Inkuiri dalam Pendidikan Sains dan Imple
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Inkuiri dalam Pendidikan Sains dan Implementasinya
Visi Reformasi dalam Pengajaran Sains
Menyongsong Tujuan Perkembangan Millenium (MDGs)
Surachman Dimyati and Mujadi
Universitas Terbuka, Indonesia
[email protected], [email protected]
Abstract
Inquiry in Science Education and its Implementations.
Reform Vision in Science Teaching toward
Millenium Development Goals (MDGs)
Inquiry as a model in teaching science is recommended by most of science educators. As
a model of science teaching, it more emphasizing on science process rather than science
concept. This teaching approach implemented in the early ages will enhance students’
understanding and internal motivations regarding the work of scientist. Some teachers’
understanding regarding inquiry approach in teaching science in readers’ forum in the
Science Education Review and Robert E. Yager’s conclusions regarding the discussion in
teaching science, and the current development of National Science Education Standard
(NSES) in the effort of reform vision in teaching science in the United Stated would
definitely broaden the view of our understanding about how people learn science and a
good example of teaching and learning science. The guide also covers the list of essential
features of inquiry and its variations. The inquiry strategy recommended challenge
teachers as professional educators to reform their vision toward Millenium Development
Goals for the next decade.
Kata Kunci: inkuiri, sains, pendidikan. proses.
Pendahuluan
Peran pendidikan dalam pencapaian sasaran dan target perkembangan millenium
(MDGs) sangat jelas. Universitas Terbuka, yang jumlah mahasiswanya saat ini sekitar
452.000 merupakan aset yang strategis untuk mewujudkannya. Pendidikan sains yang
dalam proses pengajarannya menekankan pendekata inkuiri diharapkan berperan besar
dalam pembentukan manusia Indonesia yang yang kreatif dan produktif.
Sains atau ilmu pengetahuan alam meliput beberapa pengetahuan dasar: biologi, kimia,
fisika, ilmu bumi dan antariksa. Di Sekolah Dasar diberikan dalam bentuk pelajaran sains
atau ilmu pengetahuan alam. Di SMP, sains diberikan dalam bentuk biologi (biological
science) dan fisika. Materi fisika di SMP mencakup juga materi kimia dasar, ilmu bumi
dan antariksa. Sedangkan materi Sains di SMA lebih mendalam dalam mata pelajaran
1
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
biologi, kimia, fisika,. Dalam materi fisika ini juga dibahas materi ilmu bumi dan
antariksa disatukan dengan fisika.
Mengajarkan sains tidak lain adalah mengajarkan bagaimana menjadi ilmuwan
(scientist). Ilmuwan di sini adalah ilmuwan dalam ilmu pengetahuan alam. Smith dan
Holloway (1985) menyebutnya bahwa ilmuwan ini adalah pengamat (observer). Dengan
demikian mengajarkan sains seharusnya mengajarkan bagaimana para ilmuwan ini
bekerja. Bagaimana mereka melakukan observasi yang cermat dengan panca indra dan
alat-alat bantu observasi baik langsung maupun tidak langsung.
“Science is not for special people, it is for people doing special things! “, Pizzini (1991)
dalam SSCS Implementation Handbook. Sains bukan untuk orang-orang khusus, tetapi
sains untuk orang-orang melakukan sesuatu!
Model Pembelajaran Inkuiri
Definisi inkuiri
Dalam Webster’s Encyclopedic Unbridled Dictionary of the English Language, inquiry:
a seeking or request for truth, information, or knowledge. Jadi inkuiri adalah suatu upaya
mendapatkan kebenaran, informasi atau pengetahuan.
Sedangkan kamus elektronik Franklin: Merriem-Webster Dictionary and Thesaurus
memberikan definisi inquiry: 1). a request for information; also research, 2). A
systematic investigaton of public interest. The thesaurus: inquiry is the act of
investigating
Inkuiri dalam pendidikan Sains
Jacobson (1970) dalam The New Elementary School Science (p.15) mengatakan bahwa
inkuiri adalah upaya menemukan jawaban terhadap suatu masalah, baik itu di
laboratorium, di lapangan, maupun di kelas. Inkuiri adalah inti dari sains itu sendiri. Ini
merupakan hal yang paling penting dalam persekolahan kita.
Beberapa pendapat mengenai pengertian inkuiri yang dihimpun dari Forum Pembaca
(Readers’ Forum) yang dimuat dalam The Science Education Review (2007) akan
disajikan berikut ini.
Juan Manuel Lieras, dari Musium Bogota di Columbia mengatakan mengenai inkuiri:
methodology sains sudah ditemukan sejak jaman dulu oleh Francis Bacon yang
menyebutnya sebagai metode inkuiri. Menurut Lieras, pendekatan inkuiri masih
membingungkan, walaupun kebanyakan orang menyenanginya, semua kurikulum, bukubuku teks membahasnya. Namun inkuiri dalam implementasinya masih membingungkan.
2
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Roy Butt seoran guru dari Australia, sudah mengajar sains sejak 1975. Ia menceriterakan
berbagai tehnik mengajar sains yang menarik bagi anak didiknya. Menurut Roy Butt,
mengajar sains berarti mengajar dengan cara yang menarik dan memotivasi.
Seorang guru muda sekolah dasar di Australia, Lisa Thomas menguraikan bahwa
pendekatan inkuiri berasal dari pendekatan mengajar constructivist dan memberikan halhal positip sebagai berikut:
Sederhana dan tidak sulit karena siswa hanya mempelajari fakta-fakta yang
relevan
Memungkin para siswa melihat materi pelajaran dengan cara yang realistis.
Membangkitkan motivasi instrinsik, karena memungkin mereka melakukan
refleeksi yang pada gilirannya mereka membuat kpuusan sendiri yang sangat
bermakna bagi mereka.
Mengembangkan semua keterampilan mtacognitive yang memungkin para siswa
belajar bagaimana cara belajar.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dibandingkan dengan penggunaan
metode ceramah saja.
Memungkinkan para siswa menjadi pelaku dalam penyelesaian masalah.
Harry Kelle dari USA menyimpulkan: definsi mengenai scientific inquiry. Pengajaran
sains haruslah mengandung dua tujuan utama: 1) belajar konsep-konsep dasar sains dan
2) mengembangkan pemikiran sains. Penggunaan laboratorium sangat mendukung
kegiatan yang ke dua. Dia menambahkan Sains mungkin merupakan sinonim dengan
inkuiri dalam sains. Lebih lanjut,istilah sains berarti implementasi keterlibatan pikiran
secara aktif dan kreatif terhadap alam dan berupaya untuk memahaminya.
Para praktisi pendidikan sains merujuk pada (Harword, 2004) dalam Eastwell (2007)
yang meliput 10 aktfitas
inkuiri dalam sains, yaitu: bertanya, mengobservasi,
mendefinisikan masalah, mengajukan pertanyaan, menginvestigasi yang diketahui,
meningkatkan ekspektasi, melakukan penelitian, menguji hasil, merefleksi hasil temuan,
dan mengkomunikasikan kepada yang lain.
Eastwel l(2006) menggolongkan model pendekatan sains secara inkuiri menjadi 4
tingkatan. Tingkat 1, konfirmasi (confirmation); tingkat 2, struktur(structured) ; tingkat
3, pengarahan (guided); tingkat 4, terbuka (open). Hal ini tergantung pada apa hal-hal
berikut yang difasilitasi untuk para murid: petanyaan, metode,dan atau kesimpulan.
Selanjutnya, Eastwell juga merujuk Yager (1991) tentang empat tahapan inkuiri yang
meliputi:”ajakan( invitation), eksplorasi ( exploration),menjelaskan dan memecahkan
masalah( proposing explanations, and solutions) dan melakukan tindakan ( taking
action).
Robert E. Yager dari University of Iowa adalah pendidik sains yang sudah mengabdikan
dirinya selama 50 tahun. Dari diskusi para guru di atas ia menyimpulkan sebagai
berikut: Saya tidak setuju, menurut saya sejumlah pendapat yang disampaikan para
3
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
guru itu tidak mengundang pemikiran dan uji coba, namun hanya sebatas penawa ran
sejumlah resep untuk diikuti orang-orang dengan sedikit atau tanpa pemikiran yang
sebenarnya.
Yager menjelaskan lebih lanjut, bahwa pada tahun 1990an ada upaya kuat untuk
mengembangkan standar nasional pendidikan yang tidak tercantum di dalam undangundang US. Tugas ini dipercayakan kepada National Research Council (NRC) of the
National Academic of science untuk mengembangkan National Science Education
Standard (NSES). Setelah 4 tahun proyek ini berhasil menerbitkan 2 terbitan penting: 1).
How People Learn (NRC, 2000a), a review of the “learning” research dan 2). Inquiry and
the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning (NRC,
2000b).
Tabel berikut ini merupakan reproduksi dari NRC (2000b, p. 29) yang menawarkan suatu
pandangan yang baik terhadap fitur pendekatan inkuiri dan berbagai variasinya, dan dapat
membantu masalah-masalah yang sering muncul. Ini yang disebut inkuiri penuh.
Tabel1, 2, 3, dan 4 berikut ini diambil dan diterjemahkan dari NRC (2000b) dalam The
Science Education Review, 6(3) pp.102-106.
Tabel 1.
Fitur Pendekatan Inkuiri dan Berbagai Variasinya,
Fitur Penting
Variasinya
1. Pebelajar terlibat
dalam pertanyaan
berorientasi sains
Pebelajar bertanya
Pebelajar memilih
pertanyaan, dengan
pertanyaan baru
2. Pebelajar
memberikan prioritas
bukti terhadap
pertanyaan
3. Pebelajar
merumuskan
penjelasaan dari buktibukti
Pebelajar menentukan
bukti-bukti yang terkait
dan mengumpulkannya
Pebelajar diarahkan
untuk mengumpulkan
data tertentu
Pebelajar
mengformulasikan
penjelasan setelah
menyimpulkan buktibukti
Pebelejar diarahkan
dalam proses
memformulasikan
penjelasan dari buktibukti
4. Pebelajar
menghubungkan
penjelasan dengan
pengetahuan yang
ilmiah
5. Pebelajar
mengkomunikasikan
dan menjustifikasi
penjelasan
Pebelajar bebas melihat
sumber lain serta
bentuk-bentuk link
untuk membantu
penjelasannya
Pebelajar membentuk
argumentasi yang
beralasan dan lagis
mengkomunikasikan
penjelasan
Pebelajar diarahkan
kepada tempat –tempat
sumber pengetahuan
Pebelajar diberikan
berbagai kemungkinan
untuk menggunakan
bukti-bukti dalam
memformulasikan
penjelasan
Pebelajar diberi
berbagai kemungkinan
koneksi
Pebelajar dibantu dalam
mengembangkan
kemampuan
komunikasinya
Pebelajar diberikan
petunjuk untuk
mempetajam
komunikasi
Kuat
Kurang
Pembelajar
mempertajam atau
memperjeles
pertanyaan dari guru,
materi, dan sumber lain
Pebelajar diberi data
dan ditanyakan tentang
data itu
Kemampuan pebelajar mandiri
Peran guru dan material
Pebelajar terlibat dalam
pertanyaan yang
diajukan guru, materi,
dan sumber lainnya
Pebelajar diberi data
dan diberi tahu
bagaimana
menganalisanya
Pebelajar diberi buktibukti
Pebelajar diberikan
langkah-langkah dan
prosedur berkomunikasi
Kurang
Kuat
4
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Perbedaan yang jelas antara pendekatan tradisional dan reformasi pengajaran sains yang
menekankan pada inkuiri di gambarkan oleh The National Science Education Standard
(NSES) Amerika serikat seperti Tabel berikut:
Tabel 2
Reformasi Visi Pengajaran
Kurang Menekankan
Lebih Menekankan
Memperlakukan para siswa sama dalam kelompok
Mengikuti kurikulum secara ketat
Fokus pada penyerapan pengatahuan oleh siswa
Menanyakan siswa tentang pngetahuan yang
didapatkan
Menyampaikan pengetahuan melalui ceramah,
tulisan dan demonstrasi
Menjaga tanggung jawab dan wewenang
Memahami dan merespon perbedaan siswa secara
individua, kekuatannya, pengelaman, dan
keperluannya
Memilih dan mengadaptasi kurikulum
Menekankan pemahaman siswa melalui proses
inkuiri
Memfasilitasi siswa diskusi dan debat ilmiah
Terus mengevaluasi pemahaman siswa dalam
proses
Berbagi tanggung jawab dalam pebelajaran dengan
siswa
Mendukung kerjasama di dalam kelas, berbagi
kuwajiban dan respek.
Guru sebagai sumber dan fasilitator perubahan
Mendukung kompetisi
Bekerja sendiri
Upaya reformasi dalam pengajaran sains oleh NSES Amerika serikat dapat dilihat di
tabel berikut ini.
Tabel 3
Reformasi Visi untuk Pengembangan Profesi
Kurang menekankan
Transfer pengetahuan dan keterampilan oleh
pengajar
Belajar sains dengan sekolah/ kuliah dan membaca
Pemisahan antara sains dan pengajaran sains
Belajar sendiri
Rencana terfragmen, satu kali sesi
Mata pelajaran dan workshop
Ketergantungan dengan ekspertis dari luar
Pengembang staf sebagai pendidik
Guru sebagai teknisi
Guru sebagai konsumen tentang pengetahuan
mengajar
Guru sebagai pengikut
Guru sebagai individi dalam kelas
Guru sebagai target perubahan
Lebih Menekankan
Penawaran untuk belajar dan mengajar
Belajar sains melalui pengetahuan
Pengintegrasian antara sains dan pengajaran sains
Belajar berkelompok secara kolaboratif
Perencanaan jangka panjang
Bervariasi kegiatan peningkatan profesional
berkelanjutan
Campuran ekspertise dalam dan luar
Pengembangan staf sebagai fasilitator, konsultan,
dan perencana
Guru sebagai inteletual, praktisi yang merefeksi diri
Guru adalah produsen pengetahuan mengajar
Guru sebagai leader
Guru sebagai anggota kelompok masyarakat profesi
Guru sebagai sumber dan fasilitator peubahan
5
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Seruan kedua NSES ( Standar Pendidikan Sains Nasional- AS)dalam program
pengembangan profesi dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel 4
Reformasi Visi untuk Penilaian (Assessment)
Kurang Menekankan
Menilai apa yang mudah dilakukan
Menilai pengetahuan secara terpisah
Lebih Menekankan
Menilai apa yang paling bernilai
Menilai pengetahuan yang luas dan
terstruktur
Menilai pengetahuan
Menilai pemahaman dan penalaran
Menilai yang tidak difahami siswa
Menilai apa yang difahami siswa
Menilai hanya pencapaian
Menilai pencapaian dan kesempatan belajar
Penilaian akhir oleh guru
Para siswa terlibat penilaian berjalan hasil
kerja mereka dan
Pengembangan penilaian eksternal oleh Guru dilibatkan dalam perkembangan
ahli saja
penilaian eksternal
Kesimpulan
Perubahan dan reformasi terhadap pendekatan pengajaran sains haruslah dimulai dari
guru. Tulisan ini hendaknya tidak dianggap sebagai resep-resep yang harus sepenuhnya
diikuti, namun para pendidik sains tetap berpikir dan mencoba pengembangan setiap
pendekatan pengajaran sesuai dengan materi, situasi, kondisi, siswa, guru, sekolah dan
masyarakat setempat. Inkuiri sebagai salah satu model pengajaran sains sudah tidak
perlu diragukan lagi perannya untuk dapat mengorbitkan para ilmuwan muda, karena
sejak awal para siswa sudah diajak terlibat dalam berpikir dan bertindak layaknya
seorang scientist. Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional ditantang untuk berani
melakukan reformasi atas pendekatan pengajaran sains baik itu di sekolah, kelompok
guru bidang studi, maupun assosiasi guru bidang studi di tingkat nasional, regional,
maupun global. Perubahan sikap pada saat ini merupakan momentum yang tepat
khususnya dalam percepatan kesejahteraan bangsa, negara, dan umat manusia pada
umumnya dalam pencapaian Millenium Development Goals pada dekade kedua abad ini.
Referensi
Eastwell, Peter , Rethinking Unsupervised Summative Assessment, The Science
Education Review 6(3) pp. 85-109, 2007.
Jacobson, Willard J, (1970), The New Elementary Science, Van Nostrand Reinhold
Company, New York
6
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Pizzini, Edward L, (1991), SSCS Implementation Handbook, Project STEPS: The
University of Iowa, Iowa City, Iowa.
Yager, R.E, Windschitl M, Weld, J, (2008), Necessary components of a science teacher
preparation program, designed to produce high quality science teachers. Final
draft, sent by Robert E.Yager to Surachman Dimyati of Universitas Terbuka,
Indonesia.
7
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Inkuiri dalam Pendidikan Sains dan Implementasinya
Visi Reformasi dalam Pengajaran Sains
Menyongsong Tujuan Perkembangan Millenium (MDGs)
Surachman Dimyati and Mujadi
Universitas Terbuka, Indonesia
[email protected], [email protected]
Abstract
Inquiry in Science Education and its Implementations.
Reform Vision in Science Teaching toward
Millenium Development Goals (MDGs)
Inquiry as a model in teaching science is recommended by most of science educators. As
a model of science teaching, it more emphasizing on science process rather than science
concept. This teaching approach implemented in the early ages will enhance students’
understanding and internal motivations regarding the work of scientist. Some teachers’
understanding regarding inquiry approach in teaching science in readers’ forum in the
Science Education Review and Robert E. Yager’s conclusions regarding the discussion in
teaching science, and the current development of National Science Education Standard
(NSES) in the effort of reform vision in teaching science in the United Stated would
definitely broaden the view of our understanding about how people learn science and a
good example of teaching and learning science. The guide also covers the list of essential
features of inquiry and its variations. The inquiry strategy recommended challenge
teachers as professional educators to reform their vision toward Millenium Development
Goals for the next decade.
Kata Kunci: inkuiri, sains, pendidikan. proses.
Pendahuluan
Peran pendidikan dalam pencapaian sasaran dan target perkembangan millenium
(MDGs) sangat jelas. Universitas Terbuka, yang jumlah mahasiswanya saat ini sekitar
452.000 merupakan aset yang strategis untuk mewujudkannya. Pendidikan sains yang
dalam proses pengajarannya menekankan pendekata inkuiri diharapkan berperan besar
dalam pembentukan manusia Indonesia yang yang kreatif dan produktif.
Sains atau ilmu pengetahuan alam meliput beberapa pengetahuan dasar: biologi, kimia,
fisika, ilmu bumi dan antariksa. Di Sekolah Dasar diberikan dalam bentuk pelajaran sains
atau ilmu pengetahuan alam. Di SMP, sains diberikan dalam bentuk biologi (biological
science) dan fisika. Materi fisika di SMP mencakup juga materi kimia dasar, ilmu bumi
dan antariksa. Sedangkan materi Sains di SMA lebih mendalam dalam mata pelajaran
1
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
biologi, kimia, fisika,. Dalam materi fisika ini juga dibahas materi ilmu bumi dan
antariksa disatukan dengan fisika.
Mengajarkan sains tidak lain adalah mengajarkan bagaimana menjadi ilmuwan
(scientist). Ilmuwan di sini adalah ilmuwan dalam ilmu pengetahuan alam. Smith dan
Holloway (1985) menyebutnya bahwa ilmuwan ini adalah pengamat (observer). Dengan
demikian mengajarkan sains seharusnya mengajarkan bagaimana para ilmuwan ini
bekerja. Bagaimana mereka melakukan observasi yang cermat dengan panca indra dan
alat-alat bantu observasi baik langsung maupun tidak langsung.
“Science is not for special people, it is for people doing special things! “, Pizzini (1991)
dalam SSCS Implementation Handbook. Sains bukan untuk orang-orang khusus, tetapi
sains untuk orang-orang melakukan sesuatu!
Model Pembelajaran Inkuiri
Definisi inkuiri
Dalam Webster’s Encyclopedic Unbridled Dictionary of the English Language, inquiry:
a seeking or request for truth, information, or knowledge. Jadi inkuiri adalah suatu upaya
mendapatkan kebenaran, informasi atau pengetahuan.
Sedangkan kamus elektronik Franklin: Merriem-Webster Dictionary and Thesaurus
memberikan definisi inquiry: 1). a request for information; also research, 2). A
systematic investigaton of public interest. The thesaurus: inquiry is the act of
investigating
Inkuiri dalam pendidikan Sains
Jacobson (1970) dalam The New Elementary School Science (p.15) mengatakan bahwa
inkuiri adalah upaya menemukan jawaban terhadap suatu masalah, baik itu di
laboratorium, di lapangan, maupun di kelas. Inkuiri adalah inti dari sains itu sendiri. Ini
merupakan hal yang paling penting dalam persekolahan kita.
Beberapa pendapat mengenai pengertian inkuiri yang dihimpun dari Forum Pembaca
(Readers’ Forum) yang dimuat dalam The Science Education Review (2007) akan
disajikan berikut ini.
Juan Manuel Lieras, dari Musium Bogota di Columbia mengatakan mengenai inkuiri:
methodology sains sudah ditemukan sejak jaman dulu oleh Francis Bacon yang
menyebutnya sebagai metode inkuiri. Menurut Lieras, pendekatan inkuiri masih
membingungkan, walaupun kebanyakan orang menyenanginya, semua kurikulum, bukubuku teks membahasnya. Namun inkuiri dalam implementasinya masih membingungkan.
2
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Roy Butt seoran guru dari Australia, sudah mengajar sains sejak 1975. Ia menceriterakan
berbagai tehnik mengajar sains yang menarik bagi anak didiknya. Menurut Roy Butt,
mengajar sains berarti mengajar dengan cara yang menarik dan memotivasi.
Seorang guru muda sekolah dasar di Australia, Lisa Thomas menguraikan bahwa
pendekatan inkuiri berasal dari pendekatan mengajar constructivist dan memberikan halhal positip sebagai berikut:
Sederhana dan tidak sulit karena siswa hanya mempelajari fakta-fakta yang
relevan
Memungkin para siswa melihat materi pelajaran dengan cara yang realistis.
Membangkitkan motivasi instrinsik, karena memungkin mereka melakukan
refleeksi yang pada gilirannya mereka membuat kpuusan sendiri yang sangat
bermakna bagi mereka.
Mengembangkan semua keterampilan mtacognitive yang memungkin para siswa
belajar bagaimana cara belajar.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dibandingkan dengan penggunaan
metode ceramah saja.
Memungkinkan para siswa menjadi pelaku dalam penyelesaian masalah.
Harry Kelle dari USA menyimpulkan: definsi mengenai scientific inquiry. Pengajaran
sains haruslah mengandung dua tujuan utama: 1) belajar konsep-konsep dasar sains dan
2) mengembangkan pemikiran sains. Penggunaan laboratorium sangat mendukung
kegiatan yang ke dua. Dia menambahkan Sains mungkin merupakan sinonim dengan
inkuiri dalam sains. Lebih lanjut,istilah sains berarti implementasi keterlibatan pikiran
secara aktif dan kreatif terhadap alam dan berupaya untuk memahaminya.
Para praktisi pendidikan sains merujuk pada (Harword, 2004) dalam Eastwell (2007)
yang meliput 10 aktfitas
inkuiri dalam sains, yaitu: bertanya, mengobservasi,
mendefinisikan masalah, mengajukan pertanyaan, menginvestigasi yang diketahui,
meningkatkan ekspektasi, melakukan penelitian, menguji hasil, merefleksi hasil temuan,
dan mengkomunikasikan kepada yang lain.
Eastwel l(2006) menggolongkan model pendekatan sains secara inkuiri menjadi 4
tingkatan. Tingkat 1, konfirmasi (confirmation); tingkat 2, struktur(structured) ; tingkat
3, pengarahan (guided); tingkat 4, terbuka (open). Hal ini tergantung pada apa hal-hal
berikut yang difasilitasi untuk para murid: petanyaan, metode,dan atau kesimpulan.
Selanjutnya, Eastwell juga merujuk Yager (1991) tentang empat tahapan inkuiri yang
meliputi:”ajakan( invitation), eksplorasi ( exploration),menjelaskan dan memecahkan
masalah( proposing explanations, and solutions) dan melakukan tindakan ( taking
action).
Robert E. Yager dari University of Iowa adalah pendidik sains yang sudah mengabdikan
dirinya selama 50 tahun. Dari diskusi para guru di atas ia menyimpulkan sebagai
berikut: Saya tidak setuju, menurut saya sejumlah pendapat yang disampaikan para
3
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
guru itu tidak mengundang pemikiran dan uji coba, namun hanya sebatas penawa ran
sejumlah resep untuk diikuti orang-orang dengan sedikit atau tanpa pemikiran yang
sebenarnya.
Yager menjelaskan lebih lanjut, bahwa pada tahun 1990an ada upaya kuat untuk
mengembangkan standar nasional pendidikan yang tidak tercantum di dalam undangundang US. Tugas ini dipercayakan kepada National Research Council (NRC) of the
National Academic of science untuk mengembangkan National Science Education
Standard (NSES). Setelah 4 tahun proyek ini berhasil menerbitkan 2 terbitan penting: 1).
How People Learn (NRC, 2000a), a review of the “learning” research dan 2). Inquiry and
the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning (NRC,
2000b).
Tabel berikut ini merupakan reproduksi dari NRC (2000b, p. 29) yang menawarkan suatu
pandangan yang baik terhadap fitur pendekatan inkuiri dan berbagai variasinya, dan dapat
membantu masalah-masalah yang sering muncul. Ini yang disebut inkuiri penuh.
Tabel1, 2, 3, dan 4 berikut ini diambil dan diterjemahkan dari NRC (2000b) dalam The
Science Education Review, 6(3) pp.102-106.
Tabel 1.
Fitur Pendekatan Inkuiri dan Berbagai Variasinya,
Fitur Penting
Variasinya
1. Pebelajar terlibat
dalam pertanyaan
berorientasi sains
Pebelajar bertanya
Pebelajar memilih
pertanyaan, dengan
pertanyaan baru
2. Pebelajar
memberikan prioritas
bukti terhadap
pertanyaan
3. Pebelajar
merumuskan
penjelasaan dari buktibukti
Pebelajar menentukan
bukti-bukti yang terkait
dan mengumpulkannya
Pebelajar diarahkan
untuk mengumpulkan
data tertentu
Pebelajar
mengformulasikan
penjelasan setelah
menyimpulkan buktibukti
Pebelejar diarahkan
dalam proses
memformulasikan
penjelasan dari buktibukti
4. Pebelajar
menghubungkan
penjelasan dengan
pengetahuan yang
ilmiah
5. Pebelajar
mengkomunikasikan
dan menjustifikasi
penjelasan
Pebelajar bebas melihat
sumber lain serta
bentuk-bentuk link
untuk membantu
penjelasannya
Pebelajar membentuk
argumentasi yang
beralasan dan lagis
mengkomunikasikan
penjelasan
Pebelajar diarahkan
kepada tempat –tempat
sumber pengetahuan
Pebelajar diberikan
berbagai kemungkinan
untuk menggunakan
bukti-bukti dalam
memformulasikan
penjelasan
Pebelajar diberi
berbagai kemungkinan
koneksi
Pebelajar dibantu dalam
mengembangkan
kemampuan
komunikasinya
Pebelajar diberikan
petunjuk untuk
mempetajam
komunikasi
Kuat
Kurang
Pembelajar
mempertajam atau
memperjeles
pertanyaan dari guru,
materi, dan sumber lain
Pebelajar diberi data
dan ditanyakan tentang
data itu
Kemampuan pebelajar mandiri
Peran guru dan material
Pebelajar terlibat dalam
pertanyaan yang
diajukan guru, materi,
dan sumber lainnya
Pebelajar diberi data
dan diberi tahu
bagaimana
menganalisanya
Pebelajar diberi buktibukti
Pebelajar diberikan
langkah-langkah dan
prosedur berkomunikasi
Kurang
Kuat
4
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Perbedaan yang jelas antara pendekatan tradisional dan reformasi pengajaran sains yang
menekankan pada inkuiri di gambarkan oleh The National Science Education Standard
(NSES) Amerika serikat seperti Tabel berikut:
Tabel 2
Reformasi Visi Pengajaran
Kurang Menekankan
Lebih Menekankan
Memperlakukan para siswa sama dalam kelompok
Mengikuti kurikulum secara ketat
Fokus pada penyerapan pengatahuan oleh siswa
Menanyakan siswa tentang pngetahuan yang
didapatkan
Menyampaikan pengetahuan melalui ceramah,
tulisan dan demonstrasi
Menjaga tanggung jawab dan wewenang
Memahami dan merespon perbedaan siswa secara
individua, kekuatannya, pengelaman, dan
keperluannya
Memilih dan mengadaptasi kurikulum
Menekankan pemahaman siswa melalui proses
inkuiri
Memfasilitasi siswa diskusi dan debat ilmiah
Terus mengevaluasi pemahaman siswa dalam
proses
Berbagi tanggung jawab dalam pebelajaran dengan
siswa
Mendukung kerjasama di dalam kelas, berbagi
kuwajiban dan respek.
Guru sebagai sumber dan fasilitator perubahan
Mendukung kompetisi
Bekerja sendiri
Upaya reformasi dalam pengajaran sains oleh NSES Amerika serikat dapat dilihat di
tabel berikut ini.
Tabel 3
Reformasi Visi untuk Pengembangan Profesi
Kurang menekankan
Transfer pengetahuan dan keterampilan oleh
pengajar
Belajar sains dengan sekolah/ kuliah dan membaca
Pemisahan antara sains dan pengajaran sains
Belajar sendiri
Rencana terfragmen, satu kali sesi
Mata pelajaran dan workshop
Ketergantungan dengan ekspertis dari luar
Pengembang staf sebagai pendidik
Guru sebagai teknisi
Guru sebagai konsumen tentang pengetahuan
mengajar
Guru sebagai pengikut
Guru sebagai individi dalam kelas
Guru sebagai target perubahan
Lebih Menekankan
Penawaran untuk belajar dan mengajar
Belajar sains melalui pengetahuan
Pengintegrasian antara sains dan pengajaran sains
Belajar berkelompok secara kolaboratif
Perencanaan jangka panjang
Bervariasi kegiatan peningkatan profesional
berkelanjutan
Campuran ekspertise dalam dan luar
Pengembangan staf sebagai fasilitator, konsultan,
dan perencana
Guru sebagai inteletual, praktisi yang merefeksi diri
Guru adalah produsen pengetahuan mengajar
Guru sebagai leader
Guru sebagai anggota kelompok masyarakat profesi
Guru sebagai sumber dan fasilitator peubahan
5
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Seruan kedua NSES ( Standar Pendidikan Sains Nasional- AS)dalam program
pengembangan profesi dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel 4
Reformasi Visi untuk Penilaian (Assessment)
Kurang Menekankan
Menilai apa yang mudah dilakukan
Menilai pengetahuan secara terpisah
Lebih Menekankan
Menilai apa yang paling bernilai
Menilai pengetahuan yang luas dan
terstruktur
Menilai pengetahuan
Menilai pemahaman dan penalaran
Menilai yang tidak difahami siswa
Menilai apa yang difahami siswa
Menilai hanya pencapaian
Menilai pencapaian dan kesempatan belajar
Penilaian akhir oleh guru
Para siswa terlibat penilaian berjalan hasil
kerja mereka dan
Pengembangan penilaian eksternal oleh Guru dilibatkan dalam perkembangan
ahli saja
penilaian eksternal
Kesimpulan
Perubahan dan reformasi terhadap pendekatan pengajaran sains haruslah dimulai dari
guru. Tulisan ini hendaknya tidak dianggap sebagai resep-resep yang harus sepenuhnya
diikuti, namun para pendidik sains tetap berpikir dan mencoba pengembangan setiap
pendekatan pengajaran sesuai dengan materi, situasi, kondisi, siswa, guru, sekolah dan
masyarakat setempat. Inkuiri sebagai salah satu model pengajaran sains sudah tidak
perlu diragukan lagi perannya untuk dapat mengorbitkan para ilmuwan muda, karena
sejak awal para siswa sudah diajak terlibat dalam berpikir dan bertindak layaknya
seorang scientist. Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional ditantang untuk berani
melakukan reformasi atas pendekatan pengajaran sains baik itu di sekolah, kelompok
guru bidang studi, maupun assosiasi guru bidang studi di tingkat nasional, regional,
maupun global. Perubahan sikap pada saat ini merupakan momentum yang tepat
khususnya dalam percepatan kesejahteraan bangsa, negara, dan umat manusia pada
umumnya dalam pencapaian Millenium Development Goals pada dekade kedua abad ini.
Referensi
Eastwell, Peter , Rethinking Unsupervised Summative Assessment, The Science
Education Review 6(3) pp. 85-109, 2007.
Jacobson, Willard J, (1970), The New Elementary Science, Van Nostrand Reinhold
Company, New York
6
Seminar Nasional tentang Kontribusi Pendidikan jarak Jauh (PJJ)
dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
Pizzini, Edward L, (1991), SSCS Implementation Handbook, Project STEPS: The
University of Iowa, Iowa City, Iowa.
Yager, R.E, Windschitl M, Weld, J, (2008), Necessary components of a science teacher
preparation program, designed to produce high quality science teachers. Final
draft, sent by Robert E.Yager to Surachman Dimyati of Universitas Terbuka,
Indonesia.
7