah
Pertanian Geografis
(Ha)
(Ha)
2010
47.289
4.695
4.695

2011
47.435
4.695
4.695
2012
50.185
4.695
4.695
Sumber data : Statistik Kecamatan Kalijambe

Kepadatan Penduduk
Agraris
Geografis
(Jiwa/Ha) (Jiwa/Ha)
10
1.007
10
1.010
10
1.068


Berdasarkan data diatas jumlah penduduk pada tahun 2010 sampai
2012 berturut-turut adalah 47.289 jiwa, 47.435 jiwa, 50.185 jiwa. Dengan
luas daerah sebesar 4.695 Ha,dan kepadatan penduduk pada Kecamatan
Kalijambe untuk wilayah agraris adalah 10 jiwa/Ha dan untuk wilayah
geografis bertirit-turut dari tahu 2010 sampai 2012 adalah 1.007, 1.010,
dan 1.068 jiwa/Ha. Maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk
untuk Kecamatan Kalijambe tehitung rendah.
4.

Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Kalijambe
Tabel 3.4 Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Kalijambe
No
1

Kepala Keluarga
Jumlah Kepala Keluarga
- KK Laki-laki
- KK Perempuan
2

Jumlah KK Tani
3
Jumlah KK non Tani
Sumber data : Statistik Kecamatan Kalijambe

Jumlah
14.399
14.203
694
11.916
2.981

Berdasarkan tabel 3.6 Jumlah Kepala Keluarga untuk Kecamatan
kalijambe adalah sebanyak 14.399, dengan rincian KK Laki-laki sebanyak
14.203 dan KK perempuan sebanyak 694. Sedangkan untuk Jumlah KK
Tani sebanyak 11.916 dan untuk K non Tani sebanyak 2981. Jumlah
tersebut dapat disimpulkan bahwa, dari 14.399 total KK sebanyak 11.916
adalah KK Tani, dengan demikian angka petani di Kecamatan Kalijambe
lebh banyak dari pada sektor non pertanian.


11

5.

Mata Pencaharian Kalijambe
Tabel 3.5 Mata Pencaharian Penduduk Kalijambe
No
Mata Pencaharian Penduduk
1
Pertanian, Perkebunan Peternakan dan Perikanan
2
Pedagang
3
PNS
4
TNI / POLRI
5
Pegawai Swassta
6
Wiraswasta

7
Pensiunan
8
Lainnya / Pekerja Lepas
Sumber
: UPT Dinas KBPMD Kecamatan Kalijambe

Jumlah
8.852
1.682
742
101
4.486
9.208
313
7.322

Berdasarkan data diatas jumlah mata pencaharian penduduk Sektor
pertanian, meliputi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
sebanyak 8.852 jiwa, sedangkan untuk non pertanian dari pedagang, PNS,
TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Pensiunan berturut-turut adalah
sebanyak 1.682 jiwa, 742 jiwa, 101 jiwa, 4.486 jiwa, 9.208 jiwa, 313 jiwa,
dan untuk Pekerja Lepas atau Lainnya sebanyak 7.332 jiwa, dengan
demikian

sebagian

besar

penduduk

Kecamatan

Kalijambe

bermatapencaharin di sektor pertanian. Maka penting perannya dalam
mengelola sektor pertanian guna meningkatkan pendapatan perkapita demi
mensejahterakan masyarakat khususnya petani.
6.

Kelembagaan Petani –Nelayan
Tabel 3.6 Jumlah Kelompok tani Kecamatan Kalijambe
No
1
2
3
4
Jumlah
Sumber

Uraian
Jumlah Kelompok tani
Gapoktan
LKM-PUAP
Kontak Tani Nelayan
ANDALAN (KTNA)

Jumlah 2013
64
14
11
1

90
: UPT Bapeluh Kecamatan Kalijambe

Jumlah 2014
64
14
12
1
91

Berdasarkan tabel 3.8 kelembagaan petani – nelayan, bahwa jumlah
kelompok tani pada tahun 2013 sebanyak 64 kelompok, dan untuk tahun
2014 sebanyak 64 kelompok, dengan jumlah Gapoktan pada tahun 2013

12

dan 2014 sebanyak 14 gapoktan, untuk jumlah LKM-PUAP pada tahun
2013 sebanyak 11 mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebanyak 12
LKM-PUAP, dan untuk KTNA pada tahun 2013 dan 2014 sama yaitu
sebanyak 1. Jumlah keseluruhan untuk kelembagaan petani pada tahun
2013 sebanyak 90 mengalami peningkatan menjadi 91 pada tahun 2014.
7.

Keadaan Kelompom Tani Kecamatan Kalijambe
Tabel 3.7 Keadaan Kelompok Tani Kecamatan Kalijambe
No
1
2
3
4
Jumlah
Sumber

Uraian
Kelas Pemula
Kelas Lanjut
Kelas Madya
Kelas Utama

Jumlah 2013
45
19
64
: UPT Bapeluh Kecamatan Kalijambe

Jumlah 2014
45
19
64

Berdasarkan data diatas tentang keadaan Kelompok Tani Kecamatan
Kalijambe yaitu jumlah pada tahun 2013 untuk Kelompok tani Kelas lanju
sebanyak 45 Kelompok, sedangkan untuk kelas madya sebanyak 19
jelompok dengan jumlah total sebanyak 64 kelompok tani untuk tahun
2013. Tahun 201 jumlah kelompok tani kelas lanjut adalah sebanyak 45
kelompok dan kelas madya sebanyak 19 kelompok, jadi total kelompok
tani untuk tahun 2014 adalah sebanyak 64 kelompok.
Peningkatan produksi disektor pertanian dititik beratkan untuk mendukung
pemerintah dalam pembangunan nasional serta mempertahankan ketahanan
pangan didaerah. Sasaran pada daerah Sragen, Tepatnya Di Kecamatan
Kalijambe, Desa Samberembe adalah kelompok tani Ngudi Sampurno .
Kelompok Tani Ngudi Sampuro Jumlah anggota sebanyak 122 orang,
bapak Suratno selaku ketua kelompok tani dan bapak Triyono STP selaku
pendamping atau penyuluh pada kelompok tani tersebut. Komoditas
unggulannya adalah tanaman padi dan kacang tanah, dengan total luas lahan 68
ha. Permasalahan yang terdapat pada kelompok tani Ngudi Sampurno yaitu
1.

Tanaman Padi
a.

Pemberian Pupuk an organik tidak berimbang

b.

Tidak dilakukan perlakuan benih

13

2.

c.

Tanam tidak beraturan

d.

Pengembangan padi organik masih lamban

Tanaman Kacang tanah
a.

Mutu Benih masih rendah

b.

Pemupukan tidak sesuai anjuran

c.

Pengendalian OPT tidak sesuai dengan prinsip PHT

Penyuluhan dilakukan untuk dapat mengubah permasalahan tersebut
sebagai peluan dalam pemanfaatan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi sasaran yaitu Kelompok tani Ngudi Sampurno, perubahan
sikap, dan perilaku adalah bentuk keberhasilan dalam penyuuhan, dan metode
serta teknik dalam penyampaiannya menjadi peran penting dalam membantu
keberhasilan penyuluhan tersebut, maka penyuluhan harus melihat bagaimana
metode dan teknik yang sesuai untuk dapat behasil diterpkan bagi sasaran.
B. Penyuluhan dan Kelengkapannya
Penyuluh pertanian merupakan ilmu terpakai yang mengemukakan teoriteori, prosedur dan cara-cara tertentu dalam menyampaikan inovasi yang
diperoleh dari hasil penelitian kepada para petani melalui proses pendidikan
non formal.

Melalui

penyuluhan

dibekali

pengetahuan

praktis

guna

menghadapi tantangan yang akan sedang mereka hadapi. Peran penyuluhan
pertanian adalah perubahan perilaku petani melalui pendidikan, proses
perkembangan dirinya sebagai individu, hingga memungkinkan dirinya
berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya (Risna et al., 2012).
Penyuluh pertanian sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian
memiliki tingkat pengetahuan tertentu dan untuk keperluan kegiatannya
mungkin

masih memerlukan

tambahan

pengetahuan

atau

masukan

baru. Masukan baru tersebut antara lain berupa informasi teknologi hasil
penelitian yang dapat diperoleh dari berbagai media penyebarluasan informasi.
Media tersebut merupakan sumber informasi bagi penyuluh untuk mendukung
kegiatannya, antara lain menyusun programa dan rencana penyuluhan,
membuat petunjuk teknis, serta menyusun materi penyuluhan atau materi

14

pengajaran pada kursus tani. Seseorang akan memilih alur penyampaian
informasi yang paling memenuhi kebutuhannya, paling menyenangkan
baginya, dan paling cepat. Penyuluh akan memilih media yang sesuai dengan
kebutuhannya,

dalam arti

informasi

sesuai

dengan

kebutuhan

atau

mendukung tugasnya (Heryati, 2004).
Penyuluh pertanian adalah orang yang bekerja dalam kegiatan penyuluhan
yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan, sehingga sasarannya itu
mampu melakukan proses pengambilan keputusan dengan benar. Tugas pokok
penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam menyuluh dapat
dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi,
dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Dalam kegiatan penyuluh pertanian,
peran penyuluh pertanian sebagai petugas yang mempersiapkan para petani dan
pelaku usaha pertanian lain sudah mulai tumbuh yang antara lain dicirikan dari
kemampuannya dalam mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi,
serta tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan keterampilan
yang dikelola oleh petani sendiri. Sejalan dengan berubahnya paradigma
pembangunan pertanian, maka penyelenggaraan penyuluh pertanian dilakukan
melalui pendekatan partisipatif untuk lebih meningkatkan peran serta aktif
petani dan pelaku usaha pertanian lainnya.
Penyuluh Kecamatan Kalijambe berjumlah 7 orang yaitu Bp. Supriyanto,
Bp.Suyadi, Bp. Supadi, SP., Bp. Kurniawan, Bp. Dwi W,S.Pt., Bp Triyono,
STP dan Bp. Suwardi,A.Md dengan jumlah desa 14 desa, artinya satu penyuluh
mengampu 2 desa, setiap desa terditi atas 4-6 kelompok tani. Penyuluhan
Kelompok Tani Ngudi Sampurno dilakukan pada Sabtu pahing pada setiap
bulannya. Pertemuan rutin ini dilakukan untuk mensosialisasikan serta ajang
silaturahmi dari anggota kelompok tani Ngudi Sampurno, setiap pertemuan
peralatan yang digunakan cukup sederhana, sebatas penggunaan kertas, papan
tulis dan alat tulis, berupa pulpen dan sepidol. Proses penyuluhannya sendiri
menggunakan komunikasi 2 arah dimana ketika petani selesai mnyampaikan
materi, maka dilanujtkan sesi tanya jawab yang dilakukan oleh anggota
kelompok tani.

15

Tabel 3.8 Kelengkapan BPP Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
No

Kelengkapan

1

Komputer

2

LCD

3

Poster

Sember

Keterangan
Sebagai data input dan output dalam pelaksanaan
program yang ada dapa BPP kecamatan Kalijambe
Sebagai media dalam penyampaian materi dari
pemateri ke sasaran (audiens)
Kertas ukuran besar yang memuat gambar dan
tulisan

: Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan di BPP Kecamatan
Kalijambe, kelengkapan alat yang ada di BPP masih belum memadai baik dari
segi alat peraga maupun kelengkapan alat bantu, demikian dikarenakan dana
serta bantuan dari pihak pemerintah pusat maupun daerah yang belum mampu
mencukupi kebutuhan BPP itu sendiri, sehingga untuk pengadaan kelengkapan
alat masih belum menjadi prioritas utama, akan tetapi masih cukup efektif
dalam penyampain materi dari penyuluh terhadap sasaran serta tenaga
penyuluh yang belum mampu mengoptimalkan perlengkapan yang ada, berupa
pembuatan flipchart maupun penggunaan LCD.
C. Keadaan Daerah
Perencanaan wilayah di berbagai negara tidak sama, tergantung kepada
kehidupan ekonomi dan masalah yang dihadapi. Secara historis setidaknya
terdapat tiga pendekatan perencanaan wilayah (Jayadinata et al., 2006), yaitu:
1.

Perencanaan wilayah yang memusatkan perhatiannya kepada masalah kota
yang bersifat sosial. Pelaksanaannya meliputi perbaikan bagian kota yang
keadaan yang telah rusak dan tidak memenuhi standar, pemugaran kota,
pembuatan kota satelit untuk membantu meringankan kota industri yang
terlalu padat penduduknya. Titik berat perencanaan wilayah semacam ini
ditujukan pada kota yang besar dan wilayah sekelilingnya (hinterland)
yang dapat menunjang kota dalam perencanaan kota dan wilayah.

2.

Perencanaan wilayah yang memusatkan perhatiannya kepada wilayah yang
penduduknya banyak menganggur dan dalam keadaan stagnasi industri
(wilayah khusus). Dalam wilayah seperti ini, pemerintah perlu mengatur

16

intensif pembiayaan, pengaturan rangsangan untuk prasarana industri,
pengaturan konsesi pajak dan sebagainya, sehingga industri tertentu dapat
berlokasi di wilayah itu. Universitas Sumatera Utara
3.

Perencanaan wilayah yang memperhatikan wilayah pedesaan, dengan
pengembangan tanah bagi sektor pertanian dan rekreasi (perencanaan
pedesaan dan wilayah). Hal ini dilakukan untuk memperkecil perbedaan
kemakmuran antara pedesaan dan perkotaan
Lokasi pelaksanakan praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian

adalah Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Desa Wonorejo pada
Kelompok Tani Ngudi Sampurno. Kecamatan Kalijambe berjarak 36 KM dari
ibukota kabupaten. Terletak disebelah baratnya wilayak Kabupaten Sragen.
1.

Pembagian Wilayah kerja :
a.

Pembagian wilayah administrasi
Wilayah Kecamatan Kalijambe terdiri dari 14 desa, 137 dukuh dan
244 (RT) rukun tetangga

b.

Pembagian wilayah penyuluh pertanian
Kecamatan Kalijambe dibagi menjadi 7 wilayah kerja penyuluh petani
(WKPP), mempunyai cakupan 64 (enam puluh empat) wilayah
kelompok tani dan memiliki 14 gapoktan (gabungan kelompok tani)

2.

Wilayah Kecamatan
Batas Wilayah adminstrasi Kecamatan Kalijambe adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kecamatan Gemolong

Sebelah Selatan

: Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur

: Kecamatan Plupuh

Sebelah Barat

: Kabupaten Boyolali

Wilayah Kecamatan Kalijambe rata-rata berada pada ketinggian
kurang lebih 123 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi Kecamatan
Kalijambe sebagian besar datar dan ada beberapa desa yang topografinya
bergelombang dan mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi yaitu
Desa Krikilan, Ngebung dan Bukuran. Kecamatan Kalijambe sendiri
mempunyai luas wilayah seluruhnya adalah 4.495 Km2 atau 4.695 Ha.

17

3.

Penggunaan Tanah di Kecamatan Aklijambe
Tabel 3.9 Penggunaan Tanah di Kecamatan Kalijambe
No
1

Status Tanah Sawah
Tanah Sawah
a. Sawah berpengairan ½ teknis
b. Sawah irigasi sederhana
c. Sawah tadah Hujan
2 Tanah Tegalan
a. Tegalan Berpengairan
b. Tegal tadah Hujan
3
Tanah Pekarangan
4 Tanah lain-lain
Sumber data : Statistik Kecamatan Kalijambe

Luas (Ha)
147,000
247,000
1,484,000
1,469,000
1,159,508
161,120

Berdasarkan data Penggunaan tanah di Kecamatan Kalijambe maka
dapat diketahui bahwa Tanah sawah tadah hujan lebih banyak dari pada
sawah irigasi dan sawah berpengairan ½ teknis, yaitu 1,484,000 ha untuk
sawah tadah hujan, 247,000 ha untuk sawah irigasi sederhana dan 147,000
ha untuk sawah berpengairan ½ teknis, sedangkan untuk tegalan
mempunyai luas tanah 1,469,880 ha, tanah pekarangan dengan luas
1,159,508, dan Tanah lain-lain mempunyai luas 161,120 ha, maka dapat
disimpulakan bahwa sebagian besar tanah di Kecamatan Kalijambe adalah
sawah tadah hujan, egal tadah hujan dan Tanah pekarangan, berdasarkan
hasil pengamatan, petani belum mampu dioptimalkan untuk penggunaan
lahan pekarangan karena masih awam pandangan petani untuk bagaimana
pengelolaan tanah pekarangan agar mampu meningkatkan pendapatan dan
mengoptomalisasi lahan yang ada, maka perlu adanya penyuluhan dalam
pemanfaatan lahan pekarangan agar dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin

untuk

meningkatkan

pendapatan

serta

mensejahterakan

masyarakat petani.
D. Kebijakan Pemerintah Pusat, Daerah dan Setempat
Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dari
sentralistik menjadi desentralistik menjadikan daerah mempunyai wewenang
yang lebih besar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahannya sendiri
termasuk dalam merestrukturisasi atau mereorganisasi suatu intansi/lembaga

18

pemerintahan.

Berlakunya

otonomi

daerah

tersebut

menjadikan

penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang menyangkut aspek-aspek
perencanaan, kelembagaan, ketenagaan, program, manajemen dan pembiayaan
menjadi kewenangan bersama Pemerintah, Provinsi, Kabupaten/Kota, Petani,
dan Swasta. Kondisi ini memberi kewenangan yang lebih luas kepada Provinsi
dan Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan penyuluhan pertanian sesuai
dengan kebutuhan lokalita, sedangkan Pemerintah mempunyai kewenangan
untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan koordinasi penyelenggaraan
penyuluhan pertanian (Alim et al., 2008).
Tahun 2006 sampai sekarang dilakukan revitalisasi penyuluhan pertanian
dimana kelembagaan penyuluh di tingkat kabupaten dan kecamatan dihidupkan
kembali yang dituangkan dalam UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan (SP3K), kelembagaan di
Kabupaten Badan Pelaksana Penyuluhan (BAPELLUH) dan di kecamatan
BPP. Hal ini dipertegas dengan Surat Menteri Pertanian No.157 yang isinya
menyatakan bahwa dana dekonsentrasi dari pusat hanya akan diberikan kepada
kabupaten/kota yang sudah membentuk Kelembagaan Penyuluhan Pertanian.
Curahan waktu penyuluh dalam mengumpulkan informasi teknologi baru pada
model kelembagaan desentralisasi meningkat dibandingkan dengan model
kelembagaan sentralisasi, hal ini disebabkan oleh perubahan tugas pokok
penyuluh pada kedua model kelembagaan tersebut. Penyuluh di daerah (tingkat
kabupaten maupun kecamatan) pada model kelembagaan sentralisasi mendapat
asupan informasi teknologi baru yang sifatnya relatif seragam dari pusat.
Adapun pada model kelembagaan desentralisasi, informasi teknologi baru
harus dicari penyuluh sendiri sesuai dengan kebutuhan informasi kelompok
tani binaannya (Sucihatiningsih dan Waridin, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, pemerintah pusat dengan
kebijakannya menginginkan terjadi ketahanan pangan bagi indonesia dan
menjadikan indonesia agar dapat swasembada dari sektor pertanian, sehingga
meningkatkan taraf hidup petani serta mensejahterakan petan, daerah jawa
tengah dengan problema pertanian yang ada membuat kebijakan berupa

19

penanganan hasil dan pengawasan pemafaatan pupuk melalui program kartu
tani, yaitu dimana setiap petani akan mendapatkan sebuah kartu unutu
pengambilan pupuk, pemasaran hasil serta pembayaran untuk hasil produksi
pertanian.
1.

Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2019 Menurut Kementerian
Pertanian
a.

Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai,
tebu, sapi, cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi
perekonomian.

b.

Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor
serta komoditas penyedia bahan baku bio‐energi.

c.

Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui
standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok, mutu dan
keamanan pangan .

d.

Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan
prasarana) dan agro‐industri di perdesaan, sebagai dasar / landasan
pengembangan bio‐industri berkelanjutan.

e.

Kebijakan re‐orientasi memproduksi dari satu jenis produk menjadi
multi produk (produk utama, bioenergi, produk sampingan, produk
dari limbah, zero waste dan lainnya).

f.

Kebijakan pengembangan klaster/kawasan, yaitu pada kawasan
tertentu yang mengungkit pencapaian target nasional.

g.

Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani,
kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan,
dan kebijakan sistem perkarantinaan pertanian.

h.

Kebijakan mendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, PUG,
KSS, ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus
dan wilayah perbatasan.

i.

Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penanganan pasca
bencana alam

j.

Kebijakan subsidi:

20

1) Subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara mengurangi pupuk
tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk,
2) Pupuk organik tetap dikembangkan bukan dengan dukungan
subsidi, tetapi dialihkan menjadi kegiatan pengembangan pupuk
organik,
3) Subsidi benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan
penguatan penangkar benih/bibit.
k.

Kebijakan kredit:
1) Kredit ketahanan pangan akan terus dilanjutkan untuk
mendorong dn meningkatkan produksi dan produktivitas pangan
guna mendukung ketahanan pangan,
2) Untuk lebih menjamin teralokasinya kredit untuk pangan, maka
plafon kredit dialokasikan menurut subsektor,
3) Untuk memecahkan kelangkaan tenaga kerja & menjamin
pengelolaan pangan skala luas, maka Kredit Mekanisasi
pertaniaan sangat diperlukan,
4) Kegiatan sertifikasi tanah diperlukan. sehingga layak kredit

3.

Program UPSUS PAJALE
UPSUS PAJALE atau Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai
adalah program pemerintahan untuk periode 2015-2019. Upsus lebih
diarahkan pada pencapaian komoditas utama yaitu swasembada padi,
jagung dan kedelai yang menjadi kebutuhan pangan utama masyarakat.
Untuk mencapai swasembada 3 komoditas tersebut pemerintah melakukan
kegiatan operasional pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai.
Upsus swasembada padi, jagung dan kedelai melalui pendekatan
operasional:
a.

Rehap Jaringan Irigasi. Salah satu faktor penunjang utama
pertumbuhan dan pencapaian produksi adalah ketersediaan air secara
kontinu. Secara umum kondisi sistem irigasi nasional terutama
sekunder dan tersier mengalami kerusakan yang luar biasa. Untuk
memperbaiki dan mengembangkan kerusakan tersebut, kementeriaan

21

pertanian dengan berkoordinasi dengan kementeria PU melakukan
perbaikan secara nasional untuk menunjang peningkatan produksi.
b.

Bantuan Pupuk. Salah satu kendala petani dalam berproduksi adalah
didapkan pada kelangkaan pupuk dan harga yang relatif mahal. Hal
ini mempengaruhi capaian produksi atau pendapatan petani.
Kebijakan bantuan pupuk akan memberikan gairah petani untuk
menanam sehingga kepastian produksi dapat dicapai.

c.

Bantuan Benih. Permasalahan perbenihan terjadi secara nasional,
tidak hanya terkendala jumlah namun juga dihadapkan pada
ketersediaan varitas unggul yang belum menyebar keseluruh petani.
Masih banyak petani yang menggunakan varitas lokal/produksi
rendah sehingga mempengaruhi potensi hasil yang maksimal.
Bantuan benih akan mengurangi biaya produksi petani.

d.

Pengembangan Sistem Benih Unggul. Benih unggul merupakan
kebutuhan dasar petani dalam mencapai optimalisasi hasil lahan per
hektar. Untuk itu pemerintah secara nasional menumbuhkan dan
mengembangkan

penangkar

penangkar

benih,

melalui

pengembangan Kebun Bidit Daerah (KBD) disetiap provinsi.
Diharapkan dengan KBD yang optimal petani mendapatkan
kepastian benih untuk berusaha tani setiap musim.
e.

Bantuan Tractor R2dan R4 untuk menunjang pra produksi dan alat
alat pertanian untuk mendukung pasca panen. Secara umum petani
nasional masih kekurangan terhadap kepemilikan alat alat tersebut
atau masih menggunakan sistem bajak tradisional demikian halnya
dengan penganganan setelah panen. Upaya ini ditempuh pemerintah
untuk mempercepat pengolahan tanah sehingga target/capaian tanam
lebih cepat, selain itu dengan alat alat tersebut akan menghemat
pemakaian tenaga kerja.

f.

Keterkaitan Industri Tahu, Tempe dan Pakan Ternak. Usaha
pertanian selama ini belum dioptimalkan hasilnya, karena belum
terbangun sistem integrasi. Pengoptimalan fungsi dari kotoran ternak

22

misalnya, akan mampu meningkatkan produksi pupuk organik
sekaligus sebagai sumber energi, misalnya energi listrik. Untuk itu
industri tahu, tempe dan pakan ternak harus terintegrasi sehingga
mampu dioptimalkan fungsi masing masing komoditas dalam
menunjang nilai tambah bagi petani.
g.

Pengembangan Dryer. Petani mendapatkan hambatan dalam
pengotimalan hasil panenya karena kesulitan dalam peningkatan
kualitas hasil. Pengembangan dryer Meruapakan salah satu
terobosan untuk memudahkan petani untuk penanganan setelah
panen, sehingga petani lebih cepat untuk menjual hasilnya. Biaya
penggilingan yang tinggi menjadi beban petani, dryer mempercepat
proses pengeringan padi sehingga mempercepat penggilingannya.

h.

Peningkatan Penyerapan Jagung Lokal oleh Industri Pakan.
Permasalahan petani didapakan adalanya harga yang relatif murah
sementara biaya produksi lebih tinggi. Pada saat panen raya petani
berhadapan dengan harga yang rendah dan pemebelian yang minim.
Dalam upaya meningkatan produksi petani jagung dan mengairahkan
usahataninya, maka industri lokal dituntut untuk membeli produksi
tersebut.

i.

Penumbuhan Pabrik Pakan Mini Sentra Produksi. Upaya ini sangat
memberikan semangat dan manfaat pada petani/peternak. Selama ini
peternak khususnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pakan
ternaknya,

sehingga

mempengaruhi

capaian

hasil.

Dengan

didirikanya sentra pakan tersebut selain peternak mendapatkan
kepastian kebutuhan pangan, juga berdampak pada murahnya harga
harga pakan yang selama ini pabrik pakan bersifat monopoli.
j.

Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. Untuk mempercepat proses
penjualan padi/gabah pemerintah memberikan solusi dengan
perbaikan dan pengembangan penggilingan padi kecil ditengah
tengah petani. Petani tidak perlu melakukan perjalanan/jarak tempuh
yang jauh untuk menggiling padinya dan mengurangi biaya

23

operasional mereka. Penggilingan padi kecel sangat bermanfaat bagi
petani.
Kesepuluh upaya tersebut diharapkan mampu bersinergi dnegan
baik, sehingga upaya pencapaian swasembada pangan tidak hanya berupa
angan angan dan mimpi tapi menjadi kenyataan. Upaya ini tentunya harus
mendapatkan daya dukung penuh semua pihak khsusnya pemerintah
daerah dengan optimalisasi peran penyuluh dilapangan.
4.

Program KARTU TANI (Khusus Daerah Jawa Tengah)
Kartu Tani adalah kartu di mana para petani dapat menggunakannya
sebagai alat transaksi penebusan dan pembayaran pupuk bersubsidi bagi
petani di Propinsi Jawa Tengah, sehingga kebutuhan pupuk petani dan stok
pupuk di agen dapat terkontrol/diketahui jumlahnya. Kartu tani adalah
bentuk kerjasama dari pemerintah daerah Jawa Tengah dengan BRI,
mekanismenya yaitu Petani dapat membeli pupuk apabila menggunakan
kartu Tani tersebut, pada kartu tani itu sendiri didalamnya terdapat info
tentang pengguna dari berapa banyak lahan, lahan pertanian yang
ditanamai serta kebutuhan pupuk dan obat bagi pertaniannya. Kartu Tani
ini guna menjaga terjadinya pelanggaran atau penyelewengan pupuk
bersubsidi yang dilakukan oleh oknum tertentu. Sehingga kebutuhan
pupuk pada setiap petani dapat sesuai dengan kebutuhan lahannya. Kartu
Tani itu sendiri berisi hasil transaksi penjualan dan pembelian untuk
produk pertanian. Harapannya kartu tani ini mampu dimanfaatkan sebaik
mungkin untuk petani dalam hal pemanfaatannya dan keberlanjutannya.

24

IV. METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN
A. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan
jumlah sasaran yang dapat dicapai yaitu metode berdasarkan pendekatan
perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, kedua
metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh
berhubungan dengan sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya, dan
yang terakhir adalah metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat
menjangkau sasaran yang lebih luas (massa) (Suriatna, 2007).
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik
penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha
beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka
lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi.
Dengan metode penyuluhan, penyampaian materi penyuluhan dapat dilakukan
secara sistematis. Metode ini dimaksudkan agar materi tersebut

dapat

dimengerti dan diterima sasaran. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat
dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah
sasaran dan indera penerima dari sasaran
Metode yang digunakan pada penyuluhan di Kelompok Tani Ngudi
Sampurno di Desa Wonorejo adalah secara kelompok. Dimana sasaran dari
penyuluhan terdiri dari beberapa orang yang membentuk suatu kelopok Tani.
Dengan dipadukan teknik penyuluhan berupa ceramah dan diskusi terbuka
antara penyuluh seta sasaran penyuluhan, karena sasaran penyuluhan atau
penerima manfaat penyuluhan merupakan seseorang yang mempunyai derajat
yang sama tingginya dengan penyluh yang dianggap sebagai rekan dalam
pembangunan pertanian.
B. Teknik Penyuluhan
Teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu
teknik komunikasi informasi adalah proses penyampaian pesan yang sifatnya

24

25

“memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi
ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan
pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok juga media massa, kedua yaitu
teknik komunikasi persuasi, istilah “persuasi” atau dalam bahasa Inggris
“persuation” berasal dari kata latin persuasion, yang secara harfiah berarti hal
membujuk atau meyakinkan, dan yang ketiga adalah teknik komunikasi
coersive (koersif) adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu
tindakan atau kegiatan tertentu (Suprapto, 2004)
Teknik penyuluhan merupakan cara penyuluh untuk mendekatkan materi
pada sasaran. Teknik penyuluhan yang digunakan dalam penyuluhan mengenai
“Pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik” pada kelompok tani Ngudi
Sampurno

di

Desa Wonorejo,

Kecamatan Kalijambe,

Kabupaten Sragen

adalah dengan menggunakan teknik/metode ceramah. Metode ceramah
umumnya diselenggarakan dalam suatu tempat dengan suasana yang cukup
menunjang terselenggaranya suasana pembicaraan yang komunikatif. Ruangan
yang tersedia relatif cukup luas dengan kapasitas tampung 10-50 orang. Pada
kegiatan pertemuan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi,
penyuluh

hanya

menyampaikan

pokok-pokok

pikiran

yang

ingin

disampaikannya dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
sasaran penyuluh pertanian untuk menyampaikan tanggapan terhadap hal-hal
yang disampaikan, dengan catatan hal-hal yang disampaikan berupa pokok
pikiran mengenai materi yang disampaikan yang telah dikuasai penjelasannya
secara mendetail oleh penyuluh.
Teknik komunikasi penyuluhan atau metode yang digunakan dalam
penyuluhan

kelompok

tani

Ngudi

Sampurno

Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen yaitu:

di

Desa Wonorejo,

26

Tabel 4.1 Teknik Komunikasi Penyuluhan Kelompok Tani Ngudi Sampurno
Teknik
Ceramah

Penjelasan
Menjelaskan materi pada sasaran penyuluhan
tanpa adanya partisipasi aktif dari sasaran
penyuluhan
sebuah interaksi komunikasi antara

Diskusi

dua orang atau lebih/kelompok (Tanya Jawab)
Sumber : Data Primer
Karena jumlah sasaran penyuluhan cukup besar maka diperlukan alat
bantu yang menunjang kelancaran pertemuan baik berupa materi tertulis
maupun gambaran yang terproyeksi yang memiliki ukuran yang cukup besar.
Jika peralatan tidak tersedia, penyuluh pertanian harus pandai membaca situasi
dan berusaha untuk menarik perhatian para hadirin untuk memperhatikan
materi

yang

disuluhkannya.

Waktu

ideal

untuk

penyelenggaraan

penyuluhan pertaniandengan metode ceramah ini maksimum 1 – 2 jam.
Berdasarkan tabel 4.1 penggunaan metode ceramah dan dilanjutkan
diskusi oleh penyuluh ini karena penyuluh ingin menyampaikan materi lebih
jelas dan tepat. Dan juga materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai
sistem pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik masih terkesan baru
ditelinga para penerima manfaat. Jadi penyuluh dapat menjelaskan sebanyakbanyaknya mengenai pengelolaan dalam daur ulang dari limbah menjadi
pupuk. Keunggulan dari metode ceramah ini adalah mempunyai efektifitasnya
tinggi dan informasi yang disampikan dapat lebih mendalam, dan dapat
terjadinya feedback dari sasaran karena mnggunankan teknik diskusi dalam
memberikan materi.
C. Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan karena
dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses penyuluhan. Dalam
penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat bantu penyuluhan yaitu alat
bantu yang berhubungan dengan tempat (kursi, tikar, penerangan dan lain-lain).

27

Selain itu alat bantu yang berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti
visual, audio, audiovisual dan lain-lain (Suradisastra, 2006).
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang
diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses penyuluhan.
Ragam alat bantu yang dibutuhkan penyuluh yaitu, lembar persiapan penyuluh
berupa lembar persiapan penyuluh, lembar persiapan pelatihan, dan lembar
persiapan kerja, kedua yaitu kurikulum yang memuat pernyataan tertulis
tentang perencanaan pendidikan , ketiga yaitu papan tulis, keempat yaitu alat
tulis, kelima yaitu sarana ruangan seperti pengeras suara, penata cahaya dan
penata udara, dan yang terakhir adalah alat bantu proyektor (Soejitno, 1986).
Beberapa alat bantu penyuluhan yang digunakan dalam penyuluhan
mengenai pentingnya memelihara burung hantu sebagai pemberantas hama
tikus adalah sebagai berikut:
1.

Tikar
Tikar digunakan untuk alas tempat duduk para petani, ketua
kelompok tani, penyuluh pertanian dan mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Penggunaan tikar ini disebabkan tidak adanya
bangku untuk duduk, sehingga tikar dapat dijadikan alas duduk lesehan,
jadi tidak membuat pakaian kotor karena sudah teralasi dengan tikar.
Tikar yang digunakan berjumlah 12 tikar besar, ada yang berwarna hijau,
merah dan biru dengan motif kembang-kembang.

2.

Meja
Meja yang digunakan untuk menopang buku dan alat tulis dan juga
beberapa suguhan makanan dan minuman untuk penyuluh pertanian.
Meja ini berjumlah satu dengan bentuk persegi panjang yang cukup besar
dan terbuat dari kayu yang cukup kuat. Meja ini dialasi sebuah taplak
meja dengan motif bunga, penggunaan taplak meja ini agar laptop dan
lcd tidak kotor terkena debu yang menempel pada meja.

3.

Lampu
Lampu digunakan

sebagai

penerangan,

walaupun

kegiatan

penyuluhan dilakukan pada siang hari dengan intensitas cahaya matahari

28

yang cukup kuat, namun dalam ruangan ini intensitas cahaya matahari
cukup redup sehingga diperlukan lampu sebagai penerangan agar
pencahayaan lebih baik sehingga mata dapat melihat dengan baik. Lampu
yang menyala berjumlah satu, lampu yang digunakan berpijar berwarna
putih yang berbentuk silinder tabung panjang. Lampu ini digantungkan di
tengah-tengah ruangan pada tiang penyangga rumah yang berada diatas
dekat genting.
4.

Roll listrik
Alat ini juga digunakan pada kegiatan penyuluhan ini, berfungsi
sebagai penyedia listrik untuk Kipas angin. Roll listrik ini berbentuk
bulat berwarna hitam dengan kabel yang cukup panjang sehingga dapat
menjangkau colokan listrik yang cukup jauh dari meja penyuluh yaitu di
samping kanan pada tembok sisi rumah. Roll colokan listrik ini
mempunyai 4 colokan listrik yang dapat digunakan.

5.

Kipas Angin
Kipas angin digunakan untuk menyejukan daerah sekitar
penyuluhan (Ruang Penyuluhan). Dimana dalam ruang penyuluhan
tersebut

cukup

sempit

dan

berbatasan

dengan

tembok-tembok

disekelilingnya, kipas yang digunakan kipas besar, tinggi sekitar 1,5 M
dengan diameter kurang lebih 40 cm, berwarna putih dan biru untuk
penyangganya.
6.

Papan tulis ( white board)
Menggunakan papan tulis ini akan memudahkan para penyuluhan
menjelaskan materi kepada para petani. Khususnya saat petani
menjelaskan sistem tanam jajar legowo yaitu menggambarkan bagaimana
jarak-jarak tanam yang harus dibuat.Juga menjelaskan beberapa tipe dari
sistem

tanam

jajar

legowo.

Sehingga

setelah

penyuluh

menjelaskan/menggambarkan di papan tulis tersebut maka para petani
akan lebih cepat memahaminya. Penyuluh menggunakan alat bantu
papan tulis ini karena penyuluhan diadakan cukup mendadak sehingga

29

belum cukup persiapan dan penyuluhan dilaksanakan dalam durasi yang
cukup pendek serta materi yang disampaikan juga relative sedikit.
7.

Spidol
Alat ini merupakan alat bantu yang digunakan peyuluh ketika
menjelaskan di papan tulis. Yaitu ketika peyuluh menggambarkan dan
menulis jarak tanam untuk sistem tanam jajar legowo beserta tipe-tipenya
maka akan menggunakan alat tersebut. Sehingga dengan menggunakan
alat tersebut maka para petani akan mudah memahaminya. Penyuluh
menggunakan alat bantu ini karena sehubungan dengan menggunakan
alat bantu papan tulis (white board).
Proses penyuluan tersebut penyuluh tidak mempersiapkan lembarlembar persiapan penyuluhan (LPP) dikarenakan kegiatan penyuluhan
diadakan secara tiba-tiba/mendadak.Apabila ada permasalahan atau
materi yang harus disampaikan di suatu desa maka penyuluh langsung
mendatangi desa tersebut dan memberikan solusi juga informasi.
Terkadang penyuluh harus mengalihkan penyuluhan di suatu tempat yang
sudah direncanakan apabila terdapat suatu desa yang lebih membutuhkan
materi penyuluhan seperti ketika ada permasalahan di lahan mereka
ataupun di desa tersebut belum disampaikan materi yang baru.

D. Alat Peraga Penyuluhan
Alat Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat
diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indra manusia. Fungsi alat
tersebut sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membentuk proses belajar
mengajar sasaran penyuluhan. Hal itu diharapkan agar materi penyuluhan lebih
mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan,
contohnya seperti folder dan poster (Mardikanto et al., 2005).
Alat peraga penyuluhan adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memeragakan dan menjelaskan uraian tentang informasi yang akan disuluhkan.
Terdiri dari Leaflet atau folder, pamflet, brosur, booklet, placard, poster,
flipchart atau peta singkat yang dibedakan menjadi dua bagian yaitu foto dan

30

flanelgraph, dan yang lebih modern lagi adalah video, TV, slide film, movie,
dan lain-lain (Slamet, 1978).
Alat peraga digunakan untuk menarik perhatian dari sasaran penyuluhan,
untuk memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang disampaikan,
membuat penyuluhan lebih efektif dan memberi kesan yang lebih
mendalam.Penggunaan alat peraga tidak mempengaruhi suatu proses
penyuluhan. Dalam penggunaan alat peraga di dalam penyuluhan harus
diperhatikan pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efisien untuk tujuan
perubahan perilaku penerima manfaat yang diinginkan penyuluhnya.
Alat peraga yang digunakan pada kegiatan penyuluhan pertanian di Desa
Sukosari yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2 Alat Peraga Penyuluhan Kelompok Tani Ngudi Sampurno
Alat Peraga
Gambar

Keterangan
Gambar dari papan tulis

Brosur

Kertas selebaran yang memuat gambar dan
tulisan

Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.2 bahwa alat peraga yang digunakan oleh penyuluh
pada kegiatan penyuluhan pertanian di kelompok tani Ngudi Sampurno,
Desa Wonorejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen yaitu gambar.
Gambar tersebut di buat oleh penyuluh sendiri dengan alat bantu papan tulis
(white board) dan spidol. Dengan gambar tersebut maka petani akan lebih jelas
tentang materi yang disampaikan. Menggunakan alat peraga gambar karena
akan lebih jelas dan bebas untuk mencoret-coretnya daripada dengan gambar
foto yang tidak diberikan penjelasan secara rinci.
Alat peraga lainnya adalah brosur.Leaflet/Brosur/Liptan adalah media
berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan (biasanya lebih
banyak tulisan) pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil
dan praktis dibawa.Biasanya ukuran A4 dan dilipat menjadi tiga bagian. Media
ini berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalannya dan
memaparkan cara melakukan tindakan secara pendek dan lugas dan bersifat

31

memberikan langkah-langkah untuk melakukan sesuatu (instruksional). Media
ini sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat.
Para penyuluh lebih memilih menggunakan brosur atau selebaran dalam
membantu proses penyuluhannya karena brosur/selebaran lebih efektif dan
efisien dalam penggunaanya. Brosur yang hanya selebaran kertas dapat dilipat
memudahkan untuk dibawa kemana-mana dan dapat dibawa pulang oleh para
penerima manfaat.Brosur yang didalamnya berisi gambar dan tulisan yang
sederhana memudahkan para penerima manfaat untuk memahaminya dan
mengingatnya.Sehingga

diharapkan

para

penerima

manfaat

mampu

menerapkan dari isi materi yang disuluhkan dan dapat mengubah perilaku dari
para penyuluh itu sendiri.
E. Evaluasi *sitasi
Kelebihan dari penggunaan alat peraga selebaran atau brosur dalam
penyuluhan adalah memberikan kesan lebih dan mendalam pada saat proses
penyuluhan karena para penerima manfaat akan lebih mudah mengingat jika
dalam penyuluhan tersebut disertakan gambar yang menarik. Maka para
penyuluh menggunakan selebaran tersebut untuk lebih memudahkan dalam
menyampaikan

isi

materi

dari

penyuluhan.Selain

membantu

dalam

mempermudah materi yang disampaikan selebaran atau brosur juga
memberikan kesan yang dapat menarik perhatian dari para penerima manfaat
sehingga para penerima manfaat lebih fokus dalam mengikuti penyuluhan.
Metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran
penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group
approach, cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan
diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih
produktif atas dasar kerja sama. Pendekatan kelompok banyak manfaat yang
dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya
tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok
yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan
berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan
adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan

32

bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para
anggotanya (Setiana, 2005).
Setiap metode dan teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing, metode pendekatan kelompok akan efektif apabila mengguanakan
teknik ceramah diskusi berdasarkan pokok permasalahan yang ada. Metode
kelompok yaitu mengumpulkan individu atau orang dalam hal ini adalah petani
pada suatu tempat tertentu untuk menyampaikan informasi atau memberikan
penyuluhan, kelebihan metode ini adalah petani dapat bertatap muka serta
dapat berdiskusi menganai permasalahan pertanian yang dialami oleh sasaran,
akan tetapi metode ini mempunyai kelemahan yaitu sulit dalam konteks
pengumpulan audiens karena sasaran mempunyai kepentingan dan kesibukan
satu sama lain sehinngga perlu adanya penyesuaian waktu yang sedemikian
mungkin agar dapat berkumpul semua, berdasarkan hasil pengamatan total
jumlah anggota kelompok tani Ngudi Sampurno adalah 122 Jiwa (Petani) akan
tetapi hanya ada sebagian kecil petani yang hadir dalam penyuluhan rutin.
Teknik yang digunakan adalah ceramah dan diskusi, metode ini dirasa
cukup efektif dalam pelaksanaanya yang berdasarkan metode yang dilakukan
yaitu kelompok, perlu diperhatikan adalah dalam penyampaian materi oleh
penyuluh, penyuluh kurang aktif dalam memberikan dan menerima fedd back
dari petnai, sehingga setiap penyulluh diharuskan terampil dan mampu
menempatkan diri.
F.

Alternatif Metode dan Teknik Penyuluhan
Alternatif metode dan teknik penyuluhan meliputi :
1.

Metode pendekatan perorangan
Metode ini biasanya berguna dalam tahap mencoba hingga menerapkan.
Metode ini akan mampu menjangkau sasaran agar lebih aktif serta dapa
sebagai ajang pendampingan untuk penerapan inovasi maupun sekedar
pemantauan pengelolaan lahan usahatani, namun untuk metode ini kurang
dalam mengefisiensikan waktu karena harus dorr-to-dor dalam
pelaksanaanya.

33

2.

Teknik Penyuluhan Kunjungan
Teknik kunjungan adalah dimana sasaran diajak untuk mengunjungi suatu
wilayah yyang dirasa mampu untuk memberika pengaruh dalam usahatani,
biasanya berupa kelompok tani yang sudah maju atau pengelolaan suatu
daerah yang sudah maju, kelemahan dari teknik penyuluhan kunjungan ini
adalah biaya yang tidak sedikit dan dalam pengumpulan sasaran yang
masih susah serta pemilihan tujuan kunjungan tempat yang sesuai.

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan pada kelompok tani
Ngudi Sampurno, Desa Wonorejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,
dapat disimpulkan bahwa :
1.

Kelompok tani di Kecamatan Kalijambe a ini terstruktur.

2.

Masalah utama yang dihadapi kelompok tani Ngudi Sampurno,
Desa Wonorejo, Kecamatan Kalijambe adalah kurangnya pemanfaatan
pupuk organik dalam usahatani yang dilakukan

3.

Petani di desa Teras bukanlah masyarakat laggard atau petani subsisten
yang menolak inovasi baru.

4.

Metode penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di
kelompok tani Ngudi Sampurno ini adalah metode pendekatan kelompok.

5.

Teknik penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di
kelompok tani Ngudi Sampurno ini adalah teknik ceramah dan diskusi.

6.

Pada kegiatan penyuluhan ini menggunakan alat peraga brosur dan
gambar.

8.

Pada kegiatan penyuluhan kali ini menggunakan alat bantu tikar, lampu,
roll listrik, kipas angin, papan tulis ( white board), spidol.

7.

Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan adalah sikap petani dan
sikap pemerintah, baik pusat maupun daerah.

8.

Faktor

yang

menghambat

kegiatan

penyuluhan

adalah

tempat

penyuluhan, alat bantu dan alat peraga penyuluhan, waktu penyuluhan,
serta bahasa yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat dijadikan bahan pertimbangan
perbaikan antara lain :
1.

Membangun tempat atau gedung khusus untuk melakukan penyuluhan
sehingga proses penyuluhan dapat berjalan lebih efektif.

34

35

2.

Melengkapi sarana dan prasarana dalam penyuluhan seperti LCD dan
Sound sehingga mempermudah penyuluh untuk menyampaikan materi.

3.

Meningkatkan frekuensi dan kualitas penyuluhan seperti dengan kegiatan
pemberian teori dan praktek setidaknya 1 minggu sekali sehingga petani
lebih banyak mendapat pelajaran.

4.

Menambah PPL dalam desa tersebut supaya kegiatan penyuluhan lebih
sering dilakukan.

5.

Mengadakan hubungan kerja dengan suatu instansi pertanian seperti
pabrik pupuk atau penyalur produk pertanian sehingga petani dapat
melengkapi saran dan prasarananya.