Manajemen masjid astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan PT. Astra sunter Jakarta Utara

(1)

berjamaah dan berbagai aktivitas keagamaan yang berpusat dimasjid. Masjid juga sebagai pengembangan umat islam dari segi intelektual, emosional dan spiritual agar membentuk pribadi-pribadi yang berakhlaq baik dan mampu menghadapi perkembangan zaman dengan ilmu pengetahuan yang islami.

Masjid Astra adalah masjid perkantoran yang dikelola oleh Yayasan Amaliah Astra yang didirikan oleh PT. Astra Internasional Tbk. Masjid Astra sebagai pusat ibadah dan kajian Islam bagi para karyawan dan masyarakat Sunter. Yayasan Amaliah Astra dalam mengelola atau memenej aktifitas keagamaan di masjid Astra menggunakan fungsi-fungsi manajemen secara umum yakni POAC (Planning, Organizing, Actueting, Controlling ), namun dalam sistem pengawasan internal yang dilakukan Yayasan Amaliah Astra menggunakan sistem PDCA ( Planning, Do, Check, Action ), sehingga dapat mengukur progress kinerja para pengurus dan anggota.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis meneliti untuk mengetahui bagaimana aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra. Terkait aplikasi manajemen maka penulis memfokuskan pada fungsi-fungsi manajemen yakni planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan oleh masjid Astra.

Untuk mengetahui aplikasi manajemen masjid Astra, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati. Dari hasil yang diamati, penulis menilai bahwa aplikasi manajemen masjid Astra sudah cukup baik. Baik itu dari segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Apa lagi didukung dengan sistem PDCA dalam pengawasan internal Yayasan Amaliah Astra pada Masjid Astra Sunter, sehingga segala aktifitas dakwah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan.


(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah, segala puji serta rasa syukur yang teramat dalam, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad saw kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang berdakwah serta mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.

Penulis sangat berbahagia dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul ”Manajemen Masjid Astra dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter Jakarta Utara“. Dengan penuh perjuangan dan pengorbanan penulis lalui sehingga pada akhirnya dapat terselesaikan juga.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari segi moril maupun materil oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayah Emod Nursomad dan Ibu Djuarsih yang memberikan banyak perhatiannya, pengorbanannya dan motivasinya sehingga penulis dapat tegar dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, I love abi dan umi.

2. Kurnia Ningsih dan Edi Kurniawan, Efi dan Ari Sesar Wijaya terima kasih atas saran, dukungan dan doanya.


(3)

3. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu dari segi administrasi dan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manajemen Dakwah.

5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah membantu penulis dalam administrasi di fakultas.

6. Dr. Idris Abdul Shomad MA. Selaku pembimbing yang telah bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan nasehatnya yang bermanfaat, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan perlindunganNya.

7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam memberikan reverensi buku- buku dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Syaefurrohman, Muhammad Syarif dan Ahmad Luthfy Achtar yang sudah berkenan mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di masjid Astra Sunter Jakarta Utara

9. Teman-teman aku yang di Y.UPEKA tetap semangat dalam berdakwah di jalan Allah. khususnya Ajat, Barian, Purwandi, dan Sandi serta akhwatnya Efi Kamisah, dan Dewi Marini terima kasih atas dukungan dan perhatian


(4)

teman-teman sehingga penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman aku seperjuangan angkatan 2005-2006 Manajemen Dakwah “B“. yang telah memberikan motivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi. Khususnya buat Anggriansyah yang gagah, Indrawan yang organisator dan Asif yang kalem serta Winarto yang tegas.

11. Terimakasih kepada para penguji yang sudah berkenan meluangkan waktu untuk dapat memberikan saran dan masukan.

12. Semua pihak yang membatu dan memotivasi serta memberikan kritik dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga amal baiknya diterima dan dilipat gandakan oleh Allah. Amin Ya Rabbal a’lamin.

Atas bantuan moril maupun materil semua pihak, penulis mengucapkan banyak terimakasih, semoga Allah memberikan kemudahan dalam hidupnya, diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya buat pembaca.

Jakarta, 11 Maret 2010


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI……… v

Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..… ……. 1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah………. 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….. 6

D. Metode Penelitian……… 7

E. Tinjauan Pustaka……… 9

F. Sistematika penulisan……… 9

Bab II : TINJAUAN TEORITIS………. 11

A. Manajemen……… 11

1. Pengertian manajemen……… 11

2. Fungsi-fungsi manajemen……… 13

3. Unsur-unsur manajemen……….. 16

B. Masjid………. 18

1. Pengertian Masjid……….. 18

2. Fungsi Masjid………. 20

3. Peranan Masjid………... 22

C. Pengertian Manajemen Masjid……… 26

D. Pengertian Aktifitas Keagamaan………. 27


(6)

Bab III : GAMBARAN UMUM MASJID ASTRA……….. 36

A. Sejarah berdirinya Masjid Astra……… 36

B. Letak Geografis………. 39

C. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Astra……….. 39

D. Program Kegiatan Masjid Astra………. 41

E. Struktur kepengurusan Masjid Astra……… 42

F. Sarana dan Prasarana Masjid Astra………. 45

Bab IV: ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS KEAGAMAAN KARYAWAN… 48 A. Aplikasi Manjemen Masjid Astra Sunter……… 51

1. Planing ( Perencanaan )………. 51

2. Organizing ( Pengorganisasian )……… 71

3. Actuating ( Penggerakkan )……….. 73

4. Controling ( Pengawasan )……… 75

5. Analisis SWOT………. 77

B. Kegiatan Keagamaan di Masjid Astra Sunter………. 81

C. Faktor penghambat dalam Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara Penyelesaiannya……….. 83

Bab V : PENUTUP………. 84

A. Kesimpulan………. 84

B. Saran-saran……….. 85

Daftar Pustaka……… 86


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika Rasulullah tiba di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Mekkah, program pertama yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mendirikan masjid yang dikenal dengan Masjid Quba. Tujuan Rasulullah mendirikan masjid tersebut adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT bagi orang-orang yang beriman. Hal itu menggambarkan bahwa masjid adalah lembaga risalah yang memiliki fungsi dan peran utama dalam membangun khoirul ummah.

Agar kebersamaan dalam perjuangan bisa termanifestasi, persamaan persepsi perjuangan dan strateginya yang merupakan suatu yang harus dilakukan. Masjid merupakan sarana yang paling tepat untuk melakukan itu, karena masjid memiliki kedudukan yang penting dalam masalah ini, yakni sarana perjuangan bagi umat muslimin.1

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang pertama dibangun oleh Rasulullah SAW pada saat hijrah ke Madinah. Sebagaimana firman Allah SWT :

1

Ahmad Yani, Perjuangan Memakmurkan Masjid : Kajian Praktis Bagi Aktifis Masjid, ( Jakarta : Dea Press, 2000 ), Cet. Ke- 3


(9)

∫∇ ⊂〉≅…≅⎥ϖ≅≈Α ∫ℜ Β≅∫≥ ∫Α ∫⊄ ⎠ϕ≅≅⎠α 〉⇐ ⎮Α ⎠ℜ ⎮⊂≅∫∈≅⎮≈Α∫⊄

⎠⊃≅⎟>…≈Α Β≅⎠Ι ∫⊕≅∫↵ 〉Α ⎮⊕≅∫↵ ⎠⊃≅⎟>…≅≈Α∫φ≅⎠ς≅〉ν≅∫↵ ⌠ϕ≅⌠

ℵ≅⎮♦≅∫⊆ Β≅∫ℵ≅⎥≅℘⎠Α

⎮⊕≅⎠↵ Α⎮⊂≅⌠℘ ⎮⊂≅⌠÷⎥≅⊆ ⎮∅∫Α ∫≠⎠≅⋅≅Φ〉≈ ⊄⌠Α ©≅〉Φν≅

⎮♦≅∫↓ ∫⊃≅⎟>…≈Α ⎥⇐⎠Α ∫σ≅⎮β≅∫⊆ ⎮ℑ≅∫≈ ∫⊄ ∫∇ ⊂〉≅• ⎥λ≅≈Α ©∫≅

Μ 〉Α ∫⊄

∫⊕≅⎮⊆ ⎠φ≅∫Ν≅⎮∪≅≅⌠

ℵ≅≈⎮Α

Artinya : Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.( QS. At-Taubah : 18 )

Sebagai umat Islam, kita tidak boleh puas hanya sampai pada keberhasilan membangun masjid yang megah, karena itu Rasulullah SAW mengingatkan agar diperhatikan dan diupayakan juga pemakmuran masjid seoptimal mungkin sesudah pembangunannya selesai. Karakter dan identitas seseorang yang hatinya meyakini bahwasannya ia beriman kepada Allah dan hari akhir ialah orang-orang yang senantiasa terpaut hatinya untuk memakmurkan masjid sebagai tempat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesungguhnya orang yang beriman akan mendapatkan pertolongan Allah di mana tidak ada pertolongan pada hari kiamat yakni salah satunya orang yang memakmurkan masjid. Jangan sampai sebuah masjid yang dibangun dengan megah dan indah, tetapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya. Rasulullah SAW bersabda :

ا

ﺎﻬ

ْوﺮ ْﻌﻳ

ﱠﺛ

ﺪﺠْﺴ ْﺎ

ن

ْﻮه

ﺎ ﻳ

ن

ز

سﺎﱠ

ا

ْ

ْﺎﻳ

ً ْ ﻗ

)

دواد

ﻮ ا

او

ر


(10)

Artinya : Sungguh akan datang pada umatku suatu masa di mana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit ( HR Abu Daud )

Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dan peran masjid pada masa ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana masjid difungsikan pada masa Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.

Menurut Miftah Faridl: Masjid adalah peradaban Islam, bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim serta insan-insanperadaban Islam. 2

Kehidupan dan perkembangan Islam berpangkal di Masjid dan berujung di Masjid. Dikatakan demikian, karena masjid merupakan awal kebangkitan umat Islam mulai dari pembinaan generasi yang tangguh, tempat bermusyawarah, dan juga sebagai tempat memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam.

Masjid secara sederhana mengandung arti dan fungsi sebagai tempat umat Islam melaksanakan shalat berjamaah, berzikir, mengikuti khutbah jum’at serta masjid juga sebagai tempat umat Islam melaksanakan ibadah sunnah yakni i’tikaf di bulan Ramadhan.

Masjid mempunyai fungsi yang lebih luas dari itu. Sebagaimana kita ketahui, pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya, masjid merupakan satu-satunya pusat aktivitas umat Islam. Ketika itu, Rasulullah SAW memulai membina para sahabat yang menjadi kader tangguh dan terbaik umat Islam generasi awal untuk memimpin, memelihara dan mewarisi ajaran-ajaran agama dan peradaban Islam yang bermula dari masjid.

Keberadaan masjid yang disebut sebagai “Rumah Allah“, selain melambangkan eksistensi umat Islam, juga melambangkan kesatuan pengabdian

2

Ahmad Yani dan Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, ( Jakarta : LP2SI Haramain, 2001), h.10


(11)

dan ketaatan manusia kepada Sang Khaliq yakni Allah SWT. Kesatuan dalam aqidah maupun kesatuan dalam menjalankan prinsip-prinsip muamalat.

Dalam perjalanan sejarah dunia Islam, masjid yang eksis di tengah-tengah umat pada kurun waktu berabad-abad yang silam di Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan sampai Asia Tenggara telah mempotensikan masjid sebagai tempat pendidikan. Pada masa itu banyak mu’minin yang menuntut ilmu di masjid-masjid terpenting di Saudi Arab (Mekah dan Madinah), Kairo, Baghdad (Irak), Cordova (Spanyol), dan lain-lain. Dan setelah itu mereka kembali ke tanah air masing-masing sebagai agen perubahan, reformis Islam dan pejuang kemerdekaan bagi bangsanya.3.

Seiring perjalanan waktu, maka kemajuan dan kesejahteraan umat Islam seharusnya tetap berbasis di masjid. Jama’ah masjid adalah sumber daya umat yang secara terus-menerus harus ditingkatkan kualitasnya, baik kualitas keimanan, keislaman, akhlak/moral, tutur kata, kecerdasan maupun tingkat kesejahteraan sebagai khairul ummah (umat terbaik) yang seharusnya menjadi uswatun hasanah di tengah-tengah masyarakat heterogen.

Dilihat dari segi bangunannya Masjid Astra Sunter cukup megah dan indah, namun tidak hanya keindahannya, manajemen yang diterapkannya pun sangat baik, ini dilihat dari segi program kegiatan-kegiatannya yang dilaksanakan begitu banyak serta pengurus yang konsisten dalam memakmurkan masjid.

Masjid Astra ini terletak di tengah-tengah pabrik industri yang berada dijalan Gaya Motor Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan Astra Internasional, karena letaknya di daerah pabrik industri kemungkinan

3

Ahmad Jauhari, Kumpulan Naskah Khutbah Juam’at Membentuk Genarasi Qur’ani,


(12)

orang yang datang ke masjid untuk sholat berjamaah dan mengikuti kajian-kajian keislaman ke masjid Astra adalah para karyawan. Kita mengetahui bahwa karyawan adalah orang yang bekerja di suatu lembaga / perusahaan yang rata-rata berorientasi kepada maisyah atau finansial yang bersifat keduniawian .

Masjid Astra Sunter merupakan tempat ibadah dan peningkatan aktifitas keagamaan bagi para karyawan yang berorientasi kepada ukhrawi atau yang bersifat akhirat agar seimbang kebutuhan karyawan baik dari segi dunia maupun akhirat maka pengurus masjid Astra mengoptimalkan fungsi masjid dalam hal memakmurkannya

Dari permasalahan di atas penulis akan meneliti sejauh mana penerapan

Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter. Agar terbentuknya kesejahteraan lahir dan batin karyawan. Sehingga menjadi manusia yang bertaqwa yang mengharapkan hanya keridhaan Allah SWT.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan konsistensi persoalan yang dibahas, maka dalam skripsi ini penulis akan membatasinya pada masalah manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra Sunter di Jakarta utara.

2. Perumusan Masalah

Agar dalam pembahasan lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu membuat sebuah rumusan. Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka


(13)

menjawab permasalahan : Bagaimana Aplikasi Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan Astra ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Akademik

Skripsi ini diharapkan dapat menambah cakrawala dan khazanah Ilmu Pengetahuan khususnya Jurusan Manajemen Dakwah, dan umumnya pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta

b. Praktis

1.Untuk mengetahui aplikasi manajemen yang telah diterapkan oleh pengurus Masjid Astra Sunter dalam menjalankan aktifitas dakwahnya.

2.Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Masjid Astra Sunter dalam manajemen dakwah yang diimplementasikan serta mencari tahu bagaimana penyelesaiannya dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

3.Tujuan yang diharapkan dari penulis skripsi adalah memberikan saran pemikiran bagi proses pengelolaan manajemen masjid Astra Sunter.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaatnya dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.Sebagai bahan acuan dalam rangka pengembangan kegiatan dakwah karyawan di masjid Astra Sunter khususnya dan umumnya pada masjid-masjid yang lain.


(14)

2.Mendapatkan masukan berupa data-data yang akan dijadikan bahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.Untuk menambah dan meningkatkan wawasan penulis tentang manajemen Masjid Astra Sunter.

D. Metodelogi Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Masjid Astra Sunter Jakarta Utara sebagai sarana ibadah dan pengembangan, dalam hal ini penulis mengambil data-data dari pimpinan dan pengurus Masjid Astra Sunter Jakarta Utara .

b. Objek penelitian

Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini yaitu bagaimana aplikasi manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra Sunter Jakarta utara.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moeleong, Penelitian Kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati.4

4


(15)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagai berikut:

a. Teknik Observasi

Observasi yakni penulis mendatangi langsung ke tempat penelitian di masjid Astra Sunter guna memperoleh data yang tajam, akurat dan faktual tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penulis juga melihat, mendengar dan mengamati langsung dari dekat kegiatan kepengurusan masjid Astra .

b. Teknik Wawancara

Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data yang objektif mengenai program kepengurusan masjid dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada nara sumber tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penulis. Dalam hal ini dengan pimpinan dan pengurus masjid Astra Sunter.

c. Teknik Dokumentasi

Yaitu peneliti mencari, membaca dan mempelajari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan tertulis seperti jurnal, buletin, agenda, notulen rapat dan brosur yang terdapat di masjid Astra Sunter dan sebagainya.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis membatasi waktu penelitian pada bulan September sampai selesai, adapun lokasi penelitian di Masjid Astra Sunter terletak di Jalan Gaya Motor Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan Astra Internasional Sunter. Untuk menghubungi masjid Astra via telepon, yaitu : ( 021 ) 6508525.


(16)

4. Teknik Analisis Data

Dalam penulisan skiripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif-analisis terhadap manajemen masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra. Penulis mencoba memaparkan segala informasi yang didapat dengan menggabungkan data-data yang telah diperolehnya.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis belum pernah menemui pembahasan yang sama mengenai Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT Astra. Ada bahasan yang penulis dapatkan serupa dengan tema ini dari sisi keilmuan Manajemen Masjid Yaitu:

• Arianto, Manajemen Masjid As-Sinah Dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Pedagang Di Pusat Grosir Cililitan (PGC ) Jakarta Timur.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Manajemen Dakwah, Tahun 1428 H/ 2007 M. Skripsi ini membahas tentang manajemen masjid secara keseluruhan, Aplikasi bidang program, Aplikasi bidang kepengurusan, sikap dan perhatian pengurus masjid, Analisis SWOT Masjid As-Sinah. Namun, tema tersebut tidak mengurangi urgensi pembahasan dengan tema yang penulis bahas kali ini, karena dari segi pembahasan objek yang ditelitinya sungguh berbeda.


(17)

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencantumkan sistematika penulisan agar mempermudah dalam penyusunan skripsi, adapun penyusunan skripsi ini di bagi ke dalam lima bab dengan rincian sebagi berikut :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini menjelaskan pengertian manajemen, unsur manajemen, fungsi manajemen, pengertian masjid, fungsi dan peranan, pengertian manajemen masjid. Pengertian aktifitas keagamaan, pengertian karyawan, dan karakteristik karyawan.

Bab III : Gambaran Umum Tentang Masjid Astra Sunter.

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Masjid Astra Sunter yang meliputi : sejarah berdirinya masjid astra, letak geografis, visi, misi dan tujuan Masjid Astra Sunter, program kegiatan Masjid Astra, struktur kepengurusan Masjid Astra Sunter, sarana dan prasarana Masjid Astra Sunter

Bab IV : Analisis Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT Astra Sunter. Bab ini membahas tentang: Aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter; Planning (Perencanaan),

Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakkan),


(18)

Sunter, Analisis SWOT Masjid Astra, Faktor-faktor penghambat Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara penyelasaiannya.

Bab V : Penutup

Bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran, Daftar Pustaka serta Lampiran-lampiran.


(19)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Dari segi etimologi, manajemen berasal dari bahasa inggris berupa kata kerja “ to manage“ yang sinonimnya antara lain to hand (mengurus), to control

(memeriksa), to guide (memimpin), jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.1 Sedangkan manajemen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti : a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran. b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2

Adapun pengertian manajemen mempunyai tiga pandangan, yaitu manajemen sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas, dan manajemen sebagai seni dan ilmu.

1

EK. Mochtar Effendi, Manajemen ; Suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta; Bharatara Karya Aksara, 1986), cet. Ke-1, h.9

2

DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990 ), Cet. Ke-3. h. 623


(20)

1. Manajemen sebagai suatu proses, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda, diantaranya yaitu :

a. George R. Terry, dikutip oleh Manullang dalam buku Dasar-Dasar Manajemen : ”Manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber lainnya.”3

b. Menurut James A.F. Stoner, seperti dikutip oleh A.M. Kadarman dan Yusuf Udaya dalam buku Pengantar Ilmu Manajemen mengatakan bahwa “Manajemen adalah proses merencanakan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan berbagai upaya dari organisasi guna tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan.”4

2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas, adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi, dengan kata lain segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu lembaga tertentu. Dalam arti singular (tunggal) disebut manajemen, menurut Prof Drs. Zaini Muchtarom, “Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi terciptannya tujuan organisasi secara efektif.”5

3. Manajemen sebagai suatu senidan ilmu. Chester I Barnard dalam bukunya The Function of the Executive, yang dikutip oleh Manullang mengakui bahwa manajemen itu adalah suatu “seni“ dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry

3

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996 ). Cet. Ke-15. h. 4

4

A. M. Kadarman dan yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen ,( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), Cet. Ke-5 h.9

5

H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : Al-Amin dan IKFA, 1996 ) Cet. Ket-1, h. 37.


(21)

Fayol, Alfian Brown, Hororid Koontz, Cyryl O’Donnel, dan George R. Terry yang dikutip juga oleh Manullung dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen berpendapat bahwa “Manajemen itu adalah suatu seni sekaligus suatu ilmu”. Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil dan manfaat, sedangkan manajemen sebagai suatu ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena (gejala-gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi sifatnya memberikan penjelasan-penjelasan.“6

Dari beberapa definisi manajemen yang dipaparkan diatas, bahwasannya dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan kerja yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan baik dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan tindakan pengawasan, yang dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen, karena kegiatan di dalam suatu manajemen itu termasuk fungsi-fungsi manajemen yang secara umum dikemukakan oleh George R.Terry terdiri dari Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating

(pelaksanaan), Controlling (pengawasan).

Adapun penjelasan atau pengertian dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu :

6


(22)

1. Planning (Perencanaan)

Planning atau disebut juga perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan suatu imajinasi dan pandangan ke depan terarah berdasarkan penilaian yang benar.7

2. Organizing (Pengorganisasian)

Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.8

3. Actuating (Penggerakan)

Fungsi actuating meliputi kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan yang ada dalam struktur organisasi. Setelah diadakan pembagian pekerjaan atau pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan dan bertanggung jawab dalam pekerjaan. Bila rencana telah tersusun, struktur organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah terisi, maka tugas pimpinan untuk menggerakan atau mengarahkan bawahan agar tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan baik.

7

Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta ; Bhatara Karya Aksara, 1986 ), h-75

8

M Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, ( Jakarta ; Bumi Aksara, 2001 )h-119


(23)

4. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain. Pengawasan atau bisa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kepada suatu kebenaran, pengoreksian ini dilakukan ketika kegiatan sedang berjalan.

Fungsi manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan.9

Pengawasan bisa juga dikatakan proses aktif yang dilakukan dari mulai karyawan sampai pimpinan perusahaan. Secara umum pengawasan dibagi tiga :

1. Pengawasan fungsional

Pengawasan ini dilakukan oleh pejabat-pejabat fungsional atau aparat pengawasan, secara fungsional tugasnya memang mengawasi tugas-tugas

2. Pengawasan masyarakat

Pengawasan oleh masyarakat yang disampaikan melalui lisan kepada aparat yang berkepentingan maupun tertulis melalui media cetak, radio dan lain sebagainya.

3. Pengawasan melekat (WASKAT) dilakukan oleh atasan langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahan, melekat pada jabatan yang dipegang oleh pimpinan dan merupakan kewajiban yang bersifat mutlak yang dilakukan secara terus-menerus. Prinsip waskat biasanya dilakukan secara berjenjang, harus dilakukan oleh pimpinan di samping perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

9

AM Kadarman SJ, Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta ; Gramedia Pusaka Utama, 1994 )h.132


(24)

diarahkan dan diupayakan supaya tidak terjadi penyimpangan harus bersifat membina karyawan, dilaksanakan secara berkelanjutan.

Tolak ukur keberhasilan pengawasan adalah meningkatnya disiplin dan prestasi kerja, minimnya penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan, cepatnya penyelesaian perizinan dan pelayanan, semakin berkurangnya kesalahan-kesalahan pekerjaan.

3. Unsur-unsur Manajemen

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasannya manajemen adalah suatu proses pengaturan kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tersebut maka memerlukan unsur-unsur manajemen dalam pencapaianya.

Beberapa ahli telah menetapkan unsur-unsur manajemen yang terdiri dari :

man, money, material, machine, method, market (manusia, uang, barang, mesin, metode, pasar) yang dirumuskan menjadi 6 M.10

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur manajemen yaitu : a. Man (Manusia)

Manusia adalah faktor pendukung yang sangat penting, berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.

b. Money (Uang)

Dalam setiap kegiatan sangat diperlukan sekali uang agar kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik serta dapat tercapainya suatu tujuan.

10

Zaini muchtarom. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. ( Yogyakarta : Al-amin dan IKFA, 1996),Cet 2 h.42


(25)

c. Material (Bahan-bahan)

Faktor material dalam suatu manajemen dapat diartikan sebagai bahan atau data informasi yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan serta dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin.

d. Machines (Mesin)

Mesin adalah suatu jenis alat atau media yang dapat digunakan dalam proses pelaksanaan kegiatan manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat bantu berupa mesin.

e. Methode (Metode)

Metode adalah suatu cara yang sistematis agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Metode harus disesuaikan dengan perencanaan awal agar metode yang digunakan tepat pada sasaran

f. Market (Pasar)

Pasar merupakan tempat yang terpenting yang hendak dimasuki barang atau jasa perusahaan agar hasil-hasil produksi dapat tersampaikan kepada para konsumen11

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap lembaga atau perusahaan perlu menerapkan unsur-unsur manajemen, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlakasana dengan baik. Oleh karena itu, penerapan 6 M sangat dibutuhkan bagi seorang manajer untuk keberhasilan dalam menjalankan kegiatan.

11

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996 ), Cet.Ke-13, h.16


(26)

B. Masjid

1. Pengertian masjid

Masjid berasal dari kata :

اًﺪﺠْﺴ

اًدْﻮﺠ

ﺪﺠﺴﻳ

ﺪﺠ

Masjid secara bahasa berarti tempat sujud, setiap tempat yang digunakan untuk sujud dan setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah SWT. 12

Sebenarnya kata masjid itu tidak hanya terbatas kepada suatu bangunan yang megah dan indah seperti dalam pengertian sekarang ini, namun mencakup semua tempat di mana terjadi peristiwa sujud. Hal ini sebagaimana yang disinyalir dalam sabda Rasulullah SAW :

ْﺖ

ْاﺎ

ْر

ص

ْﺴ

ًﺪ

وا

ْﻮ

ًر

ا

)

و

اور

(

Artinya : Telah dijadikan untukku ( dan untuk umatku ) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri. ( HR. Muslim )13

Sedangkan pengertian masjid secara istilah tempat sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, zikir kepada Allah SWT, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islamiyah.14

Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah sebagaimana yang telah Allah firmankan di dalam surat An-Nur {24}: 36-37 :

Β≅⎠Ι Β≅∫∪≅⎮∈≅⎠↓ ⌠⊃≅∫≈ ⌠∴≅⎠⎟ϑ≅∫ν≅⌠⊆ ⌠⊃≅⌠ℵ≅⎮μΑ Β≅∫∪≅

⎮∈≅⎠↓ ∫ϕ≅∫• ⎮η∫≅⊆ ∫⊄ ∫♥≅∫↓ ⎮ϕ≅⌠Μ ⎮∅∫Α ⌠⊃≅⎟>…≈Α ∫∅ ⎠γ ∫Α

⎠⎠Π ⎮⊂≅⌠∈≅⌠Ι ⎮∉≅⎠↓ ⎠ϕ≅⎮• ⎠γ ⎮⊕≅∫♣ ⎞♥≅⎮∈≅∫Ι ∫⇐ ⎥⊄ ⎞∇ ∫ι

12

Karam al- Bustany, et al. al-Munjid al-Lughah wa al-A’lam. ( Beirut : Dar al-Masyiq 1986 ),Cet. Ke.28, h.321.

13

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1998), Cet. Ke-8, h.460) 14


(27)

Β≅∫ς≅⎠Μ ⎮ℑ≅⎠∪⎮≅∈≅⎠∪≅⎮…≅⌠Μ ⎥⇐ ⎞⎯ Β∫≅Υ ⎠ι (36) ⎠⎯Β≅≅∫υ

〉⇐⎮Α∫⊄ ⎠⎟⊄ ⌠φ≅⌠←≅⎮≈ ⌠Λ⎮⊂≅⌠…≅⌠×≅≈⎮Α ⎠⊃⎮≅∈≅⎠↓ ⌠Κ⎥

≅…≅∫×≅∫≅Ν∫Μ Β≅⌡↵ ⎮⊂≅∫⊆ ∫∅⎮⊂≅⌠↓ Β∫≅β≅∫⊆ ⎠∇ ⊂〉≅•⎥λ≅≈Α ⎠

∏Β≅Φ∫Ν≅⎮⊆⎠Α ∫⊄ ⎠∇⊂〉≅…≅⎥ϖ≅≈Α ⎠ℜΒ≅∫≥ ⎠Α ∫⊄ ⎠⊃≅⎟>…≈

(37) ⌠ιΒ≅∫ϖ≅≅⎮Ι ∫⇐⎮Α∫

Artinya : “Bertasbihlah kepada Allah SWT di masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-NYA di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah SWT, dan dari mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut suatu hari yang ( di hari itu ) hati dan penglihatan menjadi goncang (QS, An-Nur {24} : 36-37)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar umat bertasbih kepada Allah, mendirikan shalat dan menyembahnya dengan baik.15

Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qorni, “Masjid adalah tempat untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri di antara kaum Muslimin. Karena saat di dalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau lainya, dengan demikian maka akan timbul rasa at-tawun (tolong-menolong) sehingga dapat mempererat tali ukhuwah (persaudaraan) dan memperkokoh rasa kasih sayang antar jama’ah masjid dari kaum mu’minin.16

Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masjid adalah suatu tempat di mana seseorang dapat melakukan sujud,

15

Yusuf al-Qordhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet, Ke-1, h.7

16

Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid;Masjid dan Masyarakat Madani


(28)

merendahkan diri, dan menyembah Allah, serta tempat untuk memecahkan segala permasalahan yang berkaitan dengan persoalan manusia.

2. Fungsi Masjid

Masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam, penting dalam upaya membentuk pribadi dan masyarakat yang islami. Untuk bisa merasakan urgensi tersebut, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya dalam arti harus dioptimalkan dalam memfungsikannya.

Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketaqwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW meruntuhkan bangunan kaum munafik yang mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut :

⎮ι⎠Α ∫⊄ ∫⊕≅⎮∈≅⎠⊗≅⎠↵ ⎮⇔≅⌠ℵ≅≈⎮Α ∫⊕≅⎮∈≅∫Ι Β≅≅⌡×≅⎮⊆ ⎠ϕ≅

⎮°≅∫Μ ⎥⊄ Α⌡ϕ≅⎮°≅⌠• ⎥⊄Α⌡ι Α∫ϕ≅⎠ψ Α⌡φ≅⎠ς≅⎮ν≅∫↵ Α⎮⊄⌠η≅≅∫

β≅⎥ΜΑ ∫⊕≅⎮⊆ ⎠η≅⎥≈Α∫⊄©≅〉⊗≅⎮μ≅⌠Ζ≅⎮≈Α⎥⇐⎠ΑΒ≅Φ∫℘ ⎮ε∫ι∫Α

⎮∅⎠Α ⎥⊕≅≅⌠°≅⎠≅…⎮≅Ζ∫≅∈≅⎮≈∫⊄ ⌠⏐≅⎮ϑ≅≅∫≥ ⎮⊕≅⎠↵ _⊃≅∫≈ ⎮⊂

≅⌠μ ∫ι ∫⊄ ∫⊃≅⎟>…≈Α ∫Λ ∫ιΒ≅∫Ψ ⎮⊕≅∫ℵ≅⎠⎟≈Α⌡εΒ≅∫υ

∫∅ ⎮⊂≅≅⌠Ι ⎠η≅≅〉÷≅∫≈ ⎮ℑ≅⌠∪≅⎥℘⎠Α ⌠φ≅∫∪≅⎮ρ≅∫

⊆ ⌠⊃≅⎟>…≈Α∫⊄

Artinya : Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu (QS Al -Taubah [9]: 107).


(29)

Menurut Ustadz Ali Ath-Thanthawi berkata, “Masjid berfungsi sebagai tempat beribadah umat islam, parlemen atau musyawarah, sekolah, tempat berkumpul dan juga tempat untuk memutuskan perkara”.

1. Masjid sebagai tempat ibadah

Di masjid itulah kaum muslimin menghilangkan rasa dengki, ketamakan, keinginan untuk berbuat jahat, dan kerusakan tepat ketika di depan pintu masjid. Lalu ia memasuki masjid dengan hati terbuka untuk keimanan, menghadapkan wajah ke langit dengan penuh kekhusyu’an, kemudian mereka berdiri dalam satu shaf yang tidak membedakan antara yang besar dan yang kecil, pemimpin dan orang bawahan, kaya dan miskin, kaki dan pundak mereka saling bersentuhan, dan kening mereka semuanya ada di atas tanah. Mereka sama kedudukannya dalam beribadah.

2. Masjid sebagai parlemen

Apabila ada masalah yang mencemaskan kaum muslimin atau ada sesuatu yang menghalangi terlaksannya kebaikan kepada kaum muslimin, maka akan dikumandangkan seruan “Ash-Shalaatu Jaami’ah“ (shalat berjamaah akan dilaksanakan). Maka semua orang akan berkumpul di masjid. Di masjid pernah dilakukan pemilihan khalifah (presiden), dilakukan bai’at (janji setia, atau sumpah), membahas perundang-undangan yang bersumber dari syariat islam kemudian diumumkan kepada seluruh masyarakat.

3. Masjid sebagai tempat berkumpul

Apabila pimpinan pulang dari kunjungan kenegaraan, maka yang pertama kali ia tuju adalah masjid. Kemudian ia mengumumkan strategi


(30)

politiknya di atas mimbar, dan menyiarkan strategi-strateginya apabila akan terjadi peperangan. Maka berkibarlah bendera-bendera di masjid.

4. Masjid sebagai sekolah (tempat belajar dan mengajar)

Di masjid ditetapkannya dasar-dasar pengetahuan agama islam, dan dari sanalah ilmu pengetahuan mencapai puncak dan kemajuannya. Masjid adalah tempat diajarkan ilmu- ilmu yang bermanfaat, mulai dari ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ilmu hukum, ilmu bahasa, dan ilmu tentang alam semesta.

5. Masjid sebagai tempat pengadilan

Di masjidlah keluarnya sebuah keputusan yang paling adil dan paling tegas. Di masjidlah tercatat lembar-lembar indah dalam sejarah pengadilan manusia ditegakkan. Pengadilan antara rakyat jelata dengan amirul mukminin, antara orang miskin dan pemimpin besar. Kemudian semuanya diputuskan secara adil tanpa membedakan antara orang yang besar dan kecil kedudukannya. 17

3. Peranan Masjid

Adapun peranan masjid yang ditulis oleh Moh. E. Ayub, di dalam bukunya

Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi para Pengurus. Secara garis besar ada dua yaitu:

1. Masjid sebagai Sumber Aktifitas

Dalam sejarah perkembangan dakwah Rasulullah SAW. Terutama dalam periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya dimanfaatkan sebagai pusat

17

Khairuddin wanili. Ensiklopedia Masjid hokum, adab, dan bid’ahnya.( Jakarta : Darus Sunnah Press.2008)h. xv


(31)

ibadah yang bersifat khusus, seperti sholat tapi juga mempunyai peranan sebagai berikut :

a. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di Madinah, beliau bukannya mendirikan benteng pertahanan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan musuh tetapi terlebih dahulu membangun masjid. b. Kalender islam yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal, permulaan tahun

Hijriyah selanjutnya jatuh pada tanggal Muharram.

c. Di Mekah agama Islam tumbuh dan di Madinah agama Islam berkembang. Pada kurun pertama atau periode Makkiyah, Nabi Muhammad SAW mengajarkan dasar-dasar agama. Memasuki kurun kedua atau periode Madaniyah, Rasulullah SAW menandai tapal batas itu dengan mendirikan masjid.

d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang-orang Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah SWT; dan

e. Masjid didirikan oleh orang-orang taqwa secara bergotong royong untuk kemaslahatan bersama.

Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah / umat Islam. Sebab, masjid merupakan integritas dan identitas umat islam yang mencerminkan tata nilai keislaman. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitik beratkan


(32)

pada pola aktifitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktifitas ukhrawi dan aktifitas duniawi.

Memasuki zaman keemasan Islam, masjid mengalami penyesuaian dan penyempurnaan. Corak penyesuaian dengan tuntutan zaman yang terjadi itu tidak kalah fungsionalnya dibandingkan optimalisasi nilai dan makna masjid di zaman Rasulullah SAW. Dalam perkembangannya yang terkahir, masjid mulai memperhatikan kiprah operasional menuju keragaman dan kesempurnaan kegiatan. Secara garis besar operasionalisasi masjid terdiri dari :

1. Aspek Hissiyah (Bangunan)

Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakan gaya dan bentuk arsitektur yang beraneka ragam. Terutama di kota-kota besar, banyak masjid yang berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dari segi bagunan fisik masjid, Islam tidak menentukan dan mengaturnya. Artinya, umat islam diberikan kebebasan, sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah dan pusat kegiatan umat Islam.

Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan umat , tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-benar disadari sejak awal. Jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang yang diperingatkan oleh Nabi Muhammad di dalam hadisnya

“ Masjid-masjid dibangun megah, tetapi sepi dari pelaksanaan petunjuk Allah .” ( HR Baihaqi )

2. Aspek Maknawiyah ( tujuan )

Pada masa Rasulullah SAW, pembangunan masjid mempunyai tujuan, yakni :


(33)

a. Masjid dibangun atas dasar takwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan jamaah/umat islam ( At-Taubah : 108 ) b. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan di kalangan umat

dan sengaja untuk menghancurkan umat Islam ( at-Taubah ; 107-108 ) Versi yang kedua ini khas motif orang-orang munafik, yakni mendirikan masjid untuk maksud memecah belah umat Islam. Maka, masjid tersebut dijuluki ”masjid dhirar“ yang artinya “masjid membawa mudharat/kerusakan“. Atas tujuan sesat dan menyesatkan semacam ini, Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk menghancurkan masjid tersebut. Jadi, di sini ditegaskan kaitan antara pembangunan masjid dan tujuannya.

3. Aspek Ijtima’iyah ( segala kegiatan )

Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup kelembagaan masjid itu sendiri. Di antara lembaga masjid yang mengejawantahkan aspek kegiatan masjid itu adalah lembaga dakwah dan bakti sosial, lembaga manajemen dan dana serta lembaga pengelolaan dan jamaah.

2. Masjid dalam Arus Informasi Modern

Islam sebagai agama universal (kaffah atau menyeluruh) ditakdirkan sesuai dengan tuntunan tempat dan zaman. Ia sempurna sebagai sumber dari segala sumber nilai. Di dalam islam tersedia prinsip-prinsip dasar kesempurnaan itu, prinsip yang tidak akan mengalami perubahan sedikitpun sepanjang sejarah umat islam. Jadi sungguh tidak tepat sikap memahami Islam yang bersifat


(34)

sepotong-potong. Dan masjid merupakan sarana untuk pemahaman serta pendalaman berbagai aspek keislaman tersebut.18

C. Manajemen Masjid ( Idarah Masjid )

Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip di dalam buku Idarah masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan : “Manajemen Masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam.”

Dari sini, kita dapat merumuskan definisi lain. Idarah masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif.

Ada pula menurut Drs. Moh E.Ayub bahwa Idarah masjid adalah usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya. Idarah masjid disebut juga manajemen masjid pada garis besarnya dapat dibagai menjadi dua bidang :

a. Idarah Binail Maadiy (Physical Management) adalah manajemen secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban, dan keindahan masjid, pemeliharaan tata tertib dan ketentraman masjid, pengaturan keuangan dan administrasi masjid, pemeliharaan agar masjid tetap suci, terpandang, menarik, dan bermanfaat bagi kehidupan umat dan sebagainya.

18

Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid petunjuk praktis bagi para pengurus..( Jakarta, Gema Insani Press, 1996) hal 10-14


(35)

b. Idarah Binail Ruhiy (Funcional Management) adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pengembangan umat dan kebudayaan islam seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Idarah binail ruhiy ini meliputi pendidikan akidah Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, penjelasan ajaran Islam secara teratur menyangkut :

a. Pembinaan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat b. Melahirkan fikrul Islamiyah dan kebudayaan Islam dan

c. Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.19

Bilamana masjid memiliki fungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan umat, sudah tidak mungkin lagi kalau kepengurusan masjid ditangani oleh hanya satu atau dua orang. Diperlukan tenaga kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Agar pengurus masjid dapat bekerjasama dengan efektif dan efisien dalam menjalankan roda kepengurusan, diperlukan mekanisme kerja yang baik. Untuk itu, manajemen masjid perlu diterapkan.

D. Aktivitas Keagamaan

Aktivitas dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan, atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga.20

19

Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid petunjuk praktis bagi para pengurus..( Jakarta, Gema Insani Press, 1996) hal 33-35

20

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h.17.


(36)

Adapula pengertian aktivitas yang termaktup di dalam kamus Besar Ilmu Pengetahuan, yakni kata aktivitas berasal dari kata Ing: activity, Latin: activus : aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia. Manusia mengalih wujudkan dan mengalahkan alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses historis-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhan.

Ada dua jenis aktivitas yaitu:

1. Aktivitas Eksternal adalah jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki.

2. Aktivitas Internal adalah aktivitas yang menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan eksternal21

Pendapatnya Maslow dengan “Need Hierarchy Theory”yang menyebutkan bahwa manusia dalam aktivitasnya termotivasi oleh sejumlah “basic need”. Kebutuhan dasar menurut maslow ada lima yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan keamanan

3. Kebutuhan rasa akan memiliki, dimiliki dan kasih sayang 4. Kebutuhan penghargaan dan

5. Kebutuhan mengaktualisasikan diri

21

Save M. dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta; Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997), Cet 1, h.15


(37)

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk menghasilkan sesuatu, baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif, aktivitas juga dapat terkait pula dengan lembaga atau organisasi.

Menurut Ensiklopedia Islam, kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata “din” dalam bahasa Arab. Sedangkan kata “din” artinya “menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan”. “Din” juga membawa peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi, dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.22

Religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah

relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari

religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.

Oleh karena itu agama di beri definisi-definisi sebagai berikut :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

22


(38)

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.

6. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.23

Pengamalan agama sebagai bagian dari religiositas di kemukakan antara lain, oleh Glock and strak,menurut mereka terhadap 5 dimensi keberagamaan yaitu : keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan dan dimensi konsekuensi

Dimensi keyakinan diindikasikan bepegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui doktrin-doktrin teologi tersebut. Dimensi praktek

Agama diindikasikan dengan teologi tersebut. Dimensi praktek agama diindikasikan dengan mengerjakan atau adanya perilaku pemujaan / ritual dan ketaatan agama yang dianut . Dimensi pengalaman diindikasikan dengan perasaan , presepsi-presepsi dan sensasi-sensasi yang dialami yang mengkomunikasikan esensi ketuhanan dan otoritas transendental. Dimensi pengetahuan diindikasikan dengan pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan dan pengetahuan mengenai ritur-ritur , kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi konsekuensi diindentifikasi sebagai akibat dari : keyakinan keagamaan, praktek pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

Disebutkan bahwa ada 5 aspek yang terkait dengan keagamaan , yaitu : ideologi , ritual , intelektual , pengalaman keagamaan dan kegiatan keagamaan

23

Harun nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek jilid 1, (Jakarta ; Universitas Indonesia (UI-Press), 1985),Cet. 5, hal.2.


(39)

sehari-hari( dalam Bafadal, ed 2003: 62). Aspek-aspek yang dimaksud . menunjuk kepada ajaran agama sebagai pedoman hidup bagi manusia, pelaksanaan ibadah, usaha memahami kitab suci dan kajian keagamaan secara umum untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan sosial. Adapun ekspresi pengalaman keagamaan menurut Wach meliputi : pemikiran ( thought), tindakan (action) dan persekutuan (followship) (dalam Djamil 2001:XXX)

Aspek keberagamaan menurut Glock and Strak dan ekspresi menjadi dimensi pengalaman keagamaan menurut Wach diformulasikan menjadi dimensi pengalaman agama menurut hasil pengkajian lintas agama dengan pimpinan agama-agama resmi indonesia sebagai berikut :

a. Pelaksanaan ibadah secara rutin

b. Partisipasi dalam kegiatan atau upacara sosial keagamaan c. Etika berpakaian

d. Menggantungkan harapan kepada Tuhan dan menjalankan aktivitas sehari-hari menghadapi suasana gembira dan susah

e. Menjaga kesusilaan f. Kegiatan soaial

g. Bantuan dana untuk kegiatan keagamaan

h. Langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan keagamaan dan

i. Komunikasi dengan tokoh agama

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas keagamaan adalah tindakan untuk menghasilkan sesuatu baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif yang berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan.


(40)

E. Pengertian dan Karakteristik Karyawan

Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah), pegawai, pekerja.24

Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.25

Karyawan adalah orang yang banyak menyumbangkan tenaga dan jasanya dalam suatu bentuk usaha, baik usaha pemerintah ataupun dalam usaha swasta dan sebagai imbalan jasanya ia mendapatkan upah atau gaji.26

Secara umum (bukan mutlak) dalam suatu lingkungan pekerjaan, kita akan menghadapi karakter-karakter karyawan sebagai berikut :

1. Patuh 2. Penjilat 3. Pemberontak27

Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja dilingkunagan suatu organisasi ( disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja dan karyawan ). Unsur manusia yang dilihat dari potensinya disebut sumber daya, berbeda dengan sumber daya material. Manusia sebagai sumber daya bersifat potensial/ abstrak, tidak dapat diukur dari jumlahnya. Potensi itu merupakan proses dan hasil

24

Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta; Balai pustaka, 2007)

25

Malayu S.P Hasibuan , Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hal; 94

26

IG Wirsanto, Dasar-Dasar Manajemen Personalia ( Jakarta: Pustaka Dian, 2000) hal: 26

27


(41)

interaksi substansi fisik dan psikis, berupa kemampuan mencipta, kemampuan mengkhyal, kemampuan berfikir, yang mengasilkan gagasan, kreativitas, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah, memprediksi, wawasan kemasa depan, ketrampilan dan keahlian dan lain-lain. Kemampuan itu sangat tinggi nilainya, jika dikongkritkan menjadi kegiatan bisnis yang kompetitif, sebagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena itu jumlah yang banyak tidak akan berarti apabila bukan terdiri dari SDM yang potensial dan berkualitas dimiliki oleh organisasi/ perusahaan, maka akan mampu mengantarkan prganisasinya dalam mencapai sukses.28

Dalam kaitannya karakteristik karyawan maka adanya Study prilaku ilmiahyang muncul karena dorongan psikologi tingkah laku ( Behavioral Psychology ), namun dilakukan melalui pengintegrasian berbagai disiplin ilmu. Berbagai disiplin ilmu sosial seperti psikologi industri, psikologi organisasi, psikologi sosial, ilmu organisasi, ilmu komunikasi, teori prilaku dalam berorganisasi, ilmu hukum, sosiologi dan lain-lain diintegrasikan dengan ilmu biologi, mathematik, dan statistika, untuk memberikan makna prilaku manusia/ karyawan dalam bekerja secara eksak. Studi seperti itu berkembanga karena didasari pendapat bahwa manusia memiliki unsur jasmaniah yang ikut mempengaruhi prilakunya secara organk.Misalnya dalam mempelajari proses kesadaran seseorang terhadap suatu perangsang (stimulus )yang menyentuh syaraf mata atau pendengarannya, yang kemudian diteruskan oleh otak sebagai pusat syaraf, yang dengan cepat mencernannya, kemudian memerintahkan salah satu anggota tubuh memberikan respon.

28

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif. (Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.2005): hal 40-41


(42)

4. Dengan mempergunakan berbagai disiplin ilmu itu, studi prilaku secara ilmiah merekomendasikan bahwa industri atau prusahaan sebagai organisasi merupakan suatu masyarakat yang memiliki budaya (kultur) masing-masing yang unik. Dalam kondisi seperti ini suatu organisasi bukan sekedar merupakan sistem sosial sebagai perwujudan hubungan manusiawi yang statis dan rutin. Akan tetapi harus diterima kenyataan bahwa kultur yang unik itu dipengaruhi pula oleh struktur dengan berbagai jabatan, yang menempatkan seseorang pada posisi tertentu. Setiap posisi mengemban kekuasaan atau wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda, meskipun perangsangnya sama. Demikian pula dilingkungan para pekerja yang tidak menempati salah satu posisi berdasarkan struktur organisasi yang terdapat di perusahaan/ industri, yang dalam kultur yang unik akan berbeda pula dalam memberikan respon terhadap suatu perangsang. Disamping itu, karena teknologi dan jenis pekerjaan yang berbeda-beda, maka keunikan kultur organisasi menjadi semakin berkembang. Dalam kultur seperti itu sulit untuk dibantah bahwa pengaruhnya berakibat pada semakin banyaknya variasi karyawan dalam merespon suatu perangsang. Misalnya prilaku dalam menerima teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas, yang dpat menimbulkan berbagai respon.

5. Oleh karena itulah pada fase ini studi prilaku menjadi penting, karena bermaksud mengungkapkan cara merespon suatu stimulus (perangsang) yang berlangsung dalam bentuk prilaku/ karakter atau cara bekerja sebagai individu yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pekerja lain sebagai individu pula


(43)

dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam prakteknya terdapat berbagai cara yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui dampakna pada produktivitas kerja. Beberapa cara itu antara lain dengan mempergunakan penekanan, pemaksaan, berbohong, persekongkolan dan lain-lain yang dapat berakibat buruk terhadap respon pekerja dalam melaksanakan tugasnya.29

29

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif. (Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.2005) hal 54-55


(44)

BAB IV

ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN KARYAWAN

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan laba (profit).

Dalam manajemen masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting. Pertama, pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. Kedua, memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan. Ketiga, dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. Dan keempat, perencanaan juga akan memudahkan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid.


(45)

Perencanaan kegiatan masjid yang matang, harus dilaksanakan dengan baik oleh pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengorganisasian yang solid bagi pengurusnya. Pengorganisasian masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan.

Dalam pengorganisasian masjid, langkah-langkah yang perlu ditempuh antara lain : Pertama, membagi dan atau mengelompokkan aktivitas pemakmuran masjid dalam satu kesatuan. Kedua, merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan masjid dan menempatkan personil pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya. Ketiga, memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan pengurus kepada staf-staf dan pelaksananya. Dan keempat, menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid.

Dalam manajemen masjid, pengorganisasian memiliki arti yang sangat penting. Pertama, penugasan kepada staf pengurus menjadi lebih mudah, karena sudah jelas seksi apa dan atau siapa yang harus melaksanakan suatu bidang kegiatan. Kedua, memudahkan dipilihnya tenaga pelaksana yang tepat, karena dalam pengorganisasian bukan hanya menyusun struktur kepengurusan dan menempatkan orangnya, tapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawabnya sehingga bisa dipilih, siapa yang tepat menempati posisi suatu kepengurusan. Ketiga, pengorganisasian juga akan membuat terpadunya berbagai potensi pengurus dalam suatu kerangka kerja sama pemakmuran masjid. Dan keempat,


(46)

memudahkan bagi pimpinan pengurus untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.

Selain pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dalam memanajemen masjid juga sangat penting karena pelaksanaan merupakan upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan pengurus masjid harus memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu. Dalam organisasi seperti kepengurusan masjid, kesadaran yang tinggi memang amat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan masjid akan berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi akan lahir dari keimanan yang mantap. Karena itu pengurus harus memiliki kemantapan iman kepada Allah SWT. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu penentu bagi suksesnya pelaksanaan aktivitas masjid, karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas-luasnya diantara sesama pengurus, baik melalui rapat, briefing, membuat nota, menelpon dan sebagainya. Di samping itu pemimpin harus selalu meningkatkan kemampuan kerja staf-strafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai.

Selain itu juga pimpinan melakukan pengawasan atau kontrol kepada seluruh staf kepengurusan masjid karena itu suatu yang penting. Terlaksananya fungsi pengawasan membuat pengurus menjadi tahu adanya kesalahan,


(47)

kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid.

Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya aktivitas kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang ditetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan.

A. Aplikasi Manajemen Masjid Astra / Yayasan Amaliah Astra

Yayasan Amaliah Astra bersama Yayasan lain di jajaran Astra, merupakan wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan Corporate Social Responsibility perusahaan, khususnya di bidang sosial keagamaan

Tujuan didirikannya Yayasan Amaliah Astra adalah berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan.

Agar harapan dan tujuan yang direncanakan dapat diraih dengan efektif dan efisien, maka harus menggunakan manajemen yang baik. Dalam pengaplikasiannya, manajemen memiliki fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh karena itu, Yayasan Amaliyah Astra melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi-fungsi manajemen yang ada. Ibarat dalam suatu perjalanan dengan kendaraan, perencanaan adalah sebagai pedoman yang harus dipakai untuk mengarahkan tujuan ke mana


(48)

kendaraan itu akan diarahkan. Dalam semua kegiatan yang bersifat manajerial, fungsi perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu dari fungsi-fungsi lainnya.

Perencanaan yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam rapat tahunan di lantai 6 Gedung A PT Astra Internasional, Tbk dan akta pernyataan keputusan Rapat Yayasan Amaliah Astra yang dikeluarkan oleh Notaris DKI-kota Jakarta P.S.A Tampubolon, maka telah ditetapkan susunan kepengurusan Yayasan Amaliah Astra yakni Pembina, Pengawas, dan Pengurus melalui Divisi Strategi dan Operasional telah menyusun program perencanaan dalam segi waktunya yakni jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang.

Bentuk-bentuk perencanaan yang disusun oleh Yayasan Amaliah Astra terdiri dari:

a. Adanya Tujuan atau objective. Tujuan merupakan sasaran kegiatan yang dilakukan dan diusahakan yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari Yayasan Amaliyah Astra ialah berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan. Semua anggota organisasi harus mengetahui tujuan yang hendak dicapai, agar aktivitas yang dilakukannya tidak saling bertentangan.

b. Kebijakan atau policy. Ia merupakan suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam mengambil keputusan terhadap tindakan -tindakan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, kebijakan atau jenis rencana kegiatan yang akan diselenggarakan di Masjid Astra semua itu diputuskan oleh pengurus Yayasan Amaliyah Astra, sehingga kegiatan tersebut dilaksanakan.


(49)

Ini semua dilakukan demi tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Kebijakan yang ditetapkan oleh ketua Yayasan Amaliah Astra yakni :

1. Program yang dilaksanakan oleh tiap-tiap divisi mampu memberikan kualitas keilmuan bagi karyawan dan masyarakat dari segi intelektual, emosional dan spiritual.

2. Setiap bulan dari pengumpulan zakat, infak dan shodaqoh, disalurkan untuk beasiswa bagi anak-anak dhu’afa.

3. Hasil dari keuntungan divisi usaha, disalurkan untuk biaya operasional Yayasan Amaliah Astra sebagai penunjang kegiatan-kegiatan yang direncanakan agar berjalan dengan baik.

4. Mengadakan evaluasi internal setiap minggu, dan bulan untuk melihat sejauh mana progress kinerja pengurus.

c. Strategi. Ia merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat. Penyesuaian ini dianggap penting karena timbulnya bermacam-macam reaksi. Karena itu dalam mengaplikasikan strategi, yang dilakukan Yayasan Amaliah Astra melalui divisi strategi dan operasional menyusun beberapa strategi dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: ketepatan waktu, ketepatan tindakan, ketepatan mengambil tindakan, dan lain sebagainya.

d. Prosedur. Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang dilaksanakan pada waktu yang akan datang, karena itu ia lebih dititikberatkan pada suatu tindakan. Dengan adanya prosedur ini, akan memudahkan pelaksanaan semua aktivitas yang dilaksanakan organisasi. Prosedur yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra antara lain ialah :


(50)

1. Pengurus Yayasan Amaliah Astra dapat menyusun program-program di setiap divisi baik divisi strategi dan operasional, divisi sosial dan religius, serta divisi usaha.

2. Menyiapkan pemanfaatan dan memelihara sarana dan prasarana Masjid Astra untuk setiap kegiatan yang dilakukan.

3. Mengadakan kajian keislaman rutin di Masjid Astra.

4. Membuat prosedur di berbagai bidang baik pemilihan muadzin, adzan, iqomat dan sholat zuhur, pemilihan penceramah, pengadaan khotib Jum’at, pelaksanaan sholat jum’at, penghitungan kotak amal, pelaksanaan sholat Tarawih, pemberian nomor surat.

5. Bagi karyawan Grup Astra dan masyarakat dapat berzakat melalui ZIS on line dengan website amaliah-astra.com.

e. Aturan atau rule. Aturan atau rule adalah suatu tindakan yang spesifik dan merupakan bagian dari prosedur. Aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokan dalam suatu tindakan yang disebut prosedur.

f. Program. Program merupakan kombinasi antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas yang disertai dengan suatu anggaran atau budget. Semua ini akan menciptakan suatu tindakan. Program atau kegiatan yang direncanakan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam meraih tujuan yakni berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan yang ingin dicapai secara efektif dan efisien.

Dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, Yayasan Amaliah Astra membagi program-program tersebut pada beberapa divisi yaitu Divisi Strategi dan


(51)

Operasional, Divisi Sosial dan Religius, serta Divisi Usaha. Program dari tiap-tiap divisi yaitu :

1. Divisi Strategi dan Operasional Yayasan Amaliah Astra. Program yang akan diadakan antara lain :

A. Penerbitan Amaliah News

Amaliah News sebagai media komunikasi Astra yang memberikan informasi-informasi kegiatan dari Yayasan Amaliah Astra, sebagai transparansi program yang telah direncanakannya, Amaliah News terbit 3 bulan sekali, edisi pertama pada bulan Oktober 2004, kedua terbit 02 Mei 2005 dan terbit lagi edisi Amaliah Astra pada bulan Juli - September 2009 yang konten informasinya berisikan Pembinaan Beasiswa dengan tema “Setitik Bahagia Untuk Dhu’afa”. Peluncuran website www.amaliah-astra.com, ZIS Online yang memfasilitasi bagi yang pernah berzakat atau berinfak di Lazis Yayasan Amaliah Astra dilampirkan pula form donasi bagi yang ingin berzakat atau berinfak . Anggaran pembuatan Amaliah News setiap priode berbudget Rp. 15.000.000,-

B. Create positive network (Membangun jaringan kerja yang baik)

Create positive network dengan HRD seluruh Grup Astra untuk pembinaan program kerohanian, edukasi maupun program bisnis yang dimulai tahun 2004. Dengan adanya kerjasama atau hubungan kerja dengan HRD seluruh Grup Astra dapat mempermudah Yayasan Amaliah Astra dalam


(52)

mengimplementasikan program-program yang telah disusunnya sehingga dapat berjalan dengan baik.

C. Audit internal kinerja

Audit internal kinerja Yayasan Amaliah Astra bertujuan menilai sejauh mana progress dari setiap kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan untuk melihat kualitas kinerja dari Yayasan Amaliah Astra dan review audit ini dilakukan setiap bulannya. Audit internal kinerja ini menggunakan sistem PDCA

yaitu Plan (Perencanaan), Do (Melakukan), Check (Pemeriksaan), Action (Tindakan).

D. Pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh dari karyawan Astra.

Untuk mendukung rencana program pembentukan Badan Amal Zakat, Infak dan Shodaqoh yang mandiri, maka pengurus Yayasan Amaliah Astra ikut serta dalam pelatihan pengelolaan zakat lingkungan perkantoran yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Yayasan senantiasa menggandeng PERISAI dalam keterlibatan kepengurusan dalam setiap agenda kegiatan yang relevan dengan kegiatan PERISAI.

Pada awal tahun 2007 telah dilaksanakan studi banding program Pengembangan Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh (LAZIS) dengan Badan Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh BNI 1946 yang lebih dikenal dengan BAMUIUS BNI. Selain itu Yayasan Amaliah Astra juga telah berkonsultasi


(53)

mengenai pembentukan dan perizinan yang diperlukan dengan Departemen Agama Jakarta utara.

Adapun latar belakang didirikannya LAZIS adalah : 1. Adanya Program ZIS Perisai

2. Potensi dana umat yang besar

3. Maksud dan tujuan didirikannya Yayasan 4. Muzaki belum “tahu “

5. Muzaki belum “Sadar” 6. Muzaki belum “ Percaya “

Adapun tujuan didirikannya LAZIS ini antara lain adalah : 1. Menjamin kepastian dan disiplin diri Muzaki

2. Mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam penggunaan zakat menurut skala prioritas.

Adapun sasaran Muzaki (Pemberi Zakat) adalah seluruh karyawan Grup Astra dan masyarakat umum. Adapun target berikutnya dari LAZIS Astra berikutnya adalah menjaring para muzaki melalui kerjasama dengan HRD di lingkungan Grup Astra untuk melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang sudah road show dilakukan yaitu : Road show ke PT MMS. Lazis YAA mengelar road show ke PT Marga Mandala Sakti (MMS). Jajaran manajemen PT MMS yang dipimpin oleh Sofyan menyatakan tertarik terhadap program Beasiswa. Dalam road show itu, kedua belah pihak sepakat untuk menjajaki kerjasama terutama dalam santunan beasiswa. Selanjutnya, PT MMS akan mensosialisasikan zakat kolektif


(54)

di lingkungan karyawannya. Roadshow ke Auto 2000 di sunter dan roadshow ke PT Astra Daihatsu Motor (ADM).

Selain itu, bagi karyawan dan masyarakat yang ingin berzakat atau berinfak, terdapat beragam kemudahan, antara lain informasi transfer via internet banking Permata Bank, zakat via handphone (Flexicash), juga layanan call jemput zakat melalui ZIS Online. Sebagai bentuk transparansi, website juga menampilkan laporan keuangan. Setiap muzaki bisa mengetahui laporan penerimaan dan penyaluran dana secara online. Laporan keuangan Lazis Amaliah Astra audited juga bisa dilihat. Muzaki yang sudah terdaftar akan memperoleh ID Muzaki. ID bisa digunakan untuk login dan mengecek dana yang sudah didonasikan. Bagi yang pernah berzakat atau berinfak di Lazis Yayasan Amaliah Astra silakan Call ke (021) 3369010, atau email ke ganjar@amaliah-astra.com untuk memperoleh ID Muzaki & passwordnya. Ikuti langkah berikut :

1. Buka website kami di alamat www.amaliah-astra.com

2. Pada menu “Login Donatur” masuka ID Muzaki & passwordnya. 3. Pilih menu :

- cek donasi, untuk mengetahui list dana ZIS yang telah disumbangkan, menu ini bisa diakses perseorangan

- Laporan penerimaan & penggunaan - Laporan keuangan tahunan


(55)

2. Divisi Sosial dan Religius Yayasan Amaliah Astra. Program yang akan dilaksanakan antara lain :

A. Melakukan kegiatan rutin sholat fardhu, sholat jum’at, sholat tarawih di bulan ramadhan, sholat Idul fitri, dan Idul Adha.

Mengacu pada visi dan misi Yayasan Amaliah Astra, yaitu ingin mewujudkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, maka kegiatan kerohanian yang berjalan memprioritaskan pada upaya untuk memakmurkan masjid melalui kegiatan amal ibadah kepada Allah SWT dan kegiatan kejama’ahan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

Wujud nyata pemakmuran masjid adalah dengan menyelenggarakan sholat wajib berjamaah, termasuk juga sholat jum’at yang dilaksanakan secara rutin. Jama’ah sholat jum’at di Masjid Astra dari hari ke hari terlihat mengalami kenaikan, di mana sebelumnya jamaah sholat jumat di Masjid Astra sekitar 2000 jama’ah dan saat ini rata-rata jama’ah sholat jum’at telah mencapai kurang lebih 3000 jama’ah. Keberadaan Masjid Astra telah mulai dikenal oleh masyarakat Jakarta Utara, hal ini terlihat dari jama’ah sholat wajib atau pun sholat jum’at, yang sebelumnya hanya berasal dari komunitas Astra, saat ini telah meluas dan dihadiri oleh masyarakat sekitar Masjid Astra, di antaranya oleh kaum muslimin dari kelurahan Sungai Bambu, Kebun Bawang, Papanggo, Warakas dan muslimin Tanjung Priok, serta masyarakat umum. Anggaran Budget untuk kegiatan Sholat Rp. 20.800.000,-


(56)

B. Kajian masalah-masalah Islam dan Pendidikan Al-quran.

Untuk pertama kalinya Yayasan Amaliah Astra dapat menyelenggarakan kajian cerdas bertajuk Hidup bahagia penuh barokah, sebuah kajian yang berbasis untuk membersihkan hati atau dimensi spiritual (tasawuf positif). Tujuan dari kegiatan ini adalah terciptanya sosok karyawan Astra yang produktif, kreatif, inovatif serta mempunyai integritas profesional dan integritas moral. Kajian ini berlangsung selama 6 minggu berturut-turut setiap hari kamis petang dan telah diikuti oleh 30 peserta.

Para nara sumber dalam kajian tasawuf positif ini adalah : Dr. Haidar Bagir, Dr. Umar Shahab MA, Husen Shahab, MA., Prof. Dr. Ahmad Tafsir, KH. Dr. Abdel Kader Al-Habsyi, MA., Dr. Asep Usman Ismail, MA. Para narasumber secara persuasif dan komunikatif mengajak peserta untuk tamasya spiritual dalam pengenalan diri, mempertajam hati, serta memahami dan meneguhkan kembali ikhwal kehambaan manusia dan keagungan Allah SWT. Peserta juga diajak untuk memahami makna kedermawanan sosial. Di setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at sore hari, ba’da sholat ashar jam 16:00 WIB sampai dengan waktu maghrib tiba. dilaksanakan pendidikan Al-Quran TPQ, yaitu program membaca Al-Qur’an untuk anak-anak dan untuk dewasa, karyawan maupun umum diadakan program Bimbingan Belajar Al-quran (BBQ). Jumlah peserta kedua program tersebut mencapai 80-100 orang setiap periodenya. Anggaran budget untuk Program TPQ dan Dauroh Al-Qur’an Rp. 56.000.000,-


(57)

C. Pemberian Beasiswa secara rutin kepada anak didik yang tidak mampu (Dhu’afa).

Pada hari Selasa, 30 Juni 2008. 149 siswa SD penerima beasiswa Amaliah Astra dari sekitar Tanjung Priok datang berkunjung ke Museum Astra. Banyak yang terkagum-kagum. Tatapan anak-anak dhu’afa itu menandakan apa yang dilihatnya adalah sesuatu yang baru. Mereka berdecak kagum ketika Annisa dari Public Relations PT. Astra Internasional menerangkan bahwa waktu untuk membuat satu unit sepeda motor hanya 12 detik. Jejak kesuksesan yang terekam di museum Astra diharapkan menginspirasi mereka untuk sukses juga. Selain kunjungan, anak-anak diajak juga bermain melalui game-game seru yang melatih sisi kreatifitas, kecerdasan dan kemampuan berkompetisi.

Lain di Tanjung Priok, lain di Babelan Bekasi Utara. Penerimaan beasiswa di sana mendapat pembinaan melalui acara Parenting Club pada 31 Mei 2008. Acara itu digagas bersama ibu-ibu pengajar Bimbel Gratis Lukmanul Hakim Denso. Pesertanya adalah 72 anak penerima Beasiswa Amaliah Astra beserta ibunya. Parenting Club digagas untuk meningkatkan peran ibu sebagai sahabat anak dalam belajar. Sejak digulirkan pertama kali 4 April 2008, beasiswa Amaliah Astra digagas menjadi program beasiswa yang berbeda. Berbeda dalam arti bahwa penerima beasiswa tidak hanya sekedar diberi lalu ditinggal begitu saja, namun ada program pembinaan yang menggiringnya. Motivasi dari pihak luar mutlak diperlukan, karena kondisi orang tuanya sangat sulit untuk memberi perhatian lebih untuk pendidikan anaknya. Dengan program pembinaan yang terencana,


(58)

mimpi untuk mengubah nasib mereka dari mustahik (penerima) menjadi muzaki (pemberi) semakin kelihatan nyata.

Berikut ini adalah laporan penerimaan dan penyaluran dana LAZIS YAA : LAPORAN PENERIMAAN & PENYALURAN DANA LAZIS YAA

Priode 1 Januari 2008 Sampai 30 Juni 2009 ( Dalam rupiah )

Bulan Penerimaan Dana ( Rp ) Total ZIS Penyaluran dana Beasiswa (Rp) Zakat Infaq & Shodaqoh

Januari 08 6.546.078 1.000.000 7.546.078 -

Februari 08 8.655.966 1.145.000 9.800.966 -

Maret 08 2.181.720 1.260.000 3.441.720 -

April 08 13.394.513 1.500.000 15.194.513 2.610.000

Mei 08 28.047.825 1.320.000 29.367.825 2.740.000

Juni 08 12.247.315 1.690.000 13.937.315 3.320.000

Juli 08 39.335.976 2.430.000 41.765976 6.860.000

Agustus 08 16.811.297 2.118.000 18.929.297 10.140.000

Sept 08 40.606.013 8.321.500 48.927.513 10.540.000

Okt 08 11.769.577 11.305.000 23.074.577 12.040.000

Nov 08 10.643.361 4.030.000 14.673.361 11.840.000

Des 08 122.670.924 7.507.500 130.178.424 15.790.000

Januari 09 16.235.958 7.990.000 24.225.958 15.220.000

Februari 09 10.931.990 6.392.500 17.324.490 35.600.000

Maret 09 10.666.566 9.811.623 20.478.189 25.280.000

April 09 67.080.523 1.907.800 68.996.323 75.520.000

Mei 09 12.718.194 6.652.500 19.370.694 1.500.000

Juni 09 15.762.500 11.676.937 27.439.437 7.611.900

Jumlah 446.614.296 88.058.360 534.672.656 236.611.900

D. Penyelenggaraan MTQ tingkat Astra Grup E. Mengadakan khitanan massal.

Sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar Sunter, maka yayasan bekerjasama dengan PERISAI dan IKASI, melaksanakan kegiatan sunatan massal bagi anak-anak warga sunter, sebanyak 100 anak telah dikhitan oleh tenaga medis dari tim Salam UI dan masing-masing anak yang dikhitan mendapatkan baju koko, sarung, peci dan uang Rp 100.000,- Anggaran dalam acara khitanan massal ini berbudget sebesar Rp. 40.000.000,-


(59)

F. Melakukan kegiatan kajian-kajian rutin Masjid Astra

¾ Kajian Selasa sore pukul 17:00 sampai ba’da maghrib bersama KH. Zulfa Musthofa dengan kajian kitab wawasan Al-Qur’an dan kajian Tasawuf.

¾ Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur - 13:00, pekan pertama dan ketiga bersama Ustad Rikza Maulana, Lc., MAg.dengan kajian Hadits Tematik.

¾ Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur – 13:00, pekan kedua dan keempat bersama Ustadz Bachtiar Nashir, Lc., MM. dengan Kajian Tafsir dan Tadabbur Al-Qur’an.

¾ Kajian Kamis Sore jam 17:00 sampai saat sholat maghrib bersama Ustadz Zainal Abidin, Lc dengan kajian kitab Talkhis Al-Hamawiyah.

¾ Kajian Ahad Shubuh. Dilaksanakan rutin satu kali yakni minggu ke 3 setiap bulan dengan menghadirkan nara sumber yang berbeda pada setiap kajiannya. Pokok bahasan yang dikaji tafsir surat-surat pendek.

¾ Kajian ibu-ibu. Dilaksanakan rutin setiap hari rabu minggu ke 2, jam 14:00 sampai waktu ashar, dilaksanakan pengajian ibu-ibu dari masyarakat sekitar masjid Astra, yaitu dari kelurahan Papanggo, Sungai Bambu dan Warakas, dipandu oleh Ustadzah Hj. Maryam Salam dan Ustadz H. Memed Juned Assidiqie, dengan tema bahasan Aqidah dan Akhlaq.

G. Peringatan hari-hari Besar Islam.

Dalam rangka menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad SAW telah diadakan festival marawis maulid Masjid Astra, diikuti oleh 13 tim marawis, di mana festival tersebut mendapatkan apresiasi dari masyarakat dengan harapan


(60)

bisa dilaksanakan rutin sebagai wujud apresiasi Masjid Astra terhadap berkembangnya kebudayaan lokal yang islami.

H. Kegiatan keagamaan di bulan Ramadhan dan Halal bi halal.

Mulai awal ramadhan sampai akhir, jama’ah tetap memenuhi Masjid Astra, mulai subuh sampai sesudah tarawih. Terlebih pada 10 hari terakhir ramadhan, masjid Astra mengadakan acara I’tikaf yang diikuti oleh 350 jama’ah setiap malamnya. Kegiatan ramadhan lainnya adalah buka puasa bersama rata-rata dihadiri 400-500 orang, kajian dzuhur rata-rata diikuti oleh 400 orang, kajian ifthor rata-rata diikuti oleh 400-500 orang, kajian tarawih rata-rata diikuti 300 orang, kajian I’tikaf, bedah buku, pengumpulan zakat maal dan zakat fitrah serta penggalangan infak dan shodaqoh. Penggalangan infak dan shodaqoh berasal dari karyawan dan masyarakat umum lainya, termasuk peserta i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada akhir tahun, Masjid Astra bekerjasama dengan Perisai dan Yayasan Amaliah Astra mengadakan Halal bi Halal Astra Grub dengan pembicara Drs. Wijayanto MA.

I. Silaturrahim dengan lembaga-lembaga keagamaan.

a) Mengikuti penataran instruktur TPA Paket B di LPPTKA BKPRMI Jakarta Utara.

b) Silaturrahmi pengurus dan anggota Yayasan Al-kahfi di Masjid Astra. c) Mengikuti Kajian forum Silaturrahmi masjid Perkantoran di PT Telkom, d) Rapat kerja Mahasiswa Bina Sarana Informatika di Masjid Astra.


(1)

Nama : Jabatan : Hari, Tgl wawancara :

Pukul :

Tempat :

Wawancara I Pertannyaan

1. Sejak kapan berdirinya Masjid Astra dan apa yang melatar belakangi berdirinya? 2. Apa tujuan berdirinya Masjid Astra?

3. Bagaimana struktur organisasi pengurus Masjid Astra?

4. Siapa pimpinan Masjid Astra dan sampai kapan masa jabatannya? 5. Apa saja fasilitas yang ada pada Masjid Astra?

Pewawancara Narasumber


(2)

Wawancara I

1. Berdirinya masjid Astra selama lebih kurang 7 bulan sejak bulan Maret 2001 hingga November 2001 adalah pembangunan Masjid Astra di Jl Gaya Motor Raya Sunter ll Jakarta Utara. Berdirinya masjid astra dilandasi oleh perusahaan Astra untuk mewujudkan program “Corporate Sosial Responsibility” Perusahaan, khususnya di bidang social-keagamaan; dan sekaligus program Community Development Astra.

2. Tujuan didirikannya Yayasan amaliah Astra dimasjid astra adalah berkontribusi di bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan.

3. Struktur kepengurusan Yayasan amaliah astra sesuai dengan ketetapan hasil musyawarah yang dilaksanakan di lantai 6 Gedung A PT Astra Internasional Tbk dan akta pernyataan keputusan Rapat Yayasan Amaliah Astra yang dikeluarkan oleh Notaris DKI-kota Jakarta P.S.A Tampubolon, maka telah ditetapkan susunan kepengurusan Yayasan Amliah Astra yakni Pembina, Pengawas, Pengurus Dan tim pendukung yang terdirir dari divisi Strategi dan Operasional, divisi social dan religious, dan divisi Usaha. Pendiri : PT. Astra Internasional Tbk, Pembina : Ketua Michael Dharmawan Ruslim ( PT. Astra Internasional Tbk), Anggota : Aminuddin Nurdin, ( PT. Astra Internasional Tbk ), Angky Utarya Tisnadisastra ( PT Astratel Nusantara) Pengawas : Ketua Arief Istanto ( PT Astratel Nusantara ), Anggota: Mohammad Sachofi Dimyati ( PT. Gaya Motor ), Thaufik Noograha, Susilo Sudjono. Pengurus : Ketua Pongki Pamungkas ( PT. Astra Argo Lestari Tbk ), Sekretaris Edhie Sarwono ( PT. Astra Internasional Tbk ) Bendahara : Dyah Pontjoretno ( PT.


(3)

Astra Internasional Tbk ), Anggota : Didin M. Machfudz Yulian Warman, Kamaruzzaman, Osrinita Oesman. Masjid Astra: Ketua M.Fachrial.

Pelaksanaan tugas pengurus Yayasan memperoleh dukungan dari Tim Pendukung yang difungsikan pada tiga Divisi Yayasan. Adapun tim pendukung tersebut antara lain : A. Divisi Strategi & Operasional yaitu Abdul Karim Suwandono, Bayu Dwi Puji Widodo, Ferdian Farizy, Simon N Valentyn, Sri Lestari. B. Divisi Sosial & Religius yaitu: Ahmad Luthfy Achtar, Syaefurrohman, Muhammad Syarif. C. Divisi Usaha yaitu : Ari Sutrisno, Agus Nardianto, Oki Ciko.

4. Ketua masjid Astra yaitu Muhammad Fachrial masa jabatan berakhir 3 tahun. 5. Fasilitas yang terdapat pada masjid astra ini terdiri dari sarana dan prasarana.

Sarana yang ada yakni Ruang Peribadatan, Ruang Wudhu dan Toilet, Ruang Sekretariat, Gudang, Tempat penitipan sepatu dan sandal dan Ruang Perpustakaan. Sedangkan prasarana yang terdapat di masjid astra ini yakni komputer, telphon, kulkas, beberapa meja tulis, kursi sofa, dispenser, fax Panasonic, printer, VCD Player Santec Mini, TV sharp 21 In, kamera, spring bed, LCD Radio Cosette sharp, microphone, mike kancing, AC, karpet, dan kotak amal dan lain-lain.

Pewawancara Narasumber


(4)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Seluruh sumber yang saya dapatkan untuk penulisan sekripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari ternyata terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Maret 2010


(6)