Negara kesejahteraan dan korupsi udul

NEGARA KESEJAHTERAAN DAN KORUPSI

ANTHONY
160414011

UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Pengertian Negara Kesejaheraan
Negara kesejahteraan adalah konsep pemerintahan ketika negara mengambil
peran penting dalam perlindungan dan pengutamaan kesejahteraan ekonomi dan sosial
warga negaranya. Konsep ini didasarkan pada prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi
kekayaan yang setara, dan tanggung jawab masyarakat kepada orang-orang yang tidak
mampu memenuhi persyaratan minimal untuk menjalani kehidupan yang layak. Istilah ini
secara umum bisa mencakup berbagai macam organisasi ekonomi dan sosial.Sosiolog
T.H. Marshall mengidentifikasi negara kesejahteraan sebagai gabungan demokrasi,
kesejahteraan, dan kapitalisme. Para pakar menaruh perhatian khusus pada cara Jerman,

Britania Raya dan negara-negara lain mengembangkan sistem kesejahteraannya secara
historis.
Negara-negara kesejahteraan saat ini meliputi negara Nordik seperti Islandia,
Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia. Mereka menerapkan sistem yang dikenal
dengan istilah model Nordik. Esping-Andersen mengelompokkan sistem negara
kesejahteraan paling maju menjadi tiga kategori: Demokratik Sosial, Konservatif, dan
Liberal.
Negara kesejahteraan memerlukan transfer dana dari negara ke jasa-jasa yang
disediakan (misalnya layanan kesehatan dan pendidikan) dan perorangan (dalam bentuk
tunjangan). Dana tersebut berasal dari sistem pajak redistribusionis dan sering disebut
sebagai contoh "ekonomi campuran". Perpajakan semacam itu biasanya meliputi pajak
pendapatan yang lebih besar bagi orang-orang berpendapatan tinggi, yaitu pajak
progresif. Ini dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan antara penduduk
kaya dan miskin

II.

Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak[1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi

dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk

penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal
seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak
terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya,
sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di
satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

Indonesia menganut sistem Negara Kesejahteraan


1. Kalau kita mempelajari bunyi pembukaan UUD 1945 khususnya yang
menyangkut masalah tujuan negara Indonesia, pada intinya dapat dirumuskan
sebagai “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Tujuan yang dimuat didalam pembukaan tersebut kemudian didalam batang tubuh
UUD 1945 dituangkan dalam berbagai ketentuan yang menyangkut kesejahteraan
rakyat. Berbagai ketentuan masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat terdapat
didalam pasal-pasal 27 ayat (2), 31, 32, 33, dan 34. Pasal 27 ayat (2) menentukan
bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan, pasal 31 menentukan bahwa tiap-tiap warganegara berhak
mendapat pengajaran. Sementara itu, pasal 32 menentukan mengenai tugas
pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional, dan pasal 34 menentukan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Sedang pasal
33 mengatur mengenai masalah ekonomi, yang menganut sistem kekeluargaan,
dan menentukan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi rakyat dan
bumi dan air, dan kekayaan alam yang ada diatasnya dikuasai oleh negara.

2. Setelah amandemen atas UUD 1945, khususnya dengan amandemen kedua, pasalpasal mengenai ekonomi dan kesejahteraan rakyat ditambah, yaitu dengan pasal
28H yang berbunyi:



Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.



Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.



Setiap

orang

berhak

atas


jaminan

social

yang

memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai mansusia yang bermartabat.


Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

II.

Korupsi yang berada di Negara Indonesia
Sebab-sebab yang melatar belakangi Korupsi
Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku korupsi

itusendiri atau yang biasa kita sebutkoruptor. Adapun sebab- sebabnya, antara lain:1.
Klasik
Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan
tugasdan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan melakukan korupsi.
Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan kontrol manajemen
lembaganya.kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke-leadership-an, artinya,
seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah dipermainkan anak
buahnya.L eadershi p dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa takut,ewuh poakewuh di

kalangan staf untuk melakukan penyimpangan. b) Kelemahan pengajaran dan etika.
Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan substansi pengajaran yang diberikan.
Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa
disertai

dengan

bentuk-bentuk

pengimplementasiannya.c)


Kolonialisme

dan

penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yangtergantung,
lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa menempatkan diri
sebagai bawahan. Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderung
berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusi dan nepotisme.
Sifat dan kepribadianinilah yang menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian
orang melakukan korupsi.d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai
penyebab timbulnya korupsi.Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka
peluang usaha adalah wujudrendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan
itulah mereka berupaya mencsri peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk
memperoleh keuntungan yang besar.Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini
adalah komitmen terhadap pendidikan yangdimiliki. Karena pada kenyataannya, para
koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikanyang memadai,kemampuan, dan
skill.e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diri atas
kemampuan danmodal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung melakukan
apa saja yang dapatmengangkat derajatnya. Atas keinginannya yang berlebihan ini,
orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesarbesarnya.

Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup atau di
buang kePulau Nusakambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan untuk
menuntaskan tindak korupsi.g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku
korupsi.2. Moderna) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang
tergolong modern itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia.Kelemahan
SDM ada empat komponen, sebagai berikut:1) Bagian kepala, yakni menyangkut
kemampuan

seseorangmenguasai

permasalahan

yang

berkaitan

dengansains

danknowledge.2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing
komponen bangsa, baik dirinyamaupun untuk kepentingan bangsa dan negara,

kepentingan dunia usaha, dan kepentinganseluruh umat manusia.komitmen

mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatuhanya yang terbaik dan
menguntungkan semua pihak.3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan
seseorangdalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.4) Fisik atau kesehatan.
Ini menyangkut kemanpuan seseorang mengemban tanggung jawab yangdiberikan.
Betapa pun memiliki kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak
ditunjangdengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam mencapai
tujuann. b) Struktur EkonomiPada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan
kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap. Sekarang tidak
ada konsep itu lagi. Dihapustanpa ada penggantinya, sehingga semuanya tidak
karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalumemporak-perandakan produk lama yang
bagus

BAB III
KESIMPULAN
Korupsi adalah

suatu tindak perdana


yang

memperkaya

diri yang

secara

langsungmerugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputidua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan
aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain,
ketiadaan dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan
yang subur untuk perilaku korupsi,rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.

Dengan perumusan yang tidak jelas tersebut, nampaknya perumus amandemen
UUD RI masih setengah hati untuk mewujudkan hak-hak ekonomi rakyat dalam rangka
menjamin kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyat. Bahkan, bukan hanya pasal-pasal
yang bersangkutan dengan jaminan kesejahteraan manusia saja, tetapi semua rumusan
hak azasi manusia yang dituangkan didalam pasal-pasal UUD RI dirumuskan dalam
kalimat positif tanpa tambahan ketentuan yang dikenai kewajiban, sehingga berbagai hak

tersebut menjadi mengambang. Nampaknya penyusun rumusan amandemen UUD RI
masih belum sepenuhnya ingin melindungi hak azasi manusia rakyat Indonesia dan tidak
sepenuh hati didalam menganut prinsip negara kesejahteraan. Karena itu, Indonesia layak
disebut sebagai negara kesejahteraan seolah-olah.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA



Budiardjo, Prof. Miriam, editor, Masalah Kenegaraan, Gramedia, 1982.



Budiarjo, Prof. Miriam, penyunting, Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi, Pt.
Gramedia, Jakarta, 1984.



Cummings, Milto C. dan David Wise, Democracy Under Pressure, Harcourt Brace
Jovanovich Publishers, 19854.



Rousseau, The Essensial Rousseau, Penterjemah: Lowell Bair, The New American
Library Inc, 1974.



Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing



Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia.Bandung :
Penerbit Sinar Baru



Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta : GhaliaIndonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
Pengertian Negara Kesejahteraan

Pengertian Korupsi
BAB II

PEMBAHASAN
Indonesia Menganut sistem Negara Kesejahteraan
Korupsi yang berada di Negara Indonesia

BAB III

KESIMPULAN

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA