jurnal uji aktifitas penghambat enzim al

1

2

UJI AKTIVITAS PENGHAMBAT ENZIM α -GLUKOSIDASE DARI EKSTRAK
METANOL 80% DAUN ECENG GONDOK ( Eichornia crassipes Solms)
SECARA IN-VITRO
Yuliyanti Panjaitan1, Dr.Aprilita Rinayanti,M.Biomed.,Apt2 , Purwati.S.Si.,Apt2
1

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2
Dosen Farmasi Universitas 17 Agustus 1945

Abstrak
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah sebagai akibat retensi insulin, insufisiensi sekresi insulin, atau keduanya. Salah satu
jenis DM adalah Non-Insulin-Dependent Diabetes Melitus (DM tipe 2) dan salah satu cara
pengobatannya yaitu dengan penghambatan kerja enzim α -glukosidase. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktifitas penghambatan enzim α -glukosidase dari ekstrak metanol
80% Daun Eceng Gondok ( Eichhornia crassipes Solms) , dan untuk mengetahui golongan

senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak tersebut. Pengujan aktifitas penghambatan
enzim α -glukosidase dilakukan secara in-vitro menggunakan metode spektrofotometri.
Simplisia di maserasi dengan metanol 80%. Reaksi α -glukosidase dan p-nitrofenil-α glukopiranosida menghasilkan p-nitrofenil yang berwarna kuning. Produk reaksi ini di ukur
pada panjang gelombang 410 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak metanol 80% memiliki nilai IC50 11,4125 ppm. Kandungan
golongan senyawa kimia yang banyak ditemukan dari ekstrak metanol daun eceng gondok
(eichhornia crassipes Solms) adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, gula
pereduksi.
Kata kunci : diabetes melitus, α -glukosidase, eceng gondok (eichhornia crassipes Solms) ,
metanol 80%.
Abstrak
Diabetes Melitus (DM) is a metabolic disorder characterized by high blood sugar levels as a
result of insulin resistance, insulin secretion insufficiency or both. One type of DM is NonInsulin-Dependen Diabetes Melitus (type 2 DM) and one way of its treatment is by inhibiting
the α -glucosidase. The purpose of this study was to determine the α -glucosidase inhibitory
activity of methanol 80% extracts eceng gondok folium (eichhornia crassipes Solms), to
determine inhibitory mechanism type of the extract that has the best activity, and to screen the
phytochemical compounds contained in these extract. Inhibitory activity testing of the α glucosidase was performed in in-vitro using spectrophotometric methods. Was maserated
with 80% methanol. Reaction between α -glucosidase and p-nitrofenil-α -D-glukopiranosa as
substrat produce p-nitrophenol which has yellow color. The absorbance of this product was

measured at 410 nm by UV-VIS spectrophotometer. The rusult showed that methanol 80%

3

extracts has IC50 value of 11,4125 ppm. Phytochemical compounds in methanol 80% extracts
eceng gondok are alkaloids, flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, reducing sugar.
Keywords: diabetes melitus, α -glukosidase, eceng gondok (eichhornia crassipes Solms),
methanol 80%
Pendahuluan
Diabetes merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara
langsung, namun pengelolaan yang tidak tepat dapat berakibat fatal. Pengelolaan DM tersebut
memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non obat dan terapi obat
(DepKes, 2005). Penyakit tersebut berada pada peringkat ketiga sebagai penyakit yang
menyebabkan kematian, setelah kanker dan kardiovaskular (Guo, Jiang, Lv, & Wang, 2010).
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah mempertahankan kadar gula darah dalam
kisaran normal. Namun kadar gula darah yang benar-benar normal sulit dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran normal, kemungkinan terjadinya komplikasi
sementara maupun jangka panjang semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan
kadar glukosa darah secara teratur baik secara mandiri menggunakan alat tes kadar glukosa
darah atau pemeriksaan laboratorium terdekat (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK

UI, 2007)
Salah satu cara pengobatan DM tipe 2 yaitu dengan penghambatan kerja enzim α glukosidase yang berperan dalam konversi karbohidrat menjadi glukosa. Dengan dihambatnya
kerja enzim α -glukosidase kadar glukosa dalam darah dapat dikembalikan dalam batas
normal (Bösenberg, 2008). Agen penghambat α -glukosidase (akarbose, voglibose, dan
miglitol) tidak menimbulkan efek samping seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan
(Wells, Dipiro, Schwinghammer, & Hamilton, 2003), namun menimbulkan rasa tidak enak
diperut seperti flatulen, diare, dan sakit perut (Van der Laar FA, et al, 2005).
Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glukosida, alkaloid,
terpenoid, dan flavonoid mempunyai aktifitas sebagai antioksidan dan antidiabetes (Suarsana,
et al. 2008). Salah satunya adalah eceng gondok ( Eichhornia crassipes Solms ) yang dikenal
sebagai tanaman gulma karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi
permukaan air. Eceng gondok umumnya terdapat hampir di semua perairan umum di
Indonesia juga di waduk – waduk. Eceng gondok ( Eichhornia crassipes Solms) termasuk
dalam family pontenderiaceae dapat hidup pada suhu tropis sampai subtropis. Namun tidak
banyak diketahui bahwa eceng gondok mengandung zat – zat yang dapat dimanfaatkan dalam
bidang kesehatan terutama dalam fungsi pengobatan. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan para ahli ternyata didapatkan hasil bahwa eceng gondok mengandung saponin,
flavonoid, dan polifenol yang mempunyai banyak manfaat untuk tubuh juga sebagi obat, dan
antioksidan. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut
mengenai pemanfaatan eceng gondok (Eichhoornia crassipes Solms) dalam bidang kesehatan,

terutamanya untuk obat. (Hasim,2007).
Berdasarkan pada latar belakang tersebut selain sebagai antioksidan potensi eceng
gondok (Eichhornia crassipes Solms) sebagai inhibitor enzim α -glukosidase menarik dan
perlu diteliti lebih lanjut. Identifikasi komponen aktifnya juga perlu dilakukan dengan
spektrofotometer ultraviolet-visible (UV-Vis) dan inframerah (IR).

4

Alat
Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bejana maserasi, timbangan
analitik, timbangan kasar, rotary vacuum evaporator (Buchi R-125, Jerman), alat destilasi,
beaker glass (Pyrex Iwaki Glass), erlenmeyer (Pyrex Iwaki Glass), gelas ukur (Pyrex Iwaki
Glass), oven, cawan uap, pipet tets, pipet volume, batang pengaduk, spatel, spektrofotometer
UV-VIS (Hitachi U 2000, Jepang), peralatan kromatografi lapis tipis.
Bahan
Tanaman yang akan diteliti adalah Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms)
yang diperoleh dari perairan Sukapura, Cakung, Jakarta Timur.
Bahan kimia yang akan digunakan adalah enzim α -glukosidase yang berasal dari
rekombinan Saccharomyces cereviasiae (Sigma Aldrich, USA), bovine serum albumin (BSA)
(Merck, Jerman), akarbose (PT. Dexa Medica), metanol 80%, n-heksana, etil asetat, aqua

destilasi.
Metode Penelitian
Penyiapan Simplisia
Pengumpulan daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) yang di peroleh dari
waduk sekitar Jakarta, dan determinasi daun enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) di
Herbarium Bogorinensis, Bogor untuk memastikan kebenaran simplisia dari tanaman yang
akan digunakan dalam penelitian.
Pembuatan Simplisia
Daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) segar yang diperoleh dari waduk
sekitar Jakarta dibersihkan dan dicuci hingga semua kotoran dan debu yang menempel hilang
selanjutnya ditiriskan, kemudian daun dikeringkan dengan cara diangin-anginkan,
menghindari terkena sinar matahari langsung. Daun dapat dinyatakan kering apabila daun jika
diremas-remas akan mudah hancur dan kadar air simplisia tidak lebih dari 10% (Voight,
1995). Setelah kering daun di buat menjadi serbuk dengan menggunakan blender hingga
didapat serbuk simplisia kering. Kemudian simplisia yang telah kering diekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan pelarut metanol 80%.
Ekstrak Metanol 80% Daun Eceng Gondok
Sebanyak 5000 gram serbuk daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms)
dimasukkan ke dalam bejana maserasi kemudian ditambahkan pelarut metanol 80%,
selanjutnya dikocok dan dibiarkan dalam bejana maserasi selama 3 x 24 jam. Pada hari yang

keempat filtrat dipisahkan dari residu (ampas) dan disimpan didalam wadah penampungan.
Selanjutnya ampas diekstraksi kembali dengan cara yang sama lakukan sebanyak tiga kali
pengulangan atau hingga diperoleh filtrat yang jernih.

5

Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap senyawa kimia golongan alkaloid, flavonoid,
fenol, saponin, tanin, dan sterol – triterpenoid, serta lemak dan glikosida (DepKes RI, 2000).
Persiapan Bahan Uji
Persiapan Larutan Enzim
Pembuatan larutan enzim dengan cara timbang 1,8 mg α -glukosidase dan dilarutkan
dalam 100 ml larutan dapar fosfat pH 7,0 yang mengandung 200mg Bovine Serum Albumin
(BSA) dalam kondisi dingin sehinnga diperoleh larutan induk 0,8 μ /ml. Selanjutnya di pipet 5
ml dari larutan induk enzim, diencerka dengan dapar fosfat pH 7 yang megandung Bovine
Serum Albumin (BSA) 200 mg hingga 10 ml , kemudian dipipet kembali 1 ml dari
pengenceran kemudian di encerkan dengan buffer fosfat pH 7 hingga 10 ml . hingga
diperoleh larutan enzim 0,04 μ /ml Larutan enzim dapat disimpan dalam freezer dengan
temperatur -20oC dan tetap stabil hingga 1 bulan.
Persiapan Larutan Substrat P-Nitrofenil-α -Gluosidase

Larutan substrat 30 mM dibuat dengan melarutkan 0,1507 mg p-nitrofenil-α -Dglukopiranosida (PNPG) dalam dapar fosfat pH 7. Kemudian di encerkan hingga 25 ml
dengan aqua demineralisasi bebas CO2. Pengenceran larutan substrat dengan aqua
demineralisasi bebas CO2 dapat dilakukan hingga diperoleh larutan substrat 20 mM; 15 mM;
10 mM; 5 mM; 2,5 mM; 2 mM; dan 1 mM.
Persiapan Larutan Dapar Fosfat pH 7
Larutan dapar fosfat pH 7,0 dibuat dengan mencampurkan 50ml Kalium
dihidrogenfosfat 0,1 M dengan sedikit demi sedikit (hingga kurang lebih 29,1 ml) natrium
hidroksida 0,1 N. Disertai pengecekkan menggunakan pH meter setiap kali penambahan
natrium hidroksida 0,1 N. Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan air bebas CO2
secukupnya hingga 200,0 ml.
Persiapan Larutan Standart Akarbose
Timbang 100 mg akarbose kemudian dilarutkan dalam buffer fosfat 10 ml. Hingga di
dapatkan konsentrasi 10 ppm . kemudian dilakukan pengenceran sampai diperoleh
konsentrasi larutan 5 ppm ; 1 ppm ; 0,5 ppm ; 0,1 ppm.
Persiapan Ekstrak
Ekstrak sebanyak 10 mg dilarutkan dengan 100 μ l dimetil sulfoksida kemudian
dicukupkan volumenya dengan dapar fosfat pH 7,0 pada labu ukur 5 ml sehingga diperoleh
larutan ekstrak dengan konsentrasi 10.000 ppm, selanjutnya dilakukan pengenceran menjadi
2000 ppm, 1500 ppm, 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm dan 125 ppm.
Pembuatan Larutan Bovine Serum Albumin (BSA)

Sebanyak 200mg Bovine Serum Albumin dilarutkan dalam 100 ml dapar fosfat pH 7,0
6

Uji Efek Inhibisi α -Glukosidase
Pengujian Sample
Larutan dapar fosfat pH 7,0 sebanyak 50 μ L ditambahkan dengan 10 μ L larutan sampel
(ekstrak) yang konsentrasinya 2000 ppm, 1500 ppm, 1000 pm, 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm
dan juga tambahkan 25 μ L p-nitrofenil-α -D-glukopiranosida dengan konsentrasi 10 mM.
campuran diinkubasi selama selama 30 menit pada suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai,
, kemudian ditambahkan 100 μ L Na2CO3 200 mM kemudian larutan sampel diukur
absorbansinya dengan microplate reader pada panjang gelombang 410 nm.
Pengujian Larutan Standart Akarbose
Larutan dapar fosfat pH 7,0 sebanyak 50 μ L ditambahkan dengan 10 μ L larutan sampel
yang konsentrasinya 10 ppm, 5 ppm, 1 ppm, 0,5 ppm, 0,1 ppm dan juga tambahkan 25 μ L pnitrofenil-α -D-glukopiranosida dengan konsentrasi 10 mM, campuran diinkubasi selama 30
menit pada suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai, tambahkan 100 μ L Na2CO3 200 nm.
Larutan sampel diukur adsorbansinya dengan microplate reader pada panjang gelombang 410
nm. Persen hambatan dihitung menggunakan rumus:
% hambatan =

x 100%


Keterangan : S = absorbansi sampel (S1-S0)
C = absorbansi kontrol (Blanko DMSO), (B1-B0)
IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear, konsentrasi sampel
sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai sumbu y. Dari persamaan: y = a + bx dapat dihitung
nilai IC50 dengan menggunakan rumus:
IC50 =
Hasil Penelitian

2

Flavonoid

3

Saponin

Hasil pangamatan penapisan fitokima
Teori
Pengamatan

Hasil
Biru kehijauan /
Hijau tua
(+) Tanin
Hijau tua
Endapan kuning ,
jingga
Endapan merah
(+) Flavonoid
(flavon, klakon,
auron)
naik ke atas
Terdapat buih
(± 1cm)
Terdapat buih
(+) Saponin

4

Gula

Pereduksi

Endapan merah
bata

Endapan merah
bata

5

Alkaloid

a. Meyer :
Endapan Putih

Endapan putih

No
Reaksi
1 Tanin

7

(+) Gula
Pereduksi

6

b. Dragendorf :
Endapan Jingga
c. Bouchardat :
Endapan Coklat
Cincin merah

Terpenoid/
Steroid

Endapan jingga

(+) Alkaloid

Endapan coklat
Coklat ke hitaman

(-) Terpenoid

Dari hasil penapisan fitokimia pada maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol
80% dari daun eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms) positif mengandung tanin,
flavonoid, saponin, gula pereduksi, alkaloid.
Hasil Penetapan Aktfitas Daun Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solms) sebagai α Glukosidase Inhibitors
Uji Aktifitas Ekstrak Metanol 80%
Dibuat grafik hubungan berdasarkan persamaan regresi linier antara log konsentrasi vs
persentase inhibisi. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah y=5,856x – 16,76 Dari
persamaan regresi linier tersebut diperoleh harga IC50 pada ekstrak metanol 80% daun eceng
gondok sebesar 11,4125 ppm. Dan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,327.

Persamaan Regresi Linier Ekstrak Metanol daun
Eceng Gondok

15

% inhibisi

10
5
0
-5
-10

y = 5,856x - 16,76
R² = 0,327
0

1

2

3

% Inhibisi (y)
4

Linear (% Inhibisi (y))

log konsentrasi (µg/ml)

Aktivitas penghambat enzim α -glukosidase ekstrak metanol 80%
Uji Aktifitas Acarbose (Pembanding)
Dibuat grafik hubungan berdasarkan persamaan regresi linier antara log konsentrasi vs
persentase inhibisi. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah y= 33,12x +69,44 . Dari
persamaan regresi linier tersebut diperoleh harga IC50 pada acarbose sebagai pembanding
sebesar 0,258 ppm. Dan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,954

8

Persamaan Regresi Linier Acarbose
150

%Inhibisi
-1,5

y = 33,12x + 69,44
R² = 0,911

100
50
-1

-0,5

0

0

0,5

1

1,5

Log konsentrasi g/ml

Kurva aktivitas penghambat enzim α -glukosidase acarbose
Pembahasan
Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Herbarium Bogoriense
Bidang Botani LIPI–Cibinong, Bogor dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran jenis dari
tanaman yang digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun eceng gondok Eichhornia crassipes Solms.
suku Pontederiaceae. Daun yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau tua dan masih
segar. Pengambilan daun dilakukan secara acak.
Pendekatan dalam pengujian aktivitas atau potensi senyawa bioaktif tanaman ada
beberapa macam, salah satunya adalah pendekatan penapisan fitokimia langsung
(phytochemistry directed screening approache). Pendekatan ini dilakukan pada tanaman
dengan genus atau famili yang sama dengan tanaman yang sudah terbukti secara ilmiah
aktifitasnya. Tanaman – tanaman dengan famili yang sama umumnya memiliki kandungan
kimia yang hampir sama, sehingga dapat saja memiliki potensi yang sama untuk pengobatan
suatu penyakit (de Padua, Bunyapiaphatsara, & Lemmens, 1999) . Pendekatan inilah yang
digunakan dalam penelitian untuk memilih tanaman.
Pengambilan daun eceng gondok dilakukan di waduk wilayah Sukapura, Cakung,
Jakarta Timur pada bulan November 2013. Daun eceng gondok yang diperoleh kemudian
disortasi, dipisahkan dari pengotornya, dicuci, kemudian lap kering hingga bersih, setelah itu
dilakukan penimbangan daun eceng gondok. Selanjutnya daun eceng gondok dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan didalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik dan
terlindung dari sinar matahari langsung selama ±7hari. Selanjutnya dimasukan kedalam
lemari pengering suhu ±500C selama ±1 jam dimaksudkan agar simplisia kering secara
homogen. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada simplisia agar terhindar
dari pembusukkan yang dapat menurunkan mutu simplisia dan mematikan jaringan tumbuhan
untuk mencegah terjadinya hidrolisis terhadap kandungan senyawa simplisia oleh enzim
(Harborne,1987)
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol 80%, ini dilakukan bertujuan
untuk menarik seluruh kandungan kimia karena metanol dapat merusak dinding sel pada
sampel sehingga senyawa yang bersifat polar ataupun non polar dapat terlarut dalam metanol.
Selain itu juga untuk menghindari pertumbuhan jamur dan mikroorganisme.
Identifikasi kandungan kimia, yakni penapisan fitokimia (skrining fitokimia) dilakukan
terhadap ekstrak metanol 80%. Hal ini dilakukan guna mengetahui kandungan metabolit
9

sekunder yang terdapat di dalam masing-masing fraksi tersebut. Golongan alkaloid umumnya
ditemukan di dalam tanaman dalam bentuk garam yang bersifat larut dalam air atau bentuk
basa sehingga senyawa ini dapat ditarik dengan pelarut air dalam suasana asam ( Farnsworth,
1996). Untuk penapisan fitokimia (skrining fitokimia) hasil yang diperoleh ialah pada ekstrak
metanol 80% daun eceng gondok mengandung golongan tanin, saponin, flavonoid, gula
pereduksi dan alkaloid. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada tumbuhan yang
mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, triterpenoid, flavonoid dan glikosida
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antidiabetes (Suarsana, et al. 2008). Dan banyak
juga penelitian yang telah membuktikan bahwa senyawa fitokimia memiliki kemampuan
untuk menghambat kerja enzim α -glukosidase seperti senyawa golongan alkaloid ( Patel, et
al, 2012), triterpenoid (Lai et al, 2012) , dan flavonoid ( Wang et al, 2010). Penghambatan
alfa glukosidase oleh berbagai senyawa fenolik juga telah banyak dijelaskan dalam literatu,
dimana antara lain disebutkan bahwa alfa glukosidase secara efektif dihambat oleh flavonol (
Lee et al, 2008), luteolin, myricetin, dan quercetin (Tadera et al,2006). Menurut (Kim et al,
2008) sebagian besar inhibitor alfa glukosidase bekerja dengan cara meniru posisi transisi unit
piranosidik dari substrat glukosidase alami, sehingga diduga mekanisme penghambatannya
adalah berupa penghambatan kompetitif.
Susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui banyaknya zat yang mudah menguap
dalam proses pengeringan termasuk air. Hasil pemeriksaan susut pengeringan menunjukkan
bahwa ekstrak metanol daun eceng gondok sudah memenuhi persyaratan yaitu kadar air
dalam ekstrak kental 27,19% dimana persyaratan susut pengering yang ditetapkan adalah 10%
- 30%.
Sebelum uji aktivitas penghambat enzim α -glukosidase dilaksanakan, uji pendahuluan
dilakukan terlebih dahulu. Uji pendahuluan bertujuan untuk mencari kondisi yang optimum
untuk uji aktivitas (Yuliastuti, 2011) . Prinsip uji pendahuluan dan aktivitas penghambatan
enzim α -glukosidase adalah enzim α -glukosidase akan menghidrolisis p-nitrofenil-α -Dglukopiranosida menjadi p-nitrofenol yang berwarna kuning dan glukosa. Aktivitas enzim
diukur berdasarkan hasil absorbansi warna kuning p-nitrofenol (Sugiwati, Setiasih, & Afifah,
2009 )
Uji aktivitas penghambat enzim α -glukosidase digunakan secara spektrofotometri.
Metode yang lebih sering digunakan karena kemudahan waktu dan pengujian yang relatif
singkat (Matsumoto, et al , 2002) . Dimana konsentrasi ekstrak yang digunakan berbeda-beda
yaitu 31,25 ppm, 62,5 ppm, 125 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm . Selain itu
ada juga pengujian blanko sebagai pengganti larutan sample digunakan dimetil sulfoksida
untuk melihat pengamatan aktivitas enzim tanpa penambahan ekstrak tersebut. Sedangkan
larutan kontrol baik pada sample maupun blanko dibuat sebagai koreksi. Koreksi yang
meliputi dua hal yaitu memastikan bahwa natrium karbonat benar-benar sudah menghambat
kerja enzim dan mengetahui apakah ada absorbansi yang terbaca dari senyawa selain pnitrofenol dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 410 nm. Pada sistem
pengujian reaksi (optimasi) konsentrasi substrat yang digunakan yakni 10 mM, larutan dapar
menggunakan pH 7,0 karena aktivitas enzim yang optimum terjadi pada pH 7,0 dan suhu
yang digunakan pada saat inkubasi adalah 37oC karena aktivitas enzim yang bekerja paling
optimal pada suhu 37oC selama 30 menit .Penggunaan natrium karbonat untuk membasakan
larutan uji digunakan untuk menghentikan reaksi (Dewi, et al. 2007).
10

Pada kondisi diabetes melitus terjadi penguatan produksi Radical Oxygen Species
sehingga mengakibatkan tubuh mengalami stres oksidatif (Kumar, et al. 2010). Stres oksidatif
adalah suatu keadaan dimana kandungan oksidan atau radikal bebas dalam tubuh lebih banyak
dibandingkan antioksidan (Bonnefont-Rousselot, et al. 2000). Di sisi lain defisiensi insulin
pada DM menyebabkan berbagi kekacauan dalam proses metabolisme dan regulasi yang pada
gilirannya menyebabkab akumulasi lemak seperti kolesterol total. Hal ini terjadi karena
kekurangan insulin menyebabkan peningkatan mobilisasi asam lemak bebas dari jaringan
adiposa yang menghasilkan peningkatan produksi LDL-kolesterol (Latha dan Daisy, 2011).
Merupakan salahsatu penyebab utama terjadinya aterosklerosis pada manusia (Wiztum, 1991)
dan tingginya kolesterol total dan kolesterol LDL dalam darah merupakan faktor resiko utama
penyakit koroner.(Tchobroutsky, 1978). Dengan demikian antioksidan berperan sangat
penting dalam mencegah terjadinya komplikasi pada pasien DM.
Pengujian terhadap akarbose nilai IC50 akarbose digunakan sebagai acuan/ pembanding
pada pengujian terhadap ekstrak metanol 80%. Akarbose mempunyai IC50 sebesar 0,258
ppm, sedangkan ekstrak metanol 80% daun eceng gondok mempunyai IC50 sebesar 11,425
ppm. Berdasarkan hasil uji aktivitas ekstrak metanol 80% daun eceng gondok, apabila dilihat
hasil IC 50 yang dicapai maka ekstrak metanol 80% daun enceng memiliki nilai hambat yang
sangat kecil.
Kesimpulan
Tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes Solms.) memiliki aktivitas sebagai
pengahambat enzim α -glukosidase. Pada ekstrak metanol 80% daun eceng gondok memiliki
aktivitas pengahambat enzim α -glukosidase dengan nilai IC50 11,4125 ppm.
Daftar Pustaka
Bosenberg, L. H. 2008. The mechanism of action of oral antidiabetic drugs : a review of
recent literatur. The Journal of Endocrinolgy, Metabolism and Diabetes of South Africa,
13,3,80-88
Champe, P. C., Harvey, R.A., & Ferrier. D.R. 2005 . Lippincott’s illustrated reviews :
Biochemistry. Philadelpia : Lippincot Williams & Wilkins.
De Padua, L.S., Bunyapiaphatsara, N., & Lemmens, R. H. M. J. 1999. Plants Resources of
South-East Asia : Medicinal and poisonus plantas 1. Bogor : Prosea Foundation
Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta : Gaya Baru, 485 -494.
Dewi, R. T., et al. 2007 . Inhibitory effect of Koji Aspergillus terreus on α -glucosidase
activity and postprandial hyperglycemia. Pakistan Journal of Biological Science, 18,
3131-3135
Farnsworth, N. R . 1996 .Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of
Pharmaceutical Science 55(3), 226-276
Guo, L.P., Jiang, T.F., Lv, Z.H., & Wang, Y.H. 2010 .Screening alpha-glucosidase inhibitors
from traditional Chinese drugs by capillary electrophoresis with electrophoretically
mediated microanalysis. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 53, 12501253
Hasim., 2007, Eceng gondok Permasalahan dan Pemanfaatannya. Bandung : Makalah seminar ITB
11

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia ter. dari Phytochemical methods oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung : Penerbit ITB, 5-6 ; 47-54 ; 70-71 ; 123-125
; 155-156 ; 234-240.
Lai YC, Chen CK, Tsai SF, Lee SS. 2012. Triterpenes as α -glucosidase inhibitors from Fagus
hayate. Phytochemistry 74 : 206-211. DOI : 10.1016/j.phytochem.2011.09.016
Lee SS, Lin HC, Chen CK. 2008. Acylated flavonol monorhamnosides, α -glucosidase
inhibitors, from Machilus philippinensis. Phytochemistry 69: 2347-2353. DOI:
10.1016?j.phytochem.2008.06.006.
Matsumoto, K, takemata, K, takayama, K, Abesundara, K . J. M., Matsui, T ., & Katayama, H
. 2002 . A novel method for the assay of α -glucosidas--e inhibitory activity using a
multi-channel oxygen sensor. Analytical Science 18, 1315-1319
Patel MB, Mishra SM. 2012. Magnoflorine from Tinospora cordifolia stem inhibits. α glucosidase and is antiglicemic in rats, J Funct Foods 4:79-86. DOI :
10.1016/j.foodchem.2010.03.120
Sigma-Aldrich. 1996. Sigma Quality Control Test Procedure Enzimatic Assay of α glucosidase.
Maret
2014
pk.20.30.
http://www.sigmaaldrich.com/catalog.DatasheetPage.do?brandKey=SIGMa&symbol=N1
337
Suarsana I.N., Priosoeryanto P, Bintang M, Wresdiyanti T. 2008. Aktivitas daya hambat enzim
α -glukosidase dan efek hipoglikemik ekstrak tempe pada tikus diabetes. J Vet 9 (3): 122127.
Sugiwati, Sri., Siswati Setiasih, & Efy Afifah. 2009. Antihyperglycemic activity of the
mahkota dewa (Phalerria macrocarpa (Scheff.) Boerl.J leaf extracts as an alphaglucosidase inhibitors. Makara Kesehatan Vol 13, No. 2, 74-78
Tadera K, Minami Y, Takamatsu K, Matsuoka T.2006. Inhibition of α -glucosidase and α amylase by flavonoids. J Nutr Sci Vitaminol 52: 149-153. DOI: 10.3177/jnsv.52.149
Van de Laar FA. Lucassen, PLBJ, Akkermans, RP, Van de Lisdonk, EH, Rutten GEHM, Van
Well C. (2005). Alpha-gllucosidase inhibitors for type 2 diabetes melitus (Review). The
Cochrane Collaboration: John Willey & Sons, Ltd
Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Tehnologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani N. S. UGM
Press, Yogyakarta.
Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., dan Hamilton, C.W. (2003).
Pharmacotherapy Handbook (5th ed). The McGraw-Hill.
Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Hamilton,C.W. (2006). Pharmacotherapy
handbook (6th ed). New York: McGraw-Hill

12