Sejarah Desain Grafis dan Perkembanganny (1)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

1

MAKALAH TI.34
APLIKASI KOMPUTER GRAFIS
Oleh:

Achmad Rizali

20152205043

STMIK AKBA
KOTA MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 No.75 Makassar
Telp/Fax : 0411-588371, Website : www.akba.ac.id

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

2


DAFTAR ISI
MAKALAH APLIKASI KOMPUTER GRAFIS
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar ................................................................................................................. 4
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 5
B. Tujuan ........................................................................................................................ 5
C. Manfaat ...................................................................................................................... 5
BAB II : SEJARAH DESAIN GRAFIS
Sejarah Desain Grafis ......................................................................................................
A. Sejarah Awal .............................................................................................................
B. Era Cetak ...................................................................................................................
C. Perkembangan Lanjutan ............................................................................................

6
6
7
8

BAB III : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DESAIN GRAFIS DI INDONESIA

Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis Di Indonesia ................................................. 12
BAB IV : LOGO DAN MAKNANYA
Logo dan Maknanya ........................................................................................................ 26
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 29
B. SARAN ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 30

STMIK AKBA
KOTA MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 No.75 Makassar
Telp/Fax : 0411-588371, Website : www.akba.ac.id
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

3

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini, dengan judul “Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia” dalam
waktu yang telah ditentukan.

Desain grafis adalah seni dalam berkomunikasi menggunakan tulisan, ruang, dan
gambar. Bidang ini merupakan bagian dari komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup
seni visual, tipografi, tata letak, dan desain interaksi.

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Aplikasi Komputer Grafis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak khususnya
Mahasiswa yang menekuni Pemrograman Visual.

Makassar, 01 Oktober 2016
Penyusun,

Achmad Rizali


Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar
untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga
dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan ”fine art”. Seperti jenis desain lainnya,
desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang
dihasilkan rancangan, atau pun disiplin ilmu yang digunakan desain.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia.

C. Manfaat
Setelah Membaca dan Memahami Makalah ini, Mahasiswa diharapkan :

 Mengetahui Sejarah Desain Grafis

 Mengetahui Peran Penting Desain Grafis

 Memahami Perkembangan Desain Grafis di Indonesia.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

5

BAB II
SEJARAH DESAIN GRAFIS
A. SEJARAH AWAL
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar
untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga
dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya,
disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang
dihasilkan


(rancangan),

atau

pun

disiplin

ilmu

yang

digunakan

(disain).

Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di
dalamnya

tipografi,


ilustrasi,

fotografi,

pengolahan

gambar,

dan

tata

letak.

Pada tahun, Henry Cole menjadi salah seorang yang paling berpengaruh dalam
pendidikan desain di Inggris, ia meyakinkan pemerintah tentang pentingnya desain dalam
sebuah jurnal yang berjudul Journal of Design and Manufactures. Dia menyelenggarakan The
Great Exhibition sebagai perayaan atas munculnya teknologi industri modern dan desain
bergaya Victoria.


Dari tahun 1891 sampai 1896, Percetakan William Morris Kelmscott mempublikasikan buku
karya desain grafis yang dibuat oleh gerakan Arts and Crafts , dan membuat buku dengan
desain yang lebih bagus dan elegan untuk dijual kepada orang-orang kaya. Morris
membuktikan adanya potensi pasar untuk produk-produk desain grafis. Morris juga
mempelopori pemisahan desain grafis dari seni rupa. Karya –karya Morris dan karya dari
pergerakan Private Press secara langsung mempengaruhi Art Nouveau, dan secara tidak
langsung mempengaruhi perkembangan desain grafis pada awal abad ke 20.

Kata Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New
Kind of Printing Calls for New Design yang ditulis oleh William Addison Dwiggins, seorang
desainer buku Amerika.

Raffe's Graphic Design, yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama
yang menggunakan istilah Desain Grafis pada judulnya
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

6

Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak peninggalan

manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar
(pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih
bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lainlain). Tulisan/ aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan
komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak kapan
manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah
menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya
seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux, Perancis.

Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua,
buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum
ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk
penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan
kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja
para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat
dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini
karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan
keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam
jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.

B. ERA CETAK

Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban
manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg
(1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan
menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini
adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal
dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan
kembali Eropa.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

7

Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu
oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin
Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg
tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku.
Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung
realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan karyanya
“Where of Babilon”.
Johannes Gutenberg (1398-1468)

Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik
cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan tehnik cetak
tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan tehnik cetak datar yang memanfaatkan prinsip
saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang
menggunakan media batu litho. Tehnik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran
secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan
dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni
poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The Golden Age of The Poster”.
Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya
besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897),
“Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain
Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.

C. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT
Berikut ini merupakan peristiwa-peristiwa penting di dunia yang berperan dalam sejarah
perkembangan desain grafis.
1851, The Great Exhibition
Diselenggarakan di taman Hyde London antara bulan Mei hingga Oktober 1851, pada saat
Revolusi industri. Pameran besar ini menonjolkan budaya dan industri serta merayakan
teknologi industri dan disain. Pameran digelar dalam bangunan berupa struktur besi-tuang
dan kaca, sering disebut juga dengan Istana Kristal yang dirancang oleh Joseph Paxton.
Ilustrasi Crystal Palace
Buku optik dari Great Exhibition
1892, Aristide Bruant, Toulouse-Lautrec
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

8

Pelukis post-Impressionist dan ilustrator art nouveau Prancis, Henri Toulouse-Lautrec
melukiskan banyak sisi Paris pada abad ke sembilan belas dalam poster dan lukisan yang
menyatakan sebuah simpati terhadap ras manusia. Walaupun lithography ditemukan di
Austria oleh Alois Senefelder pada tahun 1796, Toulouse-Lautrec membantu tercapainya
peleburan industri dan seni.
Poster Aristide Bruant

1910, Modernisme
Modernisme terbentuk oleh urbanisasi dan industrialisasi dari masyarakat Barat. Sebuah
dogma yang menjadi nafas desain modern adalah “Form follow Function” yang di lontarkan
oleh Louis Sullivan.Symbol terkuat dari kejayan modernisme adalah mesin yang juga
diartikan sebagai masa depan bagi para pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih cocok
dengan “bahasa mesin”, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat ornamental dan dekoratif
dianggap tidak sesuai dengan “estetika mesin”.
1916, Dadaisme
Suatu pergerakan seni dan kesusasteraan (1916-1923) yang dikembangkan mengikuti masa
Perang Dunia Pertama dan mencari untuk menemukan suatu kenyataan asli hingga
penghapusan kultur tradisional dan bentuk estetik. Dadaisme membawa gagasan baru, arah
dan bahan, tetapi dengan sedikit keseragaman. Prinsipnya adalah ketidakrasionalan yang
disengaja, sifat yang sinis dan anarki, dan penolakan terhadap hukum keindahan.

1916, De Stijl
Gaya yang berasal dari Belanda, De Stijl adalah suatu seni dan pergerakan disain yang
dikembangkan sebuah majalah dari nama yang sama ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De
Stijl menggunakan bentuk segi-empat kuat, menggunakan warna-warna dasar dan
menggunakan komposisi asimetris. Gambar dibawah adalah Red and Blue Chair yang
dirancang oleh Gerrit Rietveld.
The Red and Blue Chair

1918, Constructivism
Suatu pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow pada tahun 1920, yang ditandai oleh
penggunaan metoda industri untuk menciptakan object geometris. Constructivism Rusia

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

9

berpengaruh pada pandangan moderen melalui penggunaan huruf sans-serif berwarna merah
dan hitam diatur dalam blok asimetris.
Model dari Menara Tatlin, suatu monumen untuk Komunis Internasional.

1919, Bauhaus
Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan arsitek terkenal Walter Gropius. Sampai
akhirnya harus ditutup pada tahun 1933, Bauhaus memulai suatu pendekatan segar untuk
mendisain mengikuti Perang Duni Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi
bukannya hiasan.
Gedung Bauhaus

1928-1930, Gill Sans
Tipograper Eric Gill belajar pada Edward Johnston dan memperhalus tipe huruf Underground
ke dalam Gill Sans. Gill Sans adalah sebuah jenis huruf sans serif dengan proporsi klasik dan
karakteristik geometris lemah gemulai yang memberinya suatu kemampuan beraneka ragam
(great versatility).
Foto Eric Gill

1931, Harry Beck
Perancang grafis Harry Back ( 1903-1974) menciptakan peta bawah tanah London (London
Underground Map) pada tahun 1931. Sebuah pekerjaan abstrak yang mengandung sedikit
hubungan ke skala fisik. Beck memusatkan pada kebutuhan pengguna dari bagaimana cara
sampai dari satu stasiun ke stasiun yang lain dan di mana harus berganti kereta.
Harry Beck dan Peta bawah tanahnya

1950s, International Style
International atau Swiss style didasarkan pada prinsip revolusioner tahun 1920an seperti De
Stijl, Bauhaus dan Neue Typography, dan itu menjadi resmi pada tahun 1950an. Grid, prinsip
matematika, sedikit dekorasi dan jenis huruf sans serif menjadi aturan sebagaimana tipografi
ditingkatkan untuk lebih menunjukkan fungsi universal daripada ungkapan pribadi.
Sampul buku dari Taschen

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

10

1951, Helvetica
Diciptakan oleh Max Miedinger seorang perancang dari Swiss, Helvetica adalah salah satu
tipe huruf yang paling populer dan terkenal di dunia. Berpenampilan bersih, tanpa garis-garis
tak masuk akal berdasarkan pada huruf Akzidenz-Grotesk. Pada awalnya disebut Hass
Grostesk, nama tersebut diubah menjadi Helvetica pada tahun 1960. Helvetica keluarga
mempunyai 34 model ketebalan dan Neue Helvetica mempunyai 51 model.
Sampul buku Helvetica

1960s, Psychedelia and Pop Art
Kultur yang populer pada tahun 1960an seperti musik, seni, disain dan literatur menjadi lebih
mudah diakses dan merefleksikan kehidupan sehari-hari. Dengan sengaja dan jelas, Pop Art
berkembang sebagai sebuah reaksi perlawanan terhadap seni abstrak. Gambar dibawah
adalah sebuah poster karya Milton Glaser yang menonjolkan gaya siluet Marcel Duchamp
dikombinasikan dengan kaligrafi melingkar. Di cetak lebih dari 6 juta eksemplar.
Poster karya Milton Glaser

1984, Émigré
Majalah disain grafis Amerika, Émigré adalah publikasi pertama untuk menggunakan
komputer Macintosh, dan mempengaruhi perancang grafis untuk beralih ke desktop
publishing ( DTP). Majalah ini juga bertindak sebagai suatu forum untuk eksperimen
tipografi.
Sampul Majalah Émigré

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

11

BAB III
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DESAIN GRAFIS DI INDONESIA
Mesin cetak pertama kali didatangkan ke Indonesia (Batavia) pada tahun 1659
Industri percetakan di wilayah Nusantara berkembang sejalan dengan penerbitan surat
kabar dan buku yang diperkirakan berkembang sejak abad ke-17, ketika mesin cetak pertama
kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak ada operatornya, mesin itu
menganggur sampai berpuluh-puluh tahun.

Para pembaca koran berbahasa Belanda di Hindia Belanda di awal-awal keberadaannya
adalah orang-orang Eropa, Baru pemerintah jajahan di bawah Daendelslah yang berperan
besar dalam urusan cetak-mencetak dengan membentuk percetakan negara yang berurusan
dengan mencetak peraturan-peraturan Belanda. Maka mulailah dikenal surat kabar yang tidak
hanya memuat informasi yang nilainya ekonomis, tetapi juga memuat peraturan-peraturan
perundangan.

Iklan pertama di Hindia Belanda: 17 Agustus 1744
Perintis tumbuhnya iklan di Hindia Belanda adalah Jan Pieterzoen Coen. Dia pendiri
Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629. PPPI (Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia) mengakuinya sebagai tokoh periklanan pertama di
Indonesia.

Dalam masa pemerintahannya, ia mengirim berita ke pemerintah setempat di Ambon
dengan judul Memorie De Nouvelles, yang mana salinannya ditulis dengan tulisan tangan
pada tahun 1621. Tulisan tangannya yang indah ternyata merupakan refleksi dari naluri
bersaing antara pemerintah Hindia Belanda dengan Portugis. Kedua negara rupanya terlibat
dalam perebutan hasil rempah-rempah dari kepulauan Ambon, dan Jan Pieterzoen Coen
„menulis‟ iklan untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis. Lebih dari satu abad
kemudian, setelah Jan Pieterzoen Coen meninggal, tulisan tangannya diterbitkan kembali di
surat kabar Batavia Nouvelles pada tanggal 17 Agustus 1744. Batavia Nouvelles merupakan
surat kabar pertama di Hindia Belanda. Dengan demikian, iklan yang dimuatnya pun
merupakan iklan pertama di Hindia Belanda. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa surat kabar
dan iklan lahir tepat bersamaan di Hindia Belanda.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

12

Yang berperan dalam memediakan kembali iklan tersebut di Hindia Belanda adalah
karyawan sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal Imhoff, Jourdans.
Surat kabar Batavia Nouvelles hanya berusia dua tahun.

INDUSTRI PERCETAKAN ABAD KE 18-20
Surat kabar yang pertama kali dicetak adalah De Bataviase Nouvelles terbit di Batavia
pada tahun 1744, kemudian De Locomotief terbit pada tahun 1852 di Semarang
dan Bataviassch Niewsblaad terbit di Batavia pada tahun 1885.

Dunia persuratkabaran milik warga pribumi adalah Bromartani yang terbit di Surakarta pada
tahun 1920-an. (Kartodirjo,1992:112-113) Pada tahun 1776, setelah pelarangan penerbitan
surat kabar De Bataviase Nouvelles pada tanggal 20 November 1745, pemerintah kolonial
memberi izin kepada L Dominicus seorang pakar dalam percetakan untuk menerbitkan
mingguan yang diberi nama Het Vendu-Nieuws (Berita Lelang). Mingguan ini berisi berita
lelang perusahaan-perusahaan perdagangan di bawah VOC. Sedangkan pemasangan iklan
diluar perusahaan VOC dikenakan biaya. Mingguan ini bertahan terbit antara tahun 1776
hingga 1809. (Riyanto,2000:52-53)
Di abad ke-19, terbit beberapa surat kabar berbahasa Indonesia (Melayu) di antaranya ˜Soerat
Kabar Bahasa Melajoe™ yang diterbitkan di Surabaya pada tahun 1861. Kemudian ˜Bintang
Timoer surat kabar dua mingguan yang memuat pelbagai berita sosial-ekonomi. Kemudian di
Semarang pada tahun 1860 terbit Selompret Melajoe of Semarang. Pada tahun 1883 para
pengusaha Cina mulai terlibat usaha percetakan dan buku, terutama penerbitan buku
terjemahan sastra Cina klasik yang kemudian berkembang menjadi komoditas percetakan
yang semakin meluas.

Berkembangnya industri percetakan merupakan tahap penting dalam keterbukaan
budaya, karena di dalamnya terdapat perluasan dan pelintasan komunikasi verbal maupun
gambar. Rekaman melalui gambar dan penataan huruf di masa tersebut telah tampak sebagai
bagian penting dari industri percetakan. Pada tahun 1919 telah tercatat 120 perusahaan yang
mempekerjakan 3.080 orang di industri percetakan, sebagian di antara kegiatan industri
tersebut adalah pekerjaan desain grafis. Tidak tercatat angka secara pasti berapa jumlah
tenaga penata rupa surat kabar, buku, poster, dan produk cetak lainnya. Demikian pula
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

13

jumlah ilustrator, perancang grafis dan fotografer. Selama pemerintahan kolonial, tercatat
lebih 3000 seniman bangsa asing (Belanda, Jerman) yang dicatat dalamLexicon of Foreign
Artists Who Visualized Indonesia (1600-1950) dengan pelbagai bidang pekerjaan seni; di
antaranya pelukis, peneliti seni, ilustrator cat air, juru gambar, pematung, ilustrator,
pendesain grafis dan perupa produk industri. Sedangkan seniman bangsa Indonesia tidak
dimasukkan ke dalam leksikon tersebut. Terlepas dari hal tersebut, fenomena itu
menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi cetak memiliki peran dan makna yang cukup
penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, dalam percaturan sejarah
kebudayaan, perkembangan karya cetak sebagai bagian dari peradaban bangsa belum
mendapat posisi yang penting.
Brosur-brosur pertama untuk “go public”
Pertumbuhan iklan di jaman Hindia Belanda, sangat dipengaruhi pula oleh masuknya
modal swasta ke sektor perkebunan dan pertambangan pada tahun 1870. Karena
perkembangan itu ternyata menumbuhkan kebutuhan baru, berupa pembentukan lembagalembaga penelitian untuk mengembangkan dan mengakumulasi modal mereka, seperti yang
dilakukan oleh asosiasi perusahaan-perusahaan gula, Suikersyndicaat, misalnya. Asosiasi ini
juga bertugas sebagai lembaga penelitian, dan sekaligus memproduksi pula brosur-brosur
sebagai wahana informasi dan promosi. Dengan demikian, para calon penanam modal di
perusahaan perkebunan mereka mengetahui seberapa jauh rentabilitas investasi mereka.

Javaasche Bank menggunakan barang-barang cetakan untuk mengundang modal asing ke
Hindia Belanda. Brosur dan buklet perkenalan mereka umumnya dicetak di percetakan
G.C.T. van Dorp & Co., yang berlokasi di Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

14

1938
Pada tahun 1938 berdiri PERSAGI (Persatuan Akhli Gambar Indonesia) di Jakarta
dengan anggota kurang lebih tiga puluh pelukis (di antaranya Agus Djaja sebagai ketua, S.
Sudjojono, Abdul Salam, Sumitro, Sudibio, Sukirno, Suromo, Surono, Setyosa, Herbert
Hutagalung, Syoeaib, Emiria Sunasa, dan sejumlah seniman lainnya). Serikat ini sering
dianggap sebagai awal seni rupa modern Indonesia.
Para pelukis PERSAGI berupaya membangun „gaya Indonesia baru‟ yang
dikembangkan dari paduan antara nilai estetik tradisi dan nilai estetik modern. Semasa
kolonisasi Jepang di Indonesia, PERSAGI mendapat wadah yang bernama Keimin Bunka
Shidoso (Pusat Kebudayaan Jepang) yang didirikan pada tahun 1943. Spirit yang
dicanangkan Jepang untuk membangun „Kebudayaan Timur‟ mendapat tanggapan postif, hal
ini terbukti dari keterlibatan para pelukis dalam membina senilukis Indonesia, dan tokohtokohnya antara lain adalah S. Sudjojono, Agus Djaja, dan Affandi yang kemudian diikuti
oleh sejumlah pelukis muda di antaranya Otto Djaja, Henk Ngantung, Hendra Gunawan,
Djajengasmoro, Kartono Yudhokusumo, Kusnadi, Sudjana Kerton, Trubus, Baharuddin, dan
sejumlah seniman lainnya.

1945
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung
Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia.
Empat Serangkai yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,
dan Kyai Haji Mas Mansyur “ memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat)
untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai
tenaga pelaksana dan S Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan
hubungan dengan Bung Karno.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

15

1960 - 1972 Logo mulai populer
Iklan-iklan produk konsumen tampak mengalami kemandegan kreativitas, khususnya
dalam hal penulisan naskahnya. Bagian besar rancangan produk iklan dalam negeri bertema
“anjuran memakai” yang tidak monoton. Kata-kata “pakailah selalu” senantiasa digunakan
dalam setiap teks iklan. Struktur verbal iklan masih tetap dipengaruhi oleh iklan-iklan zaman
kolonial. Bahkan mereka pun masih banyak menggunakan istilah-istilah dari bahasa Belanda,
seperti Te Huur (sewa), Barbier (cukur rambut), Restaurant, atau Te Koop (dijual). Kata-kata
ini memang sering dijumpai diucapkan di radio, atau tertulis dalam kolom-kolom media
cetak.
Secara visual pengaruh “Hollandsch denken en Hollandsch inzicht” (berfikir dan
berpandangan ala Belanda) juga terasa sangat dominan. Dalam iklan restoran atau hotel
misalnya, selalu digunakan model seorang berpakaian jas dan celana panjang putih, memakai
peci dan sebuah serbet yang tersampir di pundak kirinya, dalam posisi siap menerima
perintah tuannya, yang seorang Belanda pula. Atau visualisasi budaya Barat lainnya, seperti
penggunaan tokoh-tokoh Walt Disney dengan Mickey Mouse, Donald Duck, Cinderella,
Putri Salju dan sebagainya. Atau ilkan-iklan keluarga tentang kelahiran dengan ilustrasi
burung pelikan terbang membawa bayi.

Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan besar sudah mulai berani menggunakan sedikit
teks, dan sekaligus menyadari pentingnya khalayak sasaran mengenal logotype (ciri logo)
produk-produk mereka. Sayangnya, berbeda dengan teori periklanan, banyak produk ataupun
merek baru yang tidak menyatakan kebaruannya dalam iklan-iklan mereka. Di samping itu,
nuansa yang tercipta dari iklan-iklan tersebut hampir seluruhnya hanya untuk tujuan
penjualan (sales) semata.

Populernya penggunaan logo sebagai identitas suatu produk atau merek, membawa bisnis
baru untuk perusahaan periklanan dari kliennya. Yaitu merancangkan logo yang sesuai
dengan jenis, kepribadian dan citra produk yang ingin dikembangkan produk-produk tersebut.
Beberapa perusahaan bahkan meminta perusahaan periklanannya untuk juga menguruskan
nomor pendaftaran (gedeponeerd) merek atau logo produk mereka tersebut di Kantor
Pendaftaran Merk Dagang.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

16

Membanjirnya kebutuhan mendaftarkan merek ini tidak seimbang dengan kesadaran mereka
beriklan, memasyarakatkan logo-logo tersebut. Situasi ini membawa dampak di bidang
hukum. Karena saat itu ternyata muncul banyak logo yang mirip satu sama lain. Akibatnya,
justru mereka akhirnya merasa perlu memuat iklan-iklan pengaduan, atau sekedar
menjelaskan tentang perbedaan logo produknya dengan yang milik perusahaan lain. Beberapa
di antara mereka yang mirip logonya dan memuat iklan pengumuman ini, bahkan sama-sama
pula belum terdaftar.

Gerakan Seni Rupa Baru (1975-1979, 1987)
Peristiwa Desember Hitam itu menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Seni Rupa
Baru (GSRB) pada tahun 1975 yang menghantarkan dunia seni rupa Indonesia melahirkan
pemahaman baru atas persoalan ideologis kesenian; konsepsi estetika dunia seni rupa; subject
matter; batasan-batasan akademik, hingga menyentuh persoalan-persoalan interpretasi
subjektivitas (Seni Grafis Yogyakarta dalam Wacana Seni Kontemporer, Wiwik Sri
Wulandari, 2008, halaman 101-102)
.
Salah satu konsep GSRB adalah meniadakan batasan antara seni murni dan seni terapan
(baca: seni tidak murni), dan semua fenomena kesenian termasuk desain pun kemudian
dianggap sederajat.

Sepanjang perjalanannya, eksponen GSRB yang juga desainer grafis tercatat antara lain FX
Harsono, Syahrinur Prinka (1947-2004), Wagiono Sunarto, Priyanto Sunarto, Gendut Riyanto
(1955-2003), Harris Purnama dan Oentarto.

Pada tahun 1979 Gerakan Seni Rupa Baru membubarkan diri, tetapi sempat dihidupkan
kembali pada tahun 1987.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

17

1979 Penggunaan istilah desain komunikasi visual
Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan
komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya menangani desain
untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran. Sejak tahun 1979, istilah
desain komunikasi visual mulai dipakai menggantikan istilah desain grafis.

1980 Pameran desain grafis pertama di Indonesia
Pada tanggal 16-24 Juni 1980 di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, jalan
Menteng Raya 25, Jakarta diselenggarakan pameran desain grafis oleh tiga desainer grafis
Indonesia: Hanny Kardinata, Gauri Nasution dan Didit Chris Purnomo, bertajuk Pameran
Rancangan Grafis 80 Hanny, Gauri, Didit•. Pameran ini tercatat sebagai pameran desain
grafis pertama di Indonesia yang diadakan oleh desainer-desainer grafis Indonesia (Pameran
Rancangan Grafis Hanny, Gauri, Didit Mau Merubah Dunia, Agus Dermawan T, Kompas, 25
Juni 1980, hal. 6). Pameran ini membawa misi memperkenalkan profesi desainer grafis ke
masyarakat luas, dan agar karya desain grafis diapresiasi sebagai karya seni.

1980 Organisasi desain grafis pertama di Indonesia
Logo IPGI hasil coretan tangan Sadjiroen, desainer uang Indonesia. Organisasi desain
grafis pertama di Indonesia terbentuk pada tanggal 25 April 1980 dan diresmikan pada
tanggal 24 September 1980 dengan nama Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI)
bersamaan dengan diselenggarakannya sebuah pameran besar bertajuk Grafis 80• di Jakarta
yang berlangsung hingga tanggal 30 September 1980 di Wisma Seni Mitra Budaya, Jalan
Tanjung 34, Jakarta.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

18

1980
Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang
sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaan-perusahaan
ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya adalah Vision
(Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali, S Prinka dan
Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan GUA Graphic
(Gauri Nasution). Di Bandung sebelumnya sudah ada design center Decenta yang didirikan
pada tahun 1973, antara lain oleh AD Pirous, T Sutanto, Priyanto Sunarto, yang walau lebih
mengandalkan pada disiplin seni grafis juga menangani beragam produk desain grafis, mulai
sampul buku, kartu ucapan, logo, kalender, pameran dan elemen estetis gedung.

Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang
cukup signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto),
Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali),
dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio OK• (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.

Pada masa ini, studio mana pun dituntut bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang
dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer
bak superman atausuperwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan hidup.

Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art menjadi
trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah Tempo• dan
“Zaman• adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya). Air brush
gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok Letraset/Mecanorma
adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.
Salah satu desainer yang mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air brush adalah Tony
Tantra. Tony Tantra menggunakan media kaos yang dijualnya di Bakungsari, Kuta, pada
akhir 80an, dengan label “Tony Illustration”. Tony, bersama Harris Purnama dan Gendut
Riyanto dulunya pengisi rubrik Pop Art di majalah Aktuil dengan editor tamu Jim Supangkat.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

19

2002 Majalah desain grafis pertama di Indonesia
Dimotori oleh M Arief Budiman (Petakumpet) majalah desain grafis pertama Blank!
Magazine terbit di Yogyakarta dengan visi ingin memberdayakan orang-orang kreatif melalui
sudut pandang visual yang ekstrem (To empower creative people through extreme visual
perspective). Setelah beroperasi selama kurang lebih 2 tahun (2002-2004), Blank! Magazine
harus ditutup pada 3 Maret 2004, setelah merugi lebih dari 140 juta rupiah. Penerbitan
majalah ini berlangsung hingga enam edisi.

Studio-studio desain grafis pertama di Indonesia
Sepanjang tahun 1970 dan seterusnya mulai bertumbuh perusahaan-perusahaan desain
grafis yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan,
perusahaan-perusahaan ini mengkhususkan diri pada desain non-iklan, semuanya berada di
Jakarta: Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto,Priyanto
Sunarto, S Prinka), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi, Hanny Kardinata) dan GUA Graphic
(Gauri Nasution). Dan pada dekade berikutnya, di Jakarta muncul antara lain Gugus Grafis
(FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana
(Iwan Ramelan, Djodjo Gozali), Headline (Sita Subijakto), BD+A (Irvan Noe‟man), dan di
Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja) dan lain-lain.
Setiap studio membawa serta kekhasannya masing-masing sebagai akibat dari „ideologi‟
desainernya. Misi keIndonesiaan menuntun cara kerja Citra Indonesia dalam mengolah
karya-karya desainnya. Di dalam Citra Indonesia ada seorang tokoh budaya, SJH Damais,
yang menjadi „kamus berjalan‟ bagi pendekatan-pendekatan yang ingin diterapkan.
Sementara Gugus Grafis berupaya setia dengan ideologi GSRB-nya walau tidak seluruh nilai
dan praksis seni rupa kontemporer bisa diterapkan pada semua kesempatan yang didapat.
Pada tahun 1973 ada Decenta (Design Centre Association) di Bandung, yang terlibat AD
Pirous, G Sidharta, Adrian Palar, Sunaryo, T Sutanto, Priyanto Sunarto. Saat itu ada
pertentangan antara pandangan bahwa seni itu universal dengan pandangan seni yang digali
dari bumi sendiri. Decenta menjadi tempat menggali khasanah Indonesia yang diterapkan
dalam

seni

(grafis,

lukis,

patung)

dan

desain

(pameran,

elemen

estetis,

furnitur, curtain, greeting card, sampul buku). Pendekatannya formal atau total, formal
melalui olahan artefak budaya, dan total melalui penghayatan terhadap spirit yang hidup
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

20

dalam masyarakat tradisi. Meski bukan studio desain grafis, Decenta sudah melayani
pekerjaan-pekerjaan desain grafis (walau masih sedikit).
Pada masa ini, studio mana pun „dituntut‟ bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang
dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer
bak superman atau superwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan
hidup. Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art
menjadi trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah
“Tempo” dan “Zaman” adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk
sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok
Letraset/Mecanorma adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.
Pertumbuhan usaha di bidang desain grafis serentak dengan perkembangan di bidang
pendidikannya. Menyusul STSRI “ASRI” di Yogyakarta dan FSRD ITB di Bandung yang
sudah ada terlebih dulu, pada tahun 1976 juga dibuka di LPKJ (Lembaga Pendidikan
Kesenian Jakarta) dan kemudian di Universitas Trisakti pada tahun 1978.

Pameran IPGI ke-2 digelar pada tanggal 22-31 Agustus 1983 di Galeri Utama TIM,
Jakarta dengan tajuk “Grafis „83”. Ini adalah untuk pertama kalinya – setelah 15 tahun berdiri
– Dewan Kesenian Jakarta dan TIM (Taman Ismail Marzuki) menyelenggarakan sebuah
pameran seni terap, yang secara tidak langsung merupakan pengakuan resmi otoritas kesenian
atas desain grafis sebagai seni. Sudarmadji, Ketua Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian
Jakarta mengungkap bahwa “Kemasan pasta gigi atau sabun, jika isinya sudah diambil dan
digunakan, maka kemasan (pembungkusnya) langsung begitu saja dibuang. Poster atau
reklame yang terpampang di jalan, begitu tahu isinya, habis perkara. Jarang yang
penghayatannya dilanjutkan dari aspek artistik dan estetisnya.”
Selanjutnya bersama JAGDA (Japan Graphic Designer Association), IPGI pernah
menyelenggarakan dua pameran besar, yaitu pada 9-15 Februari 1988 di Galeri Ancol, Pasar
Seni Ancol, Jakarta yang dilanjutkan di Aula Timur ITB, Jalan Ganesha 10, Bandung, dan
pada tahun 1989 berturut-turut di tiga kota: 23-30 Maret di Gedung Pameran Seni Rupa
Depdikbud (sekarang Galeri Nasional) di jalan Merdeka Timur 14, Jakarta; 12-20 April di
Yayasan Pusat Kebudayaan, jalan Naripan, Bandung dan 26 April-3 Mei di Kampus Institut
Seni Indonesia (d/h STSRI “ASRI”) di jalan Gampingan, Yogya.
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

21

Selama perjalanannya, desainer yang aktif menggerakkan roda IPGI: Gauri Nasution, Hanny
Kardinata (Bendahara), Karnadi Mardio (Wakil Ketua), Priyanto Sunarto, Sadjiroen,
Syahrinur Prinka, Tjahjono Abdi, Wagiono Sunarto (Ketua), Yongky Safanayong.

Upaya menyejajarkan desain dengan cabang kesenirupaan yang lain, juga menjadi landasan
kurasi “Jakarta Art & Design Expo „92” atau “JADEX„92” yang digelar di Jakarta Design
Center tanggal 25-30 September 1992. Untuk pertama kalinya semua cabang seni rupa – seni
lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, seni keramik, instalasi, desain interior, desain grafis,
desain produk, desain tekstil, desain busana, desain aksesori, kria kayu, kria keramik dan kria
bambu – „dipersatukan‟ dalam sebuah pameran besar. “Sejauh ini, pengkajian kemungkinan
persentuhan itu – khususnya melalui sebuah pameran – belum dilakukan. Pameran-pameran
yang diselenggarakan umumnya berkaitan dengan keutamaan masing-masing cabang seni
rupa yang lalu lebih menunjukkan perbedaan. Pameran desain, mengutamakan aspek fungsi
dan kaitannya dengan berbagai bidang usaha. Pameran lukisan, patung atau grafis, bila tak
menekankan tujuan menjual, terlalu sibuk dengan apresiasi”.
IPGI ganti nama jadi ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia)
Pada tanggal 7 Mei 1994 IPGI menyelenggarakan kongres pertamanya di Jakarta Design
Center dimana berlangsung penggantian nama organisasi menjadi ADGI (Asosiasi Desainer
Grafis Indonesia). Pada saat itu dilakukan juga serah terima jabatan dari pengurus IPGI ke
pengurus ADGI (Ketua: Iwan Ramelan, Sekretaris: Irvan Noe‟man), pemilihan President
Elect (Gauri Nasution), pengesahan AD/ART dan kode etik serta pengesahan Majelis Desain
Grafis.

Seirama dengan pembangunan yang sedang berjalan dengan pesat pada periode 90an, profesi
desainer grafis pun semakin dikenal, demand masyarakat juga meningkat, dan didorong oleh
faktor teknologi yang semakin canggih dan memudahkan (komputerisasi terjadi di masa ini),
terjadilah pertumbuhan jumlah perusahaan desain grafis, di antaranya di Jakarta: LeBoYe
(Hermawan Tanzil), MakkiMakki (Sakti Makki), Afterhours (Lans Brahmantyo), Avigra
(Ardian Elkana), di Yogyakarta: Petakumpet (M Arief Budiman) dan di Bali: Matamera
(Arief “Ayip” Budiman). Jenis pekerjaan hampir spesifik:brand/corporate identity, annual
report, company profile, marketing brochure,packaging, calendar.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

22

Forum Desainer Grafis Indonesia (FDGI) berdiri
Di tengah kekosongan organisasi yang mewadahi profesi ini, pada awal tahun 2000Forum
Desainer Grafis Indonesia (FDGI) diwacanakan oleh 3 orang desainer yang juga pengajar
desain grafis yaitu Hastjarjo B Wibowo, Mendiola Budi Wiryawan dan Arif PSA. FDGI
diresmikan bersamaan dengan penyelenggaraan Pameran Poster “Melihat Indonesia Damai”
tanggal 6-14 Juni 2003 di Bentara Budaya, Jakarta. Selanjutnya pada rapat kerja FDGI di
Cibubur 11 Juli 2003 dihasilkan perubahan nama organisasi menjadi Forum Desain Grafis
Indonesia (FDGI) dengan tujuan untuk menjangkau pemangku kepentingan di luar desainer
grafis. Pada tanggal 7-11 September 2005 FDGI berhasil mengadakan pameran poster
internasional “Light of Hope for Indonesia” di arena FGDexpo 2005.
Transformasi ADGI menjadi Adgi (Indonesia Design Professionals Association)
Pada tanggal 8 September 2005 dalam acara “Gathering and Talk Show-It‟s Graphic
Designers United!” di arena FGDexpo 2005, Jakarta Convention Center yang
diselenggarakan oleh FDGI, diterbitkan Memorandum ADGI kepada Gauri Nasution,Danton
Sihombing, Hastjarjo B Wibowo dan Mendiola B Wiryawan untuk mempersiapkan Kongres
ADGI dalam waktu 6 bulan. Pada bulan Oktober 2005 para penerima mandat membentuk
Tim Revitalisasi ADGI sebanyak 16 orang yang bekerja selama 5 bulan untuk
merumuskan platform “Adgi Baru”. Berdasarkan evaluasi terhadap kinerja ADGI pada masa
lalu dirumuskanlah branding platform Adgi baru yang hadir dengan deskripsi Indonesia
Design Professionals Association. Kata Adgi menjadi nama, bukan lagi akronim (ADGI).
Kongres Nasional Adgi pertama

Pada tanggal 19 April 2006 bertempat di Ballroom Hotel Le Meridien, Jakarta
diselenggarakan Kongres Adgi dimana terpilih formasi presidium yang terdiri dari 5 orang
yaitu Andi S Boediman, Danton Sihombing, Hastjarjo B Wibowo, Hermawan Tanzil dan
Lans Brahmantyo untuk mengemban tugas memimpin Adgi selama periode 1 tahun dengan
mengusung tema “Unifying Spirits”. Pada 16-30 Agustus 2006 presidium ini berhasil
menyelenggarakan pameran “Petasan Grafis” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta dengan
sub-judul “Pameran Nasionalisme Indonesia dalam Desain Komunikasi Visual”.
Kongres Nasional Adgi kedua
Pada tanggal 19 April 2007 dilaksanakan Kongres Nasional Adgi kedua di gedung Galeri
Nasional, Jakarta. Melalui mekanisme pemungutan suara, Danton Sihombing terpilih sebagai
Ketua Umum Adgi 2007-2010. Kemudian bersamaan dengan diselenggarakannya FGDexpo
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

23

2007 pada 8-12 Agustus 2007 Adgi menggelar pameran poster international “One Globe One
Flag”di Jakarta Convention Center.
Dari Adgi kembali ke ADGI
Pada tanggal 9 November 2007 Adgi menyelenggarakan “Adgi Jakarta Chapter-Member
Recruitment and Gathering Night 2007 di Forbidden Citi, Jl. Wijaya I No. 55, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Pada peristiwa ini disampaikan antara lain perubahan nama asosiasi
dari Adgi-Indonesia Design Professionals Association menjadi ADGI (Asosiasi Desainer
Grafis Indonesia), kembali ke nama yang disepakati pada Konggres IPGI ke I di Jakarta
Design Center tanggal 7 Mei 1994.
Ajang penghargaan desain grafis pertama berskala nasional di Indonesia
Pada tanggal 4 Juli 2009 diadakan konferensi pers IGDA (Indonesian Graphic Design
Award) 2009 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta yang sekaligus menandai dimulainya
ajang penghargaan desain grafis pertama berskala nasional ini. IGDA diselenggarakan agar
tercipta suatu standar bagi kualitas desain grafis Indonesia, yang setiap tahunnya dinyatakan
kepada publik nasional dan internasional sehingga kelak eksistensi desain grafis Indonesia
bisa diperhitungkan dalam lingkup global.

Desain grafis Indonesia di jagat industri dunia
Pertumbuhan selalu berawal dari riak kecil, berhimpun menjadi gelombang, dan gelombang
lebih besar lagi yang akhirnya membentuk desain grafis Indonesia seperti sekarang ini.
Desainer grafis Indonesia kini bisa dengan bangga menyatakan bahwa desain grafis Indonesia
telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hampir semua sektor membutuhkan sentuhan
desainer grafis. Pendidikan desain grafis pun berada di puncak pertumbuhan seperti yang
belum pernah dialami sebelumnya. Hingga sekarang sekitar 70an pendidikan tinggi
DKV telah dan segera berdiri di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,
Yogyakarta, Salatiga, Solo, Malang, Surabaya, Bali, Makassar dan menyusul di beberapa
kota lainnya.

Desain grafis Indonesia kini juga telah memiliki dua media cetak: Concept (2004) dan Versus
(2008),

serta

forum

maya DGI

(Desain

Grafis

Indonesia) pada

alamatwww.desaingrafisindonesia.co.cc (sekarang: DGI-Indonesia.com) yang diluncurkan
pada Maret 2007, juga Jurnal Grafisosial (2007) di http://grafisosial.wordpress.com. Situs

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

24

DGI adalah embrio dari Museum (to be) DGI yang akan dibangun di Chandari, Ciganjur,
Jakarta Selatan.

Stabilitas ekonomi yang terjaga paska krisis, telah menumbuhkan jumlah perusahaan desain
grafis di berbagai daerah. Di Jakarta saja untuk menyebut beberapa di antaranya: Inkara
Design (Danton Sihombing, Ilma Noe‟man), DesignLab (Divina Natalia), Whitespace Design
(Irvan N Suryanto), Kineto (Djoko Hartanto), Octovate (Bernhard Subiakto), Banana Inc.
(Nico A Pranoto), Jerry Aurum Design (Jerry Aurum), Mendiola Design Associates
(Mendiola B Wiryawan), Roundbox (Bima Shaw), Nubrain Design (Ato Hertianto), Fresh
Creative (Imelda Dewajani), AhmettSalina (Irwan Ahmett), Crayon Design (Melvi Samodro),
Halfnot Indesign (Heri Mulyadi), Thinking*Room (Eric Wijaya), Lumiére (Ismiaji Cahyono),
Paprieka (Eka Sofyan), Songo (Hastjarjo B Wibowo, Hagung Sihag, Arif PSA), Neuborn
(Vera Tarjono) dan masih banyak lagi.

Tidak sedikit pula desainer-desainer muda Indonesia berkarya dan sukses di luar
negeri:Henricus Kusbiantoro (Senior Art Director-Landor Associates, San Francisco), Lucia
C Dambies (Head Designer-Wharton Bradley Mack, Newcastle), John Kudos (PrincipalStudio Kudos, Chelsea), Melissa Sunjaya (Principal-Bluelounge Design, Pasadena), Kalim
Winata (Computer-Generated Images Artist-ImageMovers Digital, San Francisco),Yolanda
Santosa (Principal-Ferroconcrete, Los Angeles) dan Bambang Widodo (Principal-BWDesign,
New Jersey) adalah beberapa di antaranya.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

25

BAB IV
LOGO DAN MAKNANYA
FedEx – Tanda Panah

Logo ini memiliki kesan yang lebih mendalam. Jika dilihat ke kata „Ex‟ pada logo mereka,
kamu bakal menyadari ada ruang kosong di antara huruf „E‟ dan „x‟. Ruang kosong itu
ternyata menyimbolkan tanda panah ke kanan. Arti dari tanda panah ini adalah kecepatan,
keakuratan dan pentingnya perkembangan ke depan.
Baskin Robbins – 31

Di tahun 1953, Baskin Robbins menghasilkan sebuah inovasi dimana mereka menawarkan es
krim dengan total 31 rasa. Angka 31 ini dimunculkan dalam logo mereka, terlihat jelas di
antara nama Baskin dan Robbins, tidak seperti sekarang ini.

Lalu pada tahun 2005, bersamaan dengan perayaan 60 tahun mereka, logo mereka di-desain
ulang. Walaupun angka 31 yang terlihat jelas dihilangkan, angka 31 ini disembunyikan di
huruf B dan R. Jika warna mereka bukan pink, maka orang-orang kemungkinan besar tidak
akan menyadarinya. Arti dari angka 31 ini sendiri dimaksudkan agar setiap orang dapat
merasakan rasa yang berbeda setiap hari, dimana 1 bulan paling banyak terdiri dari 31 hari.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

26

SoNy Vaio – Simbol Analog dan Digital

Video Audio Intelligent Organizer atau singkatnya Vaio adalah salah sub-brand yang
digunakan oleh Sony untuk berbagai produk komputernya, dan nama logo atau brand ini
sangatlah terkenal. Di samping dari kata „vaio‟, ada makna tersembunyi yang jika kamu
mengerti sedikit akan istilah digital atau analog, maka kamu akan menyadarinya.

Sisi kiri dari logo dibuat menyerupai simbol gelombang yang menggambarkan ide teknologi
analog. Sedangkan sisi kanannya terdiri dari angka “1” dan “0”, dimana berartikan 2 digit
binari komputer, yaitu teknologi digital.
NBC – Burung Merak

NBC atau National Broadcasting Company merupakan perusahaan penyiaran jaringan
televisi dan radio Amerika, jika kamu menilik logo mereka ada suatu hal yang menarik. Lihat
gambar logo mereka di atas, sadarkah bahwa ada gambar burung merak di sana?
Oleh karena itulah NBC dikenal sebagai “Jaringan Merak” (Peacock Network). Selain itu,
logo mereka juga memiliki arti lain, dimana 6 bulu ekor merak ini menunjuk ke 6 divisi NBC
pada saat mereka dibuat, yakni divisi Berita, Olahraga, Entertainment, Stasiun, Jaringan dan
Produksi. Kepala burung merak yang menghadap ke kanan juga berartikan bahwa ia selalu
melihat ke depan, bukan ke belakang.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

27

Carrefour – Huruf C

Arti dari logo Carrefour sendiri merupakan 2 panah yang satu mengarah ke kiri dan satunya
lagi mengarah ke kanan. Mengartikan kata “carrefour” dalam Perancis yang berarti
“persimpangan”, sama halnya seperti banyaknya produk yang ditawarkan oleh supermarket
ternama ini kemanapun kamu berjalan. Warnanya sendiri berdasarkan bendera Perancis,
tempat dimana Carrefour didirikan. Apakah kamu menyadari ada huruf „C‟ yang
tersembunyi di balik logo Carrefour tersebut?

Amazon – Senyum dan Keragaman

Logo perusahaan ini memberikan kata amazon dengan panah di bawah huruf a sampai huruf
z. Panah itu sendiri memberikan dua arti, yang pertama adalah bahwa amazon selalu
memberikan kepuasan kepada pelanggannya sehinga mereka tersenyum, dengan lubang di
kedua huruf a sebagai mata. Kedua adalah bahwa amazon memberikan keragaman produk
yang tidak terbatas dari „a‟ sampai „z‟.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk
menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga
dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan ”fine art”. Seperti jenis desain lainnya,
desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang
dihasilkan rancangan, atau pun disiplin ilmu yang digunakan desain.

B. Saran
Dari hasil pembahasan yang telah kami susun, kami memberikan saran kepada Mahasiswa
untuk meningkatkan pengetahuan tentang Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di
Indonesia.

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

29

DAFTAR PUSTAKA
https://baguspermady.wordpress.com/2012/10/16/sejarah-desain-grafis-didunia-dan-diindonesia-tugas-kuliah/
http://dgi.or.id/in-depth/history/garis-waktu-desain-grafis-indonesia.html
http://www.wadezig.com/10-logo-dengan-simbol-dan-arti-tersembunyi/

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA

30