Implementasi dan Benchmarking Regulasi S

Implementasi dan Benchmarking Regulasi Spektrum LTE
Unlicensed
Disusun sebagai pelengkap persyaratan matakuliah
Hukum dan Regulasi ICT

Disusun oleh :
Nama : Nge Beni Santoso
NIM

: 55415110030

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

JURUSAN MAGISTER TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2016

Implementasi dan Benchmarking Regulasi Spektrum
LTE Unlicensed
Nge Beni Santoso1
1


Magister Teknik Elektro,
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Email : [email protected]

Abstract. LTE Unlicensed (LTE-U), sebuah proposal yang awalnya dikembangkan oleh Qualcomm, untuk penggunaan teknologi komunikasi radio 4G LTE di spektrum frekuensi Unlicensed, pada pita spektrum 5 GHz yang saat ini digunakan oleh peralatan Wi-Fi dual-band.
LTE-U akan memungkinkan operator ponsel untuk meningkatkan cakupan di jaringan selular
mereka, dan menjadikan jaringan seluler mampu meningkatkan kecepatan data secara jarak
pendek, tanpa mengharuskan pengguna untuk menggunakan jaringan Wi-Fi secara terpisah
seperti biasanya. Latar belakang penggunaan pita frekuesi 5 GHz untuk LTE didasari oleh
spektrum frekuensi lisensi yang terbatas dan mahal harganya., pertumbuhan data yang sangat
pesat sehingga membutuhkan spektrum yang lebih luas. Selain itu pemanfaataan dari pita
frekuensi 5 GHz oleh Wi-Fi yang kurang optimal ditambah dengan pemanfaatan Wi-Fi offload
yang tidak efisien dan tidak user friendly bagi end user. Banyak keuntungan dari pemanfaatan
pita frekuensi ini yang didapat. Namun dalam implementasinya, karena penggunaannya
menggunakan pita frekuesni 5 GHz, agar tidak terjadi gangguan atau saling interferensi dengan
peralatan Wi-Fi maka diperlukan pengaturan atau regulasi untuk mengaturnya, sehingga
pemanfaatannya menjadi lebih tertata dan maksimal.

Keywords: lte, unlicensed, wi-fi, regulasi


1

Pendahuluan

Latar belakang penggunaan LTE Unlicensed adalah pertama, spektrum frekuensi
lisensi yang terbatas dan mahal, saat ini operator menghadapi tantangan melonjaknya
lalu lintas karena peningkatan jumlah orang yang menggunakan layanan mobile
broadband. Sementara layanan mobile broadband (MBB) pada pita spektrum
berlisensi sangat efisien karena sifat eksklusif dari spectrum yang berlisensi, jumlah
pita spektrum berlisensi yang tersedia terbatas dan mahal. Kedua, terjadinya krisis
spektrum yang disebabkan pertumbuhan trafik data eksponensial dari penggunaan
smartphone, tablet, M2M, dsb Kebutuhan spektrum mobile broadband menurut ITUR Report M.2078, perlu tambahan 1280 – 1700 MHz bandwidth pada tahun 2020, di
FCC-US and OFCOM-UK diperlukan tambahan 500 MHz pada tahun 2020, di
Australia diperlukan tambahan 150 MHz pada tahun 2015, 150 MHz tambahan lagi di
tahun 2020. Saat ini mempunyai 800 MHz, di Indonesia saat ini hanya punya 425
MHz bandwidth efektif. Diperkirakan pada tahun 2020, Indonesia membutuhkan 500
MHz bandwidth tambahan untuk Mobile Broadband. Ketiga, kebutuhan spektrum

Mobile Broadband yang terus meningkat. Dari research dan survei diperoleh data

seperti gambar dibawah ini :

Fig. 1. Survei penggunaan data
Dari kebutuhan spektrum di Indonesia diperoleh data sebagai berikut :

Fig. 2. Pertumbuhan kebutuhan spektrum data di Indonesia
Asumsinya terjadi pertumbuhan trafik data 60% per tahun dan pertumbuhan
menara BTS 28.8% per tahun. Kelima, pemanfaatan spektrum Unlicensed 5GHz pada
perangkat Wifi yang masih sedikit.Di sisi lain, jumlah pita spektrum Unlicensed yang
ditugaskan atau yang direncanakan akan ditugaskan lebih banyak dari jumlah
spektrum berlisensi, seperti yang diilustrasikan pada gambar 3.

Fig. 3. Pertumbuhan trafik dan ketersediaan spektrum unlicensed
Keenam, penggunaan Wifi offload yang tidak efisien dan pengalaman User yang
tidak menyenangkan dalam penggunaan Wifi offload. Beberapa operator telah
mengimplementasikan sejumlah besar WiFi AP untuk lalu lintas seluler offload untuk
pita spektrum Unlicensed. Namun, upaya tersebut tidak selalu mencapai target yang
diharapkan dalam hal peningkatan kinerja jaringan atau pengurangan biaya. Berbagai
alasan dari hasil yang tidak diharapkan seperti investasi pada backhaul dan jaringan
inti di samping infrastruktur selular yang ada, kinerja rendah dari teknologi WiFi,

serta kurangnya koordinasi yang baik antara IMT dan sistem WiFi, yang memaksa
user melakukan pergantian secara manual antar sistem jika ingin berpindah dari
jaringan seluler ke jaringan WiFi sehingga terjadi efisien yang rendah dalam
penggunaan spektrum dan pengalaman pengguna yang tidak menyenangkan.

2
a.
b.

Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Ruang Lingkup penelitian ini dibatasi pada sejarah perkembangan, teknologi,
implementasi dan regulasi LTE - Unlicensed, di dunia dan Indonesia.
Rumusan Masalah :
1) Pertumbuhan data dan layanan aplikasi yang sangat pesat.
2) Terbatasnya spektrum LTE – Licensed dan mahalnya harga lisensi spektrum
tersebut.
3) Masih rendahnya penggunaan spektrum Unlicensed pada frekuensi 5 GHz
4) Pemanfaatan Wifi-Offload yang tidak efisien dan tidak user friendly.

3


Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei dan studi literatur dari bahan-bahan
di website, paper, jurnal, buku, dan tesis yang membahas topik tentang LTE
Unlicensed baik dari sisi sejarah perkembangan LTE – Unlicensed, teknologinya,
implementasinya, dan regulasi dan hukum di dunia dan Indonesia.

4

Sejarah , Roadmap, Kontroversi dan Konsep LTE Unlicensed

A. Berikut sejarah LTE – Unlicensed :
1. LTE-U Forum
LTE-U Forum dibentuk pada tahun 2014 oleh Verizon bekerjasama dengan
Alcatel-Lucent, Ericsson, Qualcomm Technologies, Inc, sebuah anak
perusahaan dari Qualcomm Incorporated dan Samsung sebagai anggotanya.
Forum ini berkolaborasi bersama-sama dan menciptakan spesifikasi teknis
untuk BTS dan perangkat pemakai LTE-U pada pita frekuensi Unlicensed 5
GHz, serta spesifikasi untuk menangani lalu lintas dua arah dengan

perangkat Wi-Fi. Spesifikasi ini mendukung operasi LTE di 5 GHz UNII-1
dan pita UNII-3 sebagai tambahan Downlink (SDL) operator, dalam
hubungannya dengan penyebaran LTE di band berlisensi, berdasarkan pada
3GPP yang sudah diterbitkan Release 10 dan spesifikasi selanjutnya.
LTE-U memperluas manfaat dari LTE dan LTE Advanced untuk spektrum
tak berlisensi, memungkinkan operator mobile untuk trafik data offload ke
frekuensi Unlicensed lebih efisien dan efektif. Dengan LTE-U, operator
dapat menawarkan kepada konsumen pengalaman mobile broadband yang
lebih stabil dan lancar dengan cakupan yang lebih baik dan kecepatan
download lebih cepat.
2.

LAA
Ericsson menggunakan istilah Lisense Access Assisted (LAA) release 13
untuk menggambarkan teknologi LTE-U. LAA adalah usaha dari Generation
Partnership Project 3 (3GPP) untuk standarisasi operasi LTE pada pita
frekuensi 5 GHz Wi-Fi. Menggunakan protokol contention dikenal sebagai
Listen Before Talk (LBT), diamanatkan di beberapa negara Eropa, untuk
hidup berdampingan dengan perangkat Wi-Fi lainnya pada pita frekuensi
yang sama.

Sebagai contoh, sebuah operator seluler menggunakan LAA dapat
mendukung LTE dengan kelas Gigabit dengan frekuensi spectrum berlisensi
20 MHz.

Fig. 4. Skema penggunaan small cell LTE - LAA pada Carrier Aggregation
3. LWA (LTE Wifi link Agregation)
Bagi operator seluler, kinerja terbaik dicapai dengan menggabungkan dan
agresasi spektrum Unlicensed dengan spektrum LTE License. Sehingga
memungkinkan operator untuk dapat memanfaatkan infrastruktur Wi-Fi guna
menambah kapasitas jaringan LTE Licensed dengan kapasitas spektrum
Unlicensed.
Agregasi antara LTE dan Wifi ini dapat meningkatkan kapasitas hingga dua
kali lipat dibandingkan dengan WiFi itu sendiri. Dari sisi pengguna juga akan
merasakan koneksi yang jauh lebih cepat dan lebih baik.
Dua solusi utama adalah:
• LTE – Wifi agregasi link, untuk operator.
• Wi-Fi yang ada dan baru memanfaatkan frekuensi baik 2,4 GHz dan 5
GHz. LTE-U untuk sel-sel kecil yang baru memanfaatkan frekuensi
5GHz.


Fig. 4. Skema pemanfaatan LWA pada Link Aggregation

4. MulteFireTM
MulteFire™ membuka peluang baru dengan mengoperasikan teknologi 4G
LTE hanya di spektrum Unlicensed seperti frekuensi 5 GHz. Berbeda dari
Licensed Access Assisted (LAA) dan LTE – Wi-Fi link agregation (LWA),
yang keduanya menggabungkan spektrum Unlicensed dengan anchor dalam
spektrum Licensed.
Dengan menggabungkan kinerja yang ditingkatkan dari LTE dengan
kesederhanaan penyebaran spektrum Unlicensed, MulteFire menawarkan yang
terbaik dari kedua dunia, memungkinkan layanan broadband ditingkatkan di
lebih banyak tempat dari sebelumnya.

Fig. 5. Skema MuLTEfire

Fig. 6. Implementasi MuLTEfire pada kebutuhan End User
B. Roadmap LTE-Unlicensed

Fig. 7. Roadmap LTE Unlicensed Timeline
C. Kontroversi LTE - Unlicensed

Google menentang upaya FCC (Federal Communications Commision) yang akan
memberikan spektrum untuk platform LTE Unlicensed (LTE-U). Selain Google,
para penentang LTU-U melibatkan perusahan-perusahaan besar, seperti Boingo
Wireless, Broadcom, Hewlett-Packard Enterprise, konsultan Paul Nikolich,
Ruckus Wireless dan sebagainya. Mereka tergabung dalam America’s National
Cable & Telecommunications Association (NCTA). Mereka menyuarakan oposisi
terhadap persetujuan LTE-U sebelum pengujian yang lebih komprehensif sudah
dilakukan dengan matang, mengutip kekhawatiran bahwa LTE-U akan sangat
menurunkan kinerja dari perangkat Wi-Fi.
Akar
penyebab
penolakan,
LTE
Unlicensed
memanfaatkan
frekuensi unlicensed untuk menggeber jaringan LTE tersebut, yaitu di spektrum
2,4 dan 5 GHz yang biasanya dipakai oleh WiFi. Bukan memakai frekuensi
jaringan seluler pada umumnya, seperti 900 MHz, 1.800 MHz, 2.100 MHz dan
lainnya. Pita spektrum 2.4 GHz sebenarnya sudah terlalu padat, sementara di 5
GHz masih agak kosong. Penentangan mereka secara substansial menegaskan

klausul NCTA sebelumnya – bahwa platform LTE-U bertentangan dengan standar
3GPP dan IEEE, dan bahwa mereka sedang mengembangkan teknologi tanpa
melakukan peer review.
Sementara di lain pihak, LTE Unlicensed kehadirannya mendapat sokongan penuh
dari Qualcomm, Verizon, Alcatel-Lucent, Ericsson, dan Samsung. LTE
Unlicensed adalah salah satu teknologi yang dibenamkan Qualcomm di chip
modem X12. Cristiano Amon, Executive VP & Co-President Qualcomm
mengatakan bahwa Qualcomm melihat bagaimana dua teknologi itu (WiFi dan
LTE) bisa bekerja secara beriringan demi memberikan user experience yang lebih
baik. Hasil tes Qualcomm menunjukkan bahwa LTE-U bisa jadi pasangan yang
lebih baik bagi WiFi dalam hal kecepetan akses ketimbang WiFi itu sendiri.

D. Konsep LTE – Unlicensed
Ada dua opsi utama implementasi untuk menggabungkan spektrum Unlicensed:
Supplemental Downlink (SDL) dan TDD.
Dalam mode SDL, seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah, spektrum
Unlicensed hanya akan digunakan untuk downlink, sehingga kecepatan data dan
kapasitas sangat meningkat pesat hanya pada kecepatan downlink, sedangkan
kecepatan uplink seperti apa adanya. Hal ini bermanfaat, terutama untuk mengatasi lalu lintas yang padat dalam downlink.
Dalam mode TDD, spektrum Unlicensed akan digunakan baik pada downlink

maupun pada uplink, sama seperti sistem TDD LTE, dan itu bekerja seperti TDD
LTE operator agregasi.

Fig. 8. Mode SDL pada LTE Unlicensed
Keuntungannya adalah fleksibilitas untuk menyesuaikan jumlah sumber daya antara uplink dan downlink. Kedua pilihan tsb, untuk spektrum Unlicensed hanya digunakan untuk plan data, dan semua plan control ditangani oleh spektrum
berlisensi. Tidak penting opsi mana yang digunakan, baik operator maupun pengguna memperoleh manfaat yang sama.

5

Skenario dan Implementasi LTE - Unlicensed

1) Skenario LTE – Unlicensed
Oleh karena itu, seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah, operator
mengimplementasikan micro cell dengan co-located Unlicensed dan jaringan yang

berlisensi adalah skenario yang diprioritaskan. Dalam hal ini,diharapkan biaya tambahan lebih murah untuk setiap site baru atau backhaul. Selain itu, penggabungan antarsite antara jaringan berlisensi dan jaringan tak berlisensi juga memungkinkan bila kecepatan tinggi backhaul antara Macro Node dan LPN tersedia.

Fig. 9. Skenario LTE Unlicensed pada Operator dan Deployment
LTE – Unlicensed digunakan sebagai jaringan secondary, sedangkan LTE Licensed
tetap digunakan sebagai jaringan primer/utama.

Fig. 9. Carrier Aggregation LTE - Licensed

Contoh 3 kasus LTE-Unlicensed

Fig. 10. Skenario LTE LAA
Skenario Implementasi LAA :

Fig. 11. 4 Skenario Implementasi LTE LAA
Skenario 1 : CA between licensed macro cell (F1) and unlicensed small cell (F3).
Skenario 2 : CA beween licensed small cell (F2) and unlicensed small cell (F3), no
macro coverage (indor deployment).

Skenario 3 : CA between licensed small cell(F1) and unlicensed small cell (F3), with
macro coverage.
Skenario 4 : CA between licensed small cell (F2) and unlicensed small cell (F3), with
macro coverage (F1). With ideal backhaul between macro and small cell, CA among
F1, F2, and F3 is possible. Dual connectivity between macro cell and small cell can
be enabled.

Fig. 12. 3 Teknik Utama Agregasi CA, LTE-U/LAA dan LTE-H/LWA
Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara 3 teknik utama untuk meningkatkan
kecepatan data melalui agregasi; CA, LTE-U/LAA dan LTE-H/LWA. Sementara CA
telah menjadi bagian dari 3GPP Release-10 dan tersedia dalam semua perangkat LTE
yang baru, LTE-U dan LTE-H adalah hal baru dan akan membutuhkan modifikasi
dalam jaringan serta perangkatnya. LTE-H pada akhirnya memberikan manfaat yang
mirip dengan LTE-U tapi dengan pilihan yang lebih aman dari sisi perangkat dan titik
pandang spektrum dan akan menjadi solusi yang lebih menyenangkan oleh semua
orang, termasuk pada komunitas pengguna WiFi.
2) Implementasi LTE-Unlicensed
1) Internasional
T-Mobile dan Verizon Wireless telah menunjukkan minat awal dalam mengembangkan dan mengimplementasikan sistem tersebut sesegera mungkin pada tahun
2016. Sementara penyedia layanan selular biasanya bergantung pada spektrum radio
berlisensi yang telah mereka miliki secara eksklusif, LTE-U akan berbagi ruang dengan peralatan Wi-Fi sudah menghuni band tsb - smartphone, laptop dan tablet yang
dihubungkan ke jaringan broadband rumah, hotspot gratis yang disediakan oleh bisnis, dan sebagainya.
Beberapa Operator yang sudah mendukung LTE-Unlicensed :

Fig. 13. Operator Telco di dunia yang mendukung LTE Unlicensed
2) Indonesia
PT XL Axiata Tbk (XL) menghadirkan layanan 4G LTE-Advanced LAA (License
Assisted Access). Bekerjasama dengan perusahaan penyedia teknologi jaringan asal
Swedia, Ericsson, XL melangsungkan uji coba teknologi ini di Jakarta, Jumat
(6/11/2015).
Uji coba testing dan demo oleh XL dilakukan dengan tujuan mempersiapkan diri
secara baik dan end to end dari berbagai aspek, baik teknis, regulasi, terminal, dan
aplikasi serta layanan untuk pelanggan. XL mendalami seluruh aspek untuk
persiapan adopsi teknologi terbaru ini di Indonesia. Estimasinya, pada pertengahan
tahun 2016 mendatang teknologi ini sudah bisa diimplementasikan. Untuk
implementasi teknologi ini XL juga menunggu izin dari pemerintah.
BTS 4G milik XL nantinya akan bisa menggunakan spektrum licensed (1800 MHz)
dan juga sebagai tambahan akan bisa menggunakan frekuensi unlicensed 5 GHz ini.
Karena daya yang boleh dipancarkan LTE-A LAA ini sama kecilnya dengan WiFi,
cakupan tambahan kecepatan dari LTE-A LAA dioptimalkan untuk area hotspot saja,
sedangkan area yang lebih besar akan dilayani dengan LTE licensed band (1800
MHz).
Saat ini, sebagian besar infrastruktur jaringan milik XL sudah siap untuk
implementasi 4G LTE. Infrastruktur XL juga sudah siap untuk implementasi LTEAdvanced (LTE-A) yang menggunakan metode Carrier Aggregation (CA) atau
penggabungan bandwidth LTE di spektrum 1800 MHz, 2100 MHz, dan 900 Mhz.
Penggelaran LTE-A harus di lakukan dengan sinkronisasi ketersediaan
terminal/handset yang mendukung layanan LTE-A ini di pasar dan tentunya didahului
oleh optimisasi penggunaan spektrum yang di miliki oleh XL (dari 10 MHz menjadi
15MHz dan kemudian 20 MHz)
3) Chipset Modem yang mendukung LTE Unlicensed

6
A.

a.

X12 LTE Modem
 Teknologi manufaktur 14 nanometer FinFET dan sebuah modifikasi
pada CPU 64 bit.
 Dukungan kecepatan akses LTE Advance dengan Cat 12 untuk downlink
yang mampu mencapai kecepatan hingga 600 Mbps.
 Cat 13 untuk uplink dengan kecepatan hingga 150 Mbps.
 Dukungan Wifi Triband yaitu 2.4 Ghz, 5 Ghz dan 60 Ghz.
 Zeroth platform teknologi dan yang terbaru yaitu kemampuannya
mendukung LTE-Unlicensed (LTE-U) juga LTE dan Wi-Fi Link
Aggregation (LWA).

b.

X16 LTE Modem

A 14nm FinFET discrete - LTE Advanced Pro Modem

Up to 1 Gbps - Cat 16 DL
4x4 MIMO on 2xCA + 2x2 MIMO on 3 rd carrier; up to 4x20 MHz
CA
supported with 2x2 MIMO

Up to 150 Mbps - Cat 13 UL
via 2x20MHz CA and 64-QAM

LTE-U and LAA – Convergence with unlicensed
Globalizing access to LTE in unlicensed spectrum

3.5 GHz band support – New 3GPP bands
Additional licensed LTE spectrum access

Keuntungan dan Regulasi LTE - Unlicensed
Keuntungan dari penggunaan LTE Unlicensed :
 Cakupan area yang lebih luas (Wider Area Coverage)

Fig. 14. Hubungan Kecepatan dan Kapasitas LTE- Unlicensed








Kecepatan data yang lebih cepat (High Data Rates) dan Kapasitas
Jaringan menjadi lebih besar (Increase Capacity)
Dari sisi operator pengelolaan dan setup jaringan yang ada menjadi lebih
terintegrasi (Well Integrated to the Operator’s Existing Radio)
Menjamin keandalan dan kinerja dari jaringan dengan adanya Quality of
Services (Ensure Quality of Service Assurance)
Mengurangi latency (Reduce Latency)
Mobilitas dan transisi layanan yang lebih halus antar jaringan operator
selular dengan pita frekuensi Unlicensed (Mobility and Service Continuity)
Keamanan yang lebih baik (Better Security)
Penghematan daya listrik yang lebih baik (Better Power Saving)

B. Regulasi LTE – Unlicensed
Untuk memilih pita spektrum Unlicensed yang sesuai untuk implementasi LTE-U
gelombang pertama, berikut beberapa aspek yang relevan dan harus diperhitungkan:
 Ketersediaannya
Sejak pita spektrum 2.4 GHz sudah penuh sesak dengan pemakaian pada
perumahan dan implementasi ruang publik, pita spektrum 5 GHz adalah kandidat
utama untuk spektrum Unlicensed dengan ketersediaannya secara publik serta
kinerja propagasi channel yang relatif baik. Dalam pita spektrum 5 GHz, blok
5150-5250MHz dan 5250-5350MHz juga banyak digunakan oleh WLAN
perumahan baik di skenario indoor maupun outdoor dan karenanya blok ini tidak
dipakai.
 Pembatasan Regulasi
Pita spektrum memungkinkan baik untuk implementasi indoor dan outdoor dan
daya pancarnya harus cukup tinggi.
 Hidup berdampingan dengan pita lisensi IMT yang ada
Mengingat LTE-U akan dioperasikan sebagai sel sekunder yang dikendalikan oleh
gabungan sel primer yang berlisensi, kombinasi pita spektrum yang harus dipilih
untuk menghindari gangguan interferensi yang kuat satu sama lain, terutama pada
gangguan pada perangkat pita spektrum Unlicensed yang diberikan.

Fig. 14. Tabel Implementasi Izin Pita Spektrum 5 GHz
Payung Regulasi dan Hukum LTE Unlicensed di Indonesia adalah Permen Kominfo
No. 35 Tahun 2015

C. Proses Standarisasi LTE - Unlicensed

Fig 15. Proses Standarisasi LTE-Unlicesend

7

Kesimpulan
1.
2.
3.
4.

5.

LTE Unlicensed salah satu proposal solusi dari QualComm untuk
memanfaatkan pita spektrum Unlicensed pada frekuensi 5 GHz untuk
meningkatkan kapasitas jaringan dan kecepatan transfer data.
LTE Unlicensed diperjuangkan dengan alasan karena kebutuhan transfer data
yang meningkat tidak diiringin dengan ketersediaan spektrum lisensi yang
terbatas jumlahnya dan mahal biayanya.
Krisis spektrum, pemanfaatan pita spektrum Unlicensed 5 GHz yang masih
kurang dan ketidapuasan end user pada penggunaan dengan Wi-Fi offload
juga menjadi pendorong LTE-Unlicensed dikembangkan.
LTE Unlicensed mengalami proses perkembangan standarisasi yang
evolusinya terus berlangsung, dari LTE Unlicensed berkembang menjadi
LTE LAA (Licensed Access Assisted), lalu menjadi LTE LWA (LTE Wifi
Link Agregation) dan menjadi LTE - Multefire .
LTE Unlicensed (3GPP Release 10-12; hanya untuk China, India, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat) dan LAA-LTE (Release 13, standar global

6.

7.

8.
9.
10.
11.
12.

13.
14.

15.
16.

yang akan mencakup mekanisme Listen Before Talk (LBT) untuk memenuhi
persyaratan regulasi dan memastikan koeksistensi yang adil).
LTE Advanced pada pita spektrum Unlicensed bisa secara harmonis
berdampingan dengan Wi-Fi. Oleh karena itu diperlukan desain teknik untuk
mengurangi dan meminimalkan gangguan interferensi dan juga untuk
berbagi channel secara proporsional dan adil.
Keuntungan dari LTE Unlicensed : cakupan area yang lebih luas (Wider Area
Coverage), kecepatan data yang lebih cepat (High Data Rates) dan kapasitas
jaringan menjadi lebih besar (Increase Capacity), dari sisi operator
pengelolaan dan setup jaringan yang ada menjadi lebih terintegrasi (Well
Integrated to the Operator’s Existing Radio), menjamin keandalan dan
kinerja dari jaringan dengan adanya Quality of Services (Ensure Quality of
Service Assurance), mengurangi latency (Reduce Latency), mobilitas dan
transisi layanan yang lebih halus antar jaringan operator selular dengan pita
frekuensi Unlicensed (Mobility and Service Continuity), Keamanan yang
lebih baik (Better Security), Penghematan daya listrik yang lebih baik (Better
Power Saving).
Ada dua opsi utama implementasi untuk menggabungkan spektrum
Unlicensed yaitu : Supplemental Downlink (SDL) dan TDD.
Dalam implementasinya LTE Licensed tetap digunakan sebagai jaringan
primer (utama) dan LTE Unlicensed digunakan sebagai jaringan secondary.
LTE Unlicensed membutuhkan infrastructure dan perangkat mobile yang
baru, faktor penentunya adalah ketersediaan perangkat dalam kurun waktu
dan harga perangkat yang dapat diterima.
Qualcomm sebagai inisiator awal LTE Unlicensed sudah mengeluarkan
chipset modem yang mendukung LTE Unlicensed yaitu X12 LTE Modem
dan X16 LTE Modem.
Regulasi dan Pengaturan LTE Unlicensed di Indonesia perlu segera di
lakukan untuk meningkatkan percepatan adopsi teknologi ini sehingga baik
operator maupun end user memperoleh manfaat yang maksimal dari
teknology LTE Unlicensed.
Diklaim LTE Unlicensed meningkatkan layanan seluler dan LTE Unlicensed
Tidak Mempengaruhi kinerja wireless LAN.
Ada pro dan kontra dengan adopsi LTE Unlicensed, baik Google dan NCTA
sebagai pihak yang kontra dan Aliansi LTE Forum sebagai pihak yang pro.
Masing-masing pihak perlu membuat kesepakatan yang dapat memenuhi
keinginan kedua belah pihak, dan operator juga akan dapat mulai menggelar
Wi-Fi unlicensed tanpa beban dari kedua belah pihak. Bahkan, Wi-Fi
Alliance sedang menyusun sebuah kesepakatan bersama karena suatu hari
nanti, LTE Unlicensed akan menjadi sebuah jaringan yang baru.
Operator Telco yang mendukung LTE Unlicensed : Verizon, T-Mobile, NTT
Docomo, China Mobile, China Unicom, TeliaSonera.
Uji coba teknologi LTE Unlicensed mulai dilakukan di banyak negara, tak
terkecuali di Indonesia uji coba dilakukan oleh Operator Telco XL yang
mengadopsi teknologi LTE – LAA.

8

Ucapan Terima kasih
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan penulisan ini, dan semoga dapat memberikan
bermanfaat untuk komunitas ICT dan masyarakat di Indonesia.

9

Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Progress on LAA and its relationship to LTE-U and MulteFire™, Qualcomm Technologies, Inc, February 22, 2016.
LTE-U/LAA, MuLTEfire™ and Wi-Fi; making best use of unlicensed
spectrum. September, 2015, Qualcomm Technologies, Inc.
LTE Unlicensed and Wi-Fi : Moving beyond coexistence, Monica Paolini,
Senza Fili Consulting, 2015.
Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Wireless dan Tantangan bagi
Indonesia ke Depan, Seminar Sistem Telekomunikasi dan Informasi
(SSTI) Oktober 2014, Unika Atmajaya, Dr. Denny Setiawan, ST.MT.
Extending LTE Advanced to unlicensed spectrum, Qualcomm, Inc, December 2013.
Extending the benefits of LTE Advanced to unlicensed spectrum, Qualcomm, Inc, November 2013.
https://en.wikipedia.org/wiki/LTE_in_unlicensed_spectrum
http://www.ctia.org/policy-initiatives/technology-topics/lte-unlicensed-explained
https://www.qualcomm.com/invention/technologies/lte/unlicensed
http://arenalte.com/berita/industri/google-menentang-lte-unlicensed/
http://arenalte.com/berita/industri/snapdragon-820-bisa-agregasi-jaringanlte-dan-lte-u/
http://inet.detik.com/read/2015/09/17/082021/3021071/328/kawin-silangwifi--lte-di-indonesia-bisa-asalkan
http://chip.co.id/news/web_internet-telecommunicationpress_release/15224/xl_ujicoba_teknologi_lteadvanced_license_assisted_access
http://www.computerworld.com/article/3002046/mobile-wireless/5-thingsyou-should-know-about-unlicensed-lte.html
http://smallcells.3g4g.co.uk/2015/06/wi-fi-future-roadmap-and-lte.html
http://blog.3g4g.co.uk/2015/04/lte-hetnet-lte-h-aka-lte-wi-fi-link.html