Kependudukan dan keluarga berencana (2)

BAB 25
KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA
BERENCANA

BAB 25

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
I. PENDAHULUAN
Masalah-masalah pokok di bidang kependudukan dan keluarga
berencana dalam Repelita IV terutama berupa jumlah penduduk
yang besar, pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak
merata, dan struktur umur yang kurang seimbang serta masalah
kualitas penduduk yang perlu ditingkatkan. Keadaan penduduk
yang demikian, disatu pihak memberi peluang bagi peningkatan
pembangunan disegala bidang tetapi di lain pihak memberi tantangan-tantangan permasalahan yang perlu diatasi.
Dalam rangka menangani masalah-masalah pokok kependudukan
dan keluarga berencana tersebut, Garis-garis Besar Haluan Negara memberikan pengarahan sebagai berikut :
a. Kebijaksanaan

kependudukan


yang

menyeluruh

dan

terpadu

perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan
untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan
kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
b. Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan
yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak,
perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga
kerja yang lebih serasi dan seimbang, perlu lebih ditingkatkan.
c. Program

keluarga


berencana

bertujuan

ganda,

ialah

untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
279

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan pengendalian kelahiran, dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia.
d. Dalam rangka pengendalian pertumbuhan penduduk perlu diambil langkah-langkah untuk mempercepat Turunnya tingkat kelahiran. Untuk itu pelaksanaan program keluarga berencana
makin

diperluas


dan

diintensifkan

keseluruh

wilayah

dan

lapisan masyarakat termasuk daerah-daerah pemukiman baru.
e. Jumlah peserta keluarga berencana perlu makin ditingkatkan
atas dasar kesadaran dan secara sukarela dengan mempertimbangkan nilai-nilai Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Di samping itu tetap dipelihara kelestarian
peserta keluarga berencana yang telah ada. Untuk itu perlu
ditingkatkan tersedianya fasilitas keluarga berencana yang
dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Demikian pula perlu
makin didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat dan pemuka-pemuka masyarakat, dalam rangka mensukseskan program keluarga berencana.
f. Penerangan


dan

pendidikan

mengenai

masalah

kependudukan

bagi seluruh lapisan masyarakat baik wanita maupun pria,
terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih diperluas agar makin disadari mendesaknya masalah kependudukan serta pentingnya keluarga kecil sebagai cara hidup
yang layak dan bertanggung jawab.
Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi
dan struktur umur yang muda berarti tersedianya penduduk usia
kerja yang berumur muda dan penuh vitalitas serta keterbukaan

280

bagi perubahan-perubahan dalam rangka meningkatkan pencapaian

sasaran-sasaran pembangunan. Demikian pula, penyebaran penduduk Indonesia diantara pulau-pulau yang lebih seimbang akan
memberi peluang bagi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan
yang lebih optimal serta pembauran berbagai suku bangsa yang
dalam jangka panjang dapat meningkatkan modal budaya bangsa
bagi pembangunan.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut usaha besar dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pokok khususnya di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Usaha yang lebih besar lagi akan dibutuhkan bilamana
kesejahteraan dan pemerataannya ingin ditingkatkan terus.
Dalam

rangka

meningkatkan

taraf

hidup

dan

memanfaatkan


jumlah penduduk yang besar sebagai potensi pembangunan bangsa
maka

perlu

ditingkatkan

usaha-usaha

pembinaan,

pengembangan

dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan pembangunan di berbagai sektor antara lain dengan mengutamakan

pembangunan

yang


meningkatkan

perluasan

lapangan

kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memperluas fasilitas

dan memperbaiki

mutu pendidikan

dan latihan

kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan usahausaha tersebut diharapkan dapat tercipta manusia-manusia pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, percaya pada diri sendiri dan bersemangat membangun.
Sebagian besar penduduk berada di pulau Jawa yang merupakan sebagian kecil wilayah Indonesia. Dalam pada itu, pertumbuhan penduduk

kota relatif

lebih cepat


dibanding penduduk

desa, walaupun jumlah penduduk desa melebihi jumlah penduduk
kota. Penyebaran penduduk yang tidak merata mengurangi pelu-

281

ang untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Sedangkan kepadatan penduduk yang tinggi didaerah mengakibatkan
pengurasan sumber daya alam secara berkelebihan. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan langkah-langkah dan kebijaksanaan dalam berbagai bidang pembangunan seperti transmigrasi, pembangunan daerah, dan lain-lain.
Langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga berencana dalam Repelita IV merupakan bagian dari usaha jangka
panjang dalam pembinaan kependudukan. Pembinaan kependudukan
diarahkan agar mereka merupakan modal yang efektif dan menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan. Dalam kaitan ini,
maka kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu
ditujukan bagi peningkatan mutu penduduk disatu pihak dan pengendalian

jumlahnya

dilain


pihak.

Usaha-usaha

peningkatan

mutu penduduk dan pengendalian jumlah penduduk merupakan usaha yang saling berkaitan satu sama lain.
Dalam

hubungan

ini

pelaksanaan

keluarga

berencana

yang


telah memberikan hasil-hasil yang cukup membesarkan hati perlu terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Melalui usaha pengendalian kelahiran, maka bukan saja kelahiran dapat dicegah
tetapi sumber daya manusia dapat ditingkatkan. Dengan demikian penduduk yang besar jumlahnya dapat dijadikan modal yang
bermanfaat bagi pembangunan.
Pelaksanaan

kebijaksanaan

kependudukan

dalam

kaitan

de-

ngan lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, tetap memegang teguh pelaksanaan prinsip keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Penduduk perlu ditingkatkan
kemampuannya untuk memanfaatkan alam dan lingkungan guna kepentingan pembangunan, sementara lingkungan hidup perlu di-

282


tingkatkan pula kemampuannya untuk menunjang pembangunan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang.
Dengan ditanganinya masalah-masalah kependudukan baik dalam jumlah, mutu, dan penyebarannya dalam rangkaian kebijaksanaan kependudukan yang bersifat menyeluruh dan terpadu, diharapkan potensi penduduk sebagai modal dasar pembangunan dapat dikembangkan kearah peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan nasional lainnya.
II. KEADAAN DAN MASALAH
Masalah kependudukan yang dihadapi dalam Repelita IV terutama mempunyai dua ciri pokok. Pertama, keadaan dan masalah
kependudukan dalam Repelita IV merupakan bagian dari masalah
jangka panjang, yang pemecahannya hanya dapat terlaksana dalam waktu melebihi satu atau dua Repelita. Kedua, sebagaimana
yang ditegaskan dalam GBHN, berbagai segi masalah dan keadaan
kependudukan amat erat kaitannya satu dengan yang lain. Oleh
karena itu langkah-langkah kebijaksanaan menanggulangi masalah-masalah kependudukan perlu dilaksanakan secara lebih terpadu dan terkoordinasi dalam perspektif jangka panjang.
Sejalan dengan pokok pikiran diatas maka dapatlah dikemukakan bahwa masalah kependudukan dalam Repelita IV sesungguhnya bersumber dari dua ciri pokok kependudukan Indonesia dewasa ini yaitu pertumbuhan yang masih relatif belum cukup
rendah, dan penyebaran yang tidak seimbang antar daerah, serta kualitas (mutu) penduduk yang perlu ditingkatkan.
1. Pertumbuhan Penduduk
Pada akhir tahun 1983 penduduk Indonesia diperkirakan
28
3

berjumlah sekitar 158,1 juta. Pada akhir tahun 1988 penduduk
Indonesia diperkirakan akan berjumlah 175,6 juta. Dengan demikian berarti bahwa selama Repelita IV pertumbuhan penduduk
rata-rata per tahun diperkirakan sekitar 2%. Dalam tahun terakhir Repelita IV.

pertumbuhan penduduk diperkirakan berada

dibawah 2% yaitu sebesar 1,97% (lihat Tabel 25 - 1).
Tingkat pertumbuhan penduduk ini lebih kecil dari tingkat
rata-rata pertumbuhan penduduk selama 1971 - 1980 yaitu sebesar rata-rata 2,3% dan tahun 1980 - 1983 rata-rata sebesar
2,2% per tahun.
Pertumbuhan penduduk sekitar 2% per tahun selama Repelita IV adalah hasil akhir dari dua hal penting, yaitu jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi internasional dianggap tidaklah begitu besar untuk mempengaruhi pertambahan
penduduk. Pada tahun 1983, jumlah kelahiran kasar per seribu
penduduk diperkirakan 33,46 dan jumlah kematian kasar adalah
11,69 per seribu. Dengan demikian pertumbuhan penduduk secara
alami adalah 2,177%. Pada tahun 1988, angka kelahiran, kematian, dan pertumbuhan penduduk masing-masing adalah 31,02 per
seribu penduduk, 10,12 per seribu penduduk dan 2,0%.
Perkiraan-perkiraan mengenai tingkat kelahiran dan tingkat kematian seperti yang dikemukakan diatas didasarkan kepada kecenderungan penurunan besaran-besaran tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Kecenderungan tingkat pertumbuhan penduduk

yang

relatif

masih

tinggi

terutama

disebabkan

oleh

tingkat kelahiran yang masih tinggi dan tingkat kematian yang
menurun lebih pesat, terutama dalam dekade 1970-an.

284

2. Struktur Umur Penduduk
Tingkat kelahiran berhubungan erat dengan masalah struktur umur penduduk. Tingkat kelahiran yang tinggi akan menghasilkan penduduk dengan struktur umur muda. Walaupun tingkat
kelahiran

sudah

menurun

dalam

satu

dekade

terakhir,

tetapi

pengaruh terhadap struktur umur penduduk belum begitu berarti. Diperkirakan pada tahun 1983 jumlah penduduk berumur 0 14 tahun berjumlah 62,6 juta atau 39,6% dan pada tahun 1988
menjadi 67,2 juta atau 38,3% dari seluruh penduduk. Perubahan
yang nyata dari struktur umur penduduk diperkirakan akan terlihat dalam jangka panjang, berupa pergeseran struktur penduduk yang berangsur-angsur menjadi lebih tua. Tingkat kelahiran pada waktu itu diperkirakan akan berada relatif jauh di
bawah 2% (Tabel 25 - 2).
Masih besarnya penduduk berumur muda membawa akibat antara lain pada peningkatan kebutuhan pangan. Peningkatan jumlah
pangan bukan hanya karena adanya unsur pertambahan penduduk
tetapi juga penduduk usia muda membutuhkan lebih banyak pangan bagi pertumbuhan fisiknya. Dalam pada itu, besarnya penduduk dalam usia dibawah lima tahun (Balita) akan meningkatkan kebutuhan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi dan pelbagai kebutuhan hidup lainnya. Dengan demikian usaha-usaha pembangunan di bidang pangan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya perlu ditingkatkan dalam Repelita IV.
Masalah lain yang dihadapi sebagai akibat besarnya penduduk

berusia

muda

adalah

peningkatan

jumlah

angkatan

kerja.

Pada tahun 1983 jumlah angkatan kerja, yaitu penduduk berumur
10 tahun atau lebih yang bekerja atau mencari pekerjaan adalah 63,5 juta orang dan pada tahun 1988 meningkat menjadi

285

TABEL 25 - 1
PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA,
1983 - 1988
(juta)
Tahun

Jumlah

1983

158,1

19 84

161.6

1985

165.2

1986

168.7

1987

172.2

1988

175.6

TABEL 25 - 2
PERKIRAAN PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR,
1983 - 1988
(dalam juta)
Kelompok
umur

Jumlah Penduduk
1983

Jumlah Penduduk
1988

Prosentase Pertambahan
Penduduk 1983 - 1988

0 -

4

23,1

24,3

5,2

5 -

9

20,8

22,4

7,7

10 - 14

18,7

20,5

9,6

15 - 19

16,6

18,4

10,8

20 - 24

14,7

16,3

10,9

25 - 29

12,7

14,4

13,4

30 +

51,5

59,3

15,1

158,1

175,6

11 , 1

Jumlah :

286

r

r

r

r

r

N
O+
Oo
O
O
O
O
O
________________1_________________________1________________________1________________________1

C
O

00
00

N

00

v

72,8 juta atau meningkat dengan rata-rata 2,8% per tahun, jauh diatas perkiraan pertumbuhan penduduk. Dengan demikian salad satu masalah pokok yang dihadapi dalam Repelita IV adalah
penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 9,3 juta tambahan angkatan kerja.
3. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk
Salah satu ciri lainnya daripada penduduk Indonesia adalah penyebarannya yang tidak merata, khususnya antara pulau
Jawa dengan pulau-pulau lainnya. Jumlah penduduk pulau Jawa
dalam tahun 1983 adalah kira-kira 96,9 juta orang dan meningkat menjadi 106,0 juta pada tahun 1988, suatu peningkatan sebesar 1,8% per tahun. Kepadatan penduduk di pulau ini meningkat dari 733 orang per kilometer persegi pada tahun 1983 menjadi 801 orang pada tahun 1988. Penduduk Sumatera diperkirakan akan meningkat dari 31 juta pada tahun 1983 menjadi 36
juta pada tahun 1988, suatu peningkatan sebesar 3%; penduduk
Kalimantan meningkat dari 7,4 juta menjadi 8,4 juta atau 2,6%
per tahun; Sulawesi dari 11,1 juta menjadi 12,3 juta atau
2,1% per tahun; Bali dan Nusa Tenggara dari 8,9 juta menjadi
9,8 juta atau 1,9% per tahun; Maluku dan Irian Jaya dari 2.8
menjadi

3,1

juta

atau

meningkat

dengan

2,1%

per

tahun

selama Repelita IV. Kepadatan penduduk di Sumatera meningkat
dari 66 orang per km2 pada tahun 1983 menjadi 76 orang per
km2 pada tahun 1988, Kalimantan dari 14 menjadi 16, Sulawesi
dari 59 menjadi 65, Bali dan Nusa Tenggara dari 101 menjadi
111, Maluku dan Irian Jaya dari 5 menjadi 6 orang per km2
pada jangka waktu yang sama. Untuk seluruh Indonesia kepadatan penduduk meningkat dari 82 orang pada tahun 1983 menjadi
92 orang per kilometer persegi pada tahun 1988. Dengan demi-

288

kian

kepadatan

penduduk

daerah

luar

Jawa

lebih

rendah

baik

dari kepadatan penduduk pulau Jawa maupun kepadatan penduduk
secara nasional (lihat Tabel 25 - 3).
Ketimpangan

kepadatan

penduduk

ini

mempunyai

pengaruh

terhadap luas pemilikan tanah pertanian yang cenderung semakin berkurang dan menyempit terutama di Jawa. Sebagai akibatnya, penyediaan lapangan kerja pertanian di pulau Jawa semakin terbatas. Petani penggarap dan petani yang mempunyai sedikit

lahan

pertanian

semakin

besar

jumlahnya.

Sementara

itu,

di luar Jawa tenaga kerja masih langka dan sumber alam masih
cukup tersedia. Lahan pertanian dan sumber-sumber alam lainnya

banyak

yang

belum

dimanfaatkan.

Selain

itu

penyebaran

yang kurang serasi dan kurang seimbang akan menyebabkan usaha
pemeliharaan kelestarian dan pengaturan ekosistem menjadi sulit.

Kepadatan

penduduk

di

Jawa

dan

kelangkaan

penduduk

di

luar Jawa pada hakekatnya mempunyai pengaruh langsung terhadap keserasian hubungan antara manusia dan antara manusia dengan lingkungannya.
Masalah
kurang

penting

seimbang

lainnya

antara

adalah

kota

dan

penyebaran
desa.

penduduk

Tingkat

yang

pertumbuhan

penduduk di kota lebih cepat dari pada di desa, namun jumlah
penduduk desa jauh lebih besar dari pada penduduk kota. Pada
tahun 1971 penduduk desa adalah 83% dan penduduk kota adalah
17%

dari

seluruh

penduduk

Indonesia,

dan

pada

tahun

1980,

prosentase tersebut berubah menjadi 78% dan 22%. Dalam Repelita IV diperkirakan jumlah penduduk kota akan meningkat dari
37,9 juta pada tahun 1983 menjadi 48,4 juta pada tahun 1988
(lihat Tabel 25 - 4).

289

TABEL 25 - 3
PENYEBARAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA,
1983 dan 1988

Daerah

Luas
(ribu km2)

Jumlah Penduduk
(juta)
1983

1988

Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan
(orang per km2)
Rata2 setahun
( % )

1983

(2)

(3)

(4)

55,4

2,8

3,2

2,7

51

58

2. Sumatera Utara

70,8

129

143

49,8

10,1
4,0

2,1

3. Sumatera Barat

9,1
3,6

2,1

72

80

4. Riau

94,6

25

29

44,8

2,7
1,9

2,4

5. Jambi

2,4
1,6

3,5

36

42

103,7
21,2

5,1
0,9

5,9
1,1

3,0
4,1

49
43

57
52
213

(1)
D.I. Aceh

6. Sumatera Selatan
Bengkulu

(6)

1988

(5)

(7)

8. Lampung

33,3

5,5

7,1

5,2

165

SUMATERA

473,6

31,0

36,0

3,0

66

76

9. Jawa Barat

46,3

29,7

33,4

2,4

641

721

10. DKI Jakarta

0,6

7,3

8,8

3,8

12.167

14.667

11. Jawa Tengah

34,2

26,6

1,4

778

3,2

28,5
3,0

1,4

875

833
938

12. D.I. Yogyakarta
13. Jawa Timor

47,9

2,8
30,5

32,3

1,1

637

674

J A W A

132,2

96,9

106,0

1,8

733

801

14. Kalimantan Selatan

37,7

2,2

2,4

1,8

58

64

15. Kalimantan Tengah

152,6

1,1

1,2

1,8

7

8

16. Kalimantan Barat

146,8

2,7

2,9

1,4

18

20

17. Kalimantan Timor

202,4

1,4

1,9

6,3

7

9

539,5

7,4

8,4

2,6

14

16

18. Sulawesi Selatan

72,8

6,4

6,9

1,5

88

95

19. Sulawesi Tengah

69,7

1,4

1,7

4,0

20

24

20. Sulawesi Tenggara

27,7

1,0

1,2

3,7

36

43

21. Sulawesi Utara

19,0

2,3

2,5

1,7

121

132

SULAWESI

189,2

11,1

12,3

1,7

59

65

22. B a 1 1

5,5

2,6

2,8

1,5

473

509

23. Nusa Tenggara Timor

47,9

2,8

3,1

2,1

59

65

24. Nusa Tenggara Barat

20,2

2,9

3,2

2,0

144

158

25. Timor Timur

14,9

0,6

0,7

3,1

40

47

88,5

8,9

9,8

1,9

101

111

KALIMANTAN

BALI DAN NUSA TENGGARA
26. Maluku
27. Irian Jaya
MALUKU DAN IRIAN JAYA
INDONESIA

290

74,5

1,5

1,7

2,5

20

23

421,9

1,3

1,4

1,5

3

3

496,4

2,8

3,1

2,1

5

6

82

92

1.919,4

158,1

175,6

2,1

Tabel 25 - 4
JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA DAN DESA,
1971, 1980, 1983 dan 1988
(juta)

1971 1/

1980 1/

1983 2/

(2)

(3)

(1)

1988 2/
(4)

Kota

20,7

(17%)

32,8

(22%)

37,9

(24%)

48,4

(28%)

Desa

98,5

(83%)

113,9

(78%)

120,2

(76%)

127,2

(72%)

119,2 (100%)

146,7

(100%)

158,1

(100%)

175,6

(100%)

Jumlah

1/ Berdasarkan Sensus 1971 dan 1980

2/ Perkiraan

291

GRAFIK 25 - 2a
JUMLAH PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA,
1983 dan 1988

1983

29
2

1988

J
L
a
u
w
a

GRAFIK 25 - 2b
KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA,
1933 dan 1988

(orang per km2).

1988

1983

Indonesia

Jawa

Luar Jawa

293

Lebih cepatnya pertumbuhan penduduk kota antara lain disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Adanya pemusatan penduduk pada beberapa daerah yang relatif kecil menimbulkan berbagai masalah. Masalah ini menyangkut lingkungan hidup, keadaan pemukiman yang kurang sehat dan kebutuhan pembukaan lapangan kerja yang semakin mendesak.
Selain perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bersifat permanen, perpindahan penduduk yang bersifat non-permanen
juga memerlukan perhatian. Perpindahan penduduk yang non-permanen

dapat

mengambil

bentuk

perpindahan

musiman.

Penduduk

pedesaan dalam musim tidak sibuk di daerah pedesaan pindah ke
kota untuk mendapatkan lapangan kerja yang pada umumnya di
sektor "informal" di kota. Selain itu, dengan meningkatnya
pertumbuhan kota maka jumlah angkatan kerja yang bekerja di
kota tetapi bertempat tinggal di luar kota bersangkutan akan
semakin besar. Dengan demikian gejala perpindahan yang bersifat ulang-alik akan membutuhkan lebih banyak perhatian.
Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya mempengaruhi secara langsung masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu dan pemanfaatan sumber daya manusia. Pertumbuhan
penduduk merupakan sumber utama peningkatan jumlah sumber daya manusia yang memerlukan pembinaan, pengembangan serta pemanfaatan. Masalah-masalah yang timbul oleh karena penyebaran
sumber daya manusia yang kurang seimbang dipertajam dengan
adanya pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, termasuk masalah tekanan kepada sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Perusakan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup
baik lingkungan hidup fisik maupun sosial bukan hanya berkai-

294

tan dengan bertambahnya jumlah manusia, tetapi juga dengan
belum meluasnya kesadaran dan penghayatan mengenai azas keseimbangan dan keselarasan dalam peri kehidupan bermasyarakat.
Masih belum meluasnya kesadaran ini antara lain disebabkan
oleh karena kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai berbagai segi kependudukan, lingkungan hidup dan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup serta terbatasnya penyebaran
informasi yang ada. Oleh karena itu pendidikan di bidang kependudukan penting peranannya dalam upaya menanggulangi masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Selain dari pada itu penelitian di bidang kependudukan terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup
baik fisik maupun sosial juga perlu dikembangkan dalam usaha
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di bidang kependudukan
dan lingkungan hidup, dan sekaligus dalam rangka pemanfaatan
sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan pembangunan.
Pertumbuhan

penduduk

berperan

besar

dalam

keseluruhan

usaha pembangunan. Dalam kaitan inilah pentingnya peranan keluarga berencana sebagai bagian usaha untuk mengendalikan kelahiran dan mutu sumber daya manusia dan lingkungan hidup.
4.Kualitas Penduduk
Dengan pertumbuhan penduduk

yang

relatif

masih

tinggi

dan jumlah penduduk yang besar serta penyebaran yang tidak
marata, maka kualitas penduduk menjadi masalah yang makin meningkat. Untuk dapat mendayagunakannya bagi pembangunan, penduduk perlu mempunyai produktifitas dan kualitas yang memadai, baik dari segi fisik dan non fisik. Tanpa peningkatan
ini, penduduk yang besar akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan di masa depan dan merupakan beban pembangunan.
295

Kualitas fisik menyangkut kualitas fisik manusia itu sendiri dan indikator-indikator fisik kependudukan lainnya seperti angka kematian, harapan hidup dan sebagainya.
Angka kematian kasar dan kematian bayi Indonesia masih
cukup tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya dikawasan
Asia Tenggara ini. Hal ini disebabkan oleh lemahnya kondisi
kualitas fisik penduduk, belum sehatnya lingkungan sehingga
menimbulkan penyakit menular, sehingga hal ini memerlukan penanganan yang makin meningkat dalam Repelita IV.
Kualitas

non

fisik

menyangkut

segi-segi

produktifitas

penduduk, kesetiakawanan sosial, martabat dan kemampuan penduduk untuk hidup dalam hubungan keselarasan dengan lingkungan. Dalam Repelita IV berbagai segi kualitas non fisik kependudukan ini perlu ditingkatkan.
Proses pembangunan disamping menghasilkan dampak yang positif, juga dapat menghasilkan dampak negatif pada kehidupan
sosial. Begitu pula pembangunan membawa perobahan yang berlangsung cepat, sehingga memerlukan penyesuaian sosial budaya
dalam masyarakat.
Dalam hubungan ini perlu diadakan penelitian dan pengkajian secara cermat tentang hal-hal tersebut, sehingga dapat
diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong dampak positif pembangunan dan mengurangi atau memperkecil dampak negatif pembangunan kepada kehidupan penduduk dan masyarakat.
5.Keluarga Berencana
Dalam GBHN dikemukakan bahwa program keluarga berencana

296

bertujuan

ganda,

yakni

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

ibu

dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.
Dalam

Repelita

I

jumlah

peserta

baru,

secara

kumulatif

adalah 4 juta, dalam Repelita II, 8,8 juta, dan dalam Repelita III
tiga

berjumlah sekitar

Repelita,

jumlah

14,6 juta.

peserta

baru

Dengan demikian
secara

kumulatif

selama
adalah

27,4 juta orang. Dalam pada itu, jumlah peserta lestari, yaitu

peserta

yang

secara

terus

menerus

melaksanakan

keluarga

berencana, dalam Repelita I adalah 1,7 juta, dalam Repelita
II 5,5 juta, dan dalam Repelita III sekitar 12,3 juta orang.
Selama tiga

Repelita, jumlah

peserta lestari

secara kumula-

tif adalah 19,5 juta. Semakin banyak jumlah peserta semakin
besar kemungkinan kelahiran dapat dicegah. Dalam Repelita III
diperkirakan dapat tercegah 13,9 juta kelahiran.
Sasaran program keluarga berencana ke seluruh wilayah Indonesia dilakukan setahap demi setahap. Dalam Repelita I program ini hanya dilaksanakan di Jawa dan Bali, dalam Repelita
II diperluas kesepuluh propinsi di luar Jawa dan Bali, dan
dalam Repelita III diperluas lagi kesebelas propinsi yang belum

di

jangkau

Dengan demikian

oleh

program

keluarga

program keluarga

berencana

berencana kini

sebelumnya.
telah meli-

puti seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Pelaksanaan program keluarga berencana mempunyai pengaruh
yang berarti

pada angka

kelahiran, perubahan

struktur umur,

usia kawin, angka kematian dan harapan hidup waktu lahir. Dari

hasil-hasil

Sensus

Penduduk

1971

dan

1980

diperkirakan

bahwa angka kelahiran kasar pada tahun 1971 adalah 44 per se-

297

ribu penduduk dan pada tahun 1980 turun 18% yaitu menjadi 36
per seribu penduduk. Jumlah angka kelahiran pada tahun 1971
sebesar 5,6 per wanita dan pada tahun 1980 turun 18% menjadi
4,6 per wanita. Perubahan struktur umur dimana penduduk usia
muda kurang dari 15 tahun yang pada tahun 1971 sebanyak 44%
dari seluruh penduduk maka pada tahun 1980 turun menjadi 41%.
Rata-rata usia perkawinan pertama untuk daerah kota naik dari
21,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 21,8 pada tahun 1980, dan
di daerah pedesaan naik dari 18,8 menjadi 19,4 tahun selama
jangka waktu yang sama. Sebagai akibatnya prosentase wanita
kawin umur 15 - 49 tahun pada tahun 1971 sebesar 72% dari
seluruh

jumlah

wanita

pada

kelompok

umur

yang

sama

telah

turun menjadi 70% pada tahun 1980.
Sementara itu, angka kematian kasar pada tahun 1971 sebesar 19,0 per seribu penduduk telah turun 34% menjadi 12,5 pada tahun 1980. Angka kematian bayi yang pada tahun 1971 sebesar 140 per seribu telah turun 29% menjadi 100 pada tahun
1980. Penurunan angka kematian diatas membawa pengaruh pada
peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang dalam tahun
1971 adalah 46 tahun maka pada tahun 1980 telah naik menjadi
53 tahun.
Program keluarga berencana telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya hasil-hasil yang dikemukakan diatas. Hasil ini dimungkinkan karena adanya peningkatan dalam sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan program, baik langsung
maupun tidak secara langsung, dan juga adanya mekanisme koordinasi yang mantap di semua tingkatan pelaksanaan. Serta adanya kegiatan penunjang lainnya seperti usaha dibidang kesehatan, gizi, dan lain-lain. Namun masih banyak masalah yang

298

dihadapi, baik masalah yang baru muncul maupun masalah lama
yang belum sepenuhnya terselesaikan.
Pertama, walaupun tingkat pertumbuhan penduduk cenderung
menurun tetapi pertambahan jumlah penduduk secara alamiah masih tetap besar. Adanya pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan pertambahan pada jumlah pasangan usia subur yaitu wanita kawin yang berumur antara 15 - 44 tahun. Pasangan usia
subur

diperkirakan

bertambah

dari

kira-kira

24,6

juta

pada

tahun pertama Repelita IV menjadi 27,5 juta pada akhir tahun
Repelita

IV.

Dengan

adanya

penambahan

jumlah

pasangan

usia

subur berarti adanya penambahan kebutuhan pelayanan keluarga
berencana.
Kedua, pengalaman keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana dalam hal penurunan kelahiran di Jawa dan Bali
pada dasawarsa tujuh puluhan merupakan suatu hasil yang menggembirakan. Namun di beberapa daerah Jawa dan Bali jumlah mereka yang pernah menjadi peserta kini dikhawatirkan cenderung
mendekati titik jenuh. Dalam rangka mempertahankan kelanggengan para peserta diperlukan usaha yang lebih besar, baik di
bidang program keluarga berencana, maupun di bidang kependudukan pada umumnya serta sektor-sektor pembangunan lainnya.
Ketiga, jangkauan pelayanan keluarga berencana dalam awal
dasawarsa delapan puluhan telah mulai dikembangkan ke seluruh
wilayah Indonesia, namun di beberapa daerah di luar Jawa dan
Bali

masih

mengalami

masalah

keterbatasan

sarana,

prasarana

dan komunikasi.
Keempat, dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat
di dalam pelaksanaan keluarga berencana, masalah yang dihadapi adalah pemantapan kelembagaan untuk mendapatkan peserta
299

keluarga berencana baru dan menjaga kelangsungan peserta lestari, serta membantu meningkatkan koordinasi di lapangan.
Kelima, dalam rangka memantapkan azas sukarela dan kesadaran di dalam pelaksanaan keluarga berencana diperlukan peningkatan penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan berikut cara-cara pemecahannya. Kegiatan ini perlu didorong mengingat di beberapa daerah masih terdapat adat istiadat masyarakat yang kurang mendukung nilai keluarga kecil
yang bertanggung jawab.
Keenam, dengan semakin meningkatnya sasaran-sasaran keluarga berencana dan semakin meluasnya jangkauan wilayah pelaksanaan, maka diperlukan pengembangan sistem pengumpulan, pengolahan,

penyajian

dan

pemanfaatan

informasi

kependudukan

dan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan sistem pelaksanaan yang terpadu.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah di Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa
kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu
dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya. Pelaksanaan
kebijaksanaan dan program-program kependudukan yang meliputi
antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian
anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan
tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang, pengem-

300

bangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan perlu makin
ditingkatkan.
Dengan demikian maka arah dan sasaran-sasaran pokok kebijaksanaan kependudukan dalam jangka panjang meliputi :
1) Menurunkan

tingkat

kelahiran

yang

akan

dilaksanakan

melalui usaha-usaha langsung maupun usaha-usaha tidak
langsung.

Usaha-usaha

langsung

meliputi

antara

lain

kegiatan-kegiatan penyebar luasan dan penyediaan sarana-sarana keluarga berencana serta usaha meningkatkan
pengetahuan dan praktek pelaksanaan keluarga berencana.

Usaha-usaha

tidak

langsung

meliputi

antara

lain

berbagai kegiatan dan usaha yang mendorong para keluarga

untuk

melaksanakan

norma

keluarga

kecil,

sehat

dan sejahtera.
2) Menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian
anak-anak yang akan dilaksanakan melalui berbagai upaya yang meliputi upaya dibidang kesehatan, pangan dan
gizi, pendidikan, perumahan dan penyediaan air bersih
dan lain-lain. Usaha-usaha menurunkan tingkat kematian
terutama tingkat kematian anak-anak berkaitan erat, dengan upaya menurunkan tingkat kelahiran.
3) Meningkatkan tingkat harap4n hidup, yaitu meningkatkan
umur rata-rata penduduk Indonesia. Hal ini akan dapat
dicapai

dengan

berhasilnya

dilaksanakan

penurunan

tingkat kematian dan tingkat kelahiran yang kesemuanya
itu merupakan basil upaya pembangunan di berbagai bidang.

301

4) Menyebarkan penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang yang akan dilaksanakan melalui berbagai

usaha

dibidang

transmigrasi,

pembangunan

daerah,

pembangunan kota dan desa, pembangunan prasarana perhubungan

dan

jasa

angkutan,

dan

penyebaran

kegiatan

pembangunan antar daerah yang lebih serasi, dan lainlain.
Disamping
untuk

itu

menunjang

kebijaksanaan
peningkatan

kependudukan

taraf

hidup,

juga

diarahkan

kesejahteraan

dan

kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya melalui pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang yang meliputi
antara lain bidang pendidikan, kesehatan, pangan dan gizi,
pertanian,

industri,

perhubungan,

pariwisata,

koperasi,

pe-

ngembangan dunia usaha nasional dan golongan ekonomi lemah,
tenaga kerja, transmigrasi, pembangunan daerah, sumber alam
dan lingkungan hidup, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
penelitian,

perumahan

dan

pemukiman,

kesejahteraan

sosial,

generasi muda, peranan wanita, hukum, penerangan dan media
massa, dan pendidikan P-4.
Dengan demikian arah dan sasaran kebijaksanaan kependudukan dalam jangka panjang juga meliputi usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas kependudukan. Kualitas kependudukan perlu
dikembangkan

supaya

penduduk

Indonesia

memiliki

ketangguhan

menanggapi dampak pembangunan terhadap lingkungan sosial-budaya serta memanfaatkan perkembangan-perkembangan yang menguntungkan bagi pembangunan.
Dalam kaitan ini perlu dikemukakan bahwa sasaran-sasaran

302

ini erat hubungannya satu dengan lainnya sehingga pencapaian
sasaran di berbagai bidang pembangunan akan sangat membantu
pencapaian sasaran di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Umpamanya, dengan semakin menurunnya tingkat kematian,
meningkatnya umur untuk suatu perkawinan, meningkatnya peranan wanita dalam pembangunan maka tingkat kesuburan dan kelahiran akan cenderung semakin menurun.
Di lain pihak dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan biaya bagi pembinaan sumber daya manusia baik bagi
keluarga maupun masyarakat, langsung maupun tidak langsung,
akan meningkat. Hal ini antara lain disebabkan semakin tingginya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pembangunan. Di samping itu, pendidikan minimum yang semakin
tinggi akan semakin dapat dipenuhi. Hal ini dimungkinkan oleh
karena meningkatnya pendapatan keluarga dan kemampuan pembiayaan pendidikan. Selain itu, peranan anak sebagai sumber tenaga kerja berkurang. Jumlah angkatan kerja di bawah umur 15
tahun akan berkurang. Hal ini mengurangi dorongan untuk mempunyai jumlah anak yang besar.
Dengan

demikian

dapatlah

dikemukakan

bahwa

tercapainya

berbagai sasaran pembangunan secara langsung menyumbang tercapainya sasaran jangka panjang di bidang kependudukan yaitu
menurunkan tingkat kelahiran dengan 50% dari keadaan 1971,
yakni dari 44 per seribu menjadi 22 per seribu penduduk.
Demikian

pula

dengan

berhasilnya

pelaksanaan

berbagai

upaya pembangunan akan sangat membantu di dalam penyebaran
penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang. Pembangunan
pedesaan dan pembangunan kota-kota sedang dan kecil akan men-

303

dorong penyebaran penduduk yang lebih seimbang. Hal ini akan
mengurangi kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa
dan diantara kota-kota besar, sedang dan kecil. Berkurangnya
kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa dan diantara
berbagai kota pada gilirannya akan membantu tercapainya sasaran penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi
dan seimbang secara berlanjut.
Demikian pula dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat
daerah transmigrasi maka berbagai sasaran transmigrasi akan
dapat dicapai. Sasaran ini meliputi peningkatan pembangunan
daerah baik secara ekonomi maupun sosial-budaya. Daerah-daerah

yang

kekurangan

tenaga

kerja

tetapi

mempunyai

potensi

akan semakin mampu berkembang dan menarik tenaga kerja dari
daerah-daerah yang padat penduduknya. Dengan demikian keseimbangan antar daerah dan diantara sumber daya manusia dan alam
khususnya pertanian akan semakin baik. Selain itu, perluasan
areal dan peningkatan produksi pertanian dapat dilaksanakan.
Demikian pula pertahanan keamanan akan dapat lebih terpelihara.
Walaupun secara keseluruhan tingkat harapan hidup meningkat, tingkat kematian khususnya kematian bayi menurun, tingkat kesuburan menurun dan mutu pemanfaatan sumber daya manusia

meningkat,

namun

perbaikan-perbaikan

ini

tidaklah

sama

derajatnya di semua daerah. Oleh karena itu usaha-usaha pencapaian

sasaran

kependudukan

dan

keluarga

berencana

selama

Repelita IV perlu memperhatikan keadaan masing-masing daerah
dan pemerataan antara daerah.
Dalam Repelita IV secara keseluruhan tingkat kematian ka-

304

sar diharapkan dapat diturunkan dari 11,69 per seribu penduduk pada akhir Repelita III menjadi 10,12 per seribu pada
akhir Repelita IV. Tingkat kematian bayi diharapkan dapat diturunkan dari 90,3 per seribu kelahiran pada akhir Repelita
III menjadi setinggi-tingginya 70 per seribu kelahiran pada
akhir Repelita IV. Kematian anak Balita (1 - 4 tahun) diharapkan akan turun dari 17,8 per seribu anak Balita pada akhir
Repelita III menjadi 14,0 anak Balita pada akhir Repelita IV.
Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran diatas maka dalam
Repelita IV dilaksanakan usaha-usaha dalam rangka peningkatan
pelayanan
upaya

kesehatan.

kesehatan

Usaha-usaha

masyarakat

dan

ini
upaya

meliputi

peningkatan

peningkatan

kesehatan

kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan kerja yang ada, misalnya tenaga kerja di
bidang pertanian, perikanan, konstruksi, industri rumah tangga dan industri jasa. Dalam hubungan ini maka jumlah Puskesmas

maupun

fungsinya

ditingkatkan.

Puskesmas

dikembangkan

menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Diharapkan pemerataan derajat kesehatan melalui Puskesmas akan
dapat

diusahakan

dengan

peningkatan

fungsi

Puskesmas

maupun

peranserta masyarakat.
Peningkatan

fungsi

Puskesmas

dilakukan

melalui

berbagai

kegiatan pokok yang meliputi kesejahteraan ibu dan anak; keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi; penyuluhan kesehatan masyarakat; pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan; kesehatan sekolah; perawatan kesehatan masyarakat; kesehatan gigi dan mulut; kesehatan jiwa;

305

dan

lain-lain.

Kegiatan-kegiatan

pokok

Puskesmas

ditujukan

untuk meningkatkan kesehatan keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat di wilayah kerjanya.
Dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan maka dalam
Repelita

IV

dilaksanakan

usaha-usaha

bagi

peningkatan

mutu

lingkungan di pedesaan dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa. Dalam kaitan ini akan terus diusahakan
agar semakin besar jumlah relatif penduduk pedesaan mendapatkan air bersih, menggunakan sarana jamban keluarga, dan mengelola air limbah.
Peningkatan status gizi penduduk amat penting peranannya
dalam

pencapaian

sasaran-sasaran

kependudukan.

Kebijaksanaan

dibidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi peningkatan upaya penyediaan pangan dan penganeka ragaman pola konsumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi penduduk yang semakin bermutu secara merata. Namun secara khusus
dalam

rangka

menurunkan

tingkat

kematian

dan

memperpanjang

tingkat harapan hidup, maka kebijaksanaan pangan dan perbaikan gizi ditujukan bagi peningkatan keadaan gizi kelompok-kelompok tertentu yang mengalami penyakit kurang gizi, yaitu,
penyakit kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gondok
endemik dan anemi gizi besi. Sasaran kelompok tertentu tersebut adalah golongan penduduk rawan gizi termasuk secara khusus anak balita, ibu hamil dan menyusui, dan anak-anak sekolah dasar, baik di kota maupun di desa, serta golongan masyarakat berpendapatan rendah.
Kegiatan penanggulangan kurang kalori protein (KKP) pada
anak balita akan dilaksanakan melalui perluasan dan pening-

306

katan

mutu

Usaha

Perbaikan

Gizi

Keluarga

(UPGK).

Kegiatan

UPGK terdiri dari penimbangan balita secara berkala dan teratur dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), penyuluhan
gizi dan perawatan bayi serta anak termasuk segi kebersihan,
pemberian makanan tambahan, pemberian paket pertolongan gizi
berupa kapsul vitamin A, pil zat besi, preparat campuran gula
dan

garam

(Oralit)

untuk

diare;

pemanfaatan

pekarangan

dan

lain-lain. Pelaksanaan kegiatan ini dipadukan dengan berbagai
kegiatan

pembangunan

lainnya

seperti

penyediaan

air

bersih,

imunisasi, keluarga berencana, intensifikasi pekarangan, aneka ternak kecil, dakwah keagamaan, PKK dan upaya pembangunan
desa lainnya.
Dalam

rangka

menanamkan

pengetahuan

gizi

dan

kebiasaan

makan yang sehat pada masyarakat, maka disamping penyuluhan
gizi masyarakat secara luas akan diberi perhatian lebih khusus terhadap pendidikan gizi kepada anak-anak sekolah terutama di tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Untuk itu
pelajaran tentang gizi pada sekolah-sekolah tersebut akan lebih diintensifkan dengan berbagai cara.
Pendidikan penting peranannya dalam usaha mencapai sasaran-sasaran kependudukan. Kesadaran dan kemampuan yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan cara hidup sehat, pengendalian kelahiran dan peningkatan daya mampu sumber daya manusia
hanyalah bisa ditingkatkan melalui pendidikan. Bidang pendidikan besar peranannya dalam memasyarakatkan wawasan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam
Repelita

IV,

sejalan

dengan

semakin

meningkatnya

penduduk

usia sekolah, usaha-usaha di bidang pendidikan akan terns ditingkatkan.

307

Salah satu masalah yang dihadapi dalam Repelita IV adalah
meningkatkan kesempatan belajar pada pendidikan SD dan sekolah menengah. Dalam hubungan ini, maka perluasan kesempatan
memperoleh pendidikan di dalam dan di luar sekolah pada tingkat pendidikan dasar dilakukan dalam rangka melaksanakan wajib belajar. Perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah dilakukan dengan meningkatkan daya tampung di
dalam

maupun

di

luar

sekolah

dan

meningkatkan

partisipasi

perguruan swasta.
Jumlah murid tingkat sekolah dasar 7 - 12 tahun sepenuhnya perlu ditampung. Pada tingkat SLP dan SLA, dan perguruan
tinggi tingkat partisipasi kasar, yaitu jumlah murid sebagai
prosentase dari seluruh penduduk usia yang bersangkutan akan
ditingkatkan.
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia dan memenuhi
kebutuhan tenaga profesional dalam berbagai sektor pembangunan dan sekaligus untuk meningkatkan produktivitas serta mutu
dan efisiensi kerja maka pendidikan politeknik dan kejuruan
akan dikembangkan. Bidang yang dikembangkan dalam pendidikan
politeknik antara lain adalah bidang teknologi dan bidang tata niaga. Pengembangan bidang-bidang ini merupakan sebagian
dari usaha pelaksanaan perencanaan tenaga kerja nasional.
Usaha untuk meningkatkan penghayatan mengenai norma keluarga kecil dan pelembagaan etika lingkungan dilakukan melalui
pendidikan kependudukan. Usaha di bidang pendidikan kependudukan yang telah dimulai sejak Repelita II dan dilanjutkan
dalam Repelita III, dalam Repelita IV akan ditingkatkan terus.

Unsur

pendidikan

kependudukan

diintegrasikan

kedalam

berbagai pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan, pendidi308

kan formal, dan pendidikan non-formal. Dengan makin meluasnya
pendidikan
kesadaran
dan

kependudukan
akan

semakin

di

diharapkan

akan

pentingnya

usaha-usaha

hayatinya

keserasian

semakin

meluas

pengendalian
sikap

pula

kelahiran

kependudukan

dan

lingkungan hidup. Melalui pendidikan kependudukan maka setiap
anak

didik

diharapkan

memiliki

pengertian,

kesadaran,

sikap

dan tingkah laku yang rasional serta bertanggung jawab tentang

pengaruh

pertambahan

penduduk

pada

kehidupan

manusia

yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia.
Untuk dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang meningkat

sehubungan

dengan

meningkatnya

jumlah

penduduk

amatlah

penting untuk mengembangkan sikap kemandirian, kewiraswastaan
dan swakarsa di kalangan generasi muda, khususnya di kalangan
anak didik. Oleh karena itu metode dan isi pendidikan akan
lebih diarahkan bagi pengembangan sikap yang demikian.
Laju pertumbuhan penduduk dikendalikan melalui usaha penurunan
yang

tingkat

mendukung

kelahiran
penghayatan

dan
dan

pengembangan
pelaksanaan

program

lainnya

norma

keluarga

kecil, sehat dan sejahtera.
Penurunan tingkat kelahiran dilakukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat dengan mempertimbangkan nilai-nilai Agama serta Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Pelaksanaan kegiatan penurunan tingkat kelahiran dijaga agar tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama
maupun

adat

istiadat

setempat.

Penentuan

jumlah

anak

untuk

masing-masing keluarga tetap diserahkan sepenuhnya kepada keluarga yang bersangkutan. Yang perlu diusahakan adalah adanya

309

pengertian dari setiap keluarga akan pentingnya usaha-usaha
pengendalian

kelahiran

dalam

rangka

membentuk

tingkah

laku

kependudukan yang bertanggung jawab.
Sehubungan dengan usaha-usaha penurunan tingkat kelahiran
maka dalam Repelita IV ditingkatkan jangkauan program keluarga berencana serta pembinaan dan pelembagaan norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera. Peningkatan jangkauan dan
kegiatan akan mencakup semua lapisan masyarakat termasuk WNI
keturunan Cina. Usaha-usaha menurunkan tingkat kelahiran dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga khususnya ibu dan anak. Oleh karena itu maka penurunan
tingkat kelahiran diintegrasikan dengan usaha-usaha menurunkan tingkat kematian terutama kematian di kalangan anak-anak
serta

usaha-usaha

lain

yang

ditujukan

untuk

memperpanjang

harapan hidup.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkeluarga kecil yang' bahagia, sejahtera dan bertanggung jawab
maka diusahakan agar program keluarga berencana benar-benar
merupakan gerakan yang meluas dalam masyarakat. Untuk maksud
itu

maka

usaha-usaha

meningkatkan

motivasi

kearah

keluarga

kecil dilanjutkan dan diintegrasikan dengan usaha-usaha pembangunan lainnya. Dalam kaitan ini kebijaksanaan dan langkah-langkah yang memberikan dorongan bagi pelaksanaan norma
keluarga kecil, langsung maupun tidak langsung, di sektor Pemerintah maupun swasta, akan terus dikembangkan selama Repelita IV. Usaha-usaha penerangan mengenai kemanfaatan keluarga
kecil yang bertanggung jawab baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi pembangunan bangsa dan negara akan terus
ditingkatkan.

310

Usaha-usaha

peningkatan

pendidikan

dan

ketrampilan

di-

arahkan untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan partisipasi produktif angkatan kerja guna mengurangi beban ketergantungan khususnya wanita dan pemuda. Usaha-usaha pemerataan

pendapatan

mengurangi

dan

motivasi

kesempatan
kearah

kerja

keinginan

diharapkan

akan

dapat

mempunyai

anak

dalam

jumlah yang banyak. Juga pemerataan dibidang kesehatan, peningkatan pelayanan dibidang gizi dan kesehatan lainnya secara terpadu diharapkan akan dapat mengurangi tingkat kematian
anak. Oleh karena itu langkah-langkah dan kebijaksanaan pembangunan bagi perluasan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan dilanjutkan dan ditingkatkan antara lain dalam rangka
pengendalian kelahiran.
Penundaan usia bagi suatu perkawinan baik bagi pria maupun wanita akan memperlambat kelahiran. Kawin pada usia muda
cenderung

mempunyai

tingkat

kelahiran

yang

tinggi

dan

masa

waktu reproduksi yang lebih lama. Oleh karena itu berbagai
usaha kearah peningkatan umur bagi suatu perkawinan terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Diusahakan agar laki-laki menempuh hidup baru serendah-rendahnya pada usia 19 tahun dan wanita pada usia 16 tahun sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan. Dalam hubungan ini usaha-usaha penerangan dan konsultasi
perkawinan akan terus ditingkatkan.
Peningkatan

peranan

dan

status

wanita

akan

berpengaruh

positif pada penundaan usia perkawinan dan ini berarti akan
menurunkan tingkat kelahiran. Oleh karena itu kebijaksanaan
dan usaha peningkatan status dan peranan wanita dalam pembangunan terus dilaksanakan. Dalam kaitan ini maka partisipasi

organisasi-organisasi

wanita

yang

ada

dalam

berbagai

aspek pembangunan akan terus didorong.
311

Usaha-usaha dibidang kesehatan dan gizi dimaksudkan untuk
menurunkan angka kematian khususnya dikalangan anak-anak yang
sekaligus akan memperlemah keinginan untuk memiliki anak banyak. Peningkatan pelayanan kesehatan akan meningkatkan motivasi para pasangan usia subur untuk melaksanakan keluarga berencana. Dalam hubungan ini maka kebijaksanaan nasional mengintegrasikan kegiatan keluarga berencana kedalam tiap bagian di tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik terus ditingkatkan pelaksanaannya.
Dalam

rangka

meningkatkan

kelestarian

peserta

keluarga

berencana serta meningkatkan kesejahteraan keluarga, kegiatan
terpadu penyuluhan gizi dan keluarga berencana dalam wadah
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) akan ditingkatkan dan
dimantapkan dengan koordinasi dan tats kerja yang lebih baik.
Sasaran utama usaha perbaikan gizi secara langsung adalah golongan anak usia 0 - 5 tahun, wanita hamil dan menyusui, dan
golongan penduduk di daerah rawan pangan. Dalam rangka peningkatan dan pemantapan keterpaduan tersebut, tenaga lapangan keluarga berencana akan dilengkapi dan diperkuat dengan
tenaga yang paham dan trampil dalam bidang gizi.
Ketimpangan

penyebaran

penduduk

didaerah

mengakibatkan

bahwa didaerah padat penduduk sumber daya alam menderita tekanan eksploitasi berlebihan, sedang didaerah jarang penduduk
sumber daya alam tidak dikelola secara efektif. Oleh karena itu
kebijaksanaan

penyebaran

penduduk

tertuju

pada

tercapai-

nya perimbangan penduduk terhadap sumber daya alam yang lebih
serasi supaya memungkinkan pendayagunaannya secara optimal.
Peningkatan

pembangunan

didaerah

jarang

penduduk

dapat

memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu pemba312

ngunan dan pengembangan sumber daya alam didaerah jarang penduduk akan lebih ditingkatkan dengan mendorong peran serta
masyarakat yang lebih besar dan memperkecil dampak negatif
dan memperbesar dampak positif pembangunan kepada lingkungan.
Sejalan dengan itu pemilihan lokasi pengembangan central pembangunan seperti perkebunan inti rakyat dan pengembangan kawasan

industri

akan

memperhitungkan

kepentingan

penyebaran

penduduk yang makin seimbang.
Sasaran

jangka

panjang

yang

ingin

dicapai

dalam

rangka

penyebaran penduduk dan angkatan kerja yang lebih serasi dan
seimbang

adalah

mengurangi

prosentase

jumlah

penduduk

yang

berada di daerah-daerah padat penduduk dan meningkatkan prosentase jumlah penduduk yang mendiami daerah-daerah yang penduduknya masih langka. Dalam hubungan ini maka berbagai kebijaksanaan pembangunan antara lain yang menyangkut pembangunan
daerah, transmigrasi, dan usaha-usaha perluasan lapangan kerja di daerah ditujukan dalam rangka memperbaiki pola penyebaran penduduk dan angkatan kerja diantara berbagai pulau.
Peningkatan pembangunan di daerah yang langka penduduknya
akan memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu
berbagai usaha yang telah di laksanakan dalam Repelita III
dalam rangka pembangunan daerah yang langka penduduknya akan
terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Dalam hubungan ini maka
pembangunan dan pengembangan dalam rangka memanfaatkan sumber
daya alam di daerah langka penduduk dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita IV. Pengembangan